Present

Crash Into You (Kaisoo Version)

Main Cast : KAISOO

KIM JONGIN (NAMJA)

DO KYUNGSOO (YEOJA)

And Other

Rated : T-M

Warn : Genderswitch! Typo(s)! Re-make!

No plagiat! Ini ff re-make dari novel karangan AliaZalea, dengan sedikit-banyak perombakan disana sini menjadi Versinya Kaisoo, jadi bagi Reader yang mungkin sudah pernah baca novel aslinya atau tidak menyukai re-make bisa meninggalkan ff ini.

.

.

.

Prolog

"Kyungsoo pipis di celana~ Kyungsoo pipis di celana~~" Jongin menyanyikan kata-kata itu dengan nada mengejek sebelum kemudian tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh Sehun dan Chanyeol. Mereka adalah anak-anak kelas lima paling bandel di sekolah ini, dengan Kim Jongin sebagai ujung tombaknya.

"Yak! Aku tidak pipis di celana!" Bantahku sekeras-kerasnya.

Jongin terdiam sambil menatap rok seragamku yang basah di bagian depannya, kemudian sekali lagi dia tertawa dan mulai menyanyikan lagu ciptaannya berjudul "Kyungsoo Pipis di Celana" dengan lebih kencang. Aku sudah siap menangis mendengar lagu yang penuh ejekan ini. Rokku memang basah di bagian depannya, tetapi bukan karena air kencing melainkan karena Tao, teman sekelasku tidak sengaja mengarahkan selang yang sedang mengucurkan air dengan cukup deras ke arahku. Kami sedang melakukan piket pagi itu dan aku dan Tao kebagian menyiram tanaman yang ada di depan kelas kami.

Tao sudah meminta maaf berpuluh-puluh kali selama lima belas menit ini dan meskipun kesal padanya, aku tidak bisa marah karena dia memang tidak sengaja. Hari itu hari Senin, anak-anak lain sudah berada di lapangan untuk upacara yang akan dimulai sebentar lagi, sehingga kelasku kosong melompong. Aku dan Tao sedang memikirkan cara untuk mengeringkan rokku ketika Jongin dan pasukannya lewat di depan kelasku sebelum kemudian melangkah masuk untuk mengetahui kenapa aku, anak kesayangan para Sonsaengnim, belum turun ke lapangan.

"Jongin ini cuma air!" omel Tao yang sedang mencoba mengeringkan rokku dengan tissu. Aku sedang berdiri dan Tao sedang berlutut di hadapanku.

"Bhahaha…. Kalau cuma air kenapa baunya aneh?" Chanyeol bertanya yang langsung didukung anggukan Jongin dan Sehun.

"Memang ada baunya?" tanyaku sambil berbisik pada Tao.

Tanpa ragu-ragu Tao langsung mencium rokku. "Aku tidak mencium bau apa-apa Kyung." Ucapnya.

Bel pun berbunyi yang menandakan bahwa upacara akan segera dimulai. Aku mulai panas-dingin karena takut dihukum oleh Jung Sonsaengnim, wali kelasku, gara-gara belum berada di lapangan seperti seharusnya. Tiba-tiba kudengar gelegar suara Park Sonsaengnim, kepala sekolah kami "Kalian kenapa masih disini? Upacara sedah akan dimulai."

Tao langsung bangun dari hadapanku dan menatap Park Sonsaengnim dengan mata terbelalak. Park Sonsaengnim memang dikenal galak, semua anak takut padanya, termasuk aku. Ketiga anak laki-laki itu langsung kabur, tetapi sebelumnya Jongin sempat bersuara rendah sehingga Park Sonsaengnim yang berdiri di depan pintu tidak bisa mendengar.

"Kau turun saja ke bawah, roknya tidak terlalu basah kok." Ucapnya dengan senyuman khasnya yang penuh keisengan atau bisa dibilang smirk.

"Tidak terlalu basah bagaimana, aku sudah seperti tikus kecebur got." Balasku.

"Tidak kok, kau bukan seperti tikus kecebur got. Itu masih terlalu dangkal, kalau sumur, naaahhhh…. Itu lebih mungkin." Setelah mengatakan itu Jongin langsung tertawa terbahak-bahak sambil berjalan santai kea rah pintu.

"Kim Jongin, itu tidak lucu!" omelku, tapi Jongin hanya melangkah mundur sambil nyengir dan menghilang dari hadapanku, mengikuti kedua temannya yang sudah ngacir terlebih dulu. Aku tidak tau kenapa Jongin yang aku kenal semenjak kelas satu SD dan selama ini tidak pernah ada masalah denganku tiba-tiba mulai suka menggangguku ketika kami menginjak kelas lima. Selama ini aku tidak pernah peduli padanya karena meskipun dia bandel, tetapi dia tidak pernah memilihku sebagai korbannya, hingga beberapa bulan lalu. Dan semenjak itu pula hari-hariku jadi mulai berantakan. Awalnya aku tidak menghiraukannya dengan harapan bahwa dia akan berhenti dengan sendirinya. Tetapi semakin aku tidak menghiraukannya, keisengannya semakin hari justru semakin menjadi.

Park Sonsaengnim bertolak pinggang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tiga anak itu. Aku menggeram kesal.

"Do Kyungsoo kenapa kau tidak turun?" suara Park Sonsaengnim langsung terdengar ramah ketika menanyakan hal itu. Aku akui bahwa aku memang anak emas para Sonsaengnim di sekolahku. Selain karena hampir selalu juara kelas, aku juga selalu menurut dan tidak pernah membuat masalah dengan siapapun.

"Sebentar lagi, Ssaem." Balasku yang disambut anggukan Park Sonsaengnim sebelum beliau menghilang dari hadapanku. Aku bisa saja meminta bantuan Park Sonsaengnim, tetapi aku terlalu malu untuk berbicara dengan kepala sekolah yang seorang namja.

"Tao.. Ottokhae? Bel kedua sudah akan berbunyi sebentar lagi." Aku mulai panic. Kulirik rokku dan berteriak terkejut ketika menyadari keadaannya lebih parah daripada setengah jam yang lalu sebelum Tao mencoba mengeringkannya dengan tissu. Rok itu masih tetap basah dan sekarang ada beberapa serpihan putih yang menempel. "Omo! Ini lebih buruk dari yang tadi." Geramku.

"Mian Kyung, aku tidak sengaja." Nada Tao yang penuh dengan penyesalan membuatku merasa bersalah karena teah menyuarakan kefrustasianku.

Aku menutup mataku untuk berpikir. Aku tidak mungkin turun ke lapangan dengan keadaan seperti ini. Aku harus meminta Tao agar mencari Jung Sonsaengnim secepatnya. Aku rasa sekolahku pasti punya rok cadangan yang bisa kupinjam selama menunggu rokku kering. Ketika aku mengemukakan pendapat itu, Tao langsung setuju dan menghilang juga dari hadapanku. Aku tiba-tiba merasa agak pusing dan harus duduk. Aku pun duduk di kursi terdekat sebelum kemudian meletakkan kepala di antara kedua telapak tanganku dan menutup mata, tetapi sakit kepalaku justru semakin menjadi.

Nyut.. nyut.. nyut…..

Dan ketika kubuka mataku kebali aku tau bahwa aku sudah tidak berada di ruang kelas SD-ku itu. Kuperhatikan sekeliling untuk mencoba menebak keberadaanku. Ruangan ini terlihat terang karena disirami sinar matahari yang masuk melalui jendela besar yang terbentang dihadapanku. Perlahan-lahan kuangkat kepalaku dari atas bantal, menggeram, dan memaksa tubuhku untuk duduk. Kepalaku rasanya sudah mau pecah dan mulutku terasa kering, efek samping dari terlalu banyak alcohol di dalam darah. Sekali lagi kuperhatikan sekelilingku. Kini dengan keadaan duduk aku bisa lebih memahaminya. Sepertinya aku berada di dalam kamar hotel. Kamar hotel yang mewah kalau dilihat dari set sofa yang ada di sebelah kiri dan TV plasma yang menempel pada dinding di depan tempat tidur. Selain itu kamar hotel ini juga memiliki meja kerja yang sepertinya terbuat dari kayu antic. Sebuah laptop berwarna putih terbuka di atas meja itu.

Kusingkapkan selimut yang menutupi tubuhku, bermaksud untuk berdiri, tetapi kemudian kulihat bahwa aku tidak mengenakan apa-apa di bawah selimut itu selain bra dan celana dalamku. Buru-buru kutarik selimut itu hingga ke dagu. Sekali lagi aku mengintip ke dalam selimut untuk memastikan bahwa aku memang hanya memakai pakaian dalam. Pemandangan di bawah sana tidak berubah dari sepuluh detik yang lalu dan untuk kedua kalinya pagi itu, aku menggeram. Tempat tidur yang kutiduri berukuran King dan masih terlihat cukup rapi, meskipun keempat bantal extra besar yang ada di atasnya terlihat sudah ditiduri. Yang dua olehku, sedangkan yang dua lagi oleh seseorang yang bukan aku.

Aku mencoba mengingat-ingat apa yang telah kulakukan semalam. Aku hanya bisa mengingat suara musik yang superkeras, lampu yang gemerlapan, suara tawa ketiga sahabatku, dan bergelas-gelas Apple Martini. Entah berapa banyak alkohol yang sudah masuk ke dalam tubuhku. Para bartender seharusnya dilarang untuk menyatukan alkohol dengan buah-buahan karena rasa manis atau asam dari buah itu benar-benar bisa menyembunyikan rasa pahit yang seharusnya ada, sehingga seseorang tidak akan tahu bahwa dia sudah mabuk sampai dia terbangun di kamar hotel yang bukan miliknya.

Ya Tuhan… jadi ini kamar siapa? Meskipun kamar ini memang mirip sekali dengan kamar hotelku, tetapi aku yakin ini bukan kamarku yang memiliki dua tempat tidur berukuran Queen, bukannya satu berukuran King. Tiba-tiba aku menyadari bahwa ada suara shower yang sedang dihidupkan. Itu berarti bahwa aku tidak sendirian di dalam kamar hotel. Aku mencoba menenangkan rasa panic yang mulai muncul ke permukaan. Kyungsoo… tenang… ini mungkin cuma salah satu sahabatmu yang sedang mandi. Tapi di dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku tau bahwa orang di dalam kamar mandi itu pasti bukan temanku. Perlahan-lahan aku bangun dari tempat tidur dan tanpa menghiraukan tubuhku yang setengah telanjang aku mulai mengelilingi ruangan untuk mencari bajuku. Kutemukan jinsku tersampir pada lengan sofa, di bawahnya kutemukan kausku. Aku segera mengenakan keduanya sebelum mulai mencari sepatuku.

Kutemukan sepatuku di bawah kursi meja kerja, pada saat itulah aku menyadari bahwa ada satu set sepatu namja persis di sebelah sepatuku. Aku harus menutup mulutku agar tidak meneriakkan keterkejutanku. Sepatu namja?! Panik, buru-buru kutarik sepatuku dari bawah kursi. Selama melakukan itu semua aku berpikir, semalam aku tidak bercinta dengan namja yang tak kukenal, kan? Bukannya itu sesuatu yang baru karena aku sudah bukan perawan lagi semenja kuliah, tetapi aku tidak mau melakukannya dengan namja yang aku bahkan tidak bisa ingat wajahnya. Tiba-tiba aku menyadari bahwa sudah tidak ada bunyi shower lagi. Kusabet sepatuku, dan tanpa mengenakannya aku langsung berlari menuju pintu keluar. Aku baru saja berhasil membuka pintu itu ketika kudengar pintu kamar mandi di belakangku dibuka, disusul dengan suara berat yang hanya bisa dimiliki oleh namja.

"Mau kemana buru-buru?"

Aku terpekik karena terkejut dan langsung memutar tubuhku dan harus menarik napas ketika berhadapan dengan dada bidang dan abs menghiasi perutnya. Kemudian kutarik mataku ke atas untuk menatap pemiliknya dan suhu tubuhku langsung naik sepuluh derajat. Kalau saja punggungku tidak sudah menempel pada daun pintu, aku mungkin akan mengambil satu langkah mundur saat itu juga. Ternyata dia tidak hanya memiliki dada bidang dan abs yang bisa digunakan sebagai papan untuk membilas baju, tetapi dia juga memiliki wajah yang bisa membuat semua yeoja histeris hanya karena melihatnya. Wajahnya yang tampan dengan dua mata onyx, hidung yang pas dan bibir kissable, juga rahang tegasnya. Dan jangan lupakan juga daya tarik namja ini adalah aura misterius yang ada pada dirinya, seakan-akan dia tau sesuatu yang kita tidak tau.

"A-aku.. memang harus p-pergi.." ucapku terbata karena aku baru menyadari bahwa namja ini pada dasarnya sedang telanjang kecuali handuk putih yang tergantung rendah pada pinggul rampingnya. Entah apa yang bisa kulihat kalau berani menarik handuk itu ke bawah. Aku segera memerintahkan bagian diriku yang sepertinya ingin bercentil-centil ria pagi ini untuk membuang jauh-jauh segala pikiran kotor yang direncanakannya.

"Memang kau harus pergi ke mana di hari Sabtu pagi seperti ini?" Tanya namja tan itu sambil melangkah keluar kamar mandi dan masuk ke kamar dan dengan begitu berada lebih dekat denganku.

Aku hanya bisa menatap wajah namja itu sambil memeluk kedua sepatuku seolah benda itu adalah benda paling berharga yang pernah kumiliki. Otakku beku sehingga tidak ada satu kata pun yang terlintas di dalam pikiranku. Tanpa kusangka-sangka namja itu kemudian tersenyum sambil menyisir rambut basahnya dengan jari-jari.

"Kau tak mengingatku, eoh?' tanyanya.

Aku menatapnya terkejut. Apa aku seharusnya mengenal dia? Aku yakin kalau aku sampai kenal dengan namja berwajah seperti ini aku tidak akan lupa. Apa dia artis? Kupastikan mataku mencoba untuk memastikannya. Tidak, dia bukan artis, tetapi ada sesuatu yang familier dengan matanya yang sekarang sepertinya sedang menelanjangiku. Mata itu sekarang lebih gelap, mungkin karena telah melihat hal-hal yang mengejutkannya selama dua puluh tahun ini, tetapi tetap aku masih bisa melihat kebandelan yang dulu juga.

"K-Kim.. J-Jongin?" ucapku terbata.

"Ya, Soo~" ucap Jongin sambil menyeringai.

.

.

.

.

.

TBC/DELETE?

Berminat?

Minta reviewnya apa ff ini harus dilanjut atau dihapus?

15 review dilanjut, kalau kurang berarti tidak layak buat dilanjutin.

GUMAWO

KISS HUG

CHU

KIM KUKI