Crazy Love

Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Miina Cherry

M

Sasuke Uchiha & Sakura Haruno

Warning!

OOC, AU, Typo, Romance, Drama, Alur semakin menjurus sinetron, etc.

DON'T LIKE, DON'T READ!

.

.

.

.

Crazy Love chapter 11...

.

.

.

.

Happy reading...

.

.

.

.

Sakura menggigiti kuku jarinya takut, kaki kenjangnya berulang kali berjalan bolak-balik ditempat yang sama, mengabaikan orang-orang yang memandangnya aneh. Tak jarang penggemarnya menyapa, atau bahkan meminta foto tapi gadis cantik itu menolaknya secara halus. Ia berkali-kali melirik ponselnya, lalu gedung Konoha Police Center tempat Sasuke diselidiki sekarang bergantian.

"Kami-sama, bagaimana ini..."

Ia mendudukkan diri pada bangku jalan didekatnya. Setetes air mata sukses lolos melewati pipi chubbynya, buru-buru Sakura usap karena tak ingin terlihat orang sekitar.

Kenapa ini terjadi pada Sasuke? Kenapa harus dia? Karena apapun yang terjadi pada pemuda itu pasti akan berdampak buruk juga padanya. Sakura bahkan mengabaikan Kakashi, Ino dan Hinata yang terus menelpon, juga beberapa pesan yang mereka kirim yang isinya tak jauh beda tentang 'dimana kau cepat kemari! Ini waktunya syuting pengambilan trailer!', tapi tak ia gubris. Sakura terlalu takut tentang keadaan Sasuke didalam sana ketimbang karirnya. Sungguh.

"Semoga tak terjadi apapun. Ya, Sasuke tak akan kenapa-napa! Dia pasti baik-baik saja!" Sakura bergumam, ia sudah menelepon kakak Sasuke, Itachi. Oh jangan tanya darimana ia dapat nomor ponsel Itachi, tentu saja dari Izumi yang kemarin berkunjung keapartemennya.

"Sakura!"

Sang pemilik nama menggadah dan menoleh kearah asal suara. "Itachi-nii!" ia sontak berdiri.

Uchiha sulung tersebut terlihat terengah-engah dengan seorang pemuda berambut kuning disebelahnya, "Dimana... dimana Sasuke?"

"Dia, d-dia didalam. Itachi-nii! Kumohon tolong Sasuke! Aku takut, hiks."

Naruto pemuda yang ikut bersama Itachi membatu ketika melihat gadis kekasih sahabatnya begitu panik dan juga... menangis?

Itachi menepuk pelan pucuk kepala gadis dihadapannya, "Tenanglah... aku akan memastikan bahwa Sasuke baik-baik saja, oke? Jangan panik." Sakura mengangguk pelan, dan membuat Itachi tersenyum walau dirinya juga sedang dilanda rasa cemas terhadap sang adik. Ia melirik kearah Naruto, dan berkata. "Naruto, jaga Sakura disini. Biar aku yang kedalam."

"Ya."

Sakura memperhatikan pria berambut raven diikat satu yang kini setengah berlari memasuki gedung dalam diam. Ketakutannya sedikit mereda melihat kedatangan Itachi. Setidaknya ia bisa mempercayai Sasuke pada pria itu, ya bahwa kekasihnya akan baik-baik saja.

"Sakura-chan." Naruto menatap gadis disampingnya dengan iba, Sakura dari tadi sama sekali tidak bergerak ditempatnya berpijak. Kedua matanya hanya memandang kosong kearah depan. "Percayakan ini semua pada Itachi,"

Sakura tersenyum tipis. "Iya..."

oOo

"Keterlaluan! Kemana sebenarnya si forehead ini?! Dia membuat syuting trailer kita batal!"

"I-ino-chan..." Hinata memijat pelan kedua bahu gadis pirang disebelahnya dengan gugup. "...mungkin Sakura-chan punya masalah, makanya dia tidak datang. Kita harus memakluminya."

Ino mendesah keras, "Kau ini Hinata! Sekali-kali marah dong, jangan cuma aku yang sebal padanya!"

Tuhkan, ujung-ujungnya Hinata lagi yang kena semprot. Gadis ungu gelap itu akhirnya tersenyum lembut. "Kita harus percaya pada Sakura-chan, bagaimanapun juga dia adalah sahabat kita. Diantara personil Girly 'kan hanya Sakura-chan yang tinggal seorang diri tanpa kedua orang tua. Dia juga tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya kalau bukan kerena masalah darurat, Ino-chan.."

Ino membisu. Hatinya terhantam karena ucapan Hinata yang sangat tepat. Benar Hinata benar, ia harusnya khawatir tentang keberadaan sahabat merah mudanya yang kini entah dimana. Ino mengigit bibir bagian bawahnya, "Lalu kita harus bagaima Hinata? Aku bahkan tidak tahu dia ada dimana sekarang..." ucapnya nyaris seperti bisikkan.

"Kita cari dia."

Kedua gadis belia itu sontak menoleh kearah asal suara diatas mereka. "Kakashi-san."

"Cepat, waktu kita tak banyak."

oOo

KRUYYUKKK~

"Pffttt-!" Naruto menutup bibirnya dengan telapak tangan dengan ekspresi jenaka. Ia menatap gadis yang kini balik menatap garang padanya "Kau kelaparan pink? Ah, apakah Teme tidak memberimu nafkah yang cukup sampai kau tidak bisa makan nasi?"

PLETAK–!

"Kuning sialan! Bukan begitu!" Wajah Sakura memerah mendengar kata nafkah yang keluar dari bibir pemuda menyebalkan disebelahnya. Seolah-olah Sasuke dan Sakura sudah menikah saja, "Aku belum makan dari pagi tahu!"

"Oo..." Naruto mengangguk-anggukan kepalanya mengerti dengan bibir yang membentuk huruf o kecil. "Kalau begitu, kau tidak ingin membeli sesuatu untuk dimakan? Yo, kutraktir deh! Karena kau kekasih sahabatku lho."

Sakura menghela nafas, "Tidak usah."

"Hee? Kenapa? Aku sedang baik saat ini."

"Aku masih mau menunggu Itachi-nii keluar bersama dengan Sasuke."

Naruto terdiam, hatinya menciut ketika mendengar gadis ini berkata sangat yakin. Karena Naruto tahu, bahwa Sasuke...

"Itachi-nii!" Senyum Sakura yang semua merekah kini memudar melihat Itachi keluar dari gedung... seorang diri. "K-kemana Sasuke?"

Itachi terdiam dihadapan kedua remaja tersebut. Sama sekali tak bergerak, apalagi berucap. Manik oniksnya memancarkan kekecewaan yang sangat amat dalam.

"Itachi-nii! Jawab! Mana Sasuke?! Kenapa kau keluar sendiri?! Sasu–"

"Sakura..." Itachi akhirnya berkata walau terputus-putus. Dapat Sakura lihat kedua tangan besar pria itu mengepal erat dengan bibir yang terkatup rapat. "...maaf."

"Tidak." Sakura tertawa "Kenapa kau meminta maaf Itachi-nii? Sasuke kan tidak apa-apa. Iya 'kan?..." Sakura mundur dua langkah kebelakang saat melihat Itachi menggeleng lemah. "Katakan bahwa Sasuke tidak berada dalam masalah Itachi-nii! Katakan bahwa Sasuke baik-baik saja!" ia bahkan tak sadar bahwa nada suaranya meninggi, dan membuat dua orang lelaki disekitarnya sedikit kaget. "Katakan–"

"Sasuke dia ditahan karena diduga menjadi tersangka dibeberapa kasus pembunuhan berencana."

"A-apa?..." pupil matanya mengecil dengan kelopak mata yang melebar. Sakura tertawa keras, "Kau bercanda?! Itu tidak mungkin!" ucapnya disela-sela tawa, namun tak lama tawaan Sakura berubah menjadi isakan kecil. "Kau berbohong..."

Naruto mendekat hendak menepuk bahu gadis tersebut. "Saku–"

"KAU PEMBOHONG!"

Sakura berlari tanpa menghiraukan panggilan dari kedua lelaki dibelakangnya. Tetes demi tetes liquid bening yang membasahi pipinya ia biarkan semakin mengalir deras. Berkali-kali ia menggeleng kuat, ini hanyalah mimpi buruk, tolong katakan bahwa ini hanya mimpi buruk. Sebentar lagi Sakura pasti bangun dengan Sasuke yang memeluknya. Ya, hanya mimpi–

BRUK!

"Aa, m-maaf."

–yang nyatanya adalah kenyataan, dan sukses menampar hatinya.

Sakura berlari, terus berlari menjauhi semua keramaian. Ia bahkan tak perduli lagi orang-orang yang tak sengaja ia tabrak karena pandangannya mengabur akibat banyaknya air yang berkumpul dibawah pelupuk mata.

Ini tidak seharusnya terjadi pada Sasuke! Pemuda itu tidak salah! Yang Sakura tahu dari Ino, Sasuke itu dititah oleh pria setan waktu itu yang berniat menculik Sakura. Sasuke tidak salah, tapi kenapa dia ditahan...

Sakura jatuh terduduk diatas rerumputan hijau diatas bukit. Menangis sejadi-jadinya ditempat kenangan antara dirinya dan Sasuke pernah tercipta. Tempat dimana Sasuke mengatakan perasaannya terhadap Sakura secara terang-terangan.

"INI TIDAK ADIL!"

Ia mencengkram baju didaerah dadanya. Sakit.

"KENAPA INI HARUS TERJADI PADANYA?!"

Memukul rumput dibawahnya putus asa, Sakura kembali berteriak.

"AKU BENCI TAKDIR YANG MEMPERMAINKAN. MANUSIA SEPERTI INI!"

Tenaganya sedikit melemah.

"Aku... masih ingat janjimu, Uchiha Sasuke..." Sakura masih menangis, namun kepalanya menggadah keatas menghadap langit sore yang tampak mulai menguning. "...kau pergi, untuk kembali."

Tersenyum miris, perlahan pandangannya menjadi gelap.

"Kau harus menepati janjimu... dasar mesum."

Bersamaan dengan perkataan terakhirnya. Tubuh mungil Sakura abruk diatas tanah berumput hijau tersebut.

Tidak jauh dari tempatnya, sosok pemuda berambut raven bagian belakangnya mencuat keatas tersenyum pedih. Dia mendekat, dan berjongkok tepat disamping tubuh Sakura yang tergeletak tak sadarkan diri. "Heh, jidat. Kenapa kau tidur disini?" manik oniksnya meredup, sebelah sudut bibirnya naik membentuk sebuah seringaian. "Hn ya, aku pernah bilang tidak tergoda memperkosa gadis yang sedang tertidur..." ia membelai pipi ranum sang gadis dengan sangat hati-hati, seolah permukaan kulit halus itu akan lecet jika ia sentuh terlalu kasar.

"...jadi bangunlah, sayang."

oOo

Sakura menggeliat kecil, merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Perlahan kedua kelopak matanya terbuka, tapi tak lama tertutup lagi karena cahaya terang yang menyorot wajahnya tak sopan. Kembali, Sakura mengerjapkan kedua matanya hingga terbuka sempurna.

"Eh?"

Wanita musim semi tersebut sontak bangkit terduduk, dan memandang sekitarnya dengan cepat. "EEEHHHH! KENAPA AKU ADA DISINI?" teriaknya tak asa-asa.

Sakura celingak-celinguk bingung. Seingatnya tadi dia ada dibukit tempat rahasia Sasuke, tapi kenapa sekarang dia ada... dikamar apartemennya? Ia menoleh kebelakang, kedepan, samping, atas. Begitu berulang-ulang. Meraba ranjangnya yang terasa halus, "Siapa yang membawaku kesini?"

"Aku."

Lagi, Sakura dibuat bingung bukan main saat seorang pria berambut hitam pendek agak ikal masuk kedalam kamarnya. Sekilas kedua manik hitam itu mengingatkannya pada seseorang... Ya, Uchiha Sasuke.

"Ah maaf, apa aku mengangetkanmu nona?" pria itu tertawa pelan. "Aku–"

PLETAK!

"SIAPA KAU?! BERANI-BERANINYA KAU MASUK KEDALAM KAMARKU SHANNAROOO!"

"H-hei hei! Berhenti! Aduh–"

BRAK!

"TIDAK AKAN! KELUAR KAU!"

BRUK!

"N-nona aku b-bisa jelaskan!"

"CEPAT KELUAARRRR!"

"Saku–"

PRANG!

Uchiha Itachi jatuh terkapar didepan pintu dengan hidung yang mengeluarkan darah, setelah sebuah piring cantik sukses mendarat diwajah tampannya.

Sakura terdiam. Tak lama wajahnya memucat, "ITACHI-NIIIIII!"

oOo

Kakashi menghela nafas kasar. Sebelah matanya yang tak tertutup rambut menatap bosan pada salah satu artis naungan agensinya. "Aku mengerti. Tapi bisakah kau berhenti menangis? Kau sudah dewasa Sakura, harus bisa membedakan masa urusan pribadi dan pekerjaanmu."

"Kau tak mengerti!" Gadis Haruno ini kembali berteriak ditengah ruang tamu yang didalamnya terdapat beberapa orang. "Aku masih remaja Kakashi! Belum mencapai tahap dewasa, kau harusnya tahu bagaimana perasaan gadis remaja labil sepertiku!"

Ino menggeleng-gelengkan kepalanya pasrah, sedangkan Hinata hanya bisa terdiam sesekali menghela nafas.

Sakura tetap berisik meski sedang dilanda masalah.

"Tenanglah Sakura.." Itachi kini mencoba menenangkan kekasih sang adik yang meledak-ledak. "Kakashi benar, walau kau sedang kecewa. Tapi berusahalah bersikap dewasa, kau harus profesional dalam bekerja. Jangan hanya karena kehilangan Sasuke sementara membuatmu memilih keputusan untuk keluar dari Girly."

"Tapi Itachi-nii..." Sakura menunduk, sekilas dapat Itachi lihat gadis itu mengigit bibir bagian bawahnya samar. "...aku tidak bisa."

"Jidat!" Ino sekarang angkat bicara. "Dengarkan aku jidat lebar merah muda–" Sakura menggeram sejenak mendengarnya "–aku tahu apa masalahmu! Aku mengerti perasaanmu! Tapi kau juga harus mengerti perasaan kami disini! Kami tidak mau kau keluar dari Girly, karena itu sama saja memecah belah hati para GirlyFans diluar sana! Apa kau mengerti?!"

Sakura terdiam melihat sahabat pirangnya terengah-engah setelah mengeluarkan segala emosinya. "M-maaf..."

"Ah sudahlah!" Ino membuang muka kearah lain, kemudian bergumam. "Kau harusnya menyadari bahwa kau tidak sendiri. Ada aku dan Hinata disampingmu, kami siap membantumu apapun itu..."

Hinata berdiri dan berpindah duduk kesebelah Sakura. "Ino-chan benar.. Kami disini untukmu Sakura-chan..." gadis Hyuuga tersebut tersenyum lembut, dan menggenggam kedua tangan sahabat merah mudanya pelan, "Kumohon Sakura-chan... Jangan keluar."

"Kalian..." Sakura menggigit bibirnya kencang, kedua bola matanya mulai berkaca-kaca menahan rasa haru dihatinya. Ah Sakura lupa bahwa disini ada dua sahabat yang setia membantunya, menemaninya, berada disampingnya. "HUWAAAAAA! AKU MENYAYANGI KALIAN! HIKS–TERIMAKASIH!"

Ino dan Hinata hampir saja terjungkal kebelakang jika saja mereka tidak dengan sigap menerima terjangan mendadak Sakura. Mereka membiarkannya menangis dalam keadaan berpelukan, dan serempak menjawab. "Sama-sama."

Itachi dan pria disebelahnya tersenyum maklum melihat tingkah ketiga gadis didepannya. Ah ngomong-ngomong soal pria–

"Siapa dia Itachi-nii?" tanya Sakura setelah sedikit reda dari tangisnya, ia mengusap-usap kelopak matanya sejenak untuk memperjelas objek yakni pria berambut hitam ikal disebelah Itachi.

Itachi melirik sahabat kecilnya. "Dia–"

"Aku Uchiha Shishui. CEO sebelum digantikan oleh Sa–"

BUAGH!

–Ugh!"

Sakura dan semua orang disana mengernyit bingung melihat pria bernama Shishui itu tiba-tiba terlonjak dari tempat duduknya dan berteriak seperti kesakitan. Disebelahnya, Itachi hanya tersenyum simpul–meski samar sudut bibirnya berkedut.

"A-anda kenapa, Uchiha-san?" Hinata ikut meringis melihat ekspresi Shishui.

Shishui sendiri hanya tersenyum canggung, dan berpura-pura menegakkan punggungnya. "Ahaha, t-tidak! Tadi–tadi a-aku sedikit keram."

Ketiga gadis itu ber'oh'ria, berbeda dengan Kakashi yang memicing tajam menatap penuh introgasi pada pria tersebut. "Lalu, apa maksudmu dengan CEO sebelum digantikan 'sa' Uchiha-san?" ucap Kakashi tiba-tiba membuat manik emerald, aquamerine, dan lavender itu serempak menatapnya juga penasaran.

"Itu–"

"Maksud Shishui, dia menganggap dirinya adalah CEO di Akatsuki, sebelum digantikan Sasori disana." Itachi memotong ucapan Shishui cepat dengan nada tenang. "Dia terkadang memang bodoh." lanjutnya dan diakhiri deathlarge spesial dari Shishui.

"Begitu.."

Keadaan hening.

Tanpa seorangpun sadari, mimik wajah Sakura kembali berubah drastis dengan cepat. Ia–Sakura–mencoba tersenyum sebelum akhirnya bertanya. "Tapi, Itachi-nii... Berapa lama Sasuke ditahan?" cicitnya pelan.

Itachi menghela nafas panjang, sudah ia duga pertanyaan Sakura yang seperti ini akan terdengar. Dengan pasti Itachi menjawab, "Pengadilan bilang, lima tahun."

DEG!

Sontak Sakura mendongak dengan pupil mata yang mengecil. "APA?!" kedua emeraldnya kembali memanas–siap menumpahkan liquid bening lagi, untuk yang kesekian kalinya. Bibirnya bergetar, Sakura meremas sofa dibawahnya dengan takut. "Kenapa... kenapa waktunya lama sekali?!"

"Itu masih terbilang hukuman ringan untuk tersangka dibawah umur seperti Sasuke, seharusnya ia mendapatkan hukuman mati. Sasuke tertangkap karena Orochimaru yang membongkar segala aksinya pada pihak kepolisian dengan memberikan bukti-bukti berupa foto Sasuke yang sedang menghabisi target dan membuang segala senjatanya setelah selesai." Itachi mengambil nafas sesaat dan melanjutkan, "dan Sasuke berpesan, agar kau tidak menjenguknya. Dia ingin nanti dia sendiri yang mendatangimu jika sudah bebas, kalau kau benar-benar mencintai adikku. Kuharap kau mau menunggunya sampai lima tahun mendatang..."

"Omong kosong..." Sakura tergagap-gagap, dengan setetes air mata yang turun tanpa diminta. "...itu semua tidak benar!"

Sekali lagi, Itachi menghela nafas. "Apa kau lupa selama ini siapa Sasuke? Bukankah kau sudah tau semua tentangnya?"

Sakura bungkam.

"Sebelum Sasuke bertemu denganmu. Dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin."

Mata Kakashi sukses melotot. "Kau serius?"

"Ya." Itachi mengangguk kecil. "Akupun sempat bingung kenapa sifat Sasuke yang dingin, angkuh, sombong, dan sangat anti bersosialisasi bisa melunak dalam jangka waktu yang singkat. Ketika tahu alasannya adalah Sakura, aku sedikit mengerti, bahwa cinta bisa memberikan berdampak luar biasa bagi siapa saja, dan kau Hatake-san. Kuharap tidak ada satupun media yang mengetahui tertangkapnya Sasuke, karena itu juga akan berdampak buruk pada karir Sakura atau bahkan Girly sekalipun sebagai seorang public figure. Kau mengerti maksudku 'kan?"

"Aku mengerti."

Nafas Sakura terasa tertahan ditenggorokan mendengar tuturan kata Itachi diawal tadi. Hatinya tercubit saat tahu bahwa dimasa lalu sifat Sasuke sangat bertolak belakang dengan sifatnya sekarang.

Apakah dirinya begitu berarti bagi Sasuke?

Tanpa sadar, kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk sebuah senyuman pilu.

Kakashi yang menyadari gerak-gerik Sakura kembali bicara. "Hei, Sak–"

"Aku rasa ini sudah mau larut malam, bukankah sebaiknya kalian pulang? Aa–bukannya aku mengusir, hanya saja..." Sakura menatap satu persatu bola mata dari masing-masing pemilik itu, dan tersenyum sampai kedua matanya menyipit, "...bisakah kalian memberiku waktu untuk sendiri?"

Semuanya terdiam. Apalagi saat mereka melihat Sakura tersenyum–palsu–seperti itu.

Dengan tak rela, akhirnya Ino yang menjawab mewakilkan. "Baiklah..."

oOo

Jrrngg~

Jemari lentik tangan kanannya terlihat bergerak menggesek senar bagian bawah gitar dengan tenang, sedangkan jemari tangan kirinya bergerak menekan senar-senar pada bagian atas gitar membentuk kunci nada sebuah lagu. Satu tarikan nafas, ia mulai membuka bibirnya dan bernyanyi.

Afureru hito de

nigiwau hachigatsumatsu no omatsuri

Sakura tersenyum pahit disela-sela nyanyiannya. Kenangan bersama Sasuke kembali berputar bagaikan film lama yang tersimpan rapi dalam memorinya.

"Aku Uchiha Sasuke. Anggota mafia yang sedang dikejar polisi dan sekarang aku butuh tempat tinggal dan sembunyi."

Yukata o kite geta mo haite

Karan koron oto o tateru

Pemuda yang menjadi peringkat nomor satu dihatinya. Dulu hingga sekarang. Sakura bahkan masih ingat bagaimana pertama kali mereka bertemu, dan memaksanya agar menjadi sepasang kekasih.

"Kau harus jadi kekasihku.."

Fui ni agatta

Hanabi o futari de miageta toki

Ia mengigit bibir bagian bawahnya kencang. Biasanya malam seperti ini, Sasuke selalu mengganggunya–

"Hei, Sakura. Bagaimana kalau kita olahraga pagi... diranjang?"

Muchuu de miteru kimi no kao o

Sotto usumimita no

–menggodanya, bahkan berbuat mesum. Sampai Sakura marah.

"Ahaha. Kau ini lucu sekali jika sedang marah, sayang."

Bagai mimpi kini sosok itu akan pergi meninggalkannya selama 5 tahun kedepan.

Kimi no koto kirai ni

Dengan kelopak mata terpejam, membuat Sakura bisa dengan jelas membayangkan Sasuke.

Ekspresi marahnya.

Ketika dia tertawa, tersenyum, merajuk.

Bahkan... seringaiannya.

"Terimakasih ya, istriku yang manis."

Naretara ii no ni

Kyou mitai na hi ni wa kitto

Mata omoidashite shimau yo

Kejadian tak terduga, yang membuat Sakura masuk kedalam cinta yang berbahaya.

Setetes air mata kembali menghiasi pipinya yang kini terlihat pucat. Suara Sakura semakin lama semakin parau, tapi tetap tak mengurangi kemerduannya. Memejamkan mata, Sakura mengambil jarak untuk bait selanjutnya.

Konna kimochi shiranakya yokatta

Mou nido to aeru koto mo

Bahkan kemarin malam, Sakura masih bisa merasakan hangatnya dekapan Uchiha Sasuke.

"Jika memang suatu saat aku pergi, aku akan pergi untuk kembali. Cincin dijari manismu, adalah janjiku."

Nai no ni

Aitai aitai ndaIma demo omou

Emeraldnya kembali terbuka dan memancarkan cahaya. Bukan cahaya kebahagiaan, didalam sana hanya terdapat kilatan rasa kecewa dan sakit disaat bersamaan yang teramat sangat.

"Kau spesial. Hingga aku sangat takut kehilanganmu. Aku mencintaimu... Sakura."

Pandangannya mengabur karena terlalu banyak menompang air mata. Sakura mengigit pipi bagian dalamnya kencang, mulai terisak. Kala bagian akhir mulai ia lantunkan.

Kimi ga ita ano natsu no hi o

"Sasuke bodoh! Bodoh! Idiot! Mesum! Pantat ayam menyebalkan! Hiks. Berani-beraninya dia membuatku menangis! Membusuk sana dipenjara!"

Sakura memeluk gitar kesayangannya gemetaran. Segala umpatan untuk Uchiha Sasuke ia lontarkan, guna mengurangi rasa kesalnya. Tapi nihil–tentu saja, sebanyak apapun ia memaki Sasuke, pemuda itu tetap tidak akan bisa membalasnya seperti biasa.

Dia tidak ada disini.

Tangisan Sakura pecah tanpa bisa ditahan. Diruangan gelap malam ini hanya terdengar teriakan serta isak tangis seorang Haruno Sakura. Tidak seperti malam sebelumnya, saat Sasuke masih disini.

"Lima tahun lagi..." Sakura memandangi cincin permata yang terpasang manis dijarinya, sudut bibirnya bergetar secara refleks.

"...kau harus menepati janjimu. Sasuke..."

oOo

.

.

.

.

.

oOo

Dua tahun berlalu–

"A-Aoi-kun... kau kah itu?"

Helaian merah muda panjangnya berkibar ketika angin laut dengan sengaja meniupnya. Didepan gadis cantik tersebut seorang lelaki tampan berambut merah menyala berhenti melangkah diarea pasir pantai dan berbalik.

"Sanya?"

Sigadis menutup bibirnya dengan kedua telapak tangan, seolah tak percaya atas apa yang ia lihat. Sama halnya dengan lelaki tersebut, manik hazelnya mengecil dengan kelopak mata yang melebar. Mereka berdua sama-sama berlari, membuat pasir-pasir yang terinjaknya berterbangan.

Dan pelukan erat tercipta.

Tak jauh dari tempat kedua insan tersebut. Dua orang gadis berbeda rambut itu tersenyum puas. "Ne, Ayaka. Ku lihat ternyata Aoi lebih memilih Sanya daripada kau–pfftt!"

Gadis berambut ungu gelap mendengus mendengar perkataan gadis pirang disebelahnya. "Berisik, memangnya Aoi juga akan memilihmu 'eh, Hiku?" balasnya sinis.

"Ck, kau memang tidak bisa diajak bercanda."

Yang diajak bicara tidak menjawab, manik lavendernya fokus melihat dua insan yang tengah berpelukan didepan sana. "Semoga saja Aoi bahagia..."

.

PROK–PROK–PROK!

.

Gedung bioskop yang baru saja selesai menayangkan film perdana Girly yang berjudul FLY kini ramai oleh tepuk tangan para penonton. Diantara mereka terlihat ada yang tersenyum bangga, menangis terharu, ada juga yang bergumam kesal–entah karena apa. Lampu-lampu bioskop yang semula mati sekarang kembali menyala, terlihat dengan sangat jelas bahwa disini sangat padat dipenuhi oleh penonton–terutama pecinta ketiga gadis cantik yang berperan dalam film tersebut. Sampai-sampai sama sekali tidak ada bangku kosong disini.

Seorang wanita berpakaian formal melangkah menuju kedepan gedung bioskop, dengan sebuah mic dalam genggamannya. Ia sempat berdeham sebentar lalu berteriak dengan penuh semangat. "SELAMAT MALAM!"

Dijawab oleh riuk-priuk para penonton.

"Wah-wah-wah! Sepertinya kalian puas sekali ya melihat Girly Girlband kesayangan kita yang kini semakin meraih kepopulerannya didalam perfilman?!" sang pembawa acara tersenyum lebar. "Kalian disini beruntung dapat menonton diputaran pertama, karena selain dapat melihat film FLY pertama kali, kalian tahu apa?!"

Semua orang tampak berbisik-bisik dengan raut bingung dan saling bertanya 'ada apa sih?'

Pembawa acara cantik tersebut tersenyum penuh arti. "Kalian tidak sadar? Girly berada diantara kaliaaannn!"

Sontak semuanya menjerit-jerit bahkan kaum lelakipun sama. Mereka menggerakkan kepala kekanan kekiri secara liar, mencoba mencari apa yang dikatakan sipembawa acara. Sedangkan ketiga gadis cantik yang menggunakan tudung kepala tersenyum geli, sosok yang mereka cari duduk ditempat yang berbeda-beda dengan acak.

Sakura, duduk dipojok kanan atas. Ino, duduk ditengah-tengah bangku penonton. Hinata, duduk dipojok kiri atas.

Tanpa diduga, ketiga gadis bertudung hingga menutupi helaian mahkota berbeda warna tersebut berdiri dan berjalan kedepan, tepat dimana sang MC berada. Hening ketika mereka berjalan. Semua orang menatap ketiganya dengan bingung, mau apa ketiga orang itu? Saat sudah sampai tepat didepan, dengan satu tarikan cepat, mereka bertiga membuka tudung yang dikenakan serempak dan membuat teriakan kembali memenuhi ruang bioskop.

"KYAAAAAA ITU GIRLY!"

"ASTAGA TADI HINATA-CHAN DUDUK DISEBELAHKU!"

"SIAL AKU TAK MENYADARINYA!"

"GIRLYYY!"

"AAAAAAA WE LOVE YOU!"

Sang pembawa acara dengan nametag Sasaki itu meneguk salivanya sendiri dengan kaku melihat ke'ganas'an GirlyFans ketika pujaan mereka menampakkan wujudnya. Ia berdeham "Baiklah tuan dan nyonya sekalian. Kurasa cukup berhisteris seperti itu." jeda sejenak, perlahan orang-orang mulai diam tapi tatapan penuh binar mereka masih belum pudar. "Spesial untuk putaran film pertama, Girly hadir dan ikut menonton bersama kalian~ Nah baiklah Girly, silahkan sapa mereka!"

Sakura sedikit membenarkan letak mic kecil yang berada didepan bibirnya dan tersenyum lebar. Ino mengibaskan helaian rambutnya sesaat lalu mengedipkan sebelah mata. Hinata melakukan hal yang sama dengan Sakura dan sedikit terkekeh kecil. Ketiganya berkata setengah berteriak bersamaan. "HALO GIRLY!"

Mereka kembali menjerit menjawab sapaan ketiga bidadari tersebut.

"Aku, Haruno Sakura. Berperan sebagai Yamashita Sanya dalam FLY."

"Yamanaka Ino, berperan sebagai Sunohara Hiku."

"Aku, Hyuuga Hinata. Berperan sebagai Kisaragi Ayaka dalam FLY."

Senyum Sakura terlihat semakin lebar. "Bagaimana tanggapan kalian tentang film tadi?!"

"KALIAN BENAR-BENAR KEREEENNNN!"

"KYAAAAA AKU SUKA KARAKTER HIKU!"

"AH SAKURA-CHAN SEBAGAI SANYA JUGA SANGAT MENDALAMI!"

"HINATA-CHAN JADI JAHAT HUWEEEE~!"

Hinata mendengus geli mendengar teriakan terakhir dari. Ia membuka suara, "Ah maaf, sebetulnya aku kesulitan berakting menjadi peran antagonis dalam film ini. Ku harap tidak mengecewakan ya."

"Well, aku juga susah menjadi sedikit pendiam difilm ini. Kalian tahu 'kan aku bagaimanaa~" Ino tertawa saat mendengar Girly menjawab ucapannya antusias 'Ino-chan kan cerewet' jawab mereka kira-kira seperti itu.

"Lalu, Sakura-chan. Bagaimana pendapatmu dengan karakter yang kau perankan disini?" Sasaki berkata dengan riang.

"Ah, aku? Hmmm bagaimana ya. Aku juga kesulitan memerankan Sanya yang memiliki sifat tak jauh beda seperti Hinata." Sakura tersenyum geli mengingat karakter perannya yang pemalu, pendiam, anggun, yang sangat jauh bertolak-belakang dengan sifat aslinya.

"Oh ku lihat, kalian pintar sekali berakting seolah sudah lama berkutat dengan dunia peraktingan seperti itu. Apalagi Sakura-chan yang terlihat menikmati setiap adegan dengan Rei Gaara~" goda pembawa acara diiringi siulan dan ucapan 'cie-cie' dari para penonton. "Sakura-chan tidak terlibat cinta lokasi?"

Pipi gadis merah muda itu merona tipis, tapi kemudian Sakura menggelengkan kepalanya. "Haha, tidak tidak. Aku dan Rei Gaara hanya teman."

Sakura tersenyum lega saat sang pembawa acara beralih pada Ino dan bertanya pada gadis pirang tersebut. Emeraldnya bergulir menatap penonton yang tak henti menatap penuh dampa pada mereka. Sedetik kemudian, kelopak matanya melebar sempurna, tubuh Sakura terasa kaku, ketika maniknya tidak sengaja bertubrukan dengan sepasang oniks hitam jelaga yang juga menatapnya. Sakura menggerakkan mic didepan bibirnya kebawah dan berkata, "K-kau..."

Pemilik oniks menawan itu menyeringai tipis, dia bertompang dagu dengan sebelah tangannya dan bersandar pada kursi belakang. Menggunakan stelan casual, kaos putih polos dipadu celana jeans hitam dan sebuah headphone yang melingkar dilehernya. Helaian raven mencuat kebelakang itu terlihat tidak berubah. Masih sangat sama. Dia mengangkat tangan kanannya dan melambai tepat pada Sakura.

"...S-Sasuke-kun?"

oOo

.

.

.

.

.

oOo

Tiga tahun setelah kejadian dibioskop–

Sakura menghela nafas kasar, ia menghempaskan tubuhnya yang letih luar biasa diatas ranjang. Usai syuting dan acara konser memang selalu seperti ini, apalagi sekarang Girly sudah semakin populer. Setelah meraih rating tertinggi film terfavorite 3 tahun lalu, banyak penggemar film Fly yang meminta Girly kembali beradu akting dilayar televisi. Dan akhirnya seperti inilah, Girly kembali membuat satu seri drama dengan Ino yang sekarang memjadi pemeran utama wanita.

Memejamkan mata, fikiran Sakura berusaha terfokus pada kejadian waktu lalu. Ia yakin tak salah lihat, dia Uchiha Sasuke duduk diantara penonton dan melambai kearahnya.

Sakura tahu itu benar-benar dia!

Tapi bukankah waktu itu Sasuke sedang ditahan?

"Apa mungkin aku salah lihat?..." ia bergumam pasrah. Terlalu merindukan Sasuke ternyata berdampak luar biasa pada penglihatannya. Oh ayolah bisa-bisanya Sakura berhalusinasi kalau Sasuke ada disana? Hhh~

Sakura mengangkat sebelah tangannya didepan wajah. "Hei Sasuke, ini sudah lima tahun semenjak kau meninggalkanku. Kenapa kau tidak kembali juga bodoh!" ia berkata dengan cincin permata dijari manisnya. "Kau tidak merindukanku ya? Atau mungkin kau sudah dibebaskan tapi menemukan seseorang yang lebih dariku?"

Tes

"Apa hanya aku disini yang merindukanmu?"

Tes

"Cepat kembali. Mesum sialan."

Tes

"Aku semakin membencimu."

Sakura membalikkan tubuhnya hingga posisinya sekarang berbaring menyamping, membiarkan tetes demi tetes air bening dari kedua matanya mengalir deras. Ia kembali terisak.

"Mana janjimu pergi untuk kembali?..."

oOo

.

.

.

.

.

oOo

"Hei Sakuraaaa!"

Gadis merah muda yang kini berumur 23 tahun tersebut menghela nafas kasar, ogah-ogahan ia berbalik menatap kedua sahabatnya dengan sebelah halis yang terangkat naik. "Apa sih?!" balasnya galak.

Ino mendengus. "Kau yang apa! Kenapa meninggalkan kami begitu saja sih!"

"Sakura-chan baik-baik saja k-kan?" Hinata menimpali.

"Aku baik-baik saja. Sudahlah, aku lelah biarkan aku pulang. Dahh sampai ketemu besok dilokasi pemotretan~!"

Ino dan Hinata sweatdrop melihat Sakura yang berjalan dengan tangan melambai tapi tidak melihat kearah mereka sedikitpun.

"Hinata."

"Ya?"

"Dia bodoh ya. Padahal didalam majalah ini ada berita besar yang pasti membuatnya senang."

"Sudahlah Ino-chan, dia juga sudah menunggu Sakura diapartemennya 'kan?"

"Iya sih, berdoa sajalah semoga dibrengsek yang telah mempermainkan Sakura selama tujuh tahun ini mendapat pukulan lezat dari Sakura."

"Hihihi, iya! Berani-beraninya dia membuat Sakura-chan menangis dan memikirkannya selama tujuh tahun."

Ingin tahu apa isi dari majalah yang Ino genggam? Halaman terakhir majalah tersebut terpasang foto pria berambut raven dengan stelan formal kantornya menatap datar kearah kamera. Dibawah pojok kiri foto tersebut terdapat tulisan–

'UCHIHA'S MALL KEMBALI BERJAYA DIBAWAH KEPEMIMPINAN UCHIHA SASUKE. PUTRA BUNGSU MENDIANG UCHIHA FUGAKU DAN UCHIHA MIKOTO, YANG SUKSES MEMAJUKAN UCHIHA'S MALL MELEBIHI UCHIHA SHISHUI SEBELUMNYA.'

–bahwa Sasuke, selama beberapa tahun ini telah membohongi Sakura.

Bersiap-siap saja terkena amukan dari nona Haruno tersebut hei Uchiha.

oOo

"Apa coba maksudnya memaksaku membaca sebuah majalah?! Ino memang menyebalkan, dasar Pig bodoh!" Sakura membanting pintu apartemennya kencang dan masuk kedalam menghiraukan tetangga sebelah yang terkaget akibat benturan pintunya. Mendekati sofa diruang tamu dan mendudukkan bokongnya disana, ah lelah rasanya terus menerus menjadi sorotan publik. Sakura ingin berhenti menjadi seorang aktris, tapi ia tidak ingin membuat GirlyFans kecewa.

"Oh iya, hari ini Ibu dan Ayah bilang akan pulang nanti malam." Sakura melirik jam dinding yang terpasang ditembok ruang tamu, yang menunjukkan pukul setengah empat sore. "Apa sebaiknya aku pindah dan tinggal bersama mereka lagi ya? Ah, tapi aku sudah betah tinggal diapartemen ini.."

Sakura merenggangkan kedua tangannya keudara. "Aku terlalu nyaman disini..." bersandar pada sandaran sofa. "...terlalu banyak kenangan..." sudut bibirnya terangkat membentuk seulas senyuman tipis "...terlalu berat jika aku harus meninggalkan apartemen ini, dan bahkan aroma khas nasi goreng buatan Sasuke dapat tercium dengan sangat jelas."

Eh?

Tunggu–

"Hng?"

–ini memang bau harum nasi goreng.

Sakura memejamkan matanya, memfokuskan indra penciuman serta pendengarannya.

SRRNGG-SRNG!

Suara gesekkan antara alat-alat dapur terdengar nyaring. "Siapa yang memasak didapurku?" gumam Sakura pelan. Dengan gemetar, ia mengambil sapu disudut ruangan dan berjalan menuju dapur, mengendap-endap bagaikan maling diapartemennya sendiri. Baiklah ini konyol, tapi serius, Sakura benar-benar ketakutan saat ini. Apa mungkin itu maling? Tapi kenapa maling tidak mencuri malah memasak? Oh mungkin dia maling yang kelaparan.

Sakura sudah bersiap dibelakang tembok yang menghubungkan dapur dan meja makan.

Selangkah...

Dua langkah...

Ti–

"Ah dia pasti menyukainya.."

Deg!

Tunggu...

...suara ini sepertinya Sakura kenal. Terasa sangat familiar.

Ragu, Sakura semakin mendekat. Dilihatnya punggung tegap seorang pria yang tinggi badannya jauh berbeda dengan Sakura, dia mengenakan kemeja biru tua yang lengannya digulung hingga siku, dengan celana hitam yang semakin membuatnya terlihat sempurna dari belakang. Emeraldnya merambat naik menatap helaian raven nyentrik khas pantat ayam. Nafasnya terasa tercekat, baiklah kali ini ia yakin yang dilihatnya bukanlah halusinasi...

Menghela nafas sesaat, Sakura mulai membuka suara. "Siapa kau?" ucapnya nyaris seperti bisikan.

Dapat Sakura lihat, tubuh sosok didepannya menegang saat ia membuka suara. Perlahan, pria tersebut berbalik.

Bagai waktu yang terhenti. Kedua bola mata emeraldnya kembali menatap sepasang oniks menawan yang telah lama tak ia temui. Wajahnya tetap sama meski Sakura yakin usianya tak lagi muda, hanya saja beberapa garis wajah yang membuatnya tampak dewasa.

Pria tampan tersebut tersenyum. "Hai sayang. Lama tak bertemu 'eh?"

"Kau..."

"Merindukanku?" lanjutnya diakhiri seringaian khas.

Saat itu juga. Setetes air mata meluncur bebas dipipi Sakura, disusul dengan tetes demi tetes berikutnya.

"S-Sasuke-kun?..."

.

.

.

.

Apa yang sebenarnya Sasuke lakukan selama beberapa tahun kebelakang?

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

A/N: yap, ini dia chapter 11-nyaa~ maaf kalau ga sempurna atau alurnya yang duilah-cepet-banget, Miina ngetik ini disela-sela jadwal kegiatan PKL (nyuri waktu /pft) insyaallah chapter depan adalah chapter terakhir dari Crazy Love, tapi gajanji sih maklum orang labil /dzig. Disini Saku nyanyiin lagu Supercell-Utakana Hanabi, yang belum tau dengerin deh lagunya bikin baper :"3 Oh iya, kalian bebas kok manggil aku apa aja, Miina atau nama asli Milla terserah, mueheheheh

Dan kemarin, dific aku yang 'Play?' ada yang bilang (atau mungkin nyaris flame) aku author baru dan disini tuh gaboleh ngepost fic yang diatas rate M (hard lemon), dia bilang kalau aku gatau peraturan ffn. Tapi banyak kok yang buat fic lemon bahkan melebihi aku ga masalah toh. Kenapa aku yang kena semprot?-" brrr. Yaudahlah ya, aku emang author amatiran disini, ga terlalu ngerti soal peraturan-peraturan ffn. Karena aku nulis sesuai kesenangan aku sendiri, maaf kalau menyimpang atau apa.

Special thanks to:

muallimah54, CherrySand1, williewillydoo, lightflowers22, ft-fairytail, Hoshi Riri, hanazono yuri, Jamurlumutan462, dianarndraha, zazachan, Tia TakoyakiUchiha, kii chan, Diah Cherry, himeko, Hyuugadevit-Cherry, JuliaCherry07, kura cakun, sanadauchiha yuki, QRen, Amaly10966, OnlyOne, song ha sub, all followers and favers.

Makasih untuk kalian yang ga henti-hentinya ngasih dukungan buat Miina :" tanpa kalian Miina gaakan sampai disini. Muah:* Nah terakhir, berkenan memberikan review untuk chapter ini? Sangkyuu^^