Gara-gara kejadian pagi itu, dua hari ini Sasuke sama Naruto jadi rada canggung. Meskipun Naruto udah minta maaf juga tetep aja ada rasa-rasa nggak enak gitu. Sasuke bukannya jadi benci sama Naruto, tapi dia malu. Mungkin Naruto juga sama malunya. Tapi masih untung cuma begitu, belum sampe bikin dedek bayi hayolo.

Kamis pagi semuanya udah siap buat pergi. Mobil sewaannya udah keparkir di depan kosan. Tinggal masukin barang dan pergi.

"Aku duduk sama ibu, Kiba di belakang sama Chouji. Sasuke di depan." Shikamaru nentuin tempat dengan seenaknya. Dia bilang gitu supaya dia dapet enaknya, kalo duduk sama Kiba ntar telinga dia pekak diteriakin, duduk sama Chouji sempit, duduk sama Sasuke… malu ah. Yaudah duduk sama ibunya Sasuke aja.

"Saya duduk di tengah sama Mas, yo!" ujar Mikoto dengan semangat.

"Harusnya kau ditaruh di kap!" celoteh Kiba ke Chouji.

Sementara yang kepala kuning sama yang rambut pantat ayam masih diem-dieman kayak arwana ketemu cupang.

"Kamu duduk depan ya." kata Naruto malu-malu.

Sasuke cuma ngangguk sambil nyubit lengan Naruto.

Idih, dua-duanya kenapa jadi malu-malu meong begitu?

0-0-0-0

PONDOK CEMARA

CHAPTER 8

NANAS? CABE?

A NARUTO FANFICTION

DISCLAIMER: NARUTO BELONGS TO MASASHI KISHIMOTO

NARUSASU

0-0-0-0

"Naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali…"

Siapapun yang punya mata dan Alhamdulillah masih bisa liat juga tau kalau mobil itu nggak melaju di atas jalanan nanjak ke gunung.

"Kiri, kanan, kulihat saja ada banyak perawaaannn~"

Perawan? Maksudnya ibu-ibu yang ngedadah-dadah di pinggir jalan buat nawarin ubi cilembu gitu?

Suer, ini aja belom kelar ngelewatin Nagreg.

"Naik… naikkkk ke puncak gunung…"

Kiba dengan lantangnya nyanyi lagu legendaris yang dikenal semua anak lahiran '90an itu tanpa perlu mikropon. Selain dia, ada lagi yang juga ngikut euphorianya ngelewatin gunung –nggak, ngelewatin Nagreg, Chouji sama ibunya Sasuke. Ketiganya bernyanyi dengan senang, cukup buat ngegantiin radio di kemudi.

"Eh, eh gaes!" Mikoto berseru dengan -mirip logat finalis SUCI yang suka bawa-bawa biola itu 'lah. Kebayang 'kan gimana? Sasuke aja udah pengen ngebenturin kepala ke kaca.

"Ada apa tante?" sahut Kiba.

"Beli ubi cilembu, yuk? Udah dari jaman kapan saya pingin ubi cilembu, mumpung banyak yang jualan!"

"Ide bagus! Kebetulan saya laper berat, bu! Nggak ada makanan yang bisa dicemil lagi!" Chouji menyambut ide Mikoto dengan semangat. Dia merasa perutnya ga penuh-penuh, kayak gas elpiji yang di oplos.

"Itu bukannya makanan kita banyak?" tanya Naruto yang masih liat lurus ke depan.

"Ya kali masih ada, udah abis semua dimakan sama dia." jawab Shikamaru. Yang nyetir mana tau di belakang pada ngapain dari tadi.

"Eh kampret, gue aja belom kebagian!" umpat Naruto. Sasuke ngelirik, pas banget waktu dia mau makan chiki bola keju yang terakhir.

"Nih."

Sasuke langsung aja menyumpal mulut Naruto pakek chiki itu. Cowok yang tadinya mau ngomel-ngomel itu teralihkan buat ngunyah chiki di mulutnya. Kalo di kartun-kartun suka ada garis-garis merah muda di pipinya dikasih 'mah diem.

Sasuke ngelipet-lipet bungkus chiki yang udah kosong itu, terus dia masukin ke kresek item tempat naro sampah di belakang, yang ternyata udah penuh. Bener kata Shikamaru. Kayaknya semua chiki-chiki dan sebangsanya udah disikat abis nggak bersisa.

"Mas Naruto, bisa berenti sebentar nggak? Saya mau beli ubi cilembu." Mikoto menepuk pundak Naruto. Yang ditepuk noleh sekilas. Kalo lama-lama ntar wassalam…

"Oh ayok boleh, mau beli di kios yang mana?" sambil mobil itu melaju, kios penjual ubi cilembu ga ada abis-abisnya.

"Di sini aja Mas…"

Setelah ditunjuk Mikoto, akhirnya mobil itu berenti depan sebuah kios. Yang jagainnya bapak-bapak, semumuran bapaknya Sasuke mungkin. Bapak-bapak yang jambangnya nyambung ke janggut itu langsung nyamperin ketika Naruto sama Mikoto keluar mobil.

"Mangga A, ubi cilembu!" anehnya orang sunda itu bisa nyebutin dua barang sekali nawarin. Mangga sama ubi cilembu.

"Berapa ini sekilo, Mas?" tanya Mikoto.

"Anu tos di open mah limabelas rebu sakilo." Bapak itu ngejawab sambil melepus. Kalo yang sopan 'mah itu rokok matiin dulu gitu.

"Limabelas ribu? Ooh… saya beli dua kilo aja, Mas. Yang besar-besar ya!"

"Oh muhun bu, dua kilo wae?" bapak itu nyiapin kresek buat naro ubi cilembu yang dibeli Mikoto. Dua kilo lumayan banyak juga. Tapi kalo diinget-inget di mobil itu makannya pada rakus semua, kayaknya dua kilo termasuk cukup.

Mikoto membuka retsleting dompetnya buat ngeluarin uang. Iyalah, dikira mau ngeluarin STNK? Siapa yang nilang?

"Ah udah, udah bu nggak usah, sama saya aja." ucap Naruto. Ia buru-buru ngerogoh kantong celananya dan ngeluarin duit gocap. Cowok itu memang selalu sedia duit gocap di saku kayaknya.

"Eh eh Mas, ga usah!" Mikoto mencegah, tapi duit itu udah keburu sampe di tangan si bapak tukang ubinya.

"Udah ga apa-apa… " buat mahasiswa tajir macam dia 'mah, tiga puluh rebu doang nggak ada apa-apanya –njir, sombong.

"Aduh… saya jadi malu, padahal saya yang pingin ubi cilembu tapi Mas yang bayar…" Mikoto memegang tangan Naruto ala-ala ABG pengen gandengan. Dia nggak tau ada yang cembakur di dalem mobil. Disangkanya nggak ada yang liat…

"Sas." panggil Shikamaru. Kiba sama Chouji cekikikan.

"Apa?" Sasuke menoleh ke belakang.

"Sas." Dia manggil lagi. Cekikikan itu makin keras.

"Apa sih?" Sasuke mulai merasa aneh. Dua kali Shikamaru manggil namanya, ada yang lain… di senyummu… -bukan, ada yang lain dari suara cowok sipit itu.

"Sas, ssampahnya buang ke luar, Sas." Chouji dan Kiba ngakak.

"Pfffttt…." Sasuke nahan ketawa. "Apa sih?! Kenapa kamu ngomongnya aneh gitu?!" dia protes, pasalnya Shikamaru manggil dia dengan nyelewengin huruf S di setiap kalimatnya. Penampakannya 'tuh kayak mau ngejulurin lidah tapi nanggung, jadi lidahnya berenti di bawah bibir. Mirip-mirip orang cadel, tapi ini cadelnya di huruf S. Gimana cobak?

"Sas. Nitip ssampah." Shikamaru ngomong udah kayak hamster ngunyah. Ada sempilan suara huruf "H" di setiap huruf "S"nya.

Ga banyak orang yang bisa ngomong kayak gitu. Contohin 'nih, ibarat orang mau niup lilin tapi lidahnya ikutan maju dikit. Hayo? Pasti ada yang nyoba-nyoba.

"Ada apaan ini pada ketawa-ketawa?" tanya Naruto yang baru balik dari kios ubi cilembu.

"Saya ketinggalan apa 'nih, gaes?"

Sasuke mojokin kepala ke dashboard, sementara Kiba dan Chouji masih belum reda cekikikannya.

"Ngga, bu. Ngga ada apa-apa. Tau, 'nih mereka." si pelaku kriminal nggak ngaku. Dia malah membeberkan kesaksian palsu.

"Iki ubi cilembunya, kita makan sama-sama ya!" ajak Mikoto.

Akhirnya Naruto nyari tempat yang enak buat markir mobilnya. Kebetulan ada Indahmart yang parkirannya luas dan masih kosong. Sekalian ntar kalo mau beli minum atau apa, deket.

"Aduh… manisnya~" Mikoto seneng banget, ubi yang dibelinya sesuai ekspektasi, manis –ntar, di mana-mana ubi cilembu 'kan emang manis.

"Enak, tante, enak." Kiba melahap potongan ubi yang dia pegang dengan rakus ga karuan.

"Bagi dua, ya. yang aku ambil ternyata gede banget…" Naruto membelah ubi di tangannya jadi dua. Yang separo dia kasihin ke Sasuke.

"Aku nggak begitu suka yang manis…" diterima 'sih, tapi ngomongnya gitu.

"Cobain dulu 'lah dikit." Naruto tau-tau nyubit daging ubi punya dia sendiri, lalu disuapin ke Sasuke. Mau nggak mau Sasuke harus buka mulut karena ubinya udah di ujung bibir.

"Manis…" ucapnya malu. Abis, disuapinnya di depan banyak orang 'sih.

"Hehe. Aku juga ga begitu suka yang manis. Jadi sepotong gini aja udah cukup."

"BOHOOONGGGG~" samber Shikamaru.

"Ape 'sih, Chik?" Naruto sewot. Dia rada aneh mengapa Shikamaru cukup aktif hari ini. Jangan-jangan sebelumnya dia ngelem? Eh, ngelem 'mah jadi nyimeng atuh, kapten.

"Waktu itu lu ngabisin wafer gue sekaleng~"

"Itu 'mah gara-gara di kamar lu ga ada ada makanan lain selain wafer!" Naruto pernah ngabisin wafernya Shikamaru waktu mereka lagi nobar pertandingan bulu tangkis single campuran antara Zimbabwe sama Afganistan. Ya karena ga ada apa-apa lagi selain wafer di kaleng kerupuk itu, dia abisin 'deh. Daripada nyemilin deodoran 'kan ga lucu.

"Aku juga pernah liat kau makan kue ulang tahun Hinata sampai tinggal separo, gimana mau bilang kalau kau tidak suka manis?" logat bataknya keluar 'dah 'tuh si Kiba.

"Kue ultah Hinata?" Sasuke sedikit mengernyit. Telinganya sensi denger nama itu.

"Eh? Oh… pas ultahnya waktu itu dia ngundang aku…"

Sasuke manyun.

"Bu, 'tuh, Bu, gara-gara si Skuerpen anak ibu jadi manyun…" Chouji nyolek Mikoto.

"Eh iya apa kenapa?" ternyata Mikoto nggak ngeh dari tadi ada apa. Dia terlalu asyik makanin ubi cilembunya. Ini bagai orang yang udah separo hidupnya nggak pernah nemu ubi gitu.

"Ng… iya, aku cuma dateng buat ngasih selamat aja kok…"

"Hn…"

Tjieeee cembakuuuurrrrr~

.

.

.

Sekitar satu jam kemudian mereka udah ngelewatin pasar Garut, cuma di daerah sekitar situ doang macetnya bener-bener. Abis itu jalanan udah normal lagi. Di kotanya, banyak bangunan-bangunan pertokoan tua. Kalo rada jauh sedikit baru 'deh ketemu toko-toko kecil yang macem-macem.

Mobil putih itu berhenti di depan sebuah toko yang cukup besar.

"Yap. Udah sampe."

Sasuke ngelirik ke luar. Keren juga, tokonya bukan toko oleh-oleh biasa, ini 'mah toko oleh-oleh yang keitung elit karena bangunannya aja modern, ada tempat makannya juga. Orang-orang di situ juga banyak seliweran.

"Turun yuk. Chib, bantuin turunin barang."

"Oke Kapteeenn!"

Naruto turun duluan dari mobil, disusul Kiba, terus Chouji dan Shikamaru.

"Ibu udah 'ndak sabar ketemu Mbok Inah, ternyata dia udah sukses sekarang!" Mikoto turun.

"Ibu tungguin!" Sasuke nyusul terakhiran.

Dari luar toko, keliatan di dalem ada seorang wanita paruh baya berambut merah panjang lagi sibuk ngelayanin pembeli. Naruto tau betul itu ibunya. Langsung aja dia nyamperin.

"Mamah Aa pulaaang~" Naruto melambai dengan efek slow motion. Ibunya tersenyum sumringah di depan sana, lalu berlari.

"EEHHHHH INI SIAPAAAAAA?"

GABRUG

Kushina menerjang Sasuke sampe hampir jatoh kayang. Sementara Naruto dilewat begitu aja.

"CABE!" bentak cowok tampan itu pada ibunya. Rupanya dia kesel ngga di notice.

"Kamu pasti Sasuke 'nya? Aduh meni geulis…." Kushina nyubit-nyubit pipi Sasuke gemes. Gemesnya bukan gemes biasa, gemesnya kayak gemes ngeremes-remes mie kering yang biasa jadi cemilan anak-anak. Hebatnya dia langsung tau kalau itu Sasuke. Jangan-jangan dia stalker-nya Sasuke?

"Hahehehe…" Sasuke cuma bisa nyengir terpaksa, dia sebetulnya rada takut sama ibu-ibu hardcore macam begini. Dia takut diperkosa, -eh.

"Mbok Inah, masih inget sama saya 'ndak?" Mikoto pengen di notice.

"Inget atuh! Ma enya poho!" –inget 'lha! Masa lupa!.

PLAK

Emak-emak berambut jingga itu menggeplak pundak Mikoto. Tuh 'kan rada hardcore.

"Meni asa waas, tos lami teu pendak oge geulis keneh wae Ceu Mimi 'mah! Ieu putrana oge meni geulis pisan siga urang Jepang!" –rasanya gimana gitu, udah lama nggak ketemu juga Ceu Mimi masih cantik aja! Ini anakmu juga cantik banget kayak orang Jepang!.

Kushina masih nggak mau lepasin pelukannya. Sasuke sesek napas.

"Hai tanteeeee~" sapa Kiba, biasa, ganjen.

"Hai semuaahhh!"

Shikamaru ama Chouji cuma nyengir. Ibunya Naruto kelewat semangat, kayak kelebihan minum Kratingdong gitu.

"NARUTOOOOOO?" sahut seorang bapak nyamperin.

"Bapak?"

"NARUTOOO! Bapak kangeeennnn!"

Ternyata itu bapaknya, Minato. Pria paruh baya yang make celemek kembang-kembang itu seketika lompat ke pelukan Naruto ngelepas kangen. Narutonya ngelus-ngelus kepala si bapak. Ini kayaknya ada yang salah.

"Bapak kangen~ kenapa baru pulang sekarang..?" tanya bapaknya kayak kucing minta dibelai.

"Iya iya. Itu ada temen-temen Aa, sama ada ibunya Sasuke. Disapa dulu 'gih." Ini kayaknya ketuker yang bapak mana yang anak mana.

"Eeeh ada temennya Narutoo?" logatnya itu lho, imut-imut.

Sasuke baru ngeh kalo bapaknya Naruto bukan bapak biasa. Ada ya bapak-bapak imut begitu? Perawakannya 'sih masih mirip-mirip Naruto, tinggi, cakep. Tapi yang ini ada manis-manisnya gitu. Apalagi apronnya kembang-kembang.

"Bapak! Ini ada temen mamah waktu SMA, namanya Ceu Mimi!"

"Hehehe iya saya temennya Mbok Inah waktu SMA, saya Mikoto, salam kenal, Mas…"

"Iya salam kenaal…" 'tuh 'kan, Sasuke jadi pengen nyubitin Minato. "Eeh ini siapaa?" Minato ngeliat Sasuke dengan pandangan berbinar. Matanya jadi kayak kelereng yang dikasih glitter. Kelap-kelip.

"Ini Sasuke. Kalo yang lain 'mah masih inget 'kan?" ucap Naruto ngenalin.

"Iya… Chouji, Shikamaru, Kiba…" Minato nunjuk satu-satu tiga anak cowok yang lagi berdiri sambil masang cengiran itu. Dia masih inget sama temen-temen lama Naruto. Apalagi Chouji 'kan pernah ikut liburan di rumahnya Naruto, jadi ga mungkin lupa. Sedangkan Shikamaru sama Kiba, kenalnya lewat facebook.

"Sasuke ini bapak aku."

"Ooh i-iya." Sasuke bungkuk ke Minato.

"Kamu lucu 'deh. Masuk yuk! Bapak punya banyak permen di dalem!" Minato ngegandeng tangan Sasuke. Ini ceritanya nggak kayak diajak pergi sama om-om pedo, tapi… ah, susah digambarkan pake kata-kata. Tadinya dia kira bapaknya Naruto pasti gagah dan keren, ternyata…

"Hayu semuanyah urang masuk yuk aahh!" sorak Kushina.

Akhirnya mereka masuk ke toko oleh-oleh khas Garut yang lagi rame pengunjung itu.

.

.

.

"Jadi, kumaha cenah caritana 'teh?"

Kushina ngobrol sama Mikoto. Kiba, Shikamaru sama Chouji sibuk nyemilin makanan di meja. Naruto sama Minato rebutan Sasuke.

Mereka sibuk sama urusannya masing-masing. Untungnya di toko itu pegawainya banyak, jadi kalaupun ibu bapaknya Naruto nggak ngelayanin masih ada yang gantiin.

"Aa! Mending pada ke rumah aja dulu, kasian bisi pada capek. Ntar mamah sama bapak nyusul!" ujar Kushina.

"Oh iya atuh mah. Ntar nyusul ya, di rumah ada siapa?"

"Ada si Mang Ato! Mamah udah siapin buat makan siang da! Sok we sina pada istirahat heula!" maksudnya Mang Ato adalah pamannya Naruto yang namanya Nagato.

"Nya." Naruto manut. "Bapak! Udahan maennya, Aa mau bawa Sasuke ke rumah." Dia nyuruh bapaknya buat berhenti nyisirin rambut Sasuke. Ini si bapak berasa lagi maenin Barbie aja gitu ya? Lagian aneh, sisir pink itu punya siapa coba?

"Bapak ikuut!" Minato yang masih megang sisir itu nggak mau ditinggalin.

"Bapak nyusul sama mamah!" teriak ibunya. Si bapak cemberut. Lha, preman dilawan.

"Yaudah atuh ya, Aa mau ke rumah dulu. Sasuke, ayuk!"

"Ah? I-iya."

Rombongan Haji Ntang itupun beres-beres dan pergi dari toko. Naruto sama keluarganya nggak tinggal di situ 'sih, rumahnya masih harus masuk ke dalem kampung. Sekitar sepuluh menit dari situ.

Tapi jangan salah, meskipun masuk kampung, rumah Naruto termasuk itungan gedongan. Ya iyalah, holang kaya.

Yang cowok pada bawain tas, kecuali Sasuke yang jalan melenggang bebas sama ibunya.

Setelah jalan sepuluh menitan, mereka sampe di depan sebuah rumah bercat cokelat. Dindingnya ditempelin batu-batu alam. Untung bukan batu akik, kalo ngga udah dicokelin bangsat tiap malem.

"Assalamualaikum~"

"Waalaikumsalaam…"

Dari dalem ada yang nyahut. Pas pintu dibuka nampaklah Aziz Gagap –bukan, nampaklah pamannya Naruto, yang disebut-sebut sebagai Mang Ato.

"Mang!"

"Eh, Naruto!" Nagato nyambut Naruto yang mau cium tangan. "Mangga kalebet, kalebet." dia mempersilakan rombongan buat masuk ke dalem rumah.

Hm, dari yang Sasuke perhatiin kayaknya sodaranya Naruto yang satu ini agak beda. Ibunya Naruto rada preman, bapaknya kayak anak SD, terus pamannya yang ini kayaknya rada pendiem gimana gitu.

"Sok mangga caralik heula. Abdi bade nyandak cai sakedap." –silakan pada duduk dulu, saya mau ambil aer dulu sebentar.

"Nuhun nya Mang…" Naruto nggak bantuin pamannya ngambil aer buat minum. Udah biasa, pamannya itu emang lebih keitung kayak pembokat di rumahnya. Dia numpang tinggal 'sih, kalo nggak ngerjain urusan rumah dia diancem bakal diusir sama ibunya Naruto. Galak, geningan

"Rumahnya apik yo Mas!" puji Mikoto.

"Ehehe…" Naruto cuma nyengir.

Begitu aer sirop Marijan itu dateng, langsung disamber sama Kiba dan Chouji. Mereka keliatan banget ausnya. Padahal tadi pas di toko juga udah disuguhin minum.

"Ari teh Kushina sareng A Minato ka mana?" tanya Nagato ke Naruto.

"Nyusul."

"Assalamualaikuuummm~" ngga nyampe lima menit kemudian Kushina dateng dengan suara khasnya, Minato ngikut di belakang –sekarang tanpa apron dan sisir.

"Waalaikumsalaam…"

Setelah dua orang itu datang lengkaplah sudah. Karena makan siang udah disiapin, akhirnya mereka makan siang rame-rame, lesehan di ruang tengah. Menunya makanan khas Sunda, ada ayam goreng, sayur asem, yang mau ikan asin juga ada, tempe tahu ada, lalap sambel apalagi. Pokonya lengkap 'deh. Buat anak-anak kos macam Kiba dkk inilah kesempatan bagus buat perbaikan gizi.

Bancakannya seru, disisipin becandaan, sekalian ngobrol juga. Kalo bukan di kampung begini 'mah ga akan dapet suasananya.

"Wareg euy!" kata Kiba sambil merebahkan tubuhnya di karpet puzzle.

"Et dah si Kiba bisa bahasa sunda!" diketawain sama Shikamaru.

Ibu bapaknya Naruto masih asik ngobrol sama ibunya Sasuke. Yang laen pada tiduran kekenyangan.

Naruto maen-maen aer di kolam ikan di halaman. Sasuke nyamperin.

"Ikan koi?"

"Iya."

Di kolam kecil itu ada banyak ikan koi, ada yang corak merah, oranye, ada juga yang item. Mungkin ada sepuluh ekor.

"Sas."

"Hn?"

"Ke sawah, yuk."

Siapa yang nyangka kalau di belakang deretan rumah-rumah itu ada sawah. Sawahnya bukan cuma sepetak dua petak dang. Di depan mereka terhampar persawahan yang luaaaaas banget. Mata Sasuke dibikin melek liat yang ijo-ijo, seger. Padahal biasanya duit doang yang bikin dia seger.

"Hayu! Sini!"

Suara Naruto kebawa angin. Dia udah jalan duluan ke sawah. Ngga pake sendal. Sendalnya ditinggalin di pinggir jalan. Sasuke jadi mikir, apa lepas juga sendalnya?

"Sini, Sas!"

Udah 'deh dia lepasin 'tuh sendal jepitnya. Dia telanjang kaki nginjekin galengan alias tanah buat jalan di sisi sawah. Tanahnya anget-anget gitu.

"Tungguin…!" dia nggak begitu jago jaga keseimbangan, apalagi dia jarang banget jalan di sawah begini.

Akhirnya Naruto nyamperin Sasuke dan gandeng tangannya. Nah, kalo gitu 'kan enak. Jadi Sasuke bisa dituntun sama Naruto supaya nggak nyebur ke sawah.

"Ihihi…" Sasuke ketawa.

"Kenapa?"

"Nggak, berasa kayak di FTV gitu." Ketauan 'deh suka nonton FTV.

"Hahaha, berasa kayak Kabayan sama Nyi Iteung, tau gak?"

"Ahaha terus aku jadi Nyi Iteungnya gitu?"

"Iya!"

Mereka ketawa-ketawa. Berasa berpetak-petak sawah itu milik berdua. Tutut, sama petani yang lagi nyemai pupuk ga diitung.

"Aa!" ada suara anak kecil manggil.

"Eh! Konohamaru!" ooh… ternyata anak yang lagi maen layangan itu temennya Naruto.

"Kamana wae, A? Gaya euy ayeuna mah geus boga cememew!" –kemana aja, A? Gaya 'nih sekarang 'mah udah punya cememew!

"Ahahaha." Naruto ngejawab gaje.

"Teh!" sapa anak itu sambil ngebungkuk sopan. Nyapanya ke Sasuke 'nih? Sasuke celingak-celinguk bingung.

"A!" panggil anak itu lagi ke Naruto.

"Naon?"

"Geulis!" anak itu ngebisik kasar, tapi dari bibirnya masih kebaca kalo dia ngomong apa. Naruto langsung ketawa.

"Apa?" tanya Sasuke nggak ngerti.

"Dia bilang kamu cantik!" bisik Naruto ke Sasuke.

"Idihhh!" Sasuke ketawa malu.

"A! Urang rek moro layangan heula nya!" –A! Aku mau ngambil layangan dulu ya!

"Nyaaa!" –iyaa!

Anak itu lari ke bagian sawah yang lain pas ngeliat ada layangan putus lewat.

"Kita mau ke mana?"

"Ke saung itu 'tuh. Kita duduk-duduk di sana!" tunjuk Naruto ke sebuah saung bambu di tengah sawah.

Sasuke ngikut aja.

KREEEKKK

Bambu-bambu itu bersuara pas didudukin. Tapi kata Naruto itu nggak apa-apa, emang gitu kalo bambu didudukin.

"Adem, ya." Sasuke ngeliatin atap saung yang terbuat dari batang-batang padi kering itu.

"Apalagi kalo ada suara motor satu lewat, ngeeeeeenggg… bawaannya langsung pengen tidur." ucap Naruto sambil meragain motor lewat.

"Hehehe. Di Jatinangor mana ada yang begini."

"Iya 'lha, tiap hari cuma ada gedung apartemen, kosan, kampus, macet kendaraan, banyak orang, makanya kalo ada waktu liburan aku mendingan pulang ke rumah. Bisa nyantai-nyantai, kadang aku juga suka maen layangan sama si Konohamaru." ujar Naruto diakhiri cengiran. Rada gengsi 'sih ngaku umur segitu masih suka maen layangan.

"Aku nggak suka maen layangan."

"Kenapa?"

"Panas, kata ibu kalo panas-panasan ntar item, hehehe."

"Iya ya, kamu 'kan putih… sayang kalo panas-panasan."

NGEEEENNGGGGG

"Tuh ada motor lewat."

"Iya ih, ngantuk."

"Boboan aja boboan." titah Naruto. Sasuke nggak ragu buat ngerebahin badannya. Lumayan 'lah, keras-keras bambu juga nggak sekeras lantai keramik.

Anginnya sepoi-sepoi, padi yang masih ijo-ijo itu goyang-goyang ke kanan ke kiri ngikutin angin. Orang-orangan sawah di tiap patokan petak juga ngikut goyang-goyang dikit. Sasuke ngerasa kayak dibelai-belai, matanya udah merem melek hampir tidur. Terakhir ngerasain nyamannya suasana kampung begini waktu lebaran tahun lalu di rumah mbahnya di Jawa.

"Sas, bobo?" tanya Naruto sama cowok yang lagi tiduran itu.

"Nggak…" ngejawabnya males, ngantuk.

"Bobo ya?"

"Nggak kok…"

"Masa? Itu udah semaput?" Naruto mencondongkan badannya buat ngeliat muka Sasuke.

"Ck." Sasuke mendelik sebel. Orang ngantuk ditanya-tanya mulu ya kesel 'lah.

"Hehehehe. Yaudah bobo aja 'gih aku temenin di sini." Naruto ikut tiduran di sebelah Sasuke. bilik bambunya jadi berasa anget karena sinar matahari.

Sasuke udah merem.

"Sas?" ya ampun ini orang.

"Hn…?"

"Kamu mau nggak jadi pacar aku?"

"Hn…"

"Aku anggap itu iya, ya."

Sasuke udah nggak ngejawab. Beneran udah tidur.

"Senengnya… Sekarang Sasuke resmi jadi pacarku…" Naruto mengalengkan tangan dan kakinya buat meluk Sasuke. Dia sempilin kepalanya di bahu anget itu sambil senyam-senyum.

Sebetulnya dia nggak nyadar kalo Sasuke entah nangkep apa ngga apa yang dia omongin tadi. Tapi ya sudahlah, bukannya emang selama ini Sasuke kepingin jadi pacarnya Naruto? Kalo udah ditembak gitu –asek, ngga perlu nunggu dia jawab iya atau nggak 'kan?

"GUSTI NU AGUNG! AA! AA NGAPAIN?!"

Naruto dan Sasuke kebangun sama suara stereonya Kushina.

"Mamah?"

Sasuke nengok ke belakang. E BUSET ternyata lagi-lagi dia bangun sikon digabruk sama Naruto. Buru-buru aja dia ngelepasin tangan sama kaki Naruto dari badannya.

"SASUKE, SINI!" panggil Kushina.

Sasuke udah takut mau dimarahin. Dia langsung turun dari saung dan jalan ngedeketin ibunya Naruto. Belum sampe deket, tangannya ditarik terus dia hampir jatoh dan ditangkep di pelukan Kushina.

"Eng…" Sasuke mau ngomong tapi takut, beneran. Apalagi Kushina melototin Naruto sampe matanya bulet kayak baso rudal.

"Mamah, Aa-"

"AA KOK NGEDULUIN MAMAH? PADAHAL MAMAH JUGA MAU PELUK-PELUK SASUKE!"

Edan, ibunya ngambek rupanya gara-gara itu. Kalo ada batu rasanya Sasuke pengen ngebenturin kepalanya.

"BIARIN SASUKE 'KAN PACAR AA! MASA GA BOLEH DIPELUK-PELUK?"

Pa-pacar?

"HEEEEE? JADI KAMU PACARAN SAMA DIA?! KOK KAMU MAU-MAUNYA DIPACARIN SAMA SI NANAS?!"

"EH CABE!"

Nanas? Cabe? Rasanya kepala Sasuke sakit. Pingsan aja 'ah…

"EEHHH SASUKEEEE!"

GEDUBRAKKK

Jatohnya Sasuke berbarengan sama tereaknya duo ibu dan anak itu.

.

.

.

"Bulu matanya lentik, lucuu."

"Tingali, euweuh komedoan pisan!"-liat! Sama sekali nggak ada komedonya!

"Putri tidur."

"Ihhh… pipinya…."

"Siga bapao haneut!" -kayak bapau anget!

"Putri salju."

Pasti ketauan dari omongannya siapa aja itu.

Shikamaru udah geleng-geleng aja ngeliatin kelakuan bapak ibu anak itu, Mikoto senyam-senyum doang. Sementara Kiba sama Chouji nyemilin tutut.

Sasuke pingsan dan ditidurin di kamar tamu. Kanan kirinya ada Minato, Kushina dan Naruto yang ngejagain terus dari tadi. Lebih tepatnya disebut ngeliatin, bukan ngajagain, karena dari tadi mereka ga ada abis-abisnya ngomentarin betapa cantiknya cowok itu.

"Mmh… Ibu…?" Sasuke manggil ibunya, ngigo. Kayaknya bentar lagi dia bakalan bangun 'nih.

"Opo, 'Nduk? Ibu di sini…" ibunya langsung nyamperin dan duduk di sisi ranjang.

"Ibu, bapak sama Naruto mending minggir dulu 'deh. Aku kasian kalo ntar Sasuke harus pingsan lagi ngeliat kalian bertiga di atas kasurnya." Saran Shikamaru bijak, Kiba dan Chouji ngangguk idem. Bener, takutnya Sasuke pingsan lagi, siapa yang nggak takut kalo bangun-bangun diliatin sama tiga orang yang laper mata?

"Ibu…"

"Bangun 'Nduk, bangun…" sang ibu nepuk-nepuk pipi Sasuke pelan. Duh, pipi kenyel yang di tepuk itu rada membal, bikin Kushina sama Minato gemes.

"Bangun, bangun, bangun-"

"BERISIK WOY!" Naruto menginterupsi bapak dan ibunya yang lagi bersorak nyemangatin Sasuke biar bangun. Dikata lagi lomba lari?

"Elu juga berisik woy!" Shikamaru nyamber, abis si Naruto sama aja ngomongnya kenceng.

"Ssstttt!" Akhirnya yang nginterupsi secara bener itu cuma Mikoto. "Nduk, 'Nduk bangun 'Nduk."

"Mmmh…"

Sasuke bangun perlahan.

"Nduk?"

"Ibu…" Sasuke ngerjab-erjab pelan.

"Iya?"

"Nanas… Cabe…"

Lha yang dia omongin 'kok itu…

"ANAKKU KENAPAAA?" delik Mikoto ke trio bule di belakangnya.

Salahin 'tuh, gara-gara mereka Sasuke jadi korslet.

0-0-0-0

TBC