"Saya mencintai Baekhyun." Kata Chanyeol di hadapan Tuan Bang dan Nyonya Jung. Kedua orang tua itu terdiam beberapa saat karena terkejut.

Tentu saja mereka kaget. Seorang pria tampan yang memperkenalkan dirinya sebagai Park Chanyeol itu tiba-tiba datang dan berkata bila ia mencintai menantu mereka.

Tuan Bang menatap Chanyeol dengan tatapan tenang yang sedikit mengintimidasi. Chanyeol dengan berani menatap balik mantan anggota militer itu. Nyonya Jung yang merasakan suasana begitu tegang pun memilih membuka suara.

"Nak Chanyeol mau minum apa? Teh mau?" Tawarnya dengan lembut.

"Ah, anda tidak perlu repot-repot.." Jawab Chanyeol.

"Tidak sama sekali, bibi buatkan teh dulu kalau begitu." Kemudian Nyonya Jung meninggalkan kedua pria itu. Ia sempat mengusap lengan Tuan Bang sebelumnya.

Suasana semakin tegang saat Nyonya Jung pergi. Sebenarnya Chanyeol gugup setengah mati saat ini, apalagi sejak tadi pria di depannya tidak berkata apapun dan hanya memandanginya penuh penilaian. Untung saja ia sanggup menyembunyikan kegugupan itu di balik wajah seriusnya.

"Kenapa kamu mencintai anakku?" Akhirnya Tuan Bang bertanya.

Chanyeol membuka mulutnya untuk menjawab namun dipotong oleh Tuan Bang.

"Apa yang membuatku harus mempercayaimu?"

Melihat Tuan Bang yang sepertinya tidak akan bertanya lagi, Chanyeol memberanikan diri bersuara.

"Karena putri anda memiliki semua yang selama ini saya cari dari seorang wanita. Sopan santun, kemandirian, pintar, lembut, sederhana tapi begitu mempesona. Belum lagi caranya mencintai Taehyung sangat berhasil memikat saya. Saya merasa nyaman jika bersamanya, dan gelisah saat dia pergi begitu jauh dari saya.."

Tuan Bang meraih dagunya yang ditumbuhi jenggot beruban lalu mengusap-usapnya perlahan.

"Karena itulah saya datang kemari, untuk membuktikan betapa saya ingin bersamanya." Imbuh Chanyeol.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan jika kami tidak memberimu kesempatan?" Tanya Tuan Bang dengan senyum sinisnya.

"Saya akan terus membuktikan bahwa saya layak mendapat kesempatan." Jawab Chanyeol.

"Apa kamu bisa menjamin kamu bisa memperlakukan Taehyung seperti putramu sendiri? Ini bukan hal sepele anak muda. Orang yang kamu cintai sudah pernah berkeluarga dan bahkan memiliki putra."

"Saya bisa. Saya telah mencintai Baekhyun dan saya mencintai semua yang dimilikinya. Taehyung adalah putranya, anak hebat yang pantas untuk dicintai."

Tuan Bang bungkam, ditatapnya pria muda di depannya lalu ia tersenyum tipis.

"Sudah sudah, ayah jangan jahil begitu sama orang yang baru dikenal." Nyonya Jung datang membawa nampan dengan dua gelas di atasnya. Ia duduk di samping Tuan Bang setelah meletakkan gelas teh di depan Chanyeol dan suaminya.

Chanyeol mengernyit heran. Jahil? Apa maksudnya?

"Hahahahha! Jangan tegang begitu, santai saja." Tuan Bang tertawa lalu meminum tehnya.

"Silahkan diminum tehnya." Nyonya Jung tersenyum lebar sambil menahan geli. "Maaf ya, kakeknya Taehyung ini memang orangnya jahil. Apa ada perkataannya yang menyinggungmu?"

"Ah..eh... tidak, tidak sama sekali. Jadi, pertanyaan tadi?" Tanya Chanyeol sambil meraih cangkirnya.

"Anggap saja itu salam perkenalan kita. Kami cuma ingin tahu seperti apa Paman Chanyeol yang begitu dibanggakan oleh cucu kami." Tuan Bang tersenyum pada Chanyeol.

Chanyeol diam-diam menghela nafas lega. Ia balas tersenyum pada sepasang suami istri di depannya.

"Kami memberimu kesempatan, Nak. Kami juga ingin melihat Baekhyun dan Taehyung bahagia." Kata Nyonya Jung.

"Tapi kalau sampai kamu membuat salah satu dari mereka bersedih, bersiaplah untuk tidak bisa bertemu mereka lagi." WalaupunTuan Bang mengatakannya dengan nada bercanda, Chanyeol dengan tatapan penuh tekadnya pun menjawab.

"Saya tidak akan melakukannya, tidak akan pernah. Saya berjanji."

.

.

My Answer is You

Final Chapter

By Neoppuniya

.

.

"Kita akan menemukannya, tenang ya." Chanyeol mengemudi dengan satu tangan, karena tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Baekhyun di sampingnya.

"Ini semua salahku, harusnya sejak awal aku ngga ngijinin Taetae ikut ke taman bermain. Hiks..hiks.." Sepanjang perjalanan wanita itu terus menyalahkan dirinya.

Ya, setelah Jongin memberi kabar buruk itu Baekhyun langsung kalang kabut. Sambil menangis ia mencoba menjelaskan pada Chanyeol perihal hilangnya Taehyung di taman bermain. Berkali-kali Chanyeol memintanya untuk tenang namun Baekhyun sama sekali tidak mendengarkan. Baekhyun bahkan sempat menelepon polisi dan marah-marah karena proses pencarian tidak akan dilakukan jika belum 24 jam Taehyung menghilang. Ingin sekali ia memarahi Jongin yang tidak menjaga putranya dengan benar, tapi mendengar suara tangis Jimin di telepon membuatnya semakin tidak berdaya. Alhasil sekarang ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.

"Taetae hafal hiks.. dengan nomor ponselku, dia anak yang pintar. Huhuhu.. Harusnya dia bisa mengabariku dengan meminjam ponsel siapapun. Chanyeol, hiks.. gimana kalau Taetae kenapa-kenapa?" Ucapnya lagi dengan tersedu-sedu.

"Berhenti berpikir begitu. Taehyung pasti baik-baik saja. Tenang ya, aku di sini." Ia mengusap lembut tangan Baekhyun dengan ibu jarinya. Padahal dalam hati Chanyeol juga marah. Marah pada dirinya sendiri karena tidak menepati janji pada Tuan Bang untuk tidak membuat Baekhyun bersedih.

Perjalanan menuju taman bermain terasa sangat lama bagi Baekhyun. Karena itu saat mobil Chanyeol tiba di sana, dengan cepat Baekhyun melepas seatbelt kemudian melompat keluar meninggalkan Chanyeol yang kelabakan mengejarnya.

Jongin melihat Baekhyun berlari sambil menyincing gaunnya. Jika sedang dalam situasi baik, mungkin Jongin akan menertawakan Baekhyun, tapi saat ini ia tidak berani macam-macam. Apalagi setelah dari dekat ia bisa melihat kedua mata puppy Baekhyun yang sembab dan ujung hidungnya yang memerah, ia jadi semakin merasa berdosa.

"Kak.. Aku.. aku benar-benar minta maaf. Aku.." Ucap Jongin terbata-bata saat Baekhyun sudah sampai di depannya. Jongin berdiri sambil menggendong Jimin yang tertidur dalam pelukannya.

Baekhyun menggeleng tapi tidak memandang Jongin. Wanita itu celingukan ke dalam taman bermain. "Aku mau masuk." Ucapnya.

"Petugas keamanan sudah masuk untuk mencari Taehyung." Kata Jongin.

Mengacuhkan Jongin, Baekhyun bersiap untuk berlari lagi sebelum Chanyeol menggapai tangannya.

"Tunggu di sini ya? Biar aku dan Jongin yang mencari. Duduklah di sini bersama Jimin." Pinta Chanyeol.

Baekhyun menggeleng kuat, matanya mulai berair lagi. "Aku ingin mencari putraku." Ucapnya serak.

"Iya, biar kami yang mencarinya-"

"Chanyeol aku mohon.." Potong Baekhyun.

Chanyeol menghela nafas lalu menoleh pada Jongin. "Kabari aku kalau ada apa-apa." Jongin hanya menjawab dengan anggukan sambil menepuk-nepuk punggung Jimin yang menggeliat tidak nyaman.

Chanyeol menggandeng tangan Baekhyun lalu membawanya memasuki taman bermain yang sudah gelap.

.

Taman bermain ini sangat luas, sudah hampir 30 menit Chanyeol dan Baekhyun berkeliling tapi bahkan baru setengah area mereka lewati. Mereka terus berjalan sambil memanggil-manggil nama Taehyung tapi hasilnya nihil. Jangankan Taehyung, petugas keamanan yang Jongin bilang sedang mencari juga tidak terlihat di manapun.

Chanyeol sudah melepas jasnya dari tadi, sekarang jas itu sudah terpasang di badan mungil Baekhyun. Tangan mereka masih bertautan erat.

"Sudah semakin gelap." Baekhyun berucap lirih dengan nada penuh kekhawatiran. Penerangan juga sangat minim. Chanyeol sempat menelpon Jongin untuk meminta petugas taman bermain menyalakan lampu-lampu wahana. Namun sayangnya tidak bisa, semua pengaturan wahana telah tersistem dan jika ada perubahan mendadak membutuhkan waktu setidaknya satu hari.

Chanyeol mengambil ponselnya, berniat menggunakan benda pintar itu sebagai sumber cahaya mereka.

"Ah sial!" Chanyeol menekan-nekan ponselnya frustasi.

"Kenapa?" Tanya Baekhyun.

"Ponselku mati." Ia menunjukkan ponselnya yang tidak menyala pada Baekhyun.

Baekhyun memejamkan matanya lelah. Ia bahkan baru ingat jika tidak membawa ponsel. Tasnya ia tinggal di mobil Chanyeol, karena terburu-buru ia lupa membawanya.

"Ngga apa-apa, masih ada penerangan dari lampu jalan utama."

Baekhyun melangkahkan kakinya diikuti Chanyeol. Namun baru lima langkah, tubuh wanita itu terhuyung ke belakang. Dengan sigap Chanyeol menangkapnya sebelum wanita itu terjatuh ke tanah yang keras.

"Baekhyun! Baekhyun kamu ngga apa-apa?!" Tanyanya panik.

Baekhyun yang masih setengah sadar, berkata dengan lirih. "Aku, hh.. Taetae.."

Chanyeol menoleh ke kanan dan kiri, mencari tempat duduk untuk Baekhyun. Ia menemukannya sekitar 10 meter dari tempat mereka berdiri. Dengan sigap pria itu menggendong Baekhyun yang lemas lalu membawanya ke bangku tersebut.

"Baekhyun.." Chanyeol menyentuh kening dan pipi Baekhyun untuk memeriksa suhu tubuh wanita yang dicintainya itu. Baekhyun tidak demam, tubuhnya tidak panas. Dia kelelahan dan syok, pikir Chanyeol.

"Apa aku keterlaluan?" Tanyanya dalam hati.

Eh?

Apa?

.

.

.

Berjam-jam sebelum Kyungsoo menelpon Baekhyun di kantornya..

"Taehyung?" Chanyeol menelepon Taehyung di rumahnya.

"Paman Chanyeol!" Bocah itu langsung hafal hanya dengan mendengar suara Chanyeol menyebut namanya.

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Chanyeol.

"Nonton TV." Jawabnya jujur.

"Eey, masa liburan dipakai nonton TV terus?"

"Habisnya mau ngapain lagi. Paman sama Bibi Zhang pulang ke Cina. Jongup juga ke rumah neneknya." Ucapnya sedih.

"Main sama paman mau?"

"Mauuuuuuuu!" Seru Taehyung penuh semangat.

"Hahahahaa semangat sekali! Ya sudah, paman jemput ya." Chanyeol tertawa lebar mendengar jawaban Taehyung.

"Tapi sudah bilang mama? Taehyung telpon mama dulu ya?" Ucap bocah manis itu.

"Jangan! Jangan! Kita mau bikin kejutan buat mama nanti." Hasut Chanyeol.

"Kejutan apa?" Tanya Taehyung dengan polosnya.

"Taehyung tunggu di rumah, sekarang paman ke sana. Nanti paman ceritakan semuanya, tapi jangan bilang-bilang mama, mengerti?"

"Yes, sir!" Jawabnya mantab.

Sekitar 30 menit kemudian Chanyeol tiba di rumah Baekhyun. Taehyung menyambutnya dengan riang. Kemudian Chanyeol menjelaskan rencana yang ia maksud dengan memberi kejutan untuk Baekhyun pada Taehyung.

"Paman mau melamar mamaku?" Suara cempreng Taehyun akhirnya terdengar setelah Chanyeol menjelaskan panjang lebar padanya. "Ehm, melamar itu apa?" Taehyung menggaruk pipinya.

Chanyeol tertawa lalu mengusap kepala Taehyung. "Melamar itu, meminta mama untuk menikah dengan paman. Gimana? Taehyung setuju?"

"Mama sama paman mau menikah?" Tanyanya lagi penuh semangat.

"Kalau mama menerima lamaran paman, baru bisa menikah." Jawab Chanyeol dengan sabar.

"Paman nanti jadi papanya Taehyung?" Tanya Taehyung lagi begitu ingin tahunya.

Chanyeol hanya menjawab dengan anggukan kalem dan senyum lebarnya. "Kamu suka?"

Taehyung mengangguk berulang kali dengan cepat. "Tentu saja!"

"Kalau begitu ayo, kita harus segera ke restoran yang paman pesan untuk menyiapkan semuanya." Chanyeol sudah beranjak dari duduknya.

"Kenapa di restoran? Ngga di taman bermain?"

"Taman bermain? Apa menurut Taehyung taman bermain lebih baik dari restoran?" Tanya Chanyeol.

"Iya dong! Di sana banyak wahana permainannya. Nanti kita bisa naik roller coaster, terus viking, ada drop zone, speed flip terus.. banyaaak!" Taehyung pikir, tempat yang paling bagus untuk membuat memori bersama keluarga adalah taman bermain. Namanya juga anak-anak.

Chanyeol sedikit heran dengan selera wahana permainan Taehyung yang semuanya ekstrim. Tapi ia justru mendapat ide baru melalui usulan Taehyung.

"Boleh juga. Baiklah, sekarang Taehyung siap-siap dulu, paman harus mengurus beberapa hal dulu." Perintah Chanyeol.

"Aye aye captain!"

Setelahnya Chanyeol mulai menghubungi pemilik salah satu taman bermain yang kebetulan ia kenal, lalu menghubungi Kyungsoo dan Jongin untuk membantunya.

Setelah semua beres, ia memberi arahan untuk Taehyung yaitu jika mamanya menelpon dan memintanya untuk ikut Paman Jongn dan Jimin ke taman bermain, ia harus mengiyakan. Karena itu adalah bagian dari rencana.

Setelah menyerahkan Taehyung pada Jongin, Chanyeol pergi menjemput Baekhyun dan mengajaknya pergi ke restoran. Ia berpura-pura akan melamar Baekhyun di sana, padahal di bawah meja, tangannya sibuk mengirim pesan pada Jongin. Sekitar beberapa detik pesannya terkirim, sebuah panggilan masuk ke ponsel Baekhyun yang sudah Chanyeol pastikan adalah dari adik iparnya itu.

"Selamat datang dalam permainan, Nyonya Byun." Batin Chanyeol.

.

.

.

Tapi sepertinya rencananya berjalan berlebihan, karena bukan hanya berhasil mengerjai Baekhyun, ia bahkan hampir membuat wanita itu pingsan karena kelelahan. Tidak ada cara lain, ia harus melaksanakan plan B, yaitu mempercepat proses kejutan. Karena jujur, Chanyeol tidak mempersiapkan plan B.

"Baekhyun kamu bisa dengar aku?" Chanyeol menepuk lembut pipi Baekhyun.

"Chan.." Sahutnya lirih.

"Aku akan kembali ke pos informasi untuk meminta bantuan, kamu tunggu di sini oke? Aku akan berlari secepat mungkin."

Kalau saja ponselnya tidak mati, Chanyeol tidak akan repot-repot meninggalkan Baekhyun sendiri. Ia bisa langsung memberi kode pada Jongin untuk menyalakan semua wahana di sana. Soal lampu wahana yang tidak bisa dinyalakan tadi hanya akal-akalan Chanyeol saja sebenarnya. Ia juga tidak akan pergi jauh-jauh ke pos, tapi menuju petugas keamanan yang menjaga Taehyung di dekat sana.

"Taetae.. Aku harus cari anakku.." Baekhyun tetap bersikeras mencari Taehyung.

"Tunggu di sini. Aku akan membawanya untukmu, ya?" Chanyeol merapikan helaian rambut Baekhyun yang berantakan lalu mencium kening wanita itu.

Karena terlalu lelah, Baekhyun bahkan tidak sempat menelaah perkataan Chanyeol yang ganjil. Ia mengangguk sambil memejamkan mata. Setelahnya ia bisa mendengar suara langkah Chanyeol yang pergi menjauh.

"Taetae, kamu di mana sayang?" Baekhyun bermonolog sebelum air matanya kembali tumpah.

"Berjanjilah jangan pernah menangis lagi." Suara Daehyun terngiang di telinga Baekhyun di antara suara gemerisik pohon yang tertiup angin.

"Aku melakukannya lagi, Daehyun." Baekhyun menyatukan kedua tangan lalu menumpukan keningnya di sana.

"Aku selalu melihat kalian sepanjang waktu."

"Tolong lindungi Taehyung.." Wanita itu masih terpejam sambil terisak.

"Buka matamu, Baekhyun."

Merasakan suasana di sekelilingnya mendadak terang benderang, Baekhyun membuka matanya. Tepat di depannya, sebuah bianglala berputar-putar diiringi musik ceria.

Baekhyun berdiri lalu menoleh ke sekelilingnya. Semua wahana menyala, membuatnya bisa melihat dengan jelas banner yang meluncur vertikal di samping komidi putar.

TAEHYUNG'S MOM, WILL YOU MARRY ME?

Baekhyun menutup mulutnya, lalu semakin terbelalak ketika melihat seseorang yang daritadi ia cari ada di atas salah satu kuda yang berputar-putar itu.

"Mamaaaaaa!" Taehyung melambai-lambai ceria pada Baekhyun.

"Taetae.." Pusing di kepalanya tiba-tiba hilang saat melihat sang buah hati di sana dalam keadaan yang sangat baik dan sangat tampan dengan kemeja putih yang dimasukkan rapi ke dalam celana hitam ditambah dasi kupu-kupu.

Komidi putar berhenti, Taehyung turun lalu menghampiri ibunya sambil membawa sebuket bunga. Baekhyun menerjang putranya dengan pelukan, membuat si kecil terhuyung ke belakang. Wanita itu menangis lagi.

"Kamu baik-baik saja sayang.. Oh Tuhan, anakku.." Baekhyun berkali-kali menciumi kepala Taehyung.

"Ehm, mama kok nangis?" Tanyanya polos. Taehyung memang tidak tahu jika mamanya dikerjai, yang ia tahu ia hanya perlu muncul di bianglala lalu memberikan bunga untuk ibunya.

Baekhyun menggeleng lalu tersenyum sambil mengusap air matanya. "Mama terharu dengan kejutan Taehyung." Jawabnya.

"Ini idenya Paman Chanyeol kok, Taehyung yang usulin tempatnya, hihi. Ini, buat mama." Bocah itu memberikan buket bunga pada ibunya.

"Ehem.." Chanyeol berdeham di belakang mereka. Baekhyun menoleh dengan bibir terkatup dan dagu dinaikkan, marah ceritanya.

Melihat ekspresi Baekhyun, Chanyeol malah nyengir.

"Puas ngerjainnya huh?" Tanya Baekhyun dengan nada dingin.

Chanyeol menggigit bibir bawahnya lalu menundukkan kepala, menunjukkan betapa menyesalnya ia.

"Kamu pikir ini pantas untuk dijadikan lelucon?" Baekhyun berjalan mendekati Chanyeol.

"Aku bersalah, aku minta maaf." Ia menatap Baekhyun seperti anak kecil yang ketahuan memecahkan vas bunga kesayangan ibunya.

"Kamu pikir aku tersentuh dengan semua ini?!"

Chanyeol menunduk lagi, ia bahkan sudah menyatukan kedua tangan di depan tubuhnya. Sekarang ia lebih mirip pegawai yang dimarahi atasannya. Ia rasa acara lamarannya benar-benar gagal total.

"Selamat kalau begitu! Kamu benar-benar berhasil." Ucap Baekhyun sambil mencubit keras-keras perut Chanyeol.

"AAAAW! Baekhyun sakit! A..Aw! Ampun!" Rintihan Chanyeol membuat Baekhyun semakin semangat mencubitnya.

"Rasakan! Rasakan! Aku sebel! Kamu jahat!" Baekhyun masih terus menyerangnya. Taehyung terbelalak lalu tertawa melihat mama dan calon papanya yang tersiksa.

Chanyeol berusaha menangkis semua serangan Baekhyun, tapi karena tangan ramping itu begitu gesit, ia hanya bisa mengusap-usap bekas cubitan Baekhyun. Padahal Baekhyun hanya menggunakan satu tangan, satunya kan memegang bunga dari Taehyung.

"Baekhyun ampuun, sudah dong. Sakit semua nih." Rengek Chanyeol.

"Biarin! Salah sendiri kamu nyebelin! Iseng! Ga tau apa aku khawatir setengah mati tadi! Kalau aku punya penyakit jantung gimana? Kamu jahiiil! Tapi kenapa aku cinta huh!?" Baekhyun mengaku di sela-sela omelan dan cubitannya.

Mendengar ungkapan Baekhyun seolah meningkatkan segala fungsi panca indera Chanyeol. Akhirnya ia bisa menangkap pergelangan tangan Baekhyun dan menghentikan aksi brutal wanita itu.

"Kamu bilang apa tadi?" Tanya Chanyeol.

"Huh!" Baekhyun mengalihkan mukanya ke arah lain dengan dibuat-buat.

"Kamu bilang kamu cinta aku?" Senyum lebar Chanyeol kembali muncul.

"Aku bilang kamu jahat, aku sebel sama kamu." Bilangnya begitu, tapi pipi Baekhyun sudah merona.

"Aku juga cinta kamu. Kita jodoh ya? Kalau begitu kita harus menikah!"

"Lamaran macam ap-?" Belum selesai Baekhyun memprotes Chanyeol, pria itu sudah membungkam bibir Baekhyun dengan bibirnya. Chanyeol bisa merasakan tubuh Baekhyun yang menegang berangsur rileks. Pria itu tersenyum dalam ciuman pertama mereka.

Chanyeol menarik Baekhyun lebih dekat saat ia merasakan tangan jahat Baekhyun yang tadi sempat mencubitinya sudah menggantung manja di lehernya. Ia menggapai tangan kanan Baekhyun lalu memasangkan cincin cantik di jari manis wanita itu tanpa melepas ciuman mereka. Suara degup jantung mereka bersahutan. Ciuman ini begitu manis, semanis senyuman pertama Baekhyun yang mampu membuatnya jatuh hanya dalam waktu tiga detik.

Saat dua insan sedang jatuh cinta, dunia serasa milik berdua. Iya, milik Chanyeol dan Baekhyun saja. Mereka bahkan lupa jika sedari tadi ada seorang anak di bawah umur di sana.

"Uhuk..uhuk.. Duh keselek angin nih." Itu suara fals Jongin.

Menyadari jika dunia tak lagi milik mereka berdua, Chanyeol dan Baekhyun melepaskan diri lalu menoleh pada sumber suara yang berdiri di samping Taehyung. Jongin masih menggendong Jimin dengan tangan kirinya, sedang tangan kanan ia gunakan untuk menutup mata Taehyung.

Terimakasih Kim Jongin, kamu telah menyelamatkan satu generasi muda bangsa dari tontonan dewasa.

.

.

.

Baekhyun dan Chanyeol berdiri berdampingan sambil mengatupkan kedua tangan masing-masing di depan dada. Sebelumnya Baekhyun telah meletakkan sebuket bunga di atas makam Daehyun. Baekhyun selesai berdoa terlebih dahulu. Ia lalu menoleh pada Chanyeol yang masih memejamkan mata sampai sekitar satu menit kemudian.

"Apa yang kamu katakan padanya?" Tanya Baekhyun.

"Aku meminta restunya, berjanji akan terus menjagamu dan Taehyung, juga berterimakasih karena pernah menjadi warrior kalian." Jawab Chanyeol dibalas senyuman Baekhyun.

"Kalau kamu?" Tanya Chanyeol balik.

"Ra-ha-si-a! Karena pesanku ngga akan didengar Daehyun kalau aku beritahukan pada orang lain." Baekhyun menjulurkan lidahnya lalu berjalan mendahului Chanyeol dengan senyuman jahilnya.

"Kamu curang! Pesanku ngga didengar dong nanti?" Protes Chanyeol yang kemudian mengejar Baekhyun.

Meninggalkan sesosok pria berpakaian serba putih yang berdiri di samping makam Daehyun. Pria itu tersenyum menatap dua orang yang baru saja berdoa di depan makamnya. Sosok itupun menghilang, saat Baekhyun dan Chanyeol berjalan semakin jauh dan akhirnya tak nampak lagi.

"Daehyun, aku sudah menemukan kebahagiaanku sekarang. Dia ada di sampingku, namanya Park Chanyeol. Seseorang yang mau menerima dan mencintaiku apa adanya, sepertimu. Bahkan ia sangat menyayangi putra kita.

Daehyun, aku ngga akan nangis lagi. Jadi tenanglah di sana. Sampaikan salamku pada ayah dan ibu, katakan aku baik-baik saja dan sangat mencintai mereka.

Daehyun, terimakasih karena pernah hadir di hidupku. Mengajariku bagaimana bahagianya dicintai dan bagaimana berjuang untuk bangkit setelah terjatuh berkali-kali.

Daehyun, aku ngga akan pernah lupain kamu, cinta pertamaku."

.

.

.

Enam bulan kemudian.

Suasana halaman belakang rumah Kakek Bang sangat berbeda dari biasanya. Jika biasanya hanya ada berderet-deret tanaman herbal kakek, sekarang penuh dengan manusia yang melakukan kegiatan mereka masing-masing.

Si pemilik rumah sedang asyik berbincang dengan Tuan Park, ayah Chanyeol yang ternyata adalah teman lama Kakek Bang di militer. Sebenarnya mereka berbeda divisi, tapi masih dalam satu kesatuan yang sama. Jadilah kedua kakek itu berbincang seru bernostalgia tentang masa muda mereka.

Nyonya Jung sibuk di dapur, dibantu Himchan dan Kyungsoo menyiapkan masakan untuk pesta mereka hari ini. Mereka dengan penuh semangatnya mempersiapkan perayaan ulang tahun untuk Kakek Bang yang ke 65. Keluarga besar ini sungguh manis bukan?

Di sisi lain halaman belakang, ada Yongguk dan Jongin sibuk mempersiapkan pemanggang barbeque sambil sesekali keduanya mengomeli bocah-bocah kecil yang berlarian di sekitar mereka. Kedua ayah itu hanya takut jika putra mereka terjatuh dan terluka, maka mereka yang akan disalahkan oleh istri mereka.

Bocah-bocah kecil yang dimaksud siapa lagi kalau bukan Taehyung, Jimin, Junhong dan Jungkook? Mereka berlarian seperti kereta, dengan Taehyung sebagai gerbong kepala. Bagaimana tidak? Kemanapun Taehyung berjalan, Jimin akan mengekor di belakangnya, sedangkan Junhong akan mengikuti Jimin. Jungkook yang baru bisa berjalan pun tak mau ketinggalan, ia mengikuti kemana saja ketiga kakaknya pergi.

"Bibi?" Jin berjalan mendekati Baekhyun lalu memeluk bibinya yang sedang menata balon di dekat ayunan.

"Kenapa sayang?" Tanya Baekhyun lembut.

"Dedeknya Taehyung, cewe apa cowo?" Tanya Jin sambil mengusap perut Baekhyun yang mulai membesar.

"Hmm, cewe apa cowo ya? Entahlah biar nanti jadi kejutan waktu sudah lahir." Baekhyun tertawa sumringah, berbanding terbalik dengan Jin yang cemberut. "Kenapa?"

"Semoga dedeknya cewe. Biar Jin ada temennya. Liat deh, masa Jin cewe sendiri?" Protesnya sambil menunjuk empat sekawan yang sekarang sibuk lempar-lemparan balon.

"Hahaha, jadi itu alasannya?" Jin mengangguk imut. "Semoga saja nanti dedeknya cewe ya." Baekhyun merapikan poni Jin.

"Oh! Kookie!" Jin berlari menghampiri empat gerbong yang terlibat tabrakan beruntun di dua gerbong paling belakang. Jungkook tersandung lalu menubruk Junhong di depannya. Kedua balita itu pun jatuh bertumpukan, lucu sekali sebenarnya kalau saja Jungkook tidak menangis dan mengakibatkan Bibi Kyungsoo yang tak kalah cerewet dengan bundanya mengomel dari arah dapur.

"Baekby~" Suara bass Chanyeol mengalihkan perhatian Baekhyun dari keributan dua balita di tengah halaman.

Klik

"Dibilang berapa kali jangan panggil pakai sebutan itu." Baekhyun memprotes suaminya.

"Biarin, Baekby lucu kok. Senyum dong." Chanyeol membidik kameranya ke arah Baekhyun yang langsung tersenyum.

Klik

"Aduh istri siapa ini cantik sekali! Beruntung sekali suaminya, ckckck!" Chanyeol mengagumi hasil jepretannya sendiri.

"Gombal!" Sahut Baekhyun malu-malu.

Chanyeol berjalan mendekati Baekhyun lalu merendahkan wajahnya tepat di depan perut sang istri.

"Muah muah anak papa lagi ngapain di sana? Lagi nonton TV kah?" Goda Chanyeol sambil mengelus dan mencium perut Baekhyun.

"Memangnya perutku apa, sampai ada TV nya?"

"Teletubbies perutnya ada TV nya. Lihat sekarang kamu juga kaya teletubbies." Jawab Chanyeol.

"Berarti aku gendut bantet dong?!" Protes Baekhyun.

"Maksudnya, kalau liat kamu tuh bawaannya pengen berpelukaaaan" Kata Chanyeol sambil menirukan nada teletubbies lalu memeluk Baekhyun yang tertawa geli dengan candaan suaminya.

"Papa! Taehyung difoto dong!" Tertua di antara empat sekawan itu memanggil ayahnya karena melihat Chanyeol memegang kamera.

"Jimin jugaa!" Si bantet yang lebih mirip teletubbies mengangkat kedua tangannya, minta difoto juga.

"Unoong ugaa!" Yang paling putih di antara mereka ikut-ikutan angkat tangan dan berteriak dengan aksen cadelnya.

"Waa waaa!" Tidak mau kalah, sang magnae bergigi kelinci juga angkat tangan walau tidak mengerti apa yang terjadi. Yang penting ikut-ikutan kakak, begitu mungkin pikirnya.

"Aduh, laku sekali aku hari ini jadi tukang foto keliling. Ayo semua duduk merapat, semua berpose yaa..." Chanyeol meninggalkan Baekhyun lalu sibuk memotret F4 mini itu. Jin ikut foto di samping Junhong adiknya. Kemudian Jongin ikut-ikutan berdiri di belakang mereka, Yongguk menyusul di sampingnya. Tak mau kalah, Kakek Bang dan Kakek Park juga ikut memenuhi frame. Chanyeol tersenyum lebar sambil mengatur posisi mereka, benar-benar mirip tukang foto keliling.

Baekhyun tersenyum manis melihat pemandangan di depannya. Keluarga kecilnya kini bertambah, menjadi keluarga besar yang akan selalu mengisi hari-harinya dengan tawa

"Aku bahagia memiliki kalian di hidupku." Ucapnya dalam hati.

.

.

END

.

Apa iniiiiiii? Aku ngebut satu malem bikinnya. Aneh ya? Huhu, yang penting happy ending deh. Paman Chanyeol ga jomblo lagi, ga bakal gangguin Kyungsoo lagi kaya pengennya Jongin :p Mommy Baekhyun udah bukan single parent lagi, Taehyung udah punya papa. Yuhuuu!

Semoga pembaca semuanya suka dengan ending ini. Sengaja detail pernikahan ngga aku jelasin karena yah adegan pernikahan ya cuma gitu-gitu aja menurut aku. Jadi aku bermaksud melatih imajinasi pembaca sekalian untuk menciptakan momen sakral itu. /ngeles/

Udah nih, jangan minta sekuel ato apa. Ini udah tamat mat mat pokoknya. Makasih buat semua yang mau baca fanfic ini, apalagi yang review aduuh kalian emang penyemangat kok! Maaf yaa aku sering ngaret apdetnya pas chapter-chapter terakhir. Tapi kalian sabar menanti, sungguh menghangatkan hati /apasih/

Aku juga minta maaf kalau ceritanya asal, aneh, bahasanya ngga baku dan sebagainya. Ini fanfic pertamaku, jadi aku mau coba sesuatu yang baru aja. Maaf juga kalau sering typo, banyak malah hehehe. Tapi kebesaran hati kalian menerima segala kekurangan cerita ini benar-benar patut diacungi jempol deehhh! XD

Makasih banyaaaak! Sampai jumpa di karya-karya selanjutnyaa!

I LOVE YOU :* :* :*

RILAKKUCHAN | Ririn Ayu | EVIL88ALIEN95 | nengsofiahlatifah | firechanlightbaek | baeksounds | anoncikiciw | vivikim406 | rikamaulina94 | TheLightAndTheFire | memomy | Taman Coklat | AYUTIARAPCY | Naernaya | Lucky8894 | AllSoo | hatakehanahungry | baekchu | binyoung | | Laranolara | GtReginaAC |rizka0419 | younlaycious88 | ibyeoreul | Nadhefuji | Chanshin08 | AuliaPutri14 | Shun Akira | ByunBparkC | flameshine | Aya | YuliaaFajriani | chenma | VampireDPS | CB95line | nur991fah | fvirliani | yiboo | Denwu | joohyvn | greenteacreamventi | 1004baekie | bunnybanana | pinzame | Baekkiechuu | EXOLOVESTEPHI | Justmine Rewolf | Guest | WifeCY | LittleJasmine2 | chankybaek | dan semua yang pernah review atopun sebagai sider.