"Aku minta sama kalian untuk jangan deketin aku lagi. Atau sesuatu yang bahkan lebih buruk bisa menimpa kalian". / Fail at Summary.

Desclaimer: I'm own nothing. Hetalia punya nya Hima-papa~ OC punya owner nya ^w^

Warning: OOC, OC, Gaje, aneh, abal, ngga jelas, Typo(s), Typo(s) everywhere.

.

UKMalay

The World is Falling in Love

A/N: Hallo! Mala is here :3 Ini fict pertama Mala, TwT Jadi mohon maaf apabila banyak kesalahan. Maaf kalo chara nya pada OOC—termasuk Malaysia, yang Mala tau betul bagaimana tsundere-an nya- eh maksudnya sifatnya—RnR ya!~ Karena satu review akan membuat hati Mala terasa sangat berbinar-binar! ^w^

Chapter 1 : Missfortune

Gadis itu menghela nafas panjang. Langkahnya terasa berat untuk kembali ke sekolah yang bahkan selama ini selalu menolaknya. Ia mempunyai prestasi yang cukup bagus, ia cukup akrab dengan teman sekelasnya. Tapi barang menuju gerbang saja sudah terasa sangat sangat berat. Dan gadis berparas melayu itu selalu menginginkan hari-hari—selain hari sabtu dan minggu itu tidak pernah datang lagi. Namun apa boleh buat? Yang bisa ia lakukan hanyalah menjalani hari-hari membosankan—dan menyakitkan—seperti biasa kembali datang kepadanya. Bahkan matahari sekarang seolah-olah mengejeknya, dan mengomel tentang dirinya dipagi hari ini.

Tap.

Kakinya berhasil menginjak di gerbang sekolah elit yang sangat terkenal, Gakuen Hetalia. Sekolah nya cukup besar, megah, dan murid nya juga tidak terlalu banyak dalam satu kelas. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada yang menarik. Seperti biasa, pikirnya. Seperti biasa, ya, sang ketua OSIS yang baru saja datang langsung disambut oleh sejumlah siswi dan dengan teriakan-teriakan gaje yang bisa membuat telingamu pecah mendengarnya. Ia menghela nafas lagi sebelum melanjutkan langkahnya untuk menuju ke kelas yang biasa ia gunakan.

"Malaysia, guten tag! Kesesese!", Baru saja ia ingin berbelok setelah menyusuri koridor utama yang lumayan panjang, yang menuntunnya menuju kelas miliknya. Ia mendengar suara yang sudah seperti penyemangat hidupnya itu menyapanya lagi pagi ini. Gadis Melayu-Tionghoa itupun menoleh ke sumber suara yang sedang nangkring di pagar yang membatasi antara koridor dengan lapangan [1] dengan teman satu geng nya itu. Gadis yang dipanggil Malaysia itu sedikit tersenyum, melihat bahwa Prussia lah yang ia temui pagi ini.

"Selamat pagi, bang", Ucap Malaysia berbalik menyapa sang personifikasi Kingdom of Prussia itu dengan senyum kecil menyungging di wajahnya. Pria bermata red-velvet itu membalas dengan sengiran khas nya, bermaksud membuat gadis di depannya sedikit tekekeh—maksudnya sedikit bersemangat karena seharusnya, Malaysia memang masih bersemangat. Prussia hanya berusaha menyemangati Personifikasi Federation of Malaysia yang sudah ia anggap seperti adik itu. Dan Malaysia juga sudah menganggap Prussia sebagai kakaknya sendiri.

"Oh iya, tadi adikmu mencarimu kemana-mana", Ucap Prussia masih tidak bergeming dari posisinya, bahkan ketika ia ingat bahwa tadi, selang waktu cukup lama, anak-anak sekelas Malaysia berkeliling sekolah, takut kalau Malaysia bersembunyi disuatu tempat dan tidak mau masuk ke kelas. Malaysia yang mendengar penjelasan Prussia hanya bisa sweatdrop sambil tersenyum melihat tingkah berlebihan saudara-saudaranya.

"Sebaiknya aku menemui mereka. Jumpa lagi, bang!", Seru Malaysia sambil berlalu dari hadapan Prussia dan teman-temannya—Spain dan France—Prussia yang sempat menangkap tadi Malaysia sedikit tersenyum dan melambaikan tangannya, membalasnya juga dengan senyum khas nya dan lambaian tangan.

"Kau bersemangat sekali, Prussia~"

"Si! Padahal banyak yang tidak mau mendekat dengannya"

Prussia dibuat geli oleh ucapan dari kedua temannya itu, ia kemudian mengangkat kepalanya, menoleh ke arah langit, "Kalian akan segera tau! Kesesese!"

Langkah kaki Malaysia membuatnya semakin dekat dengan kelas nya yang berada tepat di ujung koridor yang sangat panjang dan luas ini. Langkah kakinya terasa sedikit lebih ringan setelah mendapatkan 'semangat' dari Prussia yang sudah seperti keluarga untuknya. Malaysia tersenyum. Beban dikepalanya perlahan terasa turun, membuat langkahnya semakin ringan. Ia harus berterima kasih kepada Blok Sentral yang telah mengenalkannya dengan Prussia saat ia tidak sengaja bertemu dengan Italy dan pada saat itu Italy sedang latihan lari dengan Japan dan Germany. Sesampainya mereka di rumah Germany, Prussia langsung menyambut mereka berempat termasuk Malaysia. Semenjak saat itulah mereka semua akrab.

Tapi Malaysia tetap tidak boleh melupakan Singapore, yang merupakan satu rumpun sekaligus adik Malaysia sendiri. Malaysia dan Singapore sudah lama berteman, makanya jangan heran jika Malaysia satu-satu nya orang yang untuk curhat dengan Singapore—ya, karena melihat Singapore kerjaannya mandangin iPad terus-terusan dan seolah-olah tidak peduli dengan masalah yang menimpamu itu. Mendengar ucapan Prussia tadi, Malaysia langsung yakin, Singapore akan berdiri dari tempatnya—atau minimal menoleh ke arahnya, meninggalkan iPad nya barang sedetik hanya untuk memanggil namanya. Atau malah Philippines yang akan berdiri dan berjalan mendekatinya? Entah. Malaysia hanya bisa menangkap respon Singapore.

Malaysia memutar knop pintu kelasnya, kemudian mendorong nya. Malaysia yang awal nya tidak mendengarkan kebisingan apapun, kini sedikit menyumbat telinga nya dengan jarinya sendiri. Sungguh pagi yang sangat bising seperti biasanya, ya itu lah yang kini Malaysia pikirkan. Tepat saat Malaysia membuka pintu tersebut, perhatian langsung tertuju pada gadis yang sedang berdiri di dekat pintu itu. Benar saja, Singapore langsung berdiri dari tempatnya dan meninggalkan iPad miliknya. Namun ia terlihat mengurungkan niatnya untuk mendekati Malaysia dan kembali duduk, ketika melihat seorang pria dengan curl mendekatinya. Ia pun kembali duduk, kembali memasanhkan headseat ke telinga nya yang sebenarnya tidak memutar lagu apapun dan kembali menyibukkan diri dengan iPad kesayangannya itu.

"Kumusta ka, po?", Tanya Philippines kepada Malaysia dengan senyum yang luar biasa ceria seperti biasa. Malaysia membalasnya dengan tersenyum, seperti biasa, "Kabar baik"

"Aku kira ate tidak akan datang sekolah", Ucap Philippines yang membuat Malaysia terkekeh, "Bisa dihajar datuk [2] aku kalo ngga masuk sekolah", Philippines ikutan terkekeh karena ucapan Malaysia. Hening untuk beberapa saat, tidak ada yang berbicara selama hampir 5 menit, sampai pada akhirnya Malaysia membuka pembicaraan, "Tadi Singapore mencariku ya?", Tanya Malaysia ketika ia tidak sengaja melirik Singapore dari balik ekor matanya.

Philippines menoleh ke arah Singapore dibelakangnya, sebelum ia kembali mengalihkan wajahnya yang masih tersenyum ke Malaysia didepannya lalu mengangguk singkat, "Ya.. Singapore tadi mencari keseluruh sekolah. Sebaiknya, Ate samperin sana"

Malaysia mengangguk, kemudian berjalan mendahului Philippines menuju bangku Singapore. Ia duduk menyendiri di antara kericuhan yang tengah terjadi di kelas ini. Malaysia menepuk pundak Singapore sebelum duduk di bangku di depan pria yang masih sibuk dengan iPad nya. "Singapore~", Panggil Malaysia. Membuat pria berkacamata itu melirik Malaysia daribalik kacamata miliknya. Ia pun melepaskan headseat bewarna putih miliknya dan meletakkan iPad nya di depannya. Bermaksud mendengar apa yang akan dikatakan Malaysia.

"Kau kemana saja?", Tanya Singapore datar.

"Kau mencariku, ya? Kau mengkhawatirkan ku, 'kan? Terima kasih!", Seru gadis itu seraya tersenyum, pria itu hanya bisa memutar kedua bola matanya, mendengar respon yang ia terima. Yang sama seperti dugaannya, sebenarnya, "Bukan. Jangan GR", Ucap Singapore. Sukses membuat Malaysia kecewa lahir dan bathin.

"Trus?", Tanya Malaysia penasaran.

"Ada yang mencarimu"

Malaysia mengangkat tas sandang miliknya itu kemudian berjalan melangkah menjauh dari bangku nya yang terletak tepat dibelakang Brunei. Setelah ia mengatakan salam perpisahan—yang bersifat sementara—itu, langkah kakinya semakin yakin untuk berjalan meninggalkan Brunei, Myanmar, Singapore dan Philippines yang masih berada di kelas. Entah mereka masih menyusun buku, atau mereka malas untuk keluar sehingga menunda waktu berharga itu. Langkah kaki Malaysia terhenti ketika telinga nya mendengar jelas panggilan dari suara yang sangat ia kenali, "Ate! Aku dan Singapore mau pulang bareng dengan ate", Ucap pria itu sedikit bersemangat seraya menghampiri Malaysia yang sudah hampir dekat dengan pintu dengan Singapore di sampingnya.

"Ayo~", Ucap Malaysia seraya berjalan perlahan mendahului Philippines dan Singapore yang masih—berjalan dan mendekati Malaysia. Singapore hanya memperhatikan gadis manis itu dari belakang.

"Kak Malay? Kak Malaysia!", Panggil Singapore, membuat Malaysia langsung menoleh ke arah belakangnya dengan tatapan ngga-pake-teriak-juga-bisa-kan, "Ha?"

"Aku duluan dulu ya? Nanti tunggu aku di gerbang", Ucap Singapore seraya mengeluarkan iPad miliknya dari tasnya. Ia kemudian membuka lockscreen iPad miliknya sebelum akhirnya berjalan mendahului mereka berdua—Malaysia dan Philippines—menuju ke suatu tempat yang bahkan kita ngga tau, 'kan?

Malaysia hanya mengangguk. Kemudian memperhatikan Singapore berjalan meninggalkan mereka, "Dia mau kemana?", Tanya Malaysia ke Philippines.

"Katanya ada urusan bentar, ate~", Jawab Philippines yang hanya dibalas anggukan oleh Malaysia.

Mereka pun berjalan perlahan sembari berbincang-bincang dan bercanda gurau sesekali. Bagi Malaysia, berdua dengan keluarga nya adalah momen yang tidak boleh ia tinggalkan. Sehingga ia sangat senang. Walaupun hanya dengan Philippines, tapi Malaysia sudah terbilang sangat senang. Apalagi kalau satu ASEAN berkumpul. Jangan tanya bagaimana. Yah, dia tsundere sih~

"Kak Malaysia! Philippines!"

Malaysia dan Philippines serempak menoleh berbarengan ke sumber suara ketika mereka baru saja sampai di gerbang sekolah yang bermaksud menunggu Singapore yang dari tadi tak kunjung datang. Malaysia berjalan beberapa langkah ketika pria itu sudah dekat dengan nya, "Tarik nafas, Brunei. Ada apa?", Tanya nya ketika pria yang ia panggil Brunei itu sampai di hadapannya. Brunei menarik nafas panjang sebelum berucap, "Singapore, kak"

"Singapore kenapa?", Tanya Philippines antusias

Brunei menggelengkan kepalanya pelan, "Mending kak Malaysia sama Philippines datengi aja. Singapore ada di UKS", Ucap Brunei membuat Malaysia langsung berlari kembali kedalam sekolah, ia takut terjadi apa-apa dengan Singapore. Ia khawatir dengan adiknya sendiri. Philippines yang ditinggalkan hanya bisa mengangkat bahunya pertanda tidak tau, "Biarkan sajalah. Singapore hanya membutuhkan ate Malaysia. Ayo pulang, Brunei", Ucap Philippines seraya menarik tangan Brunei dan berjalan perlahan keluar dari sekolah.

"Singapore?", Panggil Malaysia ketika ia tepat sudah berada di depan pintu UKS dan tangannya sudah memutar knop pintu itu.

To be continued, maybe~

A/N :

Now Playing : -

Word(s) : 1,403

Catatan Mala : [1] : Ituloh, yang biasanya ada di balkon atas QwQ Tapi ini dibawah, Mala ngga tau namanya TwT Supaya ngga jatuh, kan ada pembatasnya.
[2] : Maksudnya boss nya Malaysia =w= Mereka 'kan sultan, panggilannya datuk, tehee~ \w)/

Review please~ ^w^)/

Sign

Mala 'Freehdamiaseaa