Title : Missin' U

Genre : Brothership, Family, Hurt, Tragedy, Drama

Cast : Cho Kyuhyun, Kim Kibum, Shim Changmin, Park Jungsoo, Kim Heechul

Rated : Fiction T

Warning : Typo(s), Geje, Bored, Drama, Bad Plot, Ooc(Out of Character). Dia *nunjuk Cho Kyuhyun* masih diusahakan milik saya. Jangan mengcopy paste meskipun menyertakan nama. Don't like it? Don't read it!

Disclaimer : All cast isn't mine. I own only the plot.

Summary : Dulu aku mengira tak ada yang salah dengan persaudaraan kita. Sekarangpun aku masih berpikir begitu. Tapi hyung, mengapa kau berubah? Aku merindukanmu yang dulu, yang memelukku ketika musim dingin datang, yang menggandengku ketika musim semi datang. Hyung—12 tahun, apa kau tak merindukanku?

.

.

©PrincessKyunie©

Present

.

Enjoy reading!

.

.

Chapter 27

Hankyung hanya tersenyum mendapati wajah sebal Kyuhyun begitu dia memasuki taxi. Anak itu tak menyapanya saat bangun tadi pagi. Hankyung tahu alasannya. Benda pipih ditangannya-lah alasannya. Semalam, begitu Kyuhyun tertidur, Hankyung mengambil smartphone miliknya yang disita Kyuhyun. Pagi tadi begitu Kyuhyun memasang wajah kesal, Hankyung sudah menjelaskan bahwa dia hanya mengambilnya. Serius. Bahkan Hankyung tak berani menonaktifkan smartphone-nya. Bukan hanya bayangan Kyuhyun yang akan mendiamkannya selama mereka di Beijing, namun juga karena bayangan puluhan bahkan mungkin ratusan telepon dan pesan masuk dari Seoul. Dari orang tua Kyuhyun, dari Kibum dan dari dua sepupunya. Bahkan Hankyung bertaruh ada satu dua pesan dari orang tuanya.

"Jangan cemberut begitu, Kyuhyun-ie" Hankyung membuka suara begitu taxi melaju menuju OASIS International Hospital.

"Kau mencuri Hangeng ge"

Hankyung memutar bola matanya malas, "Ini kan ponselku" katanya membela diri.

"Aku sedang menyitanya, ge" Kyuhyun itu tipe anak yang tidak mau kalah, dan Hankyung sudah tahu itu. Jadi daripada membela diri, Hankyung memutuskan meminta maaf. "Okay, hyung minta maaf. Sudah jangan pasang wajah cemberut begitu. Tidak enak dilihat"

Kyuhyun mendengus, "Yasudah jangan dilihat"

"Kyuhyun-ie" Hankyung mengerang frustasi. Baik dia maupun Leeteuk dan Heechul memang tidak pernah bisa menang melawan bocah pucat ini. "Jadi maumu bagaimana? Hyung kembalikan ini padamu, begitu?" Hankyung menyodorkan smartphone-nya pada Kyuhyun.

Kyuhyun melirik, "Tadinya kan sudah mau kukembalikan, tapi gege mengambilnya tanpa mengatakan padaku. Itu mencuri ge! Aku menghabiskan hampir satu jam untuk mencarinya. Waktuku terbuang percuma!"

Hankyung mengerjap beberapa kali sebelum menyunggingkan senyum lebar. Tawanya tertahan. Ia tentu tak ingin membuat Kyuhyun memusuhinya selama mereka di Rumah Sakit nanti. Lagipula kenapa Kyuhyun bisa selucu ini sih? Kenapa cara merajuknya bisa semenggemaskan ini? Waktunya terbuang percuma katanya? Ya Tuhan, Hankyung tahu maksudnya. Kyuhyun kehilangan waktu bermain game.

"Iya iya, hyung kan sudah minta maaf" Hankyung tetap menyodorkan smartphone-nya, tapi Kyuhyun mendorongnya menjauh. Hankyung mengartikan gesture itu sebagai permintaan maafnya diterima.

"Boleh hyung aktifkan ponsel-nya?"

Dengan acuh Kyuhyun mengangguk. Matanya sudah menatap keluar jendela kaca taxi. Tanpa sadar Kyuhyun menghela nafas begitu tulisan OASIS International Hospital terbaca olehnya. Dan Taxi berhenti.

Kyuhyun melirik Hankyung yang menyerahkan beberapa lembar uang pada supir taxi sambil berkali-kali melirik smartphone-nya yang terus berbunyi. Kyuhyun meringis. Pasti ada puluhan bahkan mungkin ratusan notifikasi di smartphone Hankyung. Kyuhyun sendiri sejak berpamitan pada Tuan Cho sudah menonaktifkan smartphone-nya, membuahkan kerutan dikening sang Daddy.

"Kita akan menemui Ayah-mu dulu kan ge?"

Hankyung mengangguk, memberi kode agar Kyuhyun mengikutinya. "Ayah pasti akan langsung mencekikku"

Kyuhyun pura-pura tertawa, "Kau berlebihan ge"

Hankyung mendelik, "Semua karenamu"

Kyuhyun memutar bola mata malas. "Daripada menyalahkanku lebih baik gege mencari alasan untuk diberikan pada Samchon" Hankyung mengerang. Tapi Kyuhyun melenggang mendahuluinya.

.

.

Paman Tan adalah suami Bibi dari jalur Ibu Kyuhyun. Istrinya adalah kakak kandung dari Ibu Kyuhyun. Kyuhyun ingat, dulu keluarga Tan tinggal di Korea sebelum memutuskan pindah ke China. Hankyung yang biasanya jadi penengah –artinya dia tak membela Kyuhyun & Leeteuk ataupun Kibum & Heechul, dipaksa ikut pindah juga. Saat itu meskipun kesal bukan main, tapi Kyuhyun ingat dia menangisi Hankyung bersama Kibum.

"Hangeng!"

Kyuhyun tersentak kaget. Bocah itu mundur beberapa langkah sambil memegangi dadanya begitu pintu ruang kerja Tuan Tan terbuka.

"Papa, jangan mengagetkan Kyuhyun" tegur Hankyung.

Ketika Kyuhyun mendongak, sosok serupa Hangeng namun lebih dewasa terlihat, sedang berdiri dari kursinya dengan tatapan kesal yang kentara. Kyuhyun tak ingat rupa Paman Tan tapi dari papan nama yang tersimpan diatas mejanya, Kyuhyun yakin itu Paman Tan.

"Kyuhyun?" Paman Tan mengalihkan pandangannya pada Kyuhyun, kemudian berjalan mendekat dengan gerakan terburu. "Sudah sebesar ini? Astaga" Kyuhyun dipeluk.

Kyuhyun hanya memamerkan senyum canggung begitu Paman Tan melepaskan pelukannya. Pasti tubuhnya tadi menegang. Kyuhyun tidak suka skinsip dari orang yang tidak dikenalnya atau baru dikenalnya.

"Maaf membuat Paman khawatir" Kyuhyun membungkuk sedikit pada Paman Tan. Sedangkan Hankyung hanya memperhatikan dengan alis menyatu. Kyuhyun berubah 180 derajat. Anak yang beberapa hari ini dia dengar begitu bersikap kekanakan kini kembali menjadi Kyuhyun yang lain.

"Tidak apa-apa" suara Paman Tan jelas tersendat. Namun pria itu tersenyum lebar, takjub melihat pertumbuhan keponakannya. Dulu saat masih bayi, Kyuhyun sudah divonis tak akan bisa hidup sampai umur belasan. Paman Tan ingat dulu adiknya menangisi vonis itu. Tapi kini nyatanya, meskipun telah lama menghilang, bayi yang divonis tak bisa hidup lama telah tumbuh menjadi pemuda yang mengagumkan. Ya, gen Kim benar-benar mengagumkan.

"Kalian sudah sarapan?"

Kyuhyun menggeleng, merengut sambil melirik Hankyung. "Seseorang mencuri barangku. Jadi kuhabiskan waktuku mencari barangku"

"Apa yang hilang?"

"Ponselku" Hankyung menjawab cepat. "Dia hanya merajuk, Papa"

"Siapa yang merajuk?!" Kyuhyun mendelik kesal. "Kalau gege tidak mengambilnya diam-diam, aku tak perlu membuang waktuku hampir sejam untuk mencarinya. Kupikir benar hilang"

Hankyung memutar bola mata, menatap sang Papa sebelum membuat gesture yang menunjukan kalau yang diucapkannya memang benar, Kyuhyun tengah merajuk. Tuan Tan tertawa kecil menanggapinya.

.

.

Kyuhyun menggeleng tegas ketika Paman Tan dan Hankyung bersikukuh menungguinya berbicara dengan Prof Yun setelah mereka kembali dari kantin Rumah Sakit. Anak itu ingin berbicara berdua atau tidak sama sekali. Dan karena Hankyung serta Paman Tan tahu kalau Kyuhyun sekeras kepala Kibum, maka keduanya dengan tak rela berjalan keluar ruangan.

"Berapa persentase-nya?" Kyuhyun bertanya dengan bahasa China yang fasih, membuat Prof Yun menatap anak itu dengan alis bertaut. Pasalnya sejak Prof Yun dan Paman Tan berbicara, Kyuhyun memperhatikan keduanya dengan kerutan dikening, seolah tak paham dengan pembicaraan tiga orang itu.

Prof Yun berdehem, "Selama aku menjadi Dokter, ada banyak keajaiban yang aku lihat. Aku berharap kini aku juga melihat keajaiban itu padamu"

"Itu bukan jawaban yang saya minta" kening Kyuhyun bertaut, tak puas dengan jawaban Prof Yun. "Saya bertanya; berapa presentasi keberhasilan operasinya?"

"Kyuhyun"

"Kalau begitu saya ganti pertanyaannya" Kyuhyun memotong, "Apa dia benar-benar tidak bisa diselamatkan? Atau—antara Saya dan dia presentasi mana yang lebih besar?"

Prof Yun menatap dalam pada sepasang manik cokelat Kyuhyun. "Kenapa bertanya begitu?"

"Saya hanya merasa tidak adil" Kyuhyun menjawab dengan kesal. "Dia, berapa orang yang mengenalku mendoakan agar jantungnya cocok untukku. Dengan kata lain, mereka mendoakan dia meninggal" pipi Kyuhyun memerah.

Prof Yun menghela nafas panjang. Pria itu berdiri dari kursinya, paham dengan pemikiran Kyuhyun. "Mari bertemu dengan dia"

Kyuhyun mengangguk, mengikuti langkah Prof Yun keluar ruangan pria itu. Paman Tan dan Hankyung sudah tidak ada diluar, mungkin menunggu diruang kerja Paman Tan. Prof Yun membawa Kyuhyun menaiki lift menuju lantai 10, menuju kamar rawat dengan name tag 'Xiu Yibo'. Prof Yun mengetuk tiga kali dan terdengar suara dari dalam; "Sebutkan password-nya!"

Kyuhyun mengernyit, kemudian menahan tawa ketika Prof Yun menyanyikan lagu 'Shark Family'. Dan benar-benar tertawa ketika sosok dari dalam ruangan meminta Prof Yun menyanyikan kembali dengan suara lebih keras.

Pintu kamar rawat itu terbuka akhirnya. Seorang pria seusia Daddy menyambut Prof Yun sambil mengucapkan maaf. Tatapan pria itu kemudian beralih pada Kyuhyun yang langsung membungkukan badannya sedikit.

"Ini Kyuhyun"

Kyuhyun melihat pria itu melebarkan matanya begitu Prof Yun mengenalkan Kyuhyun. Dan suara dari dalam kamar rawat membuat pria itu membuka pintu lebih lebar. Begitu Kyuhyun melangkah masuk mengikuti Prof Yun, tatapan mata Kyuhyun terpaku pada tatapan sosok yang tengah berbaring di bangsal.

Kyuhyun yakin anak itu seusia dengannya, tapi tak paham kenapa tadi bertingkah sekekanakan itu. Tinggi badannya kira-kira lebih pendek empat sampai lima centi dari Kyuhyun. Kulitnya putih, mendekati pucat. Dan bibirnya yang mengering menyunggingkan senyum pada Kyuhyun.

"Hai" dia menyapa dengan bingung, ketika Prof Yun mengatakan kalau Kyuhyun paham bahasa China, membuahkan senyum dia makin melebar. "Namaku Xiu Yibo" katanya.

Kyuhyun balas senyum, "Kyuhyun. Uhm~ Guixian?" Kyuhyun ingat itu nama China yang diberikan Hankyung padanya.

"Kurasa kita seumuran" Kyuhyun mengangguk mengiyakan. "Papa tadi bilang belum sarapan kan? Sana! Kyuhyun akan menemaniku" Yibo menatap sang Papa masih dengan senyum mengembang.

Kyuhyun melihat ada tatapan khawatir dan tak rela dari pria yang dipanggil Yibo dengan sebutan Papa. Namun pria itu mengangguk. Berjalan keluar kamar rawat bersama Prof Yun. Ketika pintu tertutup, Kyuhyun berjalan mendekat, menarik kursi mendekati ranjang dan mendudukan dirinya disana.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Selalu seperti ini" kening Kyuhyun menyatu, Yibo tertawa begitu melihatnya. "Kau lucu" dan Kyuhyun mendengus karenanya. "Maksudku, sekarang baik-baik saja. Tidak tahu beberapa jam kedepan" lanjutnya. Nada ceria yang digunakannya membuat Kyuhyun meringis.

"Kau sakit apa?"

Yibo tersenyum, "Kenapa memangnya?"

"Kau tahu siapa aku kan? Maksudku, apa tujuanku kemari?"

Yibo mengangguk. "Kau lebih lucu dibandingkan cerita Han gege" katanya. Kyuhyun mendengus, mulai tak suka dengan sikap Yibo yang suka basa basi. "Sakitku sudah tidak bisa disembuhkan. Dokter bilang, tinggal menunggu waktu saja" nampaknya Yibo tahu Kyuhyun mulai kesal. Anak itu mengambil posisi duduk meski kesulitan karena alat-alat kedokteran yang menempel ditubuhnya. "Papa tidak punya siapa-siapa lagi selain aku. Mama sudah lama disurga, aku akan menyusulnya segera. Kyuhyun, kalau nanti jantungku bisa menolongmu, jaga Papa-ku ya?"

Kyuhyun bungkam, masih memperhatikan anak didepannya dalam diam. Yibo melakukan hal yang sama, senyum sudah hilang dari wajahnya. "Setidaknya dalam akhir hidupku, ada seseorang yang bisa kutolong" katanya.

"Kau tahu kan kalau donor ini kecil kemungkinan berhasil?"

"Setidaknya kita berusaha"

"Benar. Tapi aku tak suka memberi harapan pada keluargaku. Aku tak suka mereka terlalu berharap dan hasil dari operasi ini tak memenuhi harapan mereka sehingga mereka akan lebih terluka dibanding aku"

"Kau tahu Kyuhyun, dari semua syarat yang harus dipenuhi sebagai pendonor untukmu, satu yang aku takutkan" mata keduanya berserobok. "Dan bertemu denganmu, berbicara seperti ini, memahami bagaimana sifatmu semakin membuatku takut" alis Kyuhyun bersatu. "Kau yang aku takutkan. Kau yang tak bisa menerima donor dariku"

Yibo membuang pandangan ke arah lain, "Kau terlalu banyak berpikir, kau tahu? Ketika nanti semua syarat terpenuhi, dan tubuhmu menolak donor dariku, kau-lah yang akan melukai banyak orang"

"Kau tahu berapa banyak orang yang mendoakan kematianmu?" mata Kyuhyun menajam, "Semua karena aku. Mereka ingin kau mati untuk menyelamatkanku"

Yibo tersenyum. Paham kalau Kyuhyun mungkin merasa merenggut kehidupannya. "Kau anak baik" kata Yibo. "Seharusnya kita bertemu lebih cepat, menjadi teman dan bermain bersama. Pasti sangat menyenangkan" benar, pasti akan sangat menyenangkan memiliki teman seperti Kyuhyun.

"Aku yakin mereka tak sejahat itu" Yibo berdecak, "Lagipula aku sudah berusaha terlalu keras. Aku sudah lelah, meski Papa membujukku, kurasa aku sudah tidak bisa melakukan kemo lagi" kemudian tatapan Yibo kembali pada Kyuhyun. "Aku menderita Kanker Otak Stadium IV" Kyuhyun terhenyak, itulah kenapa Yibo mengenakan beani heat dan tubuhnya yang kurus kering. Itu pasti efek samping dari proses kemoterapi.

"Aku senang bisa membantumu, Kyuhyun"

.

.

Kibum mengumpat. Entah sudah keberapa kalinya pagi ini, belum dihitung sejak kemarin. Heechul dan Jungsoo meringis ketika Tuan Kim melirik keduanya dengan tatapan menghakimi, seolah yang mengajari Kibum mengumpat itu mereka.

"Kak Jun belum menghubungi juga?" Nyonya Kim muncul dengan wajah lesu. Wanita yang biasanya tampil dengan make up, kini melupakan make up-nya.

Tuan Kim menyambut, merangkul sang Istri dan membawanya untuk duduk. "Belum" jawabnya. Begitu mendengar kabar kalau Kyuhyun dan Hankyung ke China, Tuan Kim langsung menghubungi iparnya, menanyakan keberadaan Kyuhyun dan malah disambut keterkejutan iparnya. Tuan Tan berjanji akan langsung menghubungi saat Hankyung dan Kyuhyun menghubungi atau menemuinya. Namun sampai kini mereka tak mendapat berita apapun dari Tuan Tan.

"Tuan Cho bagaimana?" Jungsoo bertanya.

Kibum menghela nafas, "Jangan menghitungnya" maksudnya, menghitung orang yang berada ditingkat khawatir yang sama dengan mereka. Pasalnya Kibum yang menemui beliau semalam hanya mendapat senyuman pria itu. katanya 'Kyuhyun-ie sudah besar. Lagipula dia pergi dengan sepupunya. Dia berjanji akan kembali dengan selamat, jadi aku tak perlu khawatir. Dia tak pernah ingkar janji padaku' dan Kibum langsung berpamitan setelahnya. Tuan Cho tentu khawatir, Kibum tahu. Tapi pria itu dimintai ijin oleh Kyuhyun, jadi tak akan secemas mereka.

"Kau tidak kuliah, Bum?"

"Aku tidak bisa berpikir" kata Kibum, matanya menatap tajam pada Heechul yang baru saja bertanya. Bisa-bisa dia langsung diusir Ibu dan Ayahnya untuk pergi ke kampus sedangkan otaknya sedang tak mood untuk belajar.

Ponsel Tuan Kim bergetar, panggilan masuk dari Tuan Tan. Kibum berjalan cepat mendekat setelah Tuan Kim mengguman nama 'Jun' pada istrinya.

"Bagaimana kakak ipar?" tanyanya to the point.

"Mereka ada disini" Tuan Tan diujung line berucap. "Tapi Kyuhyun sedang menemui dia" tak usah menerangkan Tuan Kim mengangguk sambil menepuk pundak Nyonya Kim yang menghela nafas dipelukannya.

"Kyuhyun baik-baik saja kan?" ponsel pindah ke tangan Nyonya Kim. "Kakak?"

"Dia baik. Tak kusangka bisa melihatnya lagi" Nyonya Kim tersenyum. "Akan kusuruh menghubungi kalian jika dia sudah selesai"

"Boleh aku bicara pada Paman Tan?"

Ponsel diserahkan pada Kibum. "Paman" diujung line, Paman Tan menggumam nama Kibum. "Paman harus pastikan dia menghubungi kami. Menghubungiku" Paman Tan terkekeh diseberang. "Pastikan juga menghukum Hankyung hyung" lanjutnya disambut tawa Paman Tan. Kibum bisa mendengar seseorang berdecih disana, sepertinya Hankyung.

"Tentu saja Kibum"

"Pastikan juga kalau dia menerima donornya, Paman" lanjut Kibum membuat tawa Paman Tan berhenti. Pria itu berdehem dengan canggung dan Kibum tak menyukainya. "Kumohon, Paman" katanya dengan suara bergetar.

.

.

Kyuhyun berpamitan setelah Papa Yibo –Tuan Xiu, datang. Yibo sendiri sudah terlelap setelah meminum obatnya. Pria itu mengantar Kyuhyun sampai depan pintu. "Apa masih ada harapan untuknya, Tuan Xiu?"

Tuan Xiu mengerutkan kening, "Harapan apa?"

"Kemoterapi yang dilakukan Yibo, apa akan mewujudkan harapan anda?"

"Kyuhyun"

"Jika masih ada harapan" potong Kyuhyun, anak itu menatap Tuan Xiu, "Tolong terus yakinkan dia"

"Sudah tidak ada" gerakan Kyuhyun yang hendak membalikan badan terhenti. "Seandainya kami mengetahuinya sejak kanker itu masih stadium awal, mungkin masih banyak harapan. Tapi sekarang, tidak" Tuan Xiu tersenyum pada Kyuhyun. "Dia ingin membantumu, meskipun awalnya aku menolak keras keinginannya. Tapi dia selalu ingin bertemu denganmu. Aku senang itu terwujud hari ini"

Kedua pundak Kyuhyun ditepuk Tuan Xiu, "Yibo sudah lama menderita. Aku pun sudah lama berusaha. Tapi kita sama-sama tahu, tak ada obat untuk kanker stadium ini. Jadi Kyuhyun, tolong terima kebaikan Yibo"

.

TBC

.

Kyaaa, finally selesei juga nulis chapter ini. Ada yang kangen? Ada dong ya, hehe

Gimana chapter ini? Memenuhi ekspektasi kalian kah? Atau gak sama sekali?

Saya sebenernya pengen bangen nyelesein satu fanfic, tapi susah banget wkwk.. mau fokus ke satu fanfic, ide muncul buat fanfic yang lain, akhirnya ya gini, update sesuai dengan ide yang muncul ^^

Btw, happy 13th debut anniversary our first love, Super Junior~ *nyanyi Miracle*

13 tahun berkarir, 13 member...

Mulai dari grup project yang gatau masa depannya gimana, sampai jadi King Hallayu Wave.

Mulai dari kehilangan member tiap tahun karena wamil sampe akhirnya kita tinggal nunggu uri magnae, Kyu-ie.

Saya harap kedepannya K-ELF ngebiarin Sungmin sama Kangin balik ke grup, biar tahun 2019 kita bisa liat 11 member diatas panggung. Saya tahu kita udah sama-sama dewasa, jadi menurut saya keputusan Sungmin udah bukan hal yang nggak bisa kita maafkan karena beberapa tahun kedepan member SJ lainnya juga bakal nikah (dan saat itu kita mungkin juga udah nikah, udah punya anak trus nunjuk-nunjuk foto member SJ ke anak-anak kita 'ini loh dulu yang bikin Mama ketawa, nangis dan jerit-jerit. Yang bikin Mama rela gak jajan biar bisa ke warnet buat nonton MV' haha), begitu juga sama kejadian Kangin. Kangin gak pake obat-obatan, dia gak ngebunuh orang. Jadi kenapa kita masih ngebiarin Kangin sendirian begitu?

Itu cuman curhatan saya. Kalau kalian gak sepemikiran, tolong jangan didebat. Wkwk

Btw jangan lupa vote sama komennya ya ^^

Sampai jumpa di chapter selanjutnya *bow* paypay