Naruto : Masashi Kishimoto
.
.
.
.
WARNING! : Out Of Character, many, mistakes, story from me, mainstream
Pair : NaruSaku always
Rate : M for 17+
.
.
.
.
Servive for love |Chapter 1
.
.
.
.
Hidup bersama Ibu dan saudara tiri begitu menyiksa batin serta raga Sakura. Ia kerap disiksa semenjak Ayahnya meninggal dunia akibat terkena serangan jantung mendadak. Namun sebelum kepergian sang ayah Sakura telah di jodohkan dengan putra bungsu Namikaze dan sekarang mereka berdua sudah tunangan beberapa bulan yang lalu.
Sakura merasa sangat beruntung bisa menjadi calon istri dari pemuda tampan dan sangat populer di kampus. Dibalik kebahagiaan Sakura ada seorang gadis yang tak menyukai hubungan mereka karena kakak tiri Sakura yang diketahui bernama Shion mencintai Naruto sudah sejak lama sebelum Ibunya menikah dengan Ayah Sakura. Oleh karena itu keluarga tiri Sakura kerap memperlakukan dia selayaknya budak.
Sakura tidak pernah mau memberi tahukan hal itu pada Naruto. Ia selalu menutupi kejahatan Shion dan Ibunya dari Naruto meski berulang kali pemuda itu bertanya kenapa selalu ada bekas luka diarea tubuhnya yang terbuka namun ia bisa mencari jawaban yang tepat sehingga sedikit berhasil membuat Naruto tak bertanya lagi.
Meski begitu apakah kebohongan Sakura tak akan pernah diketahui oleh Naruto.?
Menurut kata pepatah dimana pun kau menyimpan bangkai maka baunya akan tetap tercium.
.
.
.
.
Sebuah mobil sedan hitam mengkilap berhenti di depan rumah besar lalu tak lama kemudian sepasang anak berbeda gender keluar dari mobil tersebut. Lelaki pirang mengelilingi sekitar mobil kemudian terhenti di hadapan gadis pink.
"Jangan mampir kemana-mana !" Sakura meperingati Naruto seraya menggenggam tangan besar disana.
"Baiklah sayang" Jawab Naruto seraya mendekat lalu mengecup dahi lebar sang tunangan.
"Masuklah, aku tak mau kulitmu terbakar akibat kekejaman sinar matahari !" Kekehan geli lepas dari bibir Sakura. Naruto yang melihat Sakura tertawa segera menariknya merapatkan tubuh mereka membuat tawa Sakura reda dengan kedua telapak tangan bertumpu di dada bidang Naruto.
"Aku tak terima penolakan !" Bisiknya tepat di samping telinga Sakura.
"Ya baiklah tuan muda Namikaze" Balas Sakura ikut berbisik membuat senyum tipis tersungging di bibir merah Naruto.
"Sekarang masuklah !" Sakura mengulum senyum kemudian mengangguk seraya membuat jarak antar keduanya.
"Sampai jumpa besok" Usai kalimat Sakura tadi tanpa aba-aba Naruto langsung mengecup sekilas bibir peach disana. Sesaat Sakura tertegun lalu kemudian tersenyum malu dengan pipi merona.
"Dasar ?!" Sakura berujar sambil memukul manja dada Naruto dan kembali membuka suara. "Hati-hati, jangan mengemudi terlalu laju dan hanya fokuskan perhatianmu kejalan raya...!" Perintah panjang lebar dari Sakura sudah menjadi asupan sehari-hari bagi Naruto karena setiap ia pulang membawa mobil seorang diri Sakura sangat khawatir dan akan selalu memperingatinya jika ia mengemudi tanpa ditemani oleh gadis itu.
"Baiklah Nona Namikazeku yang cerewet— Ouuchh—" Naruto meringis kala cubitan manis melekat di perutnya yang terbalut kemeja putih sementara Sakura terkekeh melihat lelaki tercintanya mengaduh karena kejahilannya.
Dari jendela kamar lantai satu terlihat seorang gadis bersurai pirang pucat serta manik ungu yang juga pucat menatap benci kearah Sakura.
"Kau akan mendapat ganjaran yang setimpal dari ini semua..." Desis Shion dengan penuh dendam sambil mengeratkan genggaman ponsel di tangannya.
"Ingat pesanku !" Kata Sakura kembali memperingati Naruto dari luar mobil yang menyala. Satu kedipan mata menuntun mobil Naruto meninggalkan kediaman Haruno.
Sakura terus menatap mobil hingga menghilang disebuah tikungan. Ia menghela nafas kemudian menutup pagar halaman lalu melangkah untuk masuk kedalam rumah.
Tepat saat Sakura membuka pintu satu tamparan keras mendarat disebelah pipinya hingga meninggalkan bekas merah berbentuk telapak tangan.
"Puas kau !" Tsunade menarik rambut pink sepunggung Sakura membuat sang empu menahan rasa sakit. "Sejak kau pergi jalan bersama Naruto, Shion mengurung diri dikamar" Lanjutnya lagi dengan nada tajam.
"Ma–maafkan aku Ibu" Tak merasa puas dengan permintaan maaf dari Sakura Tsunade menjambak kuat rambut gadis itu dan kemudian ia dorong hingga jatuh terduduk dilantai semen. Wanita berdada besar itu tak mengindah kata ampun dari sang anak tiri. Dengan garangnya ia kembali menjambak rambut Sakura hingga rontok tak menghiraukan tangis pilu gadis malang itu.
.
.
.
.
"Naruto, nanti Ayah dan Ibu akan pergi ke Suna untuk mengunjungi Nenek..." Perkataan seorang wanita paruh baya membuyarkan lamunan Naruto yang sejak beberapa menit tadi berdiri di balkon kamar sambil terus menatap hamparan rumput taman yang bergoyang karena ulah angin.
"Berapa lama ?" Tanya Naruto seraya berjalan menghampiri sang Ibu yang berdiri diambang pintu.
"Empat hari" Jawab Kushina dengan tangan membelai lembut surai pirang Naruto yang bertumpu di bahunya.
"Sampaikan salamku pada Nenek Chiyo...!"
"Baiklah sayang" Naruto tersenyum kemudian merunduk dan memeluk erat pinggang Kushina yang masih setia membelai rambutnya.
"Bagaimana kabar calon menantuku ?" Pertanyaan Kushina membuat Naruto melepas pelukannya dan menatap langsung mata Violetnya.
"Dia baik-baik saja" Balas Naruto sambil kembali melangkah menuju balkon di ikuti oleh Kushina.
"Ibu sangat merindukan gadis cantik itu" Naruto memejamkan kedua matanya dengan tangan yang tersembunyi disaku celana trening hitam berpadu putih yang ia kenakan.
"Dia juga sangat merindukan Ibu" Kushina yang berdiri disamping Naruto meliriknya kemudian menyahuti.
"Terlalu lama menunggu pernikahan kalian..." Naruto tertawa pelan mendengar penuturan dari Kushina. Ia tahu bahwa saat ini Kushina sedang mengambek karena pernikahannya dan Sakura akan di selenggarakan beberapa bulan lagi.
"Akan kupercepat tanggalnya" Perkataan Naruto membawa tatapan Kushina tertuju sepenuhnya kearahnya. Ia senang karena tak lama lagi Naruto dan Sakura akan menyusul Yahiko dan Konan yang telah lama menikah dan sudah mempunyai momongan.
"Kalau bisa minggu ini !" Setelah mengakhiri kalimatnya yang seperti sebuah permintaan Kushina berjalan menuju pintu meninggalkan kamar sang putra dengan senyum manis yang terkembang.
Angin kembali berhembus menggoyangkan lembut helaian pirang disisi wajah Naruto yang sedikit menjuntai panjang mengenai pipinya.
"Sakura"
.
.
.
.
Bunyi klakson mobil di depan rumah Sakura menandakan bahwa Naruto telah datang menjemput untuk pergi ke kampus bersama. Sedikit tergesa Sakura keluar dari kamar setelah usai memoleskan lipstik.
Shion yang tahu Naruto menjemput Sakura terlihat tidak senang, ia melampiaskan ketidak sukaannya melalui roti di tangannya yang ia remas kuat. Tsunade menyadari hal yang dilakukan oleh Shion tak bisa berbuat apa-apa karena jika Naruto tahu bahwa ia kerap menyiksa Sakura maka pemuda itu akan bergantian menyiksanya dengan orang suruhan. Wanita itu baya hanya diam ketika Sakura menuruni tangga lalu segera keluar menemui Naruto.
.
.
Naruto yang berada di dalam mobil tersenyum tipis melihat Sakura keluar dari rumah dengan mengenakan rok mini diatas lutut serta baju kaos putih lengan pendek sambil memeluk beberapa tumpuk buku.
Setelah tiba di depan pintu mobil Sakura langsung membukanya lalu masuk dan menutup kembali pintu setelah menaruh barang yang ia bawa dikursi belakang.
Kedua alis Naruto bertaut ketika matanya menangkap bekas luka kecil di sebelah pipi Sakura.
"Kenapa bisa terluka ?" Tanya Naruto dengan ibu jari menyentuh lembut goresan sedikit panjang disebelah pipi Sakura.
"Semalam saat manjat di gudang untuk mencari sesuatu dan tanpa sengaja wajahku mengenai ujung kawat yang meliliti tangga kayu hingga meninggalkan luka goresan seperti ini..." Jawab Sakura berbohong pada Naruto yang jelas sangat mengkhawatirkan dirinya. Terbesit perasaan bersalah karena setiap Naruto bertanya akan luka yang di dapatnya maka ia akan menjawab dan jawaban yang ia berikan tak sekali pun pernah jujur.
"Apa masih terasa sakit ?" Sakura menatap penuh cinta wajah tampan Naruto seraya menggenggam lembut tangan pemuda itu lalu mengecup punggung tangannya.
"Aku tak pernah merasakan sakit selama kau berada di sisiku..." Penuturan Sakura membuat Naruto mendekatkan wajah mereka lalu mengecup singkat kening Sakura setelah dirasa sampai.
"Aku tak akan pernah jauh darimu" Sakura tersenyum manis mendengar balasan Naruto dari perkataannya tadi. Lantaran malu gadis itu lalu memukul manja dada Naruto yang hanya terkekeh geli mengingat Sakura yang terkadang bisa malu-malu saat bersamanya.
"Ayo jalan nanti kita terlambat !" Ujar Sakura mengalihkan suasana yang dibalas anggukan oleh Naruto. Sakura menatap jalan raya masih dengan senyum namun kali ini menyiratkan senyum penuh kebahagiaan.
Sakura akan terus bertahan demi Naruto meski ia sering di pukuli oleh Tsunade dan Shion. Ia tak akan pernah melepaskan Naruto dan akan terus berjuang untuk menghadapi kebencian Shion. Tak mudah menjauhkan Sakura dari sosok Naruto karena nyawa pun ia pertaruhkan agar bisa selalu bersama Namikaze bungsu tersebut hingga akhir hayat.
.
.
Tsunade bersusah payah menenangkan Shion yang terus menangis setelah mobil Naruto melesat jauh bersama Sakura di dalamnya. Ia tak tahu cara apa yang bisa menghentikan tangis pecah Shion.
"Akan kuberi dia pelajaran nanti malam..." Perkataan Tsunade berhasil menghentikan tangis Shion. Gadis pirang pucat itu mengangat wajahnya dari meja dan menatap langsung wajah sang Ibu.
"Aku akan menghabisinya..." Seringai licik tersungging di bibir Shion dengan kedua tangan yang ia genggam kuat hingga tulang jemarinya berbunyi.
.
.
.
.
TBC...
.
.
.
.
A/N : Biar greget aku potong dulu ceritanya, dan di chap 2 nanti akan ada full LEMON MASAM buat scene NaruSaku :D Hahahaha *Tertawa mesum* dan ini gak sampai beberapa chapter, cuma... two-shoot wkwkwk...