DISCLAIMER : Masashi Kishimoto

.

.

.

.

WARNING! : Out Of Character here, many, mistakes, mainstream, story from me

GENRE : Romance and humor

Rate : T slight M

.

.

Ini chap terakhir, dan ada sedikit menambahkan bumbu M di dalamnya xD

.

.

Playboy Cap Rubah |Chapter 5

.

.

.

.

BORING!

Suara jangkrik memenuhi tempat perkumpulan kemah, para lelaki duduk di depan api unggun dan saling berhadapan dengan para wanita. Mereka semua tertawa ria sembari saling melempar canda ejekan satu sama lain.

Naruto terus mengamati wajah cantik Sakura yang tengah tersenyum bersama Ino dan Tenten, kepala pink gadis itu bertumpu diatas bahu sang sahabat kuncir pirang. Tiba-tiba Naruto terkekeh kecil membuat Sai menatapnya dari samping.

"Apa yang membuatmu jadi tertawa !?" Naruto melirik Sai melalui ekor mata lalu kembali memandangi Sakura. Pemuda pucat itu mengerti, ia tersenyum palsu dengan kepala memutar kesamping untuk memamerkannya kepada sang sahabat pirang.

"Sulit mencari wanita seperti Sakura-san..." Naruto hanya mengangguk singkat seraya beranjak dari duduknya.

"Jangan biarkan ada yang mengganggu saat nanti aku sedang bersama Sakura !" Suruhnya datar kemudian berjalan meninggalkan Sai dan menghampiri tempat Sakura duduk. Pemuda berkulit pucat itu tersenyum, dengan senang hati ia akan menuruti perintah dari sahabat pirangnya.

Setelah tiba di tempat Sakura, Naruto berjongkok lalu mendekati telinga gadis itu dan membisikan sesuatu yang membuat bibir peach itu melengkung keatas. Ino berdecak, merasa terganggu dengan kehadiran Naruto yang langsung membuat Sakura berdiri meninggalkan bahunya.

"Ayo !" Sakura terkikik malu, segera ia menyambar lengan Naruto yang sudah tersiap untuk dirinya.

"Kita akan kemana ?" Ia bertanya, juga mencari-cari alasan guna mengabaikan picingan tajam dari para wanita yang tak rela melihat pangeran mereka hendak pergi jalan berduaan dengan murid baru itu.

"Ikuti saja !" Naruto menyuruh singkat seraya mengajak Sakura berjalan mulai meninggalkan tempat perkumpulan semua yang ikut camping.

"Ino, aku pergi dulu ya..." Gadis yang diajak bicara itu hanya mengela nafas malas menanggapinya.

"Ciiee cieee~ ehemm !" Para lelaki teman-teman Naruto menggoda kedua insan tersebut membuat wajah sang gadis merona pekat. Seorang gadis bersurai merah berdiri di hadapan Naruto dan Sakura, menghalangi jalan keduanya.

"Naruto-kun disini saja bersamaku !" Ujar gadis berkacamata itu, kedua tangannya merentang lebar, tak memberi akses untuk Naruto dan Sakura lewat.

"Hei mahluk kacamata !" Kepala merah mencolong itu menilik kesamping Naruto untuk melihat orang yang menegurnya tak sopan. "Menyingkir dari hadapn mereka atau kau tak akan bisa pulang dengan kulit mulus..." Lanjut orang itu lagi yang ternyata Kiba. Sai tersenyum palsu, senang dengan sikap preman sahabatnya yang pecinta anjing.

"diamlah kau cerewet !" Karin menyahut ketus dan tak kalah tak sopannya dari ucapan pemuda bertato tersebut.

"KAU !"

"Sudah cukup !" Sakura melerai, sedang Naruto hanya diam dengan raut datarnya. Membenarkan letak kacamata merahnya, kemudian Karin melihat kedepan tempat Sakura dengan tatapan sebal.

"Biar adil, sebaiknya Naruto-kun saja yang menentukan keinginnya, ingin jalan bersama mu atau aku." Usulan Sakura sukses mendapat anggukan setuju dari teman-teman lainnya. Karin tersenyum remeh, ia yakin sekali bahwa Naruto pasti akan menjatuhkan pilihan kepada dirinya.

Sebelah sudut bibir Naruto rerangkat tipis, ia melepaskan pelukan Sakura terhadap lengannya kemudian membiarkan tangan kecil itu menganggur. Para pria dan wanita menanti antisuas, tak sabar ingin segera mengetahui siapa yang akan ia pilih diantara kedua gadis bersurai mencolok tersebut.

"Aku ingin Karin" Si pemilik nama menunjukan senyum kemenangan. Sakura melihat kesamping, melempar tatapan tajam kearah Naruto yang hanya bersikap cuek. Namun tak sampai disitu, masih ada lagi kelanjutan dari kalimatnya tadi. "...Yang tinggal dan Sakura yang akan pergi bersamaku." Tuntas sudah. Kedua mata Sakura membola lebar, merasa terkejut bercampur senang.

Karin mendongkol muak, kakinya yang berpijak diatas tanah lembap menghentak dan hanya sekali. Ia tak senang mendengar jawaban tak mengenakan yang dilontarkan oleh pemuda tercintanya.

"Ayo kita pergi !" Kepala gulali Sakura mengangguk mantap, tangannya tak dibiarkan kosong oleh Naruto yang langsung menggandengnya seraya melangkah dan berlalu cuek disebelah Karin.

"Besok giliran aku." Karin berseru percaya diri dengan nada sedikit meninggi, namun Naruto tak menyahut dan malah menarik pinggul Sakura hingga tubuh mereka jadi tak ada celah membuat hati Karin semakin berdenyut perih karenanya.

"Besok kau ikut aku lagi ya." Naruto sengaja berkata nyaring agar Karin dapat mendengar obrolan mereka. Sakura menoleh sambil tersenyum manis, dan dengan senang hati ia menerima ajakan dari pemuda pirang itu.

"Aku akan bertindak" Karin berujar yakin dan malah mendapat sorakan dari murid-murid yang mentertawai nasibnya.

"DIAM KALIAN !"

"Huuuu~ hahahaha..."

.

.

.

.

Terlihat dua pasang pria dan wanita tengah berjalan dipinggiran air terjun sambil saling merangkul. Kepala hitam-kebiruan yang berjambul dibagian belakang milik si pemuda melihat kesamping, mengamati wajah lembut sang gadis cantik.

"Pemandangan disini indah sekali" Sasuke tersenyum tipis mendengar ucapan kagum dari Hinata. Tangan kekarnya semakin erat melingkari pinggang Hinata, sehingga mereka berjalan tanpa bercelah.

"Masih kalah indah dibanding dirimu..." Pipi putih Hinata merona, ia tak menyangka bahwa selain Naruto, Sasuke juga bisa menggombal.

"Cuaca disini lumayan dingin." Kembali Hinata berkata hal lain, mencari alasan agar Sasuke tak menggombali dirinya lagi.

"Ada aku disini yang akan menghangatkan tubuhmu" Gagal, rayuan manis kembali meluncur dari bibir Sasuke yang tak mengalihkan pandangan dari wajah anggun sang kekasih indigo.

"Cukup Sasuke-kun !" Tegurnya malu-malu membuat Sasuke semakin bersemangat untuk melontarkan semua kata-kata gombalan yang bersusah payah ia pelajari dari Naruto.

.

.

Senyum lebar di wajah cantik Sakura tak kunjung lenyap sejak dirinya dan Naruto sudah tiba dipinggiran air terjun dan kini mereka sedang duduk berduaan diatas bebatuan besar. Naruto mencondongkan wajah kehadapan wajah Sakura, ia tersenyum lebar kemudian mendekat lalu menyatukan kening mereka.

"Kau cantik sekali..." Bisik pemuda itu, menguarkan nafas segarnya tepat di depan hidung mungil Sakura.

"Jangan menggombal !" Naruto tertawa halus, tangannya berangsur naik menjelajah kedua lengan Sakura, terus naik keatas dan melalui leher jenjang gadis gulali itu kemudian berhenti setelah tiba dipipi putih mulus tersebut.

"Aku berkata jujur... Kau berbeda dari wanita-wanita yang pernah menjadi teman kencanku." Gadis itu tertawa halus, telapak kecilnya menggenggam tangan Naruto yang menangkup sisi wajahnya.

"Bohong !" Naruto mendengus tak suka, tersinggung dengan sangkalan Sakura yang tak mudah menganggap dirinya jujur.

"Justru kau yang berbohong..." Kali ini giliran Sakura yang mendengus. "Jangan sungkan, bilang saja bahwa kau sudah jatuh cinta padaku !" Sakura bungkam, tak tahu bagaimana Naruto bisa mengetahui perasaannya.

"Pede !" Hampir saja tawa Naruto meledak bila ia tak segera bisa menahannya. Sakura merajuk, ia menjauhkan wajah mereka dan menatap sebal lelaki di depannya.

"Jangan marah begitu !" Ucapnya menyadari kekesalan Sakura yang berujung pada dirinya. Gadis itu tak mengubris dan malah bangkit hendak pergi, namun dengan gesit Naruto menarik pergelangannya hingga ia kembali terduduk, dan kali ini duduk diatas pangkuan sang pemuda pirang.

Jemari Naruto menyingirkan helaian pink Sakura sehingga leher jenjang yang tadinya tertutup jadi terekspos jelas, kemudian ia menggesekan ujung hidung lancipnya disana membuat si empu tertawa halus karena merasakan geli.

"Khikhi... Naruhh~" Pemuda itu semakin senang, tangannya bergerak melingkari perut rata Sakura.

"Hmmm... Aku jadi ingin memakanmu" Naruto berkata disela mengecup singkat kulit leher Sakura. Gadis itu bergerak menjauhkan wajah Naruto lalu menangkup kedua pipinya, mempertemukan tatapan mata mereka.

"Dasar Rubah mesum !" Ejeknya namun tak menghilangkan sipuan malu. Mengecup sekilas bibir seksi Naruto, lalu Sakura berdiri dan mengedarkan pandangan disetiap tempat.

"Ada apa ?" Kepala pinky itu merunduk, ia mengulas senyum manis kemudian berjongkok dan meninggalkan kecupan di dahi Naruto yang tertutupi oleh poni pirangnya.

"Tunggu disini sebentar !" Ujarnya dengan nada halus. Naruto mengangguk, bibir merahnya membentuk sebuah senyum samar.

Sakura kembali berdiri, matanya menatap lekat wajah tampan Naruto. Cukup lama, sebelum kemudian ia membalik badan membelakangi Naruto lalu melangkah maju meninggalkan pemuda yang tengah duduk manis itu menanti dirinya kembali.

"Aku tak suka menunggu, apa lagi bila sampai lama.!" Langkah kaki Sakura terhenti, kepalanya berputar kebelakang melihat Naruto yang hanya berwajah datar.

"Baiklah sayang." Pemuda itu tersenyum simpul, merasa senang mendapat panggilan centil dari sana. Sakura tersenyum manis, segera ia menghadap kedepan kemudian melanjutkan lagi perjalannya.

"Apa yang dia rencanakan ?" Naruto bergumam setelah Sakura menjauh.

.

.

Hinata terus menggerutu di sepanjangan jalan. Gadis indigo itu kesulitan dalam melewati bebatuan yang terdapat di dekat air terjun.

Tadi Sasuke kembali ketenda dan menyuruh Hinata untuk menemuinya lagi ditepi air terjun. Pemuda raven itu kembali hanya untuk mengambil sesuatu, dan ia sudah mengingatkan Hinata agar mereka bertemu lagi di dekat air terjun.

Senyum lebar terkembang dibibir Hinata kala mendapati punggung lebar milik seseorang bertubuh tinggi sedang berdiri sambil menyenderkan bahu dengan kepala yang mengenakan hoodie jaket ungu sehingga tak memperlihatkan belalang kepala lelaki tersebut.

"Itu pasti Sasuke-kun." Gumamnya senang, segera ia menyusul kesana dan ingin langsung memeluknya dari belakang.

Anggap saja itu sebuah kejutan.

.

.

Naruto tersentak ketika merasakan tangan kecil seseorang melingkari pinggangnya dari belakang. Ia tersenyum samar, merasa yakin bahwa si pelaku pemelukan tersebut adalah Sakura.

Tangan pemuda itu terangkat, lalu memegang tangan yang kini semakin erat dalam memeluknya dengan kepala dibelakang sana bersandar penuh di punggung kokohnya.

.

.

Pukk...

Sakura terlonjak kecil, seseorang menepuk bahunya dari belakang membuat langkahnya yang hendak pergi kedekat air terjun tertunda. Ia membalik tubuh, wajahnya terpasang kesal karena dikejutkan oleh seseorang dalam hutan gelap, mana ia seorang diri lagi.

"Sasuke !" Sakura berseru kaget, tak menyangka bisa bertemu dengan pemuda emo itu.

"Apa yang kau lakukan dihutan ini ? Tanya pemuda itu, wajahnya hanya datar. Sakura menyeringit heran, ia memiringkan kepala menatap tak mengerti lelaki bermanik kelam yang berdiri di hadapannya.

"Ck, seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau bisa ada disini !?" Sakura balik mengajukan sebuah pertanyaan.

"Sudah lama aku berada disini bersama Hinata." Jelas pria itu datar. Sakura mengangguk, seketika ia baru mengingat sesuatu.

"Owh, pantas saja tadi kau dan Hinata tak terlihat di tempat perkumpulan. Ternyata kalian sedang berduaan ditempat ini..." Sasuke mendengus, merasa terabaikan karena sejak tadi dirinya tak hadir dan tidak seorangpun yang menyadarinya.

"Kalian semua payah." Cibirnya sambil memasang raut datar. Sakura tertawa kikuk, matanya menatap Onyx gelap disana.

"Dimana Hinata ?" Sasuke menilik kebelakang dari atas bahu Sakura, mengamati pinggiran air terjun yang terletak tak begitu jauh dari tempat mereka berbincang singkat.

"Dia menungguku disana" Kepala pink Sakura memutar kebalakang, ikut melihat ketempat tadi ia meninggalkan Naruto seorang diri.

"Naruto-kun juga ada disana." Tanpa menjawab, segera Sasuke berjalan melalui Sakura yang langsung bergegas mengekorinya dari belakang.

"Hey bokong, tunggu aku !" Sakura memanggil namun tak ada kubrisan dari pemuda di hadapannya yang terus melangkahkan kaki menyusuri jalanan hutan yang terbuka menuju tempat air terjun. Mungkin ia kesal karena dipanggil 'bokong' oleh gadis berjidat lebar yang tak henti mengikuti jalannya dari belakang.

.

.

"Cukup lama aku menunggumu disini" Naruto menutur datar dan hanya mendapat tanggapan cekikik geli dari gadis yang masih setia memeluk pinggang hingga perutnya dari belakang.

"Maafkan aku." Naruto menyeringit, suara lembut tadi sama sekali bukan ciri khas Sakura. Tetapi itu adalah nada bicara Hinata.

"Sakura, kau kah itu !?" Hinata tertegun, ia baru menyadari suara dingin itu sedikit berbeda dari Sasuke dan juga, pantas saja wangi parfumnya tak seperti Sasuke yang biasanya. Kali ini sangat jauh berbeda dari yang lainnya.

"Sa–sasuke-kun !"

Kriikk kriikk... Kriikk Kriikk...

Terjadi keheningan diantara Naruto dan Hinata yang masih belum melepaskan pelukannya dan hanya suara jangkrik yang memecahkan kesunyian.

Entah sejak kapan Sasuke dan Sakura tiba, tahu-tahunya kini mereka sudah berdiri tak jauh dari tempat Naruto dan Hinata. Emerald dan Onyx milik Sasuke dan Sakura melebar, keduanya menatap Naruto dan Hinata dengan pandangan antara percaya dan tidak.

Keringat kecil menetes dari sisi wajah Hinata, dan begitu pula dengan Naruto. Bola mata mereka berdua melirik kesamping melalui ekor mata. Dan di dekat batang pohon besar, terdapat Sasuke dan Sakura mengepalkan tinju yang sudah siap dilayangkan kapanpun mau melakukannya.

Hal itu semakin membuat Naruto dan Hinata menyucurkan banyak keringat dingin. Pelukan gadis indigo itu tak kunjung lepas, itu dikarenakan tubuh mereka berdua menegang hingga tak bisa dikendalikan.

Sasuke mengendus.

Sakura menggeram.

"NARUTO!/HINATA!"

.

.

.

.

Gigi-gigi Naruto saling menggelutuk, dari ujung kaki hingga batas lehernya terbalut oleh selimut tebal. Wajah Sakura tampak bersedih, ia tak sanggup melihat Naruto menderita karena ulah Sasuke tadi yang langsung menerjangnya sehingga kedua pemuda tampan itu tercebur kedalam genangan air sedingin air laut dibawah Es yang beku.

"Hacchihh"

Itu bersin yang keempat puluh dari Naruto. Sejak naik tadi, pemuda itu langsung menggigil dan terus-menerus bersin-bersin hingga tiba di tenda. Berkat kesetiaan Sakura dalam menemani, ia jadi bisa memulihkan tubuh. Walau tak sepenuhnya.

"Ta–tadi i–itu–u h–ha–hanya sssalah p–p–pa–ham" Sakura mengangguk, ia bisa mengerti bahwa semuanya tadi hanya salah paham. Itu berkat Hinata yang menjelaskan dari lembar pertama sampai akhir.

"Aku tahu itu Naruto-kun." Gadis itu menyahut lembut, ia bergeming dari duduknya lalu mendekati Naruto kemudian meraih kepala pirang itu dan menyembunyikan wajah tampan si empu di lekukan lehernya. Menyalurkan kehangatan agar rasa dingin yang melanda Naruto bisa sedikit berkurang.

.

.

"Ini semua salah Sasuke-kun sendiri yang tak mau mendengarkan penjelasan dariku lebih dulu !" Sasuke hanya diam dalam gumulan selimut tebal, gigi-giginya saling berbunyi karena menggigil. Sama halnya seperti nasib Naruto.

Hinata sibuk bekerja membereskan pakaian basah milik Sasuke, ia mengonggoknya menjadi satu tumpuk agar tak ada yang ketinggalan untuk dicuci besok.

"Hhh–hi–hinata p–peluk aaak–aku bbrrr..." Gadis itu menghentikan pekerjaannya, kemudian ia menghampiri Sasuke dan langsung meregap erat tubuh itu yang terbalutkan oleh lapisan selimut tebal.

.

.

.

.

.

"Ino-pig !"

"Hmm..." Gumaman halus menjadi respon Ino dari panggilan gadis yang tengah membaringkan diri dibelahnya.

"Boleh aku bertanya sesuatu !?" Gadis Yamanaka itu mengangguk singkat sambil tak berniat membuka mata, ia mengantuk dan ingin segera istirahat namun harus terlebih dulu menjawab pertanyaan dari sang sahabat pinky.

"Jawab dengan jujur ya..." Sebelah mata Ino terbuka, mengintip Sakura yang berbaring gelisah dibarisan ketiga setelah Tenten dan dirinya.

"Baiklah" Balasnya malas. Sakura melirik Tenten disebelah Ino, memastikan bahwa gadis tomboy itu sudah tidur lelap.

"Uumm... Apa..." Kalimat Sakura dijeda, mencari kesempatan untuk melirik Ino yang kini telah membuka mata dan menatap dirinya dengan ekspresi aneh.

"Forehead !?" Ino memanggil cemas, heran akan gelagat aneh yang Sakura tunjukan.

"Ino !" Kali ini gadis blonde itu memiringkan tubuh hingga ia bisa melihat Sakura dari arah samping.

"Iya Sakura ?" Gadis gulali itu ikut berbaring kesamping, membalas tatapan penasaran dari Ino.

"Ini tentang Naruto-kun." Ino menghela nafas pendek, ia menyingkirkan kebelakang rambut panjangnya yang tergerai.

"Kau ingin menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan Naruto ?" Kepala pinky itu bergerak naik turun, mengiyakan sangkaan Ino yang tepat mengenai keingin tahuannya.

"Bertanyalah !" Perintahnya yang hanya ditanggapi kegelisahan oleh Sakura.

"Uumm..." Awalnya Sakura bergumam ragu, hingga kemudian ia memaksakan diri untuk mengajukan satu pertanyaan kepada Ino. "Berapa kali kau dan Naruto-kun ehem... Pernah... Umm... Pernah... be–berciuman"

Ino terdiam dengan ekspresi wajah terkejut bukan main. Bibir mungilnya terbuka kecil, mata Aquamarine indah miliknya membulat lebar dengan sorot tak bisa dimengerti.

"Ke–kenapa harus meminta hal itu ?!" Ino bertanya gelagapan. Kedua belah pipinya merona pekat, ada rasa malu dan tak begitu yakin untuk menceritakan semua pengalamannya saat dulu masih berhubungan dengan sang pangeran sekolah.

"Aku mohon, untuk kali ini saja..." Pinta gadis Haruno itu dengan wajah memelas dan mata berkaca-kaca. Bersusah payah Ino meneguk ludah, lalu perlahan ia mulai menganggukan kepala pirangnya membuat seulas senyum lebar tersunggung dibibir peach Sakura.

Flashback...

Seorang gadis bersurai pirang pucat yang dikuncir tinggi sedang berjalan menghentak-hentakan kaki sambil terus menggerutu sebal. Ia tampak tengah kesal, dan berniat hendak pergi keatas atap sekolah guna mencari angin segar agar luapan hatinya yang memanas dapat berkurang.

Tepat saat kaki jenjang Ino hampir menginjak lantai semen di depan pintu atap, tangan kekar milik seseorang menarik pergelangan gadis cantik itu dan langsung membawa dirinya masuk kedalam lorong gelap.

Nafas Ino terengah karena terkejut. Namun tak lama kemudian, hidungnya mancungnya menghirup dalam wangi parfum yang sangat ia kenal. Gadis itu tahu, wangi lembut yang terasa nyaman itu adalah bau khas Naruto Namikaze. Yah, hanya Naruto seoranglah yang memiliki wangi tubuh berbeda dari semua lelaki di Konoha High School.

"Kenapa kau bisa ada disini hah !?" Ino menuding marah, karena pemuda menawan itulah ia menjadi galau dan ingin menyendiri diatap sekolah.

"Jangan marah lagi !" Pemuda itu berbisik halus, tangan yang semulanya memegang pergelangan Ino berlalih dan menarik pinggul gadis tersebut.

"Untuk apa mengurusiku, sebaiknya kau ladeni saja Tenten yang sibuk bercentil pada dirimu." Sebelah tangan Naruto menyentuh pipi halus Ino, mengelesunya lembut hingga tanpa sadar gadis itu menggigit kuat bibir bawahnya. Ia terbuai dan ingin berjinjit untuk meraub bibir seksi pemuda tampan yang tengah sibuk memijat pinggang langsingnya.

"Dengar Ino sayang... Hanya kaulah wanita satu-satunya yang menguasai hatiku saat ini." Rayu lelaki itu dengan gaya khas pria playboy. Namun untungnya, Ino langsung termakan dengan rayuan gombal tersebut.

"Naruto-kun~" Panggil gadis itu manja, tangan yang tadinya berjuntai disisi badan kini bergeming lalu melingari leher kokoh pemuda di hadapannya.

"Kau tak marah lagikan !?" Anggukan kecil menjawab pertanyaan Naruto yang menyeringai lebar dan langsung menukar posisi mereka, dimana punggung Ino yang kini bersandar pada tembok semen dengan Naruto yang masih setia memegang pinggang kecil gadis blonde tersebut.

"Boleh aku minta jatahku !?" Godanya yang berhasil membuat seluruh wajah Ino bersemu pekat.

"Naruto-kun mesum !" Kata Ino dan hanya mendapat respon tawa geli dari sang kekasih playboy. Ino terjekut kecil saat merasa hentakan pada badannya, sehingga kemudian ia merasakan tubuhnya merapat pada tubuh depan Naruto.

"Aku akan memakanmu." Ino tersipu malu, iris Aquamarine kepucatan miliknya menatap dalam Shappire yang berkilat tajam disana.

Perlahan, kelopak mata lentik Ino mengatup dalam iringan Naruto yang merunduk mendekati wajah meronanya. Tak lama kemudian, dapat Ino rasakan benda kenyal, basah dan manis menyentuh permukaan tipis miliknya.

"Kau sangat menggoda dimataku" Pemuda itu berkata disela mengecup lembut permukaan bibir tipis Ino.

Gadis pirang pucat itu tak mengubris, ia berjinjit lalu menarik leher Naruto hingga si empu merunduk dan mempermudahnya untuk mereka saling bermain bibir dalam saling lumat-melumat.

"Hhmmpph..." Desahan Ino lolos di dalam mulut Naruto, kedua matanya terpejam rapat menikmati lidah panas milik sang kekasih yang lihai menjelajahi seluruh isi rongganya. Ciuman Naruto merambat turun, ia meninggalkan bibir Ino yang sudah membengkak karena dihisap kuat dan berpindah kebawah, dimana letak leher jenjang milik gadis feminim tersebut.

Kepala Ino mendongak, memberi akses mudah untuk Naruto yang sibuk menyapu kulit leher mulusnya menggunakan lidah. Lima jemari lentik gadis itu tersemat dihelaian pirang Naruto, dan menjambaknya gemas kala merasakan empat gigi taring kecil sang lelaki menggigit iseng kulit putih bersihnya.

"Oouch~ Naruto-kun..." Bibir mungil Ino terbuka kecil, melepaskan nafasnya yang terengah. Jemari-jemari panjang milik Naruto tak tinggal diam, bekerja meremas sensual pinggul sang gadis.

Tak bertahan lama berkutat dengan pinggul seksi Ino, gerakan tangan Naruto menurun kebawah menuju letak rok mini KHS bermotif kotak-kotak hitam yang gadis kenakan. Ino menggigit kuat bibir bawahnya, berusaha menahan erangan erotis yang terus mengobrak-abrik dirinya.

Flashback End...

Ino tertawa kaku, wajahnya merona hingga ketelinga. Sementara Sakura, ia hanya bisa terdiam sehabis mendengarkan ingatan masa lalu Ino pada saat gadis itu berpacaran dengan Naruto.

"Ini tak adil !" Tiba-tiba Sakura memekik kecil, wajahnya terpasang masam membuat Ino yang melihatnya jadi sedikit merasa tak enak.

"Ti–tidak adil bagaimana ?" Zambrut menyala Sakura melirik kesamping, melempar picingan tajam terhadap Ino yang hanya bisa membatu diatas kasur dan masih dalam keadaan berbaring miring.

Sakura mendengus, matanya menjadi merah karena menahan sesuatu. "Naruto-kun curang, dia sudah berkali-kali mencium bibir wanita yang bahkan sampai keleher mereka sedangkan aku, dia beruntung karena mendapatkan ciuman pertamaku..."

Ino termangu sambil menatap tak percaya Sakura yang berwajah masam, benar-benar tak terfikirkan olehnya karena dirinya dan Sakura senasib. Sama-sama ciuman pertama mereka di dapatkan oleh Naruto, lelaki yang juga sama keduanya cintai. Namun Ino hanya dulu, dan sekarang rasa itu masih ada. Tetapi hanya tersimpan sedikit, bagaikan cuilan kecil cake coklat strawberry.

"Sudahlah, sebaiknya kita segera tidur." Sakura mengangguk singkat, menerima ajakan Ino. Ia menarik selimut tebal miliknya lalu kemudian ia gunakan untuk menyelimuti badannya dari ujung kaki hingga keleher putihnya.

"Oh ya, apa cuma sekali itu Naruto-kun pernah mencium mu ?" Reflek, kelopak mata Ino yang baru saja hendak terkatup langsung gagal. Dan kini Aquamarine kepucatan dan Emerald terang milik kedua gadis cantik tersebut saling bertatapan secara langsung.

"Tidak !"

"Lalu ?" Tak puas sampai disitu, dan Sakura tampak ingin sekali mengetahui tentang masa lalu Naruto.

"Itu sudah yang kedelapan puluh empat kalinya Naruto menciumku."

"AP— hmph !?" Entah sudah berapa lama Tenten bangun, dan ia langsung begitu saja memebekap mulut Sakura yang baru saja meloloskan pekikan lantang. Ino memutar kepala keatas, melihat Tenten yang tengah menjulurkan tangan mengunci permukaan bibir Sakura.

"Itu masih terlalu sedikit, Naruto bahkan lebih banyak mencium bibirku... Sebanyak seratus dua puluh enam kali lumatan lembut yang dia berikan kepadaku." Wajah Sakura merah menyeluruh karena luapan emosi. Bahkan, Ino yang juga mendengar pengakuan Tenten terlihat tak suka.

Gadis tomboy bercepol dua itu menyeringai lebar, ia meninggalkan bibir Sakura kemudian kembali berbaring pada tempatnya.

"Mau aku ceritakan !?"

"TIDAK !" Tolak Ino dan Sakura mentah-mentah dalam pekikan serentak. Tenten tertawa menang, kembali ia memakai selimut tebal dan lalu memejamkan mata, melanjutkan lagi acara tidurnya yang sempat terganggu karena tanpa sengaja pendengarannya menangkap suara bisik-bisik dari sang kedua sahabat.

.

.

.

.

Kelopak mata milik seorang pemuda bersuai pirang perlahan mulai terbuka. Iris biru tajam itu kembali tersembunyi karena silau terkena pancaran cahaya sinar matahari pagi yang menerobos masuk melalui celah resleting tenda.

Lelaki itu mengerang halus, ia menyipitkan mata sambil mengedarkan pandangan di dalam tenda yang tak berpenghuni selain dirinya seorang. Menyibak selimut, kemudian ia bangun lalu meregangkan otot-otonya yang kaku sehabis tak bekerja selama belasan jam.

"Dimana yang lainnya ?" Naruto bertanya kepada diri sendiri, terheran dengan keadaan sekitar yang tak ada satupun para lelakian.

Ssrekk...

Iris Shappire tajam itu menatap lurus kedepan, menanti santai orang yang membuka jalan masuk kedalam.

"Oh, kau sudah bangun rupanya." Seorang lelaki berambut silver dengan tampang malas berseru dari luar. "Cepatlah keluar untuk sarapan bersama-sama !" Perintah lelaki bermata sayu itu.

Naruto berdiri lalu berjalan mendekati tempat letak tas miliknya. Ia membuka resleting tas hitam tersebut kemudian mengeluarkan salah satu handuk putih dan beberapa keperluan mandi.

"Setidaknya biarkan dulu aku membersihkan seluruh badanku." Kakashi menghela nafas, kepalanya mengangguk singkat kemudian ia tarik keluar meninggalkan Naruto yang tengah sibuk membuka baju kaosnya.

"Sensei !" Langkah Kakashi terhenti, ia berbalik ketenda dan menyembulkan lagi kepalanya. Dipojok dinding tenda, terdapat Naruto sudah tak mengenakan baju atasan sehingga memamerkan dada bidang dan perut perkotaknya.

"Ada apa ?"

"Dimana Sakura ?" Tanya pemuda itu seraya beranjak dan mendekat kearah celah, tempat Kakashi berjongkok sambil memasukan kepala abu-abunya kedalam tenda.

"Tadi dia menyiapkan makan untukmu setelah itu dia pergi ketempat air terjun untuk mandi..." Seringai mesum tersungging diwajah Naruto.

"Dengan siapa dia pergi ?" Lelaki yang ditanyai itu berdecak malas, bola mata kecilnya berputar keatas dengan begitu bosannya.

"Sendirian" Usai menjawab, segera Kakashi berdiri dan berniat hendak melenggang pergi dari tempat Naruto. "Cepatlah agar kita bisa mengerjakan tugas yang lainnya !" Terakhir menyampaikan kalimat tersebut, lelaki itu sudah melangkahkan kaki.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas, Naruto bangkit lalu keluar sambil membawa peralatan mandi. Ia tersenyum lebar, membayangkan hal mesum saat nanti mandi berduaan dengan Sakura.

"Tunggulah diriku My Cherry..." Dan setelahnya, Naruto berlari kencang melewati para wanita yang memuncratkan banyak darah dari kedua lubang hidung karena melihat tubuh atas telanjang seksinya dengan bawahan yang hanya mengenakan celana trening hitam.

Pemuda itu terlihat sangat menggiurkan dimata para wanita sehingga tanpa sadar masing-masing dari mereka semua menjilat permukaan bibir, membayangkan betapa hangat dan nyamannya berada dalam dekapan tubuh seksi tadi yang dipenuhi oleh balutan benjolan-benjolan keras dari perut hingga lengan.

.

.

Inner Naruto berteriak kesetanan, wajahnya memanas. Bagaimana tidak, disana, dibawah bukit tinggi tampak seorang gadis tak mengenakan busana sedang menghadap kearah air jernih yang mengalir deras dari atas.

Bahu putih gadis merah muda disana basah karena cipratan air, separuh tubuh telanjangnya tersembunyi di dalam air dan hanya memperlihatkan belahan dadanya. Naruto tertawa girang, merasa senang karena orang disana tak menyadari kehadiran dirinya.

Masih dengan seringai mesum, pemuda itu menuruni bukit. Ia terus berjalan tertatih melewati bebatuan hingga kemudian ia sudah sampai dibawah dan kini tengah berdiri mengamati Sakura dari belakang. Rasanya, ingin sekali ia menjamah tubuh indah itu dan meninggalkan banyak bercak merah dikulit leher jenjang tersebut.

"Ehemm !"

Sontak, Sakura langsung menenggelamkan diri kedalam air dan hanya menyisakan kepala pinkynya. Ia memutar tubuh, ingin mengetahui orang yang baru saja berdehem iseng. Seketika iris hijau Emerald itu membulat, wajah si empu bersemu pekat kala bertemu pandang dengan Shappire tajam milik Naruto.

"A–apa yang kau lakukan disini !?" Sakura bertanya garang bercampur malu-malu, kedua mata nakalnya tak ingin melihat kearah lain dan bersikukuh dalam mengamati tubuh seksi Naruto yang hanya mengenakan handuk putih pada bagian bawah pinggang.

"Tentu saja mau mandi." Balas pemuda itu datar dan ketus. Tanpa berfikir panjang, ia membuka lilitan handuknya membuat Sakura langsung menutup wajah menggunakan kedua telapak tangan.

"Baka !" Naruto menyeringai. Baginya seru juga mengerjai Sakura, padahal ia mengenakan boxer pendek orange dengan motif kodok dan entah kenapa Sakura malu melihatnya.

Jbuurrr...

Merasa penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Naruto, jari telunjuk dan tengah yang menutupi sebelah mata Sakura terbuka kecil, memberinya akses untuk bisa mengintip.

Wajah Sakura linglung, ia menjauhkan tangan kemudian kepala pinknya bergerak kesana-kemari mencari keberadaan Naruto yang entah kemana hilangnya. Gadis itu menggumamkan sesuatu, merasa kesal karena ditinggalkan begitu saja.

"Mencari diriku eh !?" Bulu kuduk Sakura berdiri kala hembusan nafas hangat bercampur segar menggelitiki telinganya. Ia berbalik, kembali menghadapi derai-berderai guguran air yang terdapat sosok Naruto tepat di hadapannya.

"Kau ini selalu saja mengejutkanku" Rutuknya sebal namun tetap tak menghilangkan rona pekat diwajah cantiknya. Sakura menggigit kuat bibir bawahnya, ia tak tahan melihat wajah tampan Naruto dengan rambut kering-kering basah seperti itu.

Sungguh begitu menggoda dimata Sakura. Gadis gulali itu telah terhipnotis oleh keseksian tubuh atas Naruto, matanya bergerak sendiri mengikuti satu tetesan air yang mengalir lambat dari rambut pirang pemuda itu lalu turun kedada kemudian perut six packnya hingga jatuh pecah saat tiba di air.

"Ehh ! Na–naruto-kun !" Sakura berseru pelan saat dirasa tangan Naruto yang berada di dalam air menarik pinggangnya sehingga tubuh polos mereka saling berhimpitan, memberikan rasa hangat di dalam air yang dingin.

"Kau sangat menggoda" Bisik lelaki itu halus. Merah di wajah Sakura semakin bertambah pekat dengan telapak tangan bertumpu di permukaan dada Naruto.

"Ap— hhmmph..." Kalimat Sakura terpotong dikarenakan Naruto yang langsung mengunci bibirnya.

Pemuda semakin menghimpitkan tubuh mungil Sakura, ciumannya terhadap bibir peach gadis itu menuntut dalam. Lidah panas Naruto terjulur, meminta izin untuk menjelajahi seluruh isi rongga Sakura.

Tanpa bisa dicegah, Sakura melepaskan erangan seksi. Ia tak kuat menahan hasratnya manakala telapak lebar Naruto mengelus lembut dari pinggang kemudian naik keatas punggungnya.

Cukup sudah, persetan dengan semuanya. Tanpa memikirkan di sekitar, ia memeluk leher kokoh Naruto dan dengan begitu manjanya, gadis gulali itu mengerang disela melawan gumulan lidah panas Naruto.

.

.

.

.

"Uumm... Ini lezat sekali" Sakura terkekeh geli melihat kelahapan Naruto dalam mengunyah onigiri buatannya. Ia senang bila Naruto menyukai masakanmya, dan dengan begitu ia akan terus membuatkan makanan untuk lelaki itu. Tak peduli dimanapun mereka, mau di sekolah ataupun diluar sekolah, Sakura tak mau ambil pusing.

"Tambah lagi !" Pinta pemuda itu dengan suara teredam karena sumpalan onigiri yang memenuhi mulutnya sehingga kedua pipinya jadi tembem. Sakura tertawa senang, dengan gerakan cepat ia menyambar sepiring lagi onigiri dan ia berikan kepada Naruto yang ancap menerima.

Setelah menelan habis makanan dalam mulut, Naruto menyambar potongan onigiri lalu memasukannya lagi kedalam mulut dan mengunyahnya dengan lahap.

"Pelan-pelan, nanti kau bisa tersedak !" Sakura menegur seraya menyiapkan segelas air mineral. Mewanti-wanti bila nanti Naruto tersedak, maka ia bisa langsung menolongnya.

"Masakanmu sangat enak." Karena mendengar pujian dari Naruto, Sakura jadi tersipu malu dengan zambrutnya terus menatap pergerakan pemuda yang tengah duduk di hadapannya.

"Hoy Sakura !" Dua kepala pirang dan pink tersebut melihat keasal suara panggilan yang tertuju kepada Sakura. Dahi Naruto berkerut, tak suka dengan kehadiran Sasori yang langsung main duduk di dekat wanitanya.

"Ada apa Sasori ?"

"Ck, mana sarapan untuk ku !?" Naruto menggeram dalam diam, genggamannya terhadap dua bilah sumpit mengerat sehingga menghasilkan suara patahan kayu.

"Jangan minta sarapan kepada Sakura, disana masih ada banyak wanita yang memasak makanan untuk yang lainnya !" Mata Hazel Sasori menatap tak senang Naruto yang balas menatap dirinya dengan pandangan dingin dan menusuk.

"Apa masalahmu !?" Respon pemuda bersurai merah halus itu yang sukses membuat Naruto melempar kasar piring di tangannya.

"Dia hanya milik ku seorang !" Tegas Naruto seraya melempar tatapan mematikan kepada Sasori. Ada sedikit rasa takut, namun ia hanya bersikap cuek seolah tak menyadari hawa apapun.

"Naruto-kun !" Sakura berseru halus seraya bangkit lalu menghampiri Naruto yang tengah duduk dengan tatapan bengis yang telak mengenai Sasori.

"Seharusnya kau lebih mencemaskan aku dari pada dia Sakura." Ujar pemuda beriris coklat-kemerahan tersebut membuat emosi Naruto memucank hingga naik ke ubun-ubun.

"Cukup Sasori !" Tergur gadis itu tak suka karena lelaki merah itu hobi sekali menyulut amarah Naruto. Sasori mendengus, wajahnya tampak cemburu melihat Sakura yang tengah mengelus lembut pipi kokoh Naruto.

Mengumbar kemesraan di depan umum.

"Ayo kita pergi dari sini !" Tersenyum begitu manis, lalu Sakura mengangguk semangat. Sasori mendekati Sakura dan hendak menangkap pergelangannya, namun dengan gesit Naruto menepis kasar tangannya dengan raut dingin.

"Kita akan kemana ?"

"Berkumpul dengan teman-teman, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan." Sasori mendecih muak, merasa terabaikan karena Sakura lebih mementingkan Naruto dari pada dirinya yang sebenarnya sudah lama menyukai gadis berambut pinky itu pada saat pertama kali dia masuk ke Konoha High School.

.

.

Semua orang terdiam dengan masing-masing berekpresi ingin tahu. Sementara Naruto, ia menyeringai lebar sembari memeluk erat pinggang ramping Sakura dari samping. Shion yang melihat mereka berpelukan tak terima, segera ia bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Naruto dan memisahkan Sakura dari regapan prianya.

"Hey kau !" Sakura berseru tak suka, matanya memicing tajam tepat mengenai Shion.

"Naruto-kun hanya milik ku." Gadis itu merespon ketus, kini ia tengah memeluk manja lengan Naruto membuat hati Sakura mendongkol tak senang.

"Lepaskan aku Shion !"

"Tidak !" Pelukan terhadap lengan Naruto semakin mengerat, ia berdecak bosan kemudian menarik pinggul Sakura menggunakan sebelah tangan kanan sehingga tubuh mungil gadis berambut pendek sebahu itu kembali berada dalam pelukan hangatnya.

"Dengar semuanya.!" Para mata termasuk Shion menatap lekat wajah Naruto. Sedang Sakura, ia hanya mengulum senyum malu, tak sabar menantikan apakah yang akan di umumkan oleh Naruto.

"Ini tentang hubunganku dengan Sakura" Ujarnya dengan suara sedikit lantang. "Sekarang aku dan Sakura sudah resmi menjadi sepasang kekasih" Perkataan Naruto sukses membelalakan lebar mata para wanita. Sementara para lelaki, mereka tersenyum lebar, merasa senang karena tak ada lagi yang menguasai para wanita-wanita di KHS.

"Jangan bercanda !" Sara menyangkal, tak senang dengan sampaian Naruto yang menegaskan bahwa Sakura sudah sepenuhnya memiliki sosok pangeran pirang mereka.

"Aku tak bercanda"

"Naruto-kun berbohong !" Kini gadis pirang pucat yang berdiri di sebelah pemuda itu ikut menyangkal seraya tak berniat untuk meninggalkan lengan kekar tersebut.

"Kalian tahu sendiri bukan bahwa aku bukan tipe orang yang suka bercanda" Para lelaki menganggukan kepala, mereka setuju dengan perkataan Naruto tadi. Namikaze muda tersebut bukanlah anak yang mudah bergaul, dan hanya mau berhubungan dengan orang-orang tertentu.

"Mulai detik ini, untuk wanita-wanitaku...! Hubungan kita sudah sampai disini, biarkan aku menjalin hubungan serius dengan wanita yang aku cintai."

"TIDAK !" Naruto dan Sakura terlonjak. Keduanya terkejut akan pemberontakan dari para wanita yang tak mau merelakan pangeran tampan mereka jatuh di tangan Sakura.

Wanita-wanita ganas KHS satu-persatu mulai berdiri membuat lelakian mati kutu dengan cucuran keringat dingin karena takut, mereka tahu benar seperti apa menyeramkannya amukan dari para fans gilr Naruto.

"Kalian harus bisa menerima kenyataan !" Kelompok senior tak mengubris, dan malah mereka semua menyingsing tinggi lengan baju kaos sambil meregangkan otot-otot jemari dan ada juga sebagian yang mengasah kuku, bersiap untuk mencakar gadis yang sudah berani merebut idola Konoha High School.

"H–hey, hey. Kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik !"

"Ggrrhhhh...!" Semuanya melangkah, berjalan mendekati tempat Naruto, Sakura dan Shion yang juga ingin menghabisi gadis merah muda disebelah lelaki tercintanya.

"Tu–tunggu du—"

"NARUTO, CEPAT KALIAN BERDUA LARI !"

Kiba, Sai dan Sasuke serta Gaara berteriak lantang menyuruh sahabat pirang mereka untuk segera lari dari amukan mutlak para wanita. Mereka berempat beranjak dan dalam bersamaan merentangkan tangan menghalangi jalan agar ada waktu untuk Naruto dan Sakura bisa pergi.

Pemuda beriris Shappire tajam itu tersenyum lebar, kemudian tanpa menghiraukan larangan Shion ia langsung menyentak lengannya dari pelukan erat gadis disampingnya dan lalu membopong bridal style tubuh mungil Sakura.

"Terimakasih teman-teman !" Ucapnya singkat, dan setelah itu Naruto berlari dalam keadaan menggendong tubuh Sakura. Para wanita garang yang di halangi oleh Kiba, Sai, Sasuke dan Gaara menggeram marah, lalu dalam sekali dorongan kuat mereka berhasil menumbangkan keempat teman Naruto dan melewati begitu saja keempat pemuda bernasib naas tersebut.

Sakura terawa gelak di dalam gendongan Naruto, tangannya melingkari leher pemuda yang tengah berlari kencang itu. Naruto tersenyum lebar, larinya semakin bertambah laju sehingga para wanita yang mengejarnya tertinggal jauh di belakang.

"Mereka masih mengejar kita." Ujar gadis musim semi itu disela mengulum senyum geli, tak merasa takut selama dirinya masih bersama Naruto.

"Dan kita akan terus berlari seperti ini" Naruto membalas perkataan Sakura sambil tak menghentikan kecepatan larinya. Gadis pinky itu tersenyum bahagia, lalu ia menyandarkan kepalanya di dada bidang Naruto. Mencari kenyamanan dan mengabaikan teriakan murka dari para wanita yang masih terus mengejar prince blonde yang telah menjadi miliknya seorang.

.

.

.

.

The End

.

.

.

.

Masih ada lagi :D

.

.

"Kenapa berhenti ?" Sakura bertanya heran, tak mengerti dengan Naruto yang tiba-tiba mengurung niat hendak melucut baju kaos putih yang ia kenakan. Naruto tersenyum tipis, ia mencondongkan kepala mendekati wajah bersemu Sakura kemudian menyatukan kening mereka.

"Aku tak ingin kau tersakiti karena keegoisanku." Jelasnya singkat.

Sakura menggeleng kuat, membantah fakta tersebut. "Tidak !"

"Bagaiman—"

"Cepat lakukan !" Tawa renyah lolos dari Naruto membuat Sakura memanyunkan bibir mungilnya karena merasa terejek.

"Cintaku padamu tulus dari hati yang terdalam" Naruto berkata sembari iris Shappire tajam miliknya melihat kebelakang kaca mobil dari samping wajah Sakura.

Disana terdapat kumpulan wanita yang tadi mengejar mereka tampak sedang kebingungan. Untungnya Naruto sudah meminta Yamato untuk mengantarkan mobil sport merah miliknya ketempat perkemahan, oleh karena itu pula saat ini mereka sudah aman dan kini sedang berada di dalam mobil super keren sambil dari keduanya masing-masing saling mengamati paras menawan satu sama lain.

"Aku tahu, tap—"

"Sshhh !" Telunjuk Naruto tertahan di permukaan bibir peach Sakura, menyela kalimat sangkalan yang hendak gadis itu lontarkan.

"Cintaku padamu bukan hanya sekedar nafsu belaka" Naruto menunjukan senyum manis, kemudian ia lanjutkan lagi kalimatnya yang sempat jeda. "...Aku tulus mencintamu, oleh karena itu aku tak mau kau sampai tersakiti hanya karena aku tak bisa menahan nafsu birahiku."

Sakura tertegun, dapat ia lihat dengan jelas ucapan tulus dari Naruto melalui biru tajam milik pemuda itu. Ia mengulas senyum bahagia, dan setelahnya ia menarik leher Naruto lalu memeluknya dengan sangat erat.

"Bagaimana bila aku yang meminta ?" Goda gadis gulali itu disela hidung mancungnya menyesap dalam wangi nyaman yang menguar dari rambut pirang tersebut.

"Tidak akan kuberi" Balas lelaki itu singkat sembari menenggelamkan wajah tampannya dilekukan leher jenjang wanitanya. Sakura terkekeh, pipinya merona karena malu.

"Jadi kapan kau mau memberikannya kepadaku ?" Sakura bertanya sambil kelima jemari kanannya terselip dihelaian surai pirang Naruto. Sesekali jemari lentiknya memilin rambut tersebut, terasa begitu lembut dan nyaman membuat Sakura enggan meninggalkan surai panjang tersebut.

"Aku baru mau melakukannya bila kita berdua sudah mengikat benang merah dan saling mengucapkan janji suci dialtar." Jawaban dari Naruto sukses meledakan hati Sakura dengan jantung berdegub kencang bukan kepalang.

"Na–naruto-kun..." Panggilnya halus. Tersenyum tipis dan simpul, kemudian Naruto menjauhkan kepalanya dari bahu kecil Sakura dan bergantian menatap lembut wajah cantik gadis itu.

"Asalkan kau mau membagi ciuman, itu saja sudah cukup untuk ku..." Sakura tertawa geli. Di dalam benaknya, ia berfikir. Mana mungkin dirinya bisa tenang dan nyaman bila sehari saja tak mendapatkan bibir eksotis Naruto untuk dilumat rakus.

Jangan dibilang lagi, bisa-bisa Sakura mendapat hukuman berat karena tak mengerjakan pelajaran sekolah akibat terbayang-bayang dengan bibir merah Naruto yang belum ia lumat ataupun hanya sekedar mengecupnya ringan.

"Khikhikhi... Bila mau, kau bisa setiap saat menciumku. Aku mengizinkannya Naruto-kun" Bibir Naruto membentuk seulas senyum lebar, kembali ia menyatukan kening mereka dan kali ini dengan ujung hidung lancip yang saling bersentuhan.

"Aku mencintaimu kekasihku..." Tangan Sakura yang tadinya berkutat dengan rambut belakang Naruto, kini beralih turun dan terhenti pada bagian leher belakang kokoh sang pria.

"Aku juga... Aku juga sangat... Sangat mencintai dirimu Naruto-kun ku." Usai saling berbagi senyum manis, perlahan Naruto mendekatkan bibir tipisnya dengan bibir mungil Sakura.

"Uumhh...!" Gadis itu menanti tak sabar, kedua matanya sudah terpejam lebih dulu ingin secepatnya merasakan bibir merah Naruto yang kenyal dan manis.

"Sudah tak sabaran lagi eh !" Disaat Sakura seperti itu, Naruto masih sempat menggodanya membuat gadis itu segera bertindak dan mengambil alih permainan.

"Oouch... Lihatlah betapa liarnya dirimu" Sakura diam tak mengubris dengan Naruto yang tarbaring dibawah duduknya. Wajah gadis itu bersemu pekat, ia merunduk, kelopak matanya terkatup rapat ingin secepatnya dapat melumat bibir menggoda milik sang kekasih pirang.

Naruto menyeringai lebar, kedua tangannya memegang sisi pinggang ramping Sakura dan menuntun gadis itu untuk meraih bibirnya.

Dapat sudah, akhirnya keinginan Sakura terwujud dan kini ia tengah sibuk melumat agresif bibir Naruto. Sakura yang menduduki perut perut berotot Naruto bergoyang liar, dan hal itu memberi rasa nikmat diantara mereka berdua sehingga tanpa bisa di tahan gadis itu melepaskan desahan yang teredam di dalam mulut hangat sang lelaki.

.

.

.

.

Fine

.

.

.

.

LUNAS! Saya udah gk ada hutang fanfic lagi dengan kalian xD Hahaha... Jadi gk ada lagi yg bisa ditagih dari saya :D