Step Father
(1)
.
.
SasuSaku *Slight SakuPain, Sasu Mebuki
Naruto belong to MK
M for Lemon (?) and Verbal Abuse
Family, Hurts/Comfort
AU, OC, OOC, Thypo's, D.L.D.R!
Odes terbuka dengan kritik dan saran, namun harap disampaikan secara santun layaknya orang yang berabab dan berpendidikan
Flamers? Haters?
Anjing menggonggong, odes berlalu :Dv
Ngaku di bawah umur? Gak suka rated M tapi masih nekat baca dan cuap-cuap nyalahin author? Udah dehh, mending berantem ajaa yookk *NgasahBedil ! ( udah cape jelasin sama readers model begini)
odes
.
.
Okeee, karena versi sebelumnya (versi plot naskah skenario) membuat sebagian dari kalian bingung, odes putuskan buat Re-write aja chapter 1 dari awal. Anggep aja yang kemaren itu bonus bocoran dehh dari odes :*
.
.
-0000-
" Namanya Uchiha Sasuke. Sebentar lagi dia akan menjadi Ayahmu, Sakura ... " wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan polesan make-up tebal itu terdengar menyampaikan kabar yang seharusnya menjadi berita gembira dengan nada suara datar saja. Seolah sedang memamerkan koleksi sepatu-sepatu mahal yang dibelinya dari berbagai penjuru dunia pada sang putri semata wayang.
Yang diajak bicara sendiri justru menampakkan wajah bosan dan tak tertarik. Seolah sang Ibu hanya sedang membicarakan koleksi buku sang gadis yang selalu berserakan dimana-mana di rumah mereka yang megah bak istana.
"Terserah ... " jawab gadis berhelai merah muda serupa permen kapas itu sambil melangkah pergi. Namun saat dirinya tepat berhadapan dengan "Ayah Tiri" nya, langkah Sakura berhenti sejenak.
Diliriknya sang pemuda yang diperkirakan berusia tak jauh berbeda dengan usianya itu dari atas sampai bawah dengan tidak berkedip. Diteliti dengan seksama. Diperhatikan nya baik-baik wajah orang asing yang sebentar lagi akan resmi menjadi bagian dari keluarganya ini.
Wajah yang tampan, rahang yang tegas, garis wajah sempurna disertai bentuk tubuh proporsional, rambut emo sehitam arang yang mencuat kebelakang seperti pantat ayam, benar-benar perpaduan sempurna yang dapat dimiliki seorang pria.
Dan sepersekian kedua manik mata mereka bertatapan...
Sakura langsung membuang muka saat dirasakannya pandangan sang pemuda seperti menelanjanginya. Sakura tak suka dengan pandangan tajam dan menyelidik dari sepasang manik onyx lelaki asing tersebut.
"Sakura ! Aku belum selesai berbicara !" teriak Mebuki sedikit keras. Gadis itu menghentikan langkah, kemudian menghela nafas seolah sedang menonton salah satu drama yang paling dia benci di televisi.
"Apalagi Kaa-san ?" tanya gadis cantik itu dengan nada bosan. Mimik wajahnya pun terlihat muak dengan Ibundanya itu.
"Kenapa kau pergi begitu saja ?" sentak Mebuki langsung sambil menatap garang ke arah putrinya.
"Jadi ini hadiahmu setelah kembali dari luar negeri ?" nyinyir gadis bersuai merah jambu itu ke arah wanita paruh baya yang masih terlihat cantik meski sudah tak lagi muda itu. Kedua manik emerald dari Ibu dan anak yang serupa tersebut kembali saling menantang.
"Lebih baik kau tidak usah pulang saja !" maki Sakura kasar sambil membuang muka dan melangkah pergi. Tidak lagi memperdulikan Ibunya yang berteriak meraung memanggil namanya di belakang.
"SAKURA... !"
"Kau meninggalkanku berminggu-minggu ke luar negeri hanya untuk bersama "kucing" peliharaanmu ini... ?!" Sakura sengaja menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya. Kali ini tatapan sinis Sakura berpindah menuju pemuda yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai ayah tirinya tersebut.
"Jaga bicaramu, Sakura !" bentak Mebuki seraya melangkah, bermaksud mendekati putri semata wayangnya dengan emosional. Namun langkahnya langsung terhenti saat pemuda yang sebentar lagi resmi menjadi suaminya itu menahan langkahnya.
Tidak ada kata yang terucap, hanya sebuah pandangan menenangkan dari pemuda tampan itu seraya meraih bahu Mebuki dalam pelukan.
Sakura mendelikkan emerald nya,sekali lagi ke arah Ibunya yang tampak sedang dimabuk asmara dengan pemuda disebelahnya tersebut. Ada tatapan terluka disana. Tak suka. Sakit hati. Dan merasa –lagilagi- bahwa dirinya tak pernah dibutuhkan oleh sang Ibunda.
Selama ini Ibunya hanya gemar bergonta-ganti pasangan yang lebih muda untuk kesenangan pribadinya. Sama sekali tidak memikirkan perasaan Sakura. Meskipun pada dasarnya Sakura sama sekali bukan gadis lemah yang melankolis, yang hanya meratap dan merenungi nasib keluarganya yang tampak berantakan tanpa adanya sinar kebahagiaan. Sakura justru mewarisi sifat sang ibu yang gemar berpetualang cinta dengan berada dalam dekapan laki-laki yang berbeda setiap waktunya.
"Terserah kalian mau melakukan apapun. Tapi jangan pernah libatkan aku dan... mendiang Ayah!" kalimat terakhir itu terlontar sebelum dirinya memutuskan untuk segera meninggalkan ruangan tersebut. Membebaskan hatinya dari beban yang mulai terasa menyesaki dadanya.
-0000-
Jika bisa meruntuk, atau memprotes, Sakura ingin sekali meruntuki nasibnya terlahir dari rahim wanita seperti Ibunya. Juga terlahir sebagai putri tunggal pewaris kerajaan bisnis Haruno Group. Atau memprotes kematian sang Ayah yang begitu cepat, saat dia masih kanak-kanak sehingga baik dia maupun sang Ibu merasa butuh belaian seorang lelaki dalam hidup mereka.
Sejak kematian Haruno Kizashi hampir 10 tahun lalu, sejak saat itu sikap sang Ibu menjadi berubah 180 derajat dibanding dulu ketika sang Ayah masih ada di tengah-tengah mereka. Mebuki yang tidak siap kehilangan sang nahkoda rumah tangganya, merasa guncang dan terombang ambing di lautan kehidupan. Ayah dan Ibunya berusaha menguatkan sang putri untuk menerima kematian suami tercintanya. Namun apa daya, kematian Kizashi membawa dampak yang sangat besar bagi perubahan Mebuki.
Nyaris 2 tahun lamanya Mebuki terpaksa diungsikan keluarga di luar negeri untuk melakukan terapi depresinya dan meninggalkan sang putri tunggal, Haruno Sakura di bawah pengasuhan Kakek dan Neneknya. Sakura, gadis kecil yang saat itu berusia 7 tahun yang belum mengetahui bahwa sang Ayah telah meninggal dunia dan kini sang Ibu tengah berjuang melawan memulihkan kondisi psikisnya.
2 tahun berlalu sejak kejadian itu, dan Mebuki kembali ke Jepang untuk melanjutkan hidupnya. Namun Mebuki yang sekarang berada di hadapan kedua orangtuanya bukanlan Mebuki yang dulu. Bukan Mebuki yang polos. Bukan pula Mebuki yang guncang akibat kematian suaminya. Namun Mebuki yang sangat jauh berbeda.
Perubahan Mebuki bukan hanya soal gaya dan penampilannya saja, namun juga sikapnya pada kedua orangtuanya dan sang putri semata wayang, Sakura. Mebuki seolah menjaga jarak dengan keluarganya sendiri. Namun justru terlihat mudah akrab dan membaur dengan laki-laki lain yang berusia jauh lebih muda daripada dirinya.
Seringnya Mebuki membawa pasangan yang berbeda yang semuanya merupakan laki-laki yang lebih muda membuat sang Ayah geram dan marah. Pasalnya kini yang dikerjakan putrinya hanya mengurusi kekasihnya saja serta menelantarkan putri semata wayangnya, Sakura.
Mebuki yang tidak terima urusannya selalu dicampuri oleh kedua orangtuanya akhirnya membawa Sakura pergi. Tanpa mengetahui bahwa tindakan nekatnya tersebut membuat sang Ayah jatuh sakit hingga meninggal dunia. Pada saat pemakaman Ayahnya saja, Mebuki tidak datang dan hanya mengirimkan sebuah karangan bunga duka cita karena dia sedang berlibur bersama kekasihnya yang entah kekasih ke berapa bagi sang Nyonya muda Haruno tersebut.
Tak lama setelah kematian sang Ayah, Ibunya pun menyusul cinta sejatinya tersebut. Tak ada airmata atau tanda kesedihan di wajah cantik Mebuki. Justru Sakura lah yang tampak terpukul dengan kematian Neneknya tersebut.
Sejak saat itu, hubungan keduanya, Mebuki dan Sakura dapat dikatakan tidak lagi harmonis. Mebuki selalu sibuk dengan kekasihnya sedangkan Sakura secara tidak langsung, sadar ataupun tidak, mengcopy tindakan sang Ibu dengan selalu berada dalam dekapan pria yang berbeda-beda. Mereka seolah sedang berlomba menunjukkan eksistensi mereka dihadapan para pria. Menebar semerbak pesona dari dua Haruno cantik berbeda usia ini.
-00000-
"Malam ini aku tidak ingin pulang, Pain-kun ... " rajuk Sakura manja sambil menyandarkan tubuhnya di bahu sang kekasih, Yahiko Pain. Sementara pemuda dengan tubuh dipenuhi tindikan itu nampak santai saja saat kekasih merah mudanya merapatkan tubuhnya ke dadanya meski mereka tengah berada di pusat keramaian.
"Ada apa Saku-chan ...?" pemuda itu berlagak bertanya meskipun sudah mengetahui alasannya. Alasan sang kekasih tidak ingin kembali ke "istana" nya selalu adalah keberadaan sang Ibu. 1 tahun menjalin kasih dengan Sakura, Pain sudah mengetahui kondisi gadis itu juga keluarganya.
"Aku ingin menginap di apartmentmu ." rengek gadis itu manja sambil mencari bibir kekasihnya dan mengecupnya singkat. Seolah sebagai tanda rayuan agar keinginannya dipenuhi.
"Tidakkah menyenangkan jika malam ini kita habiskan waktu bersama ...?" goda Sakura lagi dengan nada manja sambil mengecup lembut pipi kekasihnya. Berusaha menggodanya dengan mengirimkan getaran getaran dan memancingnya secara seksual.
"Malam ini aku ada latihan dengan teman-temanku, Saku-chan. Kau tahu itu... " tolak Pain lembut sambil membalas mengeratkan pelukannya di tubuh kekasih merah mudanya.
"Tapi aku menginginkanmu, My prince..." desah Sakura dengan nada sensual sambil menggigit cuping telinga sang kekasih. Perubahan di wajah sang pemuda membuat Sakura berteriak girang dalam hati. Dia tahu kekasihnya tidak mungkin menolaknya.
Tangan Pain di tubuh Sakura semakin mengetat. Seolah takut jika tubuh gadis itu akan menjauh darinya. Padahal saat itu mereka tengah berada di sebuah cafe sambil menikmati camilan sore. Namun tampaknya mereka tidak memperdulikan pandangan orang di sekeliling mereka.
Sakura merubah posisi duduknya. Menjadi berada di pangkuan sang kekasih seraya menciumi bibir pemuda itu liar. Dilumatnya bibir sang pemuda penuh gairah, seolah mereka tengah berbagi kenikmatan dengan saling menukar saliva di bibir mereka.
Tangan Pain sendiri mulai menjelajah nakal merayapi punggung Sakura. Digodanya melalui sentuhan sensual sehingga gadis itu makin hanyut dan liar memperdalam ciuman mereka.
Namun tiba-tiba sebuah tangan menghentikan keasyikan mereka. Baik Pain maupun Sakura tak dapat menahan kekesalan mengetahui ada orang yang berani mengganggu mereka yang tengah asyik masyuk dalam gumulan nafsu.
Namun emerald Sakura seketika membulat ketika menyadari orang yang tengah mengganggu keasyikannya bersama sang kekasih adalah calon ayah tirinya sendiri.
Uchiha Sasuke ... !
.
.
.
TO BE CONTINUE