Naruto © Masashi Kishimoto. Sejelek dan senistanya fic ini tolong jangan benci Pair/Chara di dalamnya.
Cerita dengan tulisan indah ini bukan milik saya, ini adalah milik (kak) Miiyamii. Penulis dengan gaya khas, sederhana namun nancep di hati, yang dulu sering mempublish karyanya di sini. Seorang penulis yang luar biasa, saya kagumi, dan penulis yang saya rindukan kehadiran karyanya di tempat ini. #Mojok. Kak Miiya kangen. #ditimpuk rame-rame.
Udah minta izin lewat PM akun wattpad.
Special for birtday Sakura Haruno
"28 Maret"
Dan
Special untuk SasoSaku fans :) (walaupun bukan asli punya sendiri, saya cuma ngedit.)
...
The Crown—Inggris, 13 September 1814.
Pukul : 04.21 pm.
"Sir Haruno Rei Gaara?"
"Itulah dia. Si laki-laki gila yang belakangan ini ramai dibicarakan," kata Mrs. Shizuka. Wanita berambut indigo cerewet yang selama ini dikenal sebagai tukang gossip di The Crown. Dia nyengir melihat dua teman—wanita seumurannya, melongo memelototi objek yang sedang mereka bicarakan.
Seorang pemuda tampan melompat keluar dari sebuah mobil Rolls-Royce berwarna merah. Pemuda itu memakai pakaian yang cukup rapi ; kemeja putih, celana flannel abu-abu, jaket tebal berwarna cream, serta topi dan sepatu mengkilap yang serasi dengan warna jaketnya. Semua yang ia kenakan terlihat necis dan mahal.
Seorang pemuda berambut merah darah dengan lekuk—garis wajah tegas melangkah buru-buru memasuki Toko bahan kimia. Anak muda dengan rupa dan penampilan sempurna seperti itu jarang sekali dijumpai di kawasan pertokoan The Crown.
"Dia menakjubkan."
"Memang!" Mrs. Shizuka menimpali perkataan temannya, seorang perempuan berbadan gemuk. Dia tampak puas pada dirinya sendiri karena memiliki beberapa informasi tentang orang yang akan menjadi sasaran gossip mereka hari ini. "Sir Haruno Rei Gaara. Dia tampan, muda, seorang ilmuan, dan kaya-raya. Dia mewarisi uang yang sangat banyak dari kakeknya yang seorang bangsawan Amerika."
"Wow." Gumaman kagum keluar dari mulut teman Mrs. Shizuka yang bertubuh ramping—yang dandanannya sangat mencolok. "Dunia benar-benar tidak adil. Anak muda itu terlalu sempurna." Tampaknya si ramping masih belum bisa mengalihkan perhatiannya dari wajah tampan Sir Gaara. Melalui dinding kaca transparan toko bahan kimia, dia bisa melihat anak muda itu berdebat sengit dengan lelaki tua pemilik toko. "Maksudku, lihatlah dia, dia tampan, cerdas, dan memiliki banyak uang. Dia beruntung. Jarang ada laki-laki yang memiliki segalanya seperti dia."
Mrs. Shizuka mengangguk. "Kau benar. Dia beruntung. Dia memiliki segalanya, wajah tampan, otak cerdas, dan kekayaan. Tapi … aku tidak akan mengatakan kalau dia sempurna. Bagiku dia hanya hampir sempurna. Kegilaan menggegerkan yang dibuatnya beberapa hari yang lalu mengurangi nilai plusnya di mataku," kata Mrs. Shizuka dengan ekspresi datar.
"Kegilaan menggegerkan? Jadi rumor itu benar?" Tanya si gemuk, raut wajahnya berubah serius, seperti seorang anak sekolah yang menunggu penjelasan dari gurunya mengenai materi pelajaran yang sulit.
"Tentu saja benar! Banyak saksi yang melihat Sir Gaara dan pelayannya, Yakushi Kabuto, membongkar makam Lady Haruno Sakura , istri Sir Gaara yang meninggal karena penyakit sinusitis tiga tahun yang lalu. Kemudian mereka membawa peti mati yang berisi mayat Lady Haruno itu pulang ke Nasse House." Kedua teman Mrs. Shizuka bergidik mendengar cerita wanita itu.
"Aku juga sudah dengar soal desas-desus kegilaan Sir Gaara, tapi aku tidak mengira kalau makam Lady Haruno benar-benar dibongkar." Si ramping merenung sedih.
"Sepertinya Sir Gaara benar-benar menyayangi istrinya. Tapi apa yang akan dia lakukan dengan mayat itu? Kalau untuk diawetkan tidak mungkin. Lady Haruno sudah meninggal dan dikubur selama tiga tahun, jasadnya pasti sudah membusuk dan tubuhnya tak utuh lagi," ujar si gemuk.
Mrs. Shizuka terdiam selama beberapa menit. Lalu ia berkata ; "Sir Gaara adalah seorang ilmuan yang cerdas. Setelah kematian istri yang dicintainya, selama tiga tahun Sir Gaara mengurung diri di Laboratorium. Dia bekerja keras. Sir Gaara memiliki ambisi untuk menciptakan penemuan mutakhir—sebuah mesin dan formula yang bisa menghidupkan kembali mahluk yang sudah mati." Tarikan napas keras terdengar jelas dari kedua teman Mrs. Shizuka. "Dan … katanya dia sudah berhasil menciptakan alat yang seperti itu."
Pemuda yang sejak tadi mereka bicarakan keluar dari toko bahan kimia dengan membawa sebuah bungkusan di tangan. Dan ketika mobil milik anak muda itu melaju, Mrs. Shizuka bergumam, "Mungkin rapat di Balai kota sudah dimulai." Dia melihat pada jam tangannya.
"Rapat apa?" Tanya si Ramping.
"Rapat yang akan membahas apa yang akan dilakukan oleh penduduk The Crown terhadap penyimpangan Sir Gaara. Kata Muku …" Mrs. Shizuka mendapatkan informasi tentang rapat di balai kota itu dari suaminya yang bekerja sebagai asisten untuk Walikota. "…mereka akan berusaha berbicara dengan Sir Gaara, membujuknya agar menguburkan kembali mayat sang istri dengan layak."
...
"Kita harus cepat!"
Yakushi Kabuto yang berdiri di depan pintu Nasse House—rumah besar indah milik keluarga Haruno, tertegun melihat tuannya yang melompat keluar dari dalam mobil. Sir Gaara tampak panik.
"Apa yang terjadi Sir?" Tanya Kabuto bingung sembari mengikuti Sir Gaara menuju ke sebuah bangunan tinggi berbentuk menara dengan hiasan kincir angin besar yang ada di belakang Nasse House. Awalnya menara itu merupakan gudang tempat penyimpanan hasil panen, namun sejak Sir Gaara menempati Nasse House, gudang itu dirombak dan berubah fungsi menjadi laboratorium.
"Kita harus segera melakukan percobaan alat itu pada mayat Sakura," kata Sir Gaara sembari buru-buru membuka pintu laboratoriumnya. Setelah dia dan Kabuto masuk pintu laboratoriumpun segera ditutup dan dipalang menggunakan sebuah kayu besar.
Yakushi Kabuto mengerutkan kening melihat majikannya yang ketakutan.
"Tapi Sir, kita masih belum tahu apakah alat itu berfungsi dengan baik atau tidak. Kita bahkan belum melakukan percobaan pertama untuk menguji keberhasilan alat dan formula ciptaan anda," kata Kabuto heran. "Bukankah kita akan menggunakan mayat binatang, seperti katak atau kelinci yang sudah mati dulu, sebelum mencobanya pada jasad Lady Haruno?"
"Kita sudah tidak punya waktu lagi," jawab Sir Gaara. Dia sibuk berlari ke sana-kemari untuk menyalakan semua lampu yang ada di laboratorium sehingga ruangan besar yang awalnya remang itu berubah menjadi terang. Dan kemudian dia menghidupkan semua mesin yang rumit miliknya. "Pak tua Hashirama, pemilik Toko bahan kimia memberitahuku bahwa sudah menyebar. Orang-orang sialan itu ingin ikut campur dengan urusanku. Mereka berusaha menghalangi Sakuraku untuk hidup kembali."
Kabuto terdiam mendengar penjelasan tuannya. Lelaki gagah berambut perak dan berusia tiga puluh tahunan itu tahu, bahwa cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Penduduk The Crown pasti mendatangi mereka untuk memaksa Sir Gaara menguburkan kembali mayat Lady Haruno. Biar bagaimanapun majikannya itu sudah melakukan sebuah penyimpangan, membongkar makam dan mengambil kembali mayat istrinya untuk dihidupkan.
Kabuto tahu, dalam semua ajaran agama di dunia ini, orang yang sudah mati memang seharusnya mati dan tidak akan bisa dihidupkan lagi. Dia sudah berkali-kali mengatakan hal itu pada Sir Gaara, namun si majikan tidak mau mendengar. Cintanya yang kelewat besar terhadap sang istri telah membuatnya gelap mata. Kabuto berani bertaruh, seandainya Sir Gaara tahu bagaimana caranya memanggil iblis, dia pasti sudah menjual jiwanya pada iblis agar Lady Haruno bisa hidup lagi.
Beberapa orang kenalannya sempat membujuk Kabuto agar berhenti bekerja sebagai pelayan keluarga Haruno, mereka kasihan padanya karena harus menemani orang seperti Sir Gaara. Tiga tahun setelah kematian Sakura, hampir semua penduduk The Crown menganggap Sir Gaara tidak waras.
Betapapun ide untuk meninggalkan majikannya itu sangat menggoda, tapi Kabuto tidak bisa melakukannya. Ia menyayangi Sir Gaara seperti adik kandungnya sendiri. Yakushi Kabuto, sudah bekerja sebagai pelayan keluarga Haruno lama, sejak Sir Gaara masih kanak-kanak—saat kedua orang tua lelaki muda itu masih hidup.
"Sakura. Sakura Sayangku." Suara lirih Sir Gaara yang berlutut di samping peti mati istrinya membuat Kabuto tersadar dari lamunan.
"Sabarlah Sayang, sebentar lagi kita akan bertemu."
Kabuto melangkah maju untuk berdiri di samping Sir Gaara. Peti mati itu terbuka dan dia hanya bisa menghela napas keras saat melihat tuannya membelai tengkorak—tulang-belulang yang dipakaikan gaun pengantin cantik berwarna putih. Jasad Lady Haruno Sakura sudah tak utuh lagi, yang tersisa hanyalah tengkorak dan tulang-belulang.
Sudah tiga tahun dia mati, jadi tidak ada harapan lagi untuk melihat daging dan kulit yang tersisa dari tubuhnya, pikir Yakushi Kabuto.
"Kabuto," panggil Sir Gaara.
"Ya Sir."
"Bantu aku memasukan dan menyusun tengkorak Sakura ke dalam tabung …" Kabuto melirik ke arah tabung yang dimaksud majikannya, sebuah tabung kaca besar setinggi enam kaki yang terhubung pada semua mesin listrik dan peralatan rumit yang sama sekali tidak dimengerti oleh Kabuto. "Setelah tengkorak dan tulang Sakura tersusun rapi di dalam tabung, kita bisa mengisi tabung itu dengan formula cairan kimia temuanku, setelah itu aku akan menghidupkan semua mesinnya. Oh. Aku harap ini berhasil."
"Saya juga berharap demikian Sir."
"Ayo kita mulai bekerja."
...
Kantor Balai kota The Crown, pukul 07. 21 PM.
Hampir semua penduduk The Crown berkumpul di depan gedung Balai Kota, sebagian besar di antaranya adalah laki-laki. Mereka membawa banyak obor, senjata laras panjang, dan juga kapak. Orang-orang itu berniat untuk menyerbu Nasse House, karena tidak ada itikad baik dari Sir Gaara untuk menjelaskan penyimpangannya.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus pergi ke Nasse House dan memaksa laki-laki gila itu untuk menguburkan kembali jasad istrinya dengan layak!" seorang laki-laki bertubuh pendek dan gendut tampak begitu bersemangat mengobarkan kemarahan penduduk. Dia membawa sebuah obor.
"Iya, kita harus melakukan itu!" timpal laki-laki lainnya yang lebih muda. Yang satu ini membawa senapan laras panjang. "Saat ini makam istrinya yang dia bongkar dan mayatnya dijadikan kelinci percobaan. Besok atau lusa siapa yang tahu dia akan membongkar makam dan mengambil mayat lain untuk dijadikan bahan percobaan, dan mungkin saja mayat yang akan ia ambil berikutnya adalah mayat orang tua, keluarga, atau sanak saudara kita yang sudah meninggal. Oleh karna itu kita harus menghentikan Sir Gaara." Pemuda pirang urakan bernama Menma itu memprovokasi yang disambut sorakan setuju oleh penduduk The Crown.
"Ya. Dan orang yang sudah mati memang seharusnya mati," timpal Mr. Orochimaru, seorang lelaki berusia enam puluh tahunan yang berprofesi sebagai penjaga makam. "Jika orang mati dipaksa hidup lagi, maka sesungguhnya yang bangkit itu bukanlah si pemilik jasad, melainkan … iblis."
...
Yakushi Kabuto percaya bahwa Haruno Rei Gaara adalah pemuda yang cerdas. Selama puluhan tahun menjadi pelayan keluarga Haruno, dia sudah banyak melihat bukti kecerdasan Gaara. Namun kali ini Kabuto dibuat tertegun oleh salah satu bukti kejeniusan majikan mudanya itu.
Tengkorak dan tulang belulang Lady Sakura—yang dimasukan ke dalam tabung dan direndam menggunakan formula cairan kimia selama tiga jam—telah berubah menjadi Lady Haruno Sakura yang sebenarnya, dengan kulit, daging, dan rambut merah mudanya yang telah bertumbuh. Sosok yang tadinya hanya berupa tulang-belulang yang dipakaikan gaun pengantin itu, kini telah tampak seperti Lady Sakura yang sesungguhnya, seperti saat sebelum ia mati.
"Oh!" Sir Gaara tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya. "Prosesnya sudah 80% tinggal beberapa menit lagi maka Sakura akan bangun," katanya tampak bersemangat.
"Ini benar-benar menakjubkan. Anda hebat Sir," puji Kabuto takjub.
Dan ketika proses untuk menghidupkan kembali Lady Haruno telah sampai pada 94% suara teriakan marah dari luar Nasse House mengejutkan Kabuto dan Sir Gaara.
"Apa yang terjadi?" Tanya Sir Gaara pada dirinya sendiri sembari berjalan ke arah jendela untuk mengintip. Dan ekspresinya langsung berubah datar saat mengetahui apa yang terjadi.
Kabuto ikut mengintip bersama tuannya. "Ya ampun!" mata abu-abunya membelalak ngeri ketika melihat kerumunan membawa obor dan senjata yang berdiri di luar Nasse House. "B-bagaimana ini Sir?" Tanya Kabuto berusaha menyembunyikan ketakutannya.
"Pergi dari sini." Jawaban dari Sir Gaara mengejutkan Kabuto. "Keluarlah lewat pintu belakang," tambah Sir Gaara kalem seolah tidak sedang terjadi apa-apa, seakan ia tidak sedang memperhatikan kerumunan orang marah yang siap untuk membunuhnya.
"T-tapi Sir … saya tidak bisa meninggalkan anda. S-saya …"
"Aku juga tidak bisa membuatmu terbunuh karena apa yang sudah kulakukan. Pergilah."
"Sir?" Mata Kabuto berkaca-kaca menatap majikannya. Dia takut, tapi dia benar-benar tidak bisa meninggalkan Gaara dalam keadaan seperti ini.
"Pergi Kabuto. Jangan membuatku mengucapkan perintah yang sama untuk ketiga kalinya," kata Sir Gaara dingin.
"T-tapi Sir ..."
"JANGAN MEMBANTAHKU LAGI KABUTO! PERGI!"
Kabuto tersentak mendengar bentakan kasar Sir Gaara. Dengan enggan dia berbalik menuju ke pintu belakang untuk pergi dari tempat itu.
Setelah Kabuto pergi, Sir Gaara menatap putus asa pada jasad istrinya yang mulai pulih di dalam tabung. Sebenarnya dia sedih karena harus mengusir Kabuto yang sudah bersamanya sejak dia masih kanak-kanak, namun dia tidak punya pilihan, nyawa Kabuto akan berada dalam bahaya kalau lelaki itu masih bersama Gaara di Laboratoriumnya.
"Sayangku ..." Dia melangkah pelan menuju tabung. "Sepertinya takdir tidak mengijinkan kita untuk bersatu di dunia ini ..." Sir Gaara terdiam. Dia memandang wajah cantik istrinya yang telah pulih sempurna di dalam tabung transparan itu. "Kalau kau tidak bisa kembali padaku di dunia ini, mungkin aku yang akan menemuimu ... Di dunia sana."
"KELUAR KAU HARUNO!"
"DASAR ILMUAN GILA PEMUJA SETAN! KEMBALIKAN JASAD ISTRIMU!"
"HARUNO KELUAR,"
"BAKAR DAN BUNUH DIA!"
Suara-suara marah penduduk kota kini terdengar dari luar Laboratoriumnya, tapi Sir Gaara tidak peduli, dia hanya berdiri diam memandangi tubuh Lady Sakura.
Prosesnya telah mencapai 96 %, suara teriakan marah itu kini disertai oleh suara hantaman dan gedoran pada pintu kayu besar menara laboratorium.
Proses sudah menuju ke 98 % ketika suara amukan-hantaman-gedoran terdengar semakin brutal.
Dan saat proses telah mencapai 99 %, pintu laboratorium Sir Gaara berhasil dijebol massa—penduduk The Crown, yang melihat Sir Gaara tampak tenang melakukan percobaan menggunakan mayat istrinya, menjadi marah, mereka mengamuk, menyerang dan mengeroyok laki-laki malang itu tanpa ampun.
Sir Gaara tidak berusaha melawan. Suara pekikan dan lenguhan pelan keluar dari mulut Sir Gaara saat menerima pukulan dan tendangan bertubi-tubi yang di daratkan ke seluruh bagian tubuhnya.
Sir Gaara merasakan sakit di semua bagian tubuhnya, tapi dia tidak peduli. Firasatnya mengatakan bahwa dengan menerima semua rasa sakit ini ia bisa bertemu kembali dengan Sakuranya.
'Buk! Crush!'
"Akh!"
Sir Gaara menjerit pelan ketika salah satu dari para pengeroyok memukul dan menghantam kepalanya menggunakan kapak. Darah segar keluar dari kepalanya. Dia mati rasa.
Dengan pandangan berkabut, dan diantara rasa sakit yang dia terima dari para pengeroyoknya, dia menatap sendu ke arah tabung yang berisi mayat sang istri.
'Aku rasa aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi.'
Layar kecil pada mesin—alat ciptaan Sir Gaara yang terhubung pada tabung transparan tempat menyimpan jasad Lady Sakura—menunjukan angka 100.
Seseorang menodongkan pistol tepat di jantung Sir Gaara.
'Dor!'
Tepat di saat peluru pistol itu menembus jantung Sir Gaara, menghentikan detaknya. Sepasang mata hijau yang sejak tadi terpejam tiba-tiba terbuka.
Deg. Deg. Deg.
'Gaara?'
Deg. Deg. Deg.
'Gaara?'
Deg. Deg. Deg.
"Gaara!"
Mr. Hyuga Hiashi, yang sejak tadi berada di barisan belakang pengeroyok tertegun saat mendengar suara merdu seorang perempuan di tengah kekacauan yang terjadi. Bulu kuduknya meremang dan dengan enggan ia berbalik untuk melihat ke arah tabung yang ada di belakangnya.
Dan ...
"YA TUHAN!" dia memekik ngeri.
Lady Haruno Sakura yang seharusnya sudah meninggal tiga tahun yang lalu kini terlihat hidup di dalam tabung transparan. Ia meronta marah, tampak berusaha untuk keluar dari dalam tabung tersebut.
"Apa-apaan itu?!"
"Dia hidup lagi! Ya ampun, apa dia sudah berubah menjadi iblis?"
Semua penduduk The Crown yang menyerang kediaman keluarga Haruno dan membunuh Sir Gaara terkejut menyaksikan kejadian yang diluar nalar manusia itu. Mereka takut sekaligus ngeri.
Lady Sakura meraung marah di dalam tabung. Ia meneriakan nama suaminya. Mata hijaunya mendadak berubah menjadi merah, gigi dan kukunya meruncing dan memanjang.
Beberapa orang yang ketakutan mencoba membunuh Lady Sakura dengan cara menembaknya, tapi itu tidak berhasil. Mereka hanya membuat tabungnya pecah, sehingga Lady Sakura yang telah berubah menjadi monster bebas. Dan dalam hitungan detik kengerian dari suara jeritan kematian melanda tempat itu.
...
New York-Amerika, 14 Maret 2014.
Akasuna No Nagato terpilih menjadi Mentri pertahanan Amerika yang baru, dia lelaki lima puluh tahunan yang penuh ambisi dan vitalitas. Dia memiliki segudang visi dan misi dalam mengembangkan sistem pertahanan militer Amerika, termasuk secara rahasia menciptakan senjata pemusnah massal terbaru. Nagato mengumpulkan semua ilmuan terkemuka di Amerika untuk membuat visinya menciptakan senjata pemusnah massal terlaksana.
Nagato sudah memiliki semuanya. Formula yang dibutuhkan, ilmuan yang hebat, alat-alat canggih, dan juga beberapa orang pilihan yang akan menjadi kelinci percobaan. Hanya saja ... dia masih membutuhkan satu hal kecil.
"Kita masih kekurangan biaya, Pak. Anggaran dari pemerintah tidak cukup untuk membeli sisa alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melengkapi semuanya." Wanita pirang efisien berseragam militer, Yamanka Ino memberitahu atasannya, Akasuna No Nagato, mengenai kesulitan yang mereka hadapi. "Saya sudah mencoba untuk membuat Proposal untuk diajukan pada Mentri Keuangan Negara, mengenai penambahan dana bagi Proyek 'Tentara Masa Depan' kita, namun Beliau menolak. Beliau mengatakan bahwa sejak awal Beliau memang tidak menyetujui proyek ini karena termasuk pemborosan uang Negara."
Nagato menggeram mendengar laporan asistennya. Sambil duduk bersandar angkuh pada kursi kerjanya, otak cerdas yang ia miliki mulai berputar mencari beberapa opsi untuk mendapatkan dana agar bisa melanjutkan proyek Tentara masa depan—penghancur massalnya. Ia ingin menciptakan manusia super, menjadikan tentara Amerika manusia paling kuat di dunia sehingga negara-negara lain takut.
Tapi masalah keuangan menjadi kendala utama dalam proyek ini. Ia membeli banyak alat-mesin terbaik yang ada di dunia, dan bahan-bahan untuk membuat formula manusia super juga bukan bahan yang mudah untuk didapat, selain itu ia juga bekerja sama dengan tiga puluh ilmuan terbaik di dunia yang beberapa diantaranya berasal dari Asia, Eropa, dan Afrika. Uang yang sangat banyak, yang berasal dari anggaran pemerintah, beberapa sponsor, dan juga kantong pribadi telah menipis untuk membiayai semua itu. Dan proyek Tentara masa depannya terancam gagal jika dia masih tidak bisa mendapatkan dana tambahan yang besar. Shimurai Danzo, pria tua sok suci yang menjabat sebagai Mentri Keuangan Negara itu telah menolak memberi dana tambahan untuk proyeknya. Nagato marah. Ia memang butuh uang itu, tapi ia tidak mau mengemis untuk memintanya lagi pada Shimurai Danzo. Nagato adalah tipe orang yang tidak mau melihat lagi wajah orang yang sudah menolak membantunya.
Sialan! Shimurai Danzo menjijikan! Pikirnya.
Selama beberapa menit ia terdiam, mencoba memikirkan cara untuk mendapatkan uang yang lebih banyak. Dan ... Sekelebatan ingatan masa lalu melintas di kepalanya.
Proyek pembuatan pesawat tempur canggih oleh salah satu komandannya, saat ia masih menjadi seorang kadet muda di militer. Proyek itu dibiayai oleh seorang Bangsawan—milyuner keturunan Inggris-Amerika yang memiliki kekayaan yang bahkan bisa dipakai untuk membeli sebuah benua. Menurut desas-desus yang beredar saat itu, Si Milyuner memang senang berinfestasi pada hal-hal yang berbau penemuan canggih. Millyuner itu perempuan, dia seorang Lady. Haruno Sakura. Tapi hal itu sudah terjadi lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, Nagato ragu bahwa Lady Haruno Sakura masih hidup dan sehat untuk menerima proposalnya. Namun ... Nama Lady Haruno yang beberapa bulan belakangan dikatakan sebagai penyumbang dana terbesar untuk bantuan kemanusiaan di beberapa negara konflik membuatnya ingin meminta wanita—yang mungkin sudah—tua itu agar membantunya.
"Pak?" Ino mengerutkan kening, bingung melihat sebuah seringai mengembang di bibir atasannya.
"Haruskah aku ...?"
"Maksud Bapak?" Tanya Ino tak mengerti.
Akasuna No Nagato mendongak menatap Ino tepat di mata, ekspresinya berubah girang. "Cari informasi sebanyak mungkin tentang Lady Haruno Sakura lalu serahkan padaku. Ah. Dan juga cari tahu dimana Lady Haruno berada sekarang."
Tbc ...
Udah aku bilang dari awal cerita ini indah (?)
Ultahnya tanggal 28, tapi aku publish sekarang :).
