Step Father
(9)
.
.
SasuSaku *Slight PainSaku, SasuMebu
Naruto belong to Masashi Kishimoto
M for Lemon and Verbal Abuse
AU, OOC, D.L.D.R, slow update.
.
.
-00000000-
.
.
"Jadi… bagaimana aku harus memanggilnya?" ucapan santai itu keluar begitu saja dari bibir sang Uchiha sulung disertai seringai jenaka. Itachi, secara fisik sangat mirip dengan Fugaku. Pemuda itu bagaikan refleksi sang Ayah saat muda. Yang berbeda dari mereka berdua mungkin hanya sifatnya. Itachi jauh lebih terbuka dibanding sang Ayah yang lebih sering memasang rupa stoic-nya. Sulung Uchiha itu juga terkenal banyak bicara dan ramah, dua kata yang tidak ada pada diri sang Ayah. Sifat tersebut diwarisi sempurna dari mendiang Ibunya, Uchiha Mikoto. Sedangkan Sasuke mewarisi rupa menawan dari sang Ibu, dengan paduan sifat yang diturunkan oleh sang Ayah. Sasuke lebih tenang dan tertata dari Itachi. Kedua bersaudara itu meski sering bertengkar, sejatinya tetap saling melengkapi.
"Aku harus memanggilnya adik ipar atau … Ba-san ?"Tanya Itachi tanpa sedikitpun merasa bersalah dengan perkataannya. Memang agak membingungkan baginya bagaimana harus memanggil istri dari adiknya itu. Yah, secara hukum memang dia adalah adik ipar Itachi, tapi tetap saja kan usianya jauh lebih tua.
Sang Ayah menatap tajam ke arahnya, membuat pemuda tampan berhelai raven yang memanjang sepanjang punggung itu kembali menyeringai jenaka.
"Dimana sopan santunmu, Itachi?" ujar Fugaku kejam. Namun Itachi tidak terpengaruh dengan kata-kata keras sang Ayah. Pemuda itu justru mengangkat bahunya kemudian berjalan santai menghampiri Mebuki yang masih mempertahankan sikap luwesnya di tempat duduknya.
"Senang bertemu denganmu, adik ipar. Yah meskipun kau lebih tua dariku sih…" Itachi mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Tawaran yang langsung disambut Mebuki dengan senyuman di wajah cantiknya.
"Senang bertemu denganmu, kakak ipar. Meski rupamu serupa dengan Ayah mertua, tapi tampaknya kau lebih cerewet darinya…" wanita paruh baya itu menanggapi santai perkataan Itachi. Dia tidak tampak tersinggung atau marah. Mebuki menarik kembali tangannya setelah mereka berjabat tangan cukup lama.
"Kau jelas mengenal Ayahku kalau begitu." Jawab Itachi sambil mengerling ke arah sang Ayah dan Fugaku hanya menatapnya dengan tatapan bosan. Fugaku sudah menyerah harus bersikap keras pada putra sulungnya itu. Karena pemuda itu tanpa cela, kecuali mulut cerewetnya yang sangat tidak Uchiha.
"Ngomong-ngomong, kalian bulan madu kemana?" Itachi dengan berani duduk di sebelah Mebuki, tanpa merasa perlu meminta ijin terlebih dulu. Mebuki sendiri tampak tidak menolak dan justru menggeser posisi duduknya, memberikan ruang yang lebih leluasa bagi kakak dari suaminya tersebut.
"Kami belum merencanakan mau kemana. Ada sedikit masalah sebenarnya…" dari suaranya kentara sekali Mebuki tidak ingin bercerita lebih jauh. Nyonya Uchiha muda itu memang malas jika harus membahas putri tunggalnya dari pernikahan sebelumnya yang selalu membuat masalah di depan orang lain.
"Ke Amegakure saja. Disana banyak tempat 'romantis'…" pemuda itu menekankan kata romantis dengan senyuman menggoda khas Uchiha sulung itu.
"Sepertinya kau tahu banyak soal tempat romantis…" pancing Mebuki dan Itachi menjawabnya dengan mengerling nakal. Fugaku menatap kelakuan putra pertamanya itu tajam dan Itachi justru santai menanggapi tatapan mematikan sang Ayah.
"Oh ayolah Tou-san… aku sudah dewasa. Bukankah sudah waktunya aku mengetahui tempat-tempat seperti itu ?" Fugaku baru saja akan memarahi putra sulungnya seperti biasa, namun Mebuki terlanjur menyelanya.
"Kau benar kakak ipar. Sudah sewajarnya pemuda seusiamu tahu tempat-tempat seperti itu." Mebuki memberikan persetujuannya.
"Lebih baik kau memikirkan masa depanmu dan segera menikahi gadis yang sudah ku pilihkan untukmu, Itachi. Hentikan kebiasaanmu yang sering bermain dengan para gadis atau rumor dan gossip tentangmu akan membuat nama Uchiha tercoreng untuk selamanya." Geram sang kepala keluarga Uchiha dengan nada rendah.
"Tenang saja Tou-san. Bermain cantik dan rapi adalah keahlianku…" jawab Itachi enteng sambil bangkit dari duduknya.
"Sudah waktunya aku pergi. Aku kemari hanya untuk menyapa Tou-san saja. Dan ternyata aku mendapat bonus bertemu adik iparku yang sangat cantik…" Itachi tertawa kecil kemudian membungkuk hormat ke arah sang Ayah. Fugaku membalasnya dengan sebuah anggukan sopan. Untung saja di balik sikapnya yang seenaknya, Itachi masing ingat dengan sopan-santun dan bagaimana harus bersikap di depan Ayahnya. Kemudian pemuda tampan itu kembali mengulurkan tangannya ke arah Mebuki dan saat wanita itu menjabat tangannya, Itachi justru mencium buku jari lentik itu dengan lembut.
"Senang bertemu denganmu, adik ipar…" ujar Itachi dengan sebuah seringai manis menghiasi wajahnya.
-000000-
Seorang pemuda tampak membenturkan kepalanya dengan frustasi di kemudi mobil yang tengah dikendarainya. Iris onyx-nya menatap jalanan yang ada di hadapannya dengan tatapan nanar, nafasnya memburu seolah udara di sekitarnya menguap habis entah kemana. Sekilas, urat di sekitar dahinya bermunculan, menandakan pemuda itu tengah dilanda pikiran berat atau tengah berusaha meredam amarah yang siap meledak.
Dan sebagai pelampiasan perasaannya yang terasa penuh sesak, pemuda itu memacu mobilnya gila-gilaan. Melewati jalanan padat Konoha menuju sebuah sudut sepi di pinggir kota dengan kecepatan yang bisa dibilang tidak biasa. Kemudian di sini-lah dia sekarang. Berada di dalam mobilnya dengan perasaan kacau balau. Marah, kesal, sedih, kecewa, dan yang mengambil porsi terbesar adalah perasaan bersalah.
Pemuda itu adalah Uchiha Sasuke. Seorang Ayah yang baru saja meniduri putri tirinya. Entah apa yang terjadi, karena semua terasa begitu saja, mengalir bagaikan air. Seolah apa yang mereka lakukan bukan kesalahan atau semata tuntutan kebutuhan.
Satu hal yang Uchiha bungsu itu sesalkan, bagaimana mungkin dirinya bisa lepas kendali begitu saja pada putri Mebuki itu? Bagaimana mungkin Sasuke, yang selama ini dikenal dengan pengendalian dirinya yang sempurna seolah bertekuk lutut di hadapan pesona Haruno muda tersebut?
Demi Tuhan ! Sasuke membutuhkan penjelasan bagaimana dirinya bisa melakukan tindakan asusila itu pada putri tirinya. Sasuke sangat malu, merasa sangat bersalah atas apa yang telah mereka lakukan. Meski Sakura nampaknya tidak merasakan hal yang sama karena gadis merah muda itu justru bangkit dengan tenang saat mereka telah menyelesaikan 'adegan panas' yang mereka lakukan. Gerakan gadis itu begitu tenang saat memakai kembali pakaiannya. Sementara Sasuke masih membeku setelah menyadari apa yang baru saja terjadi antara mereka.
*SASUKE POV
Seseorang tolong beritahu aku bahwa semua ini tidaklah nyata terjadi. Apa yang baru saja aku lakukan? Apa yang sudah terjadi di antara kami? Apa kau benar-benar telah melakukan tindakan itu dengannya? Terkutuklah diriku. Apalagi jika sampai Tou-san tahu apa yang sudah kulakukan, mungkin dia akan membangkitkan Madara-sama, kakek leluhurku untuk membunuh salah satu cucu buyutnya yang bejat ini.
Selama ini aku selalu menganggap diriku begitu tinggi. Aku merasa memiliki pengendalian diri yang sangat baik. Lebih baik dari kakakku yang bodoh setidaknya. Aku tidak pernah bertindak sembrono atau bertindak hanya berdasarkan emosi belaka. Aku adalah lelaki yang penuh perhitungan, persis seperti Tou-san.
Tapi apa yang sudah kulakukan kali ini? Berhubungan seks dengan putri tiriku sendiri? Bagaimana aku akan sanggup menghadapi istriku setelah ini? Mebuki pasti akan murka, marah besar, lalu dia akan segera mendepak dan menceraikanku dengan segera.
Frustasi, aku menarik helaian raven-ku dengan kedua tangan. Tubuhku masih polos tanpa selembar benangpun dan aku tidak peduli. Aku masih tidak mengerti bagaimana semua ini bisa terjadi, begitu saja di antara kami.
"Kau terlihat menyedihkan Ayah tiri. Kau seperti seorang gadis yang baru saja direnggut keperawanannya…" suara sindiran bernada sinis itu lah yang membuat onyx-ku beralih menatapnya. Gadis –yang sudah tidak gadis lagi, tentu saja- yang kini telah duduk kembali di ranjang perawatannya dengan tenang.
"Apa yang sudah kau lakukan sebenarnya ?" geraman tertahan meluncur begitu saja dari bibirku. Kulihat bibirnya membentuk sebuah seringaian.
"Aku ? apa yang sudah kulakukan memangnya? Aku hanya meremas penismu, menjilat dan kemudian menghisap - "
"STOP ! tidak usah kau lanjutkan kata-kata vulgarmu itu…" Sasuke langsung menghentikan kata-kata erotis putri tirinya itu. Sakura tersenyum puas, seolah kepanikan dirinya adalah sesuatu yang lucu bagi gadis remaja itu.
"Apa yang sudah kita lakukan jauh lebih vulgar dari sekedar kata-kata…" sindir gadis itu lagi sementara aku melotot tajam padanya. "Hanya sekedar mengingatkan siapa tahu kau lupa apa yang baru saja terjadi di antara kita…" ucapnya lagi sambil menggendikan bahu tanda acuh tak acuh.
"A-apa… kau akan…" kali ini sebelum aku menyelesaikan kalimatku, gadis itu sudah memotongnya.
"Mengadu pada Ibuku tersayang? Oh… tentu saja. Aku yakin dia akan sangat senang mendengarnya." Jawab Sakura sambil memperlihatkan raut wajah sedih yang dibuat-buat.
"Tidak ! kau tidak boleh memberitahu padanya. Ini… apa yang terjadi antara kita hanya sebuah kesalahan." Cegahku langsung. Aku bisa merasakan binar ejekan dari emerald indahnya dengan sikapku yang pengecut ini. Oke, aku mungkin memang pengecut karena menginginkan semua ini tetap menjadi rahasia. Karena aku tidak akan sanggup menghadapi kemarahan Mebuki atau kemungkinan dia akan meninggalkanku segera setelah tahu aku telah tidur bersama putri tunggalnya dengan mantan suaminya dulu.
"Kau menyakiti hatiku, Ayah tiri…"
"Aku tidak peduli, Sakura ! kau yang menjebakku dalam permainan ini…" bentakku emosional. Saat ini aku memang kalut dan tidak bisa berpikir jernih.
"Aku menjebakmu? Yah… aku akui aku memang menjebakmu. Tapi bukankah kau juga menikmatinya? Akui saja, kau bahkan mengeluarkan sperma mu di dalam rahimku…" kata-kata gadis itu menyentakku. Aku benar-benar merasa gila sekarang. Bagaimana mungkin aku membuahi rahim putri tiriku sendiri? Tapi aku memang tak sanggup mengontrol diriku. Tidak saat segala yang berada di dirinya seolah memanjakan setiap indera yang ada di tubuhku.
Aku menggelengkan kepala keras-keras. Frustasiku semakin menjadi-jadi. Berbicara pada Sakura saat ini hanya menambah keruh perasaanku saja. Dan di saat aku tengah berpikir keras untuk menjustifikasi masalah ini, gadis itu justru mengusirku dengan begitu saja.
"Mau sampai kapan kau terlihat frustasi begitu? Jika tidak keberatan, silahkan lanjutkan sesi frustasimu di tempat lain dan segera pergi dari sini. Aku ingin bertemu kekasihku…" ucapnya enteng saja, bahkan tanpa memandang ke arahku.
"Apa ? Siapa yang akan datang kemari? Kekasihmu yang berandalan itu ?" cecarku langsung. Kulihat dia hanya mendengus bosan tanpa benar-benar memperhatikan kata-kataku.
"Bukan urusanmu…" ketusnya langsung.
"Aku tidak mengijinkanmu berhubungan dengan pemuda seperti itu lagi, Sakura…" entah apa yang lucu karena saat aku mengatakannya, gadis merah muda itu justru tertawa keras.
"Berusaha memasang topeng sebagai Ayah tiri yang baik, eh?" seringai mengejek terlihat jelas di wajah cantiknya.
"Sakura… ! Aku tidak main-main. Tidak akan kuijinkan kau berhubungan lagi dengannya."
"Aku tidak butuh ijinmu…" jawab gadis itu santai.
"Sekarang silahkan pergi, Ayah tiri. Aku akan menantikan pertunjukan dimana kau akan segera didepak dari hidup Ibuku seperti lelaki simpanannya yang lain. Dan akan kupastikan hal itu terjadi. Secepatnya…"
*END OF POV
-0000-
Gadis bersurai merah muda itu kembali menghubungi kekasihnya, Pain Yahiko. Sakura merasa cemas karena sudah ditunggu sejak lama, namun kekasihnya itu belum juga datang. Mungkin Pain melupakan janjinya untuk bertemu Sakura hari ini. Karena itulah gadis itu berusaha kembali menghubungi kekasihnya namun nihil. Ponsel kekasihnya itu sedang tidak aktif.
Sakura merasa bosan dan sendirian jika kekasihnya itu tidak datang. Dia merasa kesepian. Selama ini jika perasaan sepi melandanya, hanya kepada Pain-lah Sakura menumpahkan seluruh resahnya. Lengan pemuda yang tubuhnya dipenuhi tattoo dan piercing itu selalu menerimanya. Selalu ada untuknya saat tak ada orang yang menginginkannya, bahkan Ibunya sendiri.
Seluruh perasaan kecewa pada sang Ibu gadis itu lampiaskan pada kekasihnya. Pain selalu sabar mendengar keluh kesah Sakura. Pain tidak bersikap menyebalkan dengan menasehati atau mengomentari hidup kekasih merah mudanya itu. Yang Sakura sukai dari pemuda itu, Pain sama sekali tidak mengasihaninya. Pemuda itu tidak memandangnya sebagai gadis stress dan rusak, meskipun mungkin itu kenyataannya.
Sakura sangat menyayangi kekasihnya. Meskipun berganti kekasih semudah membalikkan telapak tangan bagi pewaris Haruno Group itu, tapi di sisi Pain Yahiko, gadis itu menemukan tempat yang nyaman.
Terkadang Pain memang akan meminjam uang dari Sakura untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan pemuda itu untuk mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan minuman keras. Sakura tahu sejak awal bahwa kekasihnya adalah pecandu narkoba yang aktif dan juga seorang alcoholic berat. Tapi siapa yang peduli dengan semua itu saat hanya pemuda itulah yang selalu melimpahinya dengan perhatian dan kasih sayang?
Baru saja Sakura akan kembali mencoba menghubungi ponsel kekasihnya, tiba-tiba pintu ruang perawatannya terbuka dan menampilkan sosok yang begitu gadis itu rindukan. Pain datang dengan penampilan kasualnya, terlihat sedikit berantakan namun tidak mengurangi sedikitpun pesona yang dimilikinya.
"Saku-chan…" pemuda itu menyongsong gadisnya dan langsung memberinya pelukan serta lumatan singkat di bibir ranumnya.
"My prince…" pekik Sakura kegirangan saat memeluk tubuh kekasihnya. Gadis itu bahkan betah berlama-lama menenggalamkan wajahnya di lekukan leher sang kekasih.
"Apa yang terjadi Hime ? kenapa kau bisa sampai di rumah sakit begini ?" Tanya Pain lagi sambil mengusap pipi gadisnya. Tangan Sakura merengkuh tangan sang kekasih dan seolah meminta tangan pemuda itu untuk tetap mengusap pipinya.
"Bukan hal yang penting." Jawabnya singkat. Acuh saja. "Yang terpenting kau sudah ada di sini…" sebuah senyuman menggoda tersungging di bibir gadis cantik itu.
"Aku akan selalu ada untukmu, Saku-chan…" bisik Pain lembut. Kemudian pemuda dengan tattoo dan piercing di tubuh da wajahnya itu melumat bibir Sakura. Gerakannya tetap dan mantap. Sakura sendiri tampak senang saat bibir sang kekasih mendarat di bibirnya. Gadis itu bahkan balas menyesap tanpa malu dan ragu.
Untuk sesaat, Pain melepaskan ciumannya. Sakura tampak tak sabar saat sang kekasih menghentikan kegiatan mereka. Dia membutuhkan kehangatan dari kekasihnya, sekarang juga !
Namun sebelum Sakura menyerang kembali, Pain sengaja memberi jarak di antara mereka. Ada yang pemuda bertattoo itu ingin bicarakan sebelum mereka melanjutkan permainan mereka menjadi lebih panas.
"Saku-chan… apa aku bisa mengatakan sesuatu?" Tanya Pain sambil menatap emerald indah gadisnya. Sakura tersenyum manis dan mengangguk sebagai jawaban.
"Aku membutuhkan bantuanmu."
"Bantuan ? ada apa my prince? Apa kau sedang ada masalah?"
"Sebenarnya iya. Aku membutuhkan banyak uang segera…"
"Untuk apa?" Tanya Sakura tidak mengerti.
"Aku perlu uang itu untuk membayar… 'barang-barang' pesananku. Dan juga hutang karena aku mengambil 'barang' tanpa membayarnya lebih dulu beberapa hari lalu. Aku pikir aku akan bisa menggunakan uang gajiku. Tapi…" Sakura mengangguk mengerti. Tidak perlu dijelaskan lebih jauh, dia mengerti apa yang dimaksudkan oleh kekasihnya itu.
"Tenang saja. Aku
akan membayarnya. Berapa jumlahnya?"
Pain tampak berpikir sebelum menjawab. Sakura menunggu keterdiaman kekasihnya itu.
"Satu juta yen…"
-00000-
TO BE CONTINUED-
TERIMAKASIH atas komentar kalian yang selalu menjadi bagian penting dalam semangat odes untuk terus meng-update karya.
Yang masih bingung dengan tujuan Sasuke menikahi Mebuki, di chapter berapa gitu [woii lu authornya, masa lupa? /Beneran aye lupa] udah odes jelasin. Sasu nikahin Mebu karena pada dasarnya doi emang Mother complex. Jadi demen yang lebih dewasa dan keibuan gitu karena gak ada sosok Ibu sejak dia kecil [Mikoto udah meninggal dari Sasuke kecil]
Dan Fugaku-Mebuki memanfaatkan Sasuke buat menutupi hubungan gelap mereka. Kalo mereka terlibat ikatan keluarga, Fuga-Mebu lebih leluasa buat main api-nya :D
Kira-kira gitu dah penjelasannya :*
Akhir kata,
Salam sayang
odes