Hai! Ada yang kangen diriku dan cerita-ceritaku? Ga ada? Ya udah.. (Len: emang semua reader kenal situ? dasar tukang hiatus). Yup, tepat sekali.. aku adalah penulis yang rajin hiatus.. XD (Rin: Malahan bangga.. -_-). Cerita ini sebagai selingan untuk cerita yang masih progres dan belum dilanjutin karena habis ide. Tadinya mau dibuat one shot tapi malahan ketagihan dan jadilah cerita ber-chapter. Tenang, cerita ini sudah tamat, jadi kemungkinan aku akan update cerita ini sekitar 2 minggu sekali atau 1 bulan sekali. Lanjut keceritanya yuk, MONGGO~~
.
.
.
Karakuri卍Burst
By: Hikage VanaN'Ice
Disclaimer: Saat ini Vocaloid bukan milik saya
Genre: Angst, Sci-Fi, Crime
Pair: Rin and Len
Rate: T++++
Warning: Beberapa bagian di cerita ini mengandung unsur kekerasan dan adegan berdarah. Tidak dianjurkan bagi kalian yang di bawah umur dan tidak tahan membaca cerita pembunuhan. Jangan pernah mencoba adegan-adegan dalam cerita ini kecuali nyawa kalian terancam (apa-apaan ni author).
DON'T LIKE? DON'T READ!
.
.
.
PROLOG
"Bakar dan bunuh semua orang di desa ini! Jangan ada yang tersisa!" teriak seorang pria berambut biru dengan seragam hitam memberi perintah kepada seluruh anggota pasukannya. "Yes Sir!" jawab pasukan tersebut sambil menghormat kemudian mereka mengambil peralatan-peralatan mereka dari mobil dan mulai membakar sebuah desa yang menjadi sasaran mereka. Dalam seketika orang-orang desa tersebut lari berhamburan keluar sambil berteriak minta tolong, tapi tak ada satu pun yang menolong mereka melainkan dibunuhnya mereka oleh pasukan berseragam tersebut. Terlihat 2 orang anak laki-laki dan perempuan keluar dari pintu belakang sebuah rumah.
"Rin, Len, cepat lari dari sini! Selamatkan diri kalian! Mereka akan membunuh kita semua!" ujar seorang wanita berumur 30 tahun.
"Mereka siapa bu?" tanya anak laki-laki tersebut.
"Mereka iblis dari organisasi terkutuk! Cepat lari sebelum terlambat!" kata wanita itu dengan paniknya sambil mendorong-dorong kedua anaknya keluar dari rumah.
"Bagaimana dengan anak-anak kita? Cepat suruh mereka kelu-.. ARGH!"
"AYAH!(SAYANG!)" teriak kedua anak dan wanita tersebut ketika melihat pria yang berbicara kepada mereka jatuh tergeletak dipenuhi darah yang memuncrat dari punggungnya yang dilempari sebuah kapak oleh salah satu petugas dari luar rumah. Seketika api yang berada diluar kini merambat kedalam rumah mereka. Wanita tersebut langsung menarik kedua anaknya yang menangis lari keluar dari rumah menuju sebuah gudang tua.
Di dalam gudang tersebut mereka bersembunyi. Rin dan Len masih syok melihat ayahnya yang dibunuh oleh petugas keji tersebut. Ibunya memeluk mereka, mencoba menenangkan anak-anaknya. Sesekali wanita tersebut perlahan-lahan melihat keadaan di luar melalui celah dinding kayu. Dia melihat seorang petugas datang mendekat ke arah gudang tempat mereka bersembunyi. Wanita tersebut mencari sesuatu di gudang itu untuk dijadikan senjata dan didapatinya sebuah kapak.
"Ibu akan menghentikan petugas itu. Len, kau harus menjaga Rin." Kata wanita tersebut sambil menggenggam kuat kapk di tangannya bersiap untuk keluar.
"Tapi bu.."
"Len, ini permintaan dari ibu. Ibu mohon jaga Rin baik-baik ya?" pinta wanita itu dengan senyum yang diiringi air mata yang jatuh melalui pipinya. Len mengangguk dengan pasti, wanita itu mengecup kening kedua anaknya. Dia kemudian keluar perlahan-lahan lewat pintu belakang gudang dan berlari tanpa suara melewati reruntuhan rumah yang terbakar hingga ia berada di belakang petugas yang hendak menghampiri gudang tempat anaknya bersembunyi.
"Sini kau iblis sialan!" teriak wanita tersebut. Ternyata petugas yang ia tantang tidak lain adalah komandan dari pasukan tersebut, pria berambut biru berseragam hitam. Pria tersebut menarik pedang dari sarungnya kemudian menghampiri wanita tersebut. Di awalnya senjata mereka saling beradu, tapi apa mau dikata, kekuatan mereka berbeda dan akhirnya wanita tersebut mati di tangan pria itu. Len melihat ibunya terbunuh hanya bisa terdiam lemah dengan mulut terbuka. Len memperhatikan petugas yang membunuh ibunya dengan pandangan tajam penuh kebencian. "Rambut biru gelap kemerah-merahan." Bisik Len. Rin menarik lengan baju Len sambil melihatnya dengan tatapan penuh khawatir dengan mata sendunya.
"Kita harus lari dari sini Rin." Kata Len dengan wajah serius.
"Tapi ibu bagaimana?"
"Beliau akan menyusul. Ayo!" Ujar Len yang kemudian menarik tangan Rin, mengajaknya lari melalui pintu belakang gudang. Ketika Len membuka pintu gudang, tiba-tiba di depan mereka berdiri beberapa orang yang mengenakan baju laboratorium. "Hooo... dua ekor tikus keluar dari gudang persembunyiannya." Ujar seorang perempuan berambut hijau tosca yang diikat ponytail dan berkacamata. Len dan Rin kaget sekaligus ketakutan, Len berusaha mencari sesuatu untuk dijadikan senjata. Diambilnya sebuah celurit yang menggantung di dinding. Len memberi isyarat kepada Rin untuk mencari tempat berlindung, tapi Rin hanya terdiam saking takutnya.
"Hyaaa!" Len berteriak dan mengarahkan celuritnya ke perempuan berambut hijau tosca tersebut. Namun orang di belakang perempuan itu melindunginya dan menahan celurit Len dengan sebuah belati. Orang itu menangkis kuat celurit Len sehingga lepas dari genggaman Len dan terpental jauh, Len sendiri terhempas ke belakang dan jatuh di dekat Rin.
"Professor, Iblis Biru itu mengarah kemari. Kita harus cepat!" kata seorang pria yang berlari menghampiri perempuan itu.
"Cih! Dia selalu mengganggu kesenanganku. Bawa yang perempuan, kita pergi dari sini!" perintah perempuan itu ke anak buahnya. Len yang mendengar itu langsung memeluk Rin dan melangkah mundur menjauhi orang-orang yang hendak mengambil Rin darinya. "Jangan mendekat! Jangan sentuh Rin!" teriak Len yang semakin mempererat pelukannya.
SLASH! KYAAA! ARRGH!
Pria yang membawa belati itu menebas mereka sehingga melukai mata kanan Len dan mata kiri Rin. Rasa sakit yang tidak tertahankan membuat Len tidak sengaja melepas pelukannya dari Rin. Dalam kesempatan itu orang-orang tersebut langsung menarik Rin. Dia sempat memberontak dan terus memanggil dan meneriaki nama Len dan akhirnya tengkuk leher Rin dihantam oleh salah seorang dari orang-orang tak dikenal tersebut sehingga ia tak sadarkan diri. Rin langsung dibopong dan dibawa keluar dari gudang tersebut.
"Sampai jumpa lagi bocah. Itu pun kalau kau selamat. Khihihihi.." kata perempuan berambut hijau tosca itu kemudian meninggalkan Len di dalam gudang tua yang kini sudah setengah terbakar.
"Tidak... Jangan... RIIIINNNN!" teriak Len. Dia berusaha mengejarnya tapi... BRAK! Langit-langit gudang itu rubuh dan menimpanya. Len berusaha mengeluarkan dirinya dari reruntuhan itu tapi tak lama kemudian kesadarannya pun hilang.
KEESOKAN HARINYA DI PAGI HARI.
"Komandan Kaito, semuanya sudah hangus terbakar. Area Clear!" Lapor seorang wanita rambut coklat berseragam kepada pria berambut biru dengan seragam yang sama.
"Bagus Agent Meiko. Bagaimana dengan orang-orang desa, Agent Luka?" tanya Kaito ke seorang asisten wanita berambut merah muda panjang.
"Sejauh ini tidak ada laporan orang desa yang hidup. Dapat dipastikan semua sudah tereliminasi." Jawab Luka sambil melihat kertas laporan yang ada ditangannya.
"Benarkah? Aku akan memastikannya sendiri." Ujar Kaito yang kemudian berjalan menuju desa yang ia bakar tadi malam diikuti oleh Meiko dan Luka di belakangnya. Kaito memperhatikan sekelilingnya, semua bangunan sudah hangus dan hancur tanpa bersisa. Mayat-mayat orang desa tersebut telah dikumpulkan ditengah-tengah desa dan hendak dibakar secara keseluruhan. Kaito terpaku dengan reruntuhan gudang tua di hadapannya. Dia melihat ada gerakan, Kaito dan pengikutnya langsung bergegas ke reruntuhan tersebut. Didapatinya seorang lelaki berambut blonde dengan mata kanan berlumuran darah tertimpa balok-balok kayu yang tidak lain adalah Len, dia masih hidup. Meiko mengeluarkan pisau dari dalam jubahnya, hendak membunuh Len tapi kemudian dicegah oleh Kaito.
"Kau tidak apa-apa, nak?" tanya Kaito.
"Rin.. Dimana Rin?"
"Kau kehilangan saudaramu?" tanya Kaito lagi.
"Dia diculik oleh ilmuan berambut hijau tosca panjang." Cerita Len.
"Apa orang itu seperti ini?" tanya Kaito sambil menunjukan foto orang yang memiliki ciri sama seperti yang dikatakan Len.
"Iya! Dia orangnya!" jawab Len dengan suara lantang.
"Dia orang yang selama ini kami buru. Ilmuan Gila, Hatsune Miku. Dia melakukan penelitian illegal menggunakan manusia sebagai objeknya untuk kesenangan dia sendiri. Banyak manusia yang mati karena jadi kelinci percobaannya." Kata Kaito menjelaskannya pada Len.
"Tidak.. Rin...~" ujar Len dengan lirih.
"Bangkitlah dan balaskan dendammu, nak. Semua kejahatan harus dihapuskan dari dunia ini. Kau dan kami memiliki tujuan yang sama, yaitu mengakhiri kejahatan dan kekejian yang dilakukan oleh Hatsune Miku." Perintah Kaito.
"Tapi bagaimana?" tanya Len.
"Bergabunglah dengan kami. Kami akan memberikanmu pendidikan dan kehidupan yang layak. Kami akan mengajarimu keahlian-keahlian di medan tempur seperti bela diri dan cara menggunakan senjata. Kami adalah The Cryptonaziest, organisasi yang berdiri untuk menegakan keadilan dan menghapus semua bentuk kejahatan di dunia ini. Kami sendiri dari divisi khusus "Judge and Eliminate", divisi yang menghakimi dan menghapus semua jenis kejahatan. Bagaimana? Kau tertarik ikut dengan kami?" tawar Kaito sambil mengulurkan tangannya ke arah Len.
"Jika dengan itu aku bisa menyelamatkan Rin dan membalas perbuatan para ilmuan itu, aku ikut dengan anda!" jawab Len dengan pasti dan menyambut uluran tangan Kaito.
"Yosh! Sebelumnya ijin aku memperkenalkan diri, namaku Shion Kaito, komandan divisi khusus 'Judge and Eliminate'. Kedua wanita dibelakangku adalah anggota divisi kepercayaanku, Agent Meiko dan Agent Luka." Kata Kaito sambil menunjuk ke arah Meiko dan Luka.
"Aku Len.. Kagamine Len." Len memperkenalkan dirinya.
"Baiklah kalau begitu, kita kembali ke kantor pusat untuk memberikan laporan. Len, kau masuk ke dalam mobil ambulan itu. Disana lukamu akan diobati oleh paramedis, Agent Meiko akan menuntunmu." Ujar Kaito sambil memberi isyarat ke Meiko untuk membawa Len. Meiko langsung memberi hormat dan menuntun Len menuju ambulan yang tadi ditunjuk oleh Kaito.
"Apa tidak apa-apa jika kita membawanya? Dia salah satu dari warga desa yang seharusnya kita eliminasi, dan jika dia tau kebenarannya kalau kita yang menghanguskan desanya mungkin dia akan berbalik menyerang kita." Tanya Luka sambil menghampiri Kaito yang tengah berdiri.
"Tak apa. Aku sendiri yang akan bertanggung jawab atas dia dan mengajari dia untuk mematuhi semua perintah dari atasan tanpa terkecuali. Dipikirannya sekarang ini hanyalah cara untuk menyelamatkan dan membalaskan dendamnya kepada para ilmuan yang menculik saudaranya. Pedang yang berkarat ketika kita gunakan akan memberikan luka yang fatal bagi korbannya. Dia senjata yang sempurna, kita hanya perlu sedikit menjinakannya dan memberi paradigma yang sudah ada di organisasi kita." Jawab Kaito panjang lebar sambil menyeringai.
...
(TSUZUKU)
...
Chapter awal ini dibuat untuk melihat reaksi para reader tentang cerita baruku. Jika responnya bagus, kalau ada waktu minggu depan aku update ke chapter selanjutnya. Jadi, jangan lupa tinggalkan review setelah membaca. Jangan jadi silent reader ya~
CIAO~
*(.^)v