LET IT OUT
.
.
.
By: jungrie12
Yaoi;BoysLove;Sho-ai
AU;SchoolLife
Kim Jongin - Oh Sehun – Others
KaiHun! Seme!Kai Uke!Sehun
Rated: T
Warning: EYD bermasalah, Typos, Amatir, Abal, Gak jelas, Gak sesuai judul, Gak sesuai summary.
Don't Like? Don't Read!
.
.
.
Kim Jongin mengaku jika dirinya benar-benar lurus. Bagaimana jika Jongin dihadapkan dengan Oh Sehun, roommate barunya yang ternyata seorang biseksual yang dikenal sebagai orang yang bisa membuat orang yang tidak normal menjadi normal dan.. orang yang normal menjadi tidak normal.
.
Bingung? Sama saya juga.
.
.
.
Chapter 1
Enjoy!
…
Pemuda itu masih bersandar di tembok dibelakangnya. Menunggu seseorang yang tinggal di dalam kamar yang berada disampingnya. Kamar itu terkunci, jadi ia yakin penghuninya sedang berada di luar. Sesekali ia mengetukkan sepatunya ke lantai sambil menggigiti jarinya –salah satu kebiasaan buruknya. Ini masih pagi, dan dia harus segera bertemu dengan seseorang untuk mengkonfirmasikan sesuatu.
"Kai?"
Pemuda itu menoleh saat mendengar suara yang dikenalnya. Itu dia orang yang ditunggunya. Pemuda itu –Kai dengan tidak sabar mendekat kearah seorang pemuda lain yang lebih pendek darinya dan berkulit putih serta berwajah seperti malaikat yang berdiri tak jauh didepannya.
Berdiri tepat dihadapan pemuda itu, dan mengucapkan apa yang sedari tadi mengganggu pikirannya dengan suara keras "Apa maksud hyung memberikanku seorang roommate?!"
Pemuda didepannya –Suho hanya menghela nafas pelan. Ia sudah tau jika adiknya akan seperti ini. Tapi, ia tidak bisa berbuat apapun. Semua itu sudah diperintahkan padanya dari kepala asrama. Dia hanya seorang prefect.
"Kenapa tidak menjawab, Joonmyun hyung?!" Suho sedikit terkejut saat mendengar adiknya ini memanggilnya dengan nama aslinya, dan bukan nama panggilannya sebagai seorang prefect. Pasalnya, memang sudah seharusnya mereka tidak saling memanggil nama asli, dan Jongin memang jarang memanggilnya dengan nama aslinya.
"Aku merasa tidak dihargai sebagai seorang ketua asrama. Kenapa hanya aku yang tidak tau tentang hal itu terlebih lagi itu menyangkut diriku sendiri?!"
"Kai tenanglah," Suho mulai sedikit maju untuk menenangkan adiknya yang semakin keras berteriak. Suho menepuk pundak Kai pelan.
"Maaf, Kai. Tapi ini bukan keinginanku. Kepala yang memerintahkan, bukan aku."
Kai mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras. Emosinya sudah mencapai puncaknya, ia sudah tidak bisa berpikir lagi kali ini. Namun, pelukan tiba-tiba dari Suho melemaskan semua persendian ototnya. Suho memeluknya sambil sesekali mengusap punggungnya, berusaha menenangkannya. Dan Kai akui itu sedikit membuat amarahnya menurun.
"Sudahlah, Kai. Aku yakin kau akan terbiasa dengan temanmu nanti." Suho perlahan melepaskan pelukannya dari tubuh adiknya saat dirasakan Kai sudah agak tenang. Tangan Suho masih mengusap punggung Kai dengan lembut.
"Tapi, hyung.. kau tau aku tidak ingin memiliki orang lain dikamarku." Ucap Kai lirih.
Suho menatap adiknya dengan tatapan bersalah. Walaupun bukan dia yang memerintahkan, tapi Kai tetap adiknya. Dan ia mengerti dengan Kai, yang selama ini tak pernah ingin memiliki teman sekamar seperti para prefect yang lain. Meskipun Kai memang masih lebih muda darinya.
"Mungkin kau akan menyukai temanmu itu, Kai-ah. Sepertinya dia orang yang baik." Suho berusaha menenangkan lagi adiknya itu. Kai yang sudah merasa kalah pun hanya menghela nafas kasar. Ia harus bersabar dan menunggu jika ingin kembali mendapatkan kamarnya untuk dirinya sendiri lagi.
Kai memanglah seorang prefect sekaligus ketua kedisiplinan. Sama seperti Suho dan prefect yang lain. Namun, ia memiliki perbedaan dengan semua hyungnya itu. Kai lebih muda dari mereka, satu tahun. Dan itulah yang membuat Kai harus bersabar. Karna sebenarnya, murid kelas sebelas tidak boleh memilik kamar sendiri kecuali ketua asrama atau prefect. Mungkin itu peraturan lama, karena sekarang, Kai akan memiliki teman yang akan sekamar dengannya.
.
.
.
.
.
Para siswa siswi yang berdiri di koridor sekolah itu terlihat sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Ada yang memainkan ponselnya, membaca, atau bermesraan di dekat jendela. Mereka terlalu malas untuk memasuki kelas sepagi ini. Mereka sendiri sebenarnya ke sekolah hanya untuk melihat pujaan hati mereka masing-masing. Sama sekali tidak ada niatan untuk belajar.
Tiba-tiba saja aktivitas mereka terhenti. Pandangan mereka terpaku ke pintu kaca besar yang berada di sebelah utara. Mulai terdengar bisikan-bisikan bahkan pekikan memuja dari para siswi. Begitu pula para siswa saat melihat pemandangan didepan mereka. Banyak yang berdecak kagum, ada juga yang mendecih karena melihat pasangan mereka yang berlebihan memekik.
Disana, seorang pemuda berkulit putih –sangat putih sedang menarik koper berwarna hijaunya. Dilihat dari penampilannya, pemuda itu bukanlah pemuda biasa. Wajahnya yang tampan terpadu dengan wajah baby facenya yang polos, rambut berponinya yang berwarna soft blonde pink yang juga menambah kesan manis, badannya yang tinggi, dan jangan lupakan seragam yang pas dibadannya memperlihatkan lekukan tubuh pemuda itu. Mungkin jika ada kata 'sempurna', pemuda itu pantas menyandangnya. Dia benar-benar mempesonakan siapapun yang melihatnya.
"Lihat lihat! Siapa dia? Apa dia murid baru? Tampannya.."
"Dia sangat kawaii~~"
"KYAA dia seperti pangeran!"
"AKU AKAN MENJADIKANNYA PACARKU!"
Pemuda itu mendengus mendengar teriakan teriakan yang memekakkan itu. Baru saja dia sampai di sekolah ini, sudah disambut dengan sebegitu meriahnya. Pemuda itu tak menghiraukan pekikan yang lainnya lagi setelahnya. Dia hanya fokus untuk segera menuju asrama yang berada di belakang sekolah ini dan meletakkan kopernya disana. Dia sudah sangat lelah dengan lamanya perjalanan ke sekolah barunya ini.
.
.
.
.
.
Kai berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Suho bilang teman sekamarnya akan datang hari ini juga. Dan sialnya, Kai harus menjadi pemandu teman barunya itu atas perintah kepala sekolah khusus hari ini. Dan itu semakin membuat Kai menggerutu malas. Ia mempercepat langkahnya, badannya terus berjalan ke sembarang arah. Menunggu di depan pintu di dalam kamarnya.
Ia mendengar suara pintu yang dibuka dan segera saja menoleh ke depan, tepat kearah pintu kamarnya. Disana berdiri seorang pemuda tinggi yang menurut Kai tidak pantas disebut sebagai seorang pria.
"Eung, siapa?" Kai hanya berusaha memastikan. Apakah orang dihadapannya ini benar seorang pria? Wajahnya begitu –err cantik? Eh?
Kai dapat melihat sedikit seringai muncul diwajah orang itu. Kai merubah ekspresinya dengan ekspresi datar. Orang dihadapannya ini sepertinya menyebalkan.
"Aku roommate mu. Oh Sehun."
"Aku tidak bertanya siapa namamu. Baiklah, jadi aku akan mengajakmu berkeliling. Ayo ikut aku."
Kai berjalan melewati teman sekamarnya yang bernama Oh Sehun itu, dengan malas tentunya. Hari ini dia sedang malas untuk melakukan sesuatu, ia lebih memilih bermain ke asrama kekasihnya saja. Kekasih? Kai memiliki kekasih? Tentu saja. Meskipun ia seorang yang dikenal dengan sifat ketidakpeduliannya dan sikap dinginnya, tapi Kai masih memiliki perasaan. Butuh dua tahun sejak sekolah menengah pertama kekasihnya itu berusaha mendekati Kai, dan akhirnya membuat Kai luluh dan menerima kekasihnya setahun yang lalu.
.
.
.
.
.
Kai sudah mengajak Sehun berkeliling. Dan ini sudah hampir malam. Salahkan saja sekolah mereka yang sangat besar itu, jadi harus memerlukan waktu seharian dari jam pertama dimulai sampai bel pulang berbunyi –bahkan sudah satu jam dari bel pulang untuk menyelesaikan tugasnya kali ini.
Kai mengalihkan pandangannya pada Sehun yang terlihat berbaring dan menikmati angin yang menerpa wajahnya. Kai mendengus. Sampai kapan lagi mereka akan berada disini? Kai juga punya acara lain setelah ini.
"Hei, Oh Sehun-ssi. Bisakah kita kembali sekarang? Kita sudah cukup lama disini. Ini sudah hampir malam, dan aku harus menemui seseorang malam ini."
"Ingin menemui kekasih, eoh?"
Kai memutar bola matanya malas saat mendengar jawaban dari Sehun. Pemuda putih itu masih setia menutup matanya. Tanpa berniat melihat kearah Kai, yang kini sedang menahan emosi sejak tadi. Benar kan apa perkiraannya, pemuda didepannya itu sungguh menyebalkan. Ia tidak bisa membayangkan harus sekamar dengan orang seperti itu. Walaupun dirinya tak jauh berbeda, tapi Kai itu seorang prefect, ingat?
"Omong-omong, sejak tadi.. kau belum memberitahu siapa namamu."
"Lalu?"
Sehun membuka matanya perlahan, kemudian duduk bersila menghadap pemuda berkulit tan –yang menurutnya sexy itu yang masih setia berdiri didepannya. Menatapnya intens, namun dengan tatapan yang datar tidak berekspresi. Sehun masih menatap lama, hingga terjadi keheningan diantara mereka. Sama-sama saling memandang datar.
Kai mendengus malas, melihat Sehun yang tidak melakukan pergerakan apapun selain menatapinya dan itu sangat membuatnya risih karena dilihat dengan cara seperti itu. Ayolah, ia sudah terlambat untuk menemui kekasihnya. Benar tebakan Sehun memang. Dan ia bahkan sudah tau tentang itu tapi belum mau beranjak juga dari sini. Kai lagi-lagi mendengus. Ia mulai naik pitam.
Tiba-tiba Sehun mulai memperlihatkan pergerakannya, yang kini mulai berdiri dan berjalan kearahnya dengan tatapan yang sulit Kai mengerti. Kai mulai merasa sesuatu yang tidak enak, seperti akan ada hal buruk yang terjadi.
Kai hanya diam, ia tidak berniat melangkahkan kakinya mundur atau kemanapun. Hanya menunggu apa yang akan dilakukan Sehun, walaupun perasaannya tidak enak. Ia dapat melihat Sehun yang makin dekat dengannya.
Dekat.
Lebih dekat.
Makin dekat.
Sangat dekat.
Kai menahan nafasnya saat tersadar dengan posisi mereka saat ini. Sehun terlalu dekat dengannya. Bahkan Kai dapat merasakan nafas hangat Sehun menerpa wajahnya sekarang. Kai dapat menilai sekarang, jika wajah Sehun benar-benar terpahat sempurna. Manis. Lihat saja semua itu.
Matanya.
Hidungnya.
Bibirnya. Bibir itu berwarna merah dan tipis. Oh–
Kai menggelengkan kepalanya. Terkejut atas apa yang ia pikirkan barusan. Dan Kai makin dikejutkan lagi, karena merasakan lehernya yang serasa tergelitik. Ia bisa merasakan helaian rambut halus Sehun yang menyapu kulit lehernya. Ia tidak sadar sejak kapan Sehun mendekatkan kepalanya dileher Kai.
"Jadi, siapa namamu?" Tiba-tiba Sehun berbisik ditelinganya. Sedikit membuatnya bergidik karena suara Sehun yang terlalu kecil tepat ditelinganya. Tapi tetap saja Kai berusaha bersikap seperti biasa didepan teman sekamarnya ini yang entah kenapa terlihat menakutkan.
Sehun masih tetap berada di posisi seperti sebelumnya meskipun pertanyaannya sudah beberapa menit yang lalu diucapkan. Kai masih belum mau menjawab.
Setelah menunggu lama, akhirnya Kai membuka suaranya, "Namaku... Kim Jongin."
Sehun membuka mulutnya sedikit, "Ah, baiklah Jongin-ssi. Ayo kita kembali ke asrama, sepertinya ini sudah cukup sore."
Kai masih berdiri disana, masih dengan posisi awalnya saat Sehun mendekatkan dirinya ketubuh Kai. Ia masih tidak bergeming meskipun Sehun sudah mendahuluinya, meninggalkannya disana yang masih terpaku. Merutuki apa yang baru saja dilakukannya. Rasanya seperti terhipnotis oleh suara Sehun –atau mungkin terbawa suasana karena posisi mereka juga. Bisa-bisanya ia dengan mudah menyebutkan nama aslinya pada Sehun.
Kai mengacak rambutnya pelan, "Sial."
.
.
.
.
.
Kai berdiri di depan pintu kamarnya. Ragu untuk membuka kamarnya sendiri. Lagi-lagi ia mengerang kenapa ia harus mendapatkan teman sekamar, dan ia yakin teman sekamarnya sudah ada didalam sekarang. Ia belum terbiasa dengan adanya Sehun dan tidak yakin akan bisa akrab dengan Sehun.
Ia menyerah. Ia membuka pintu kamarnya setelah menunggu lama didepan kamar. Namun, saat membuka pintunya. Ia dikejutkan oleh sesuatu yang berhasil menohok tepat di ulu hatinya.
"Oh, hai. Kau sudah pulang, Kai-ssi. Kekasihmu mencarimu."
Kai sudah tidak tahan lagi. Ia dengan tergesa menarik tangan kekasihnya yang sebelumnya duduk diatas pangkuan Sehun dengan keras, sampai suara pekikan dari sang kekasih terdengar di gendang telinganya.
Kai menatap marah Sehun yang sekarang malah terlihat santai seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Kai mengepalkan tangannya bersiap melayangkan tinjunya pada Sehun. Dan pukulan itu telak mengenai rahang putih Sehun yang sekarang sedikit mengeluarkan darah dari sudut bibirnya.
"Sialan kau, Oh Sehun." Desisnya.
Sehun memegang sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Ini sangat sakit. Sungguh. Sepertinya pemuda didepannya ini benar-benar marah sampai memakai kekuatan penuhnya.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADA KEKASIHKU?!"
Sehun tersenyum mendengarnya. Senyuman yang membuat Kai mengeraskan rahangnya dan berniat memukul Sehun lagi, sebelum suara Sehun menghentikannya dan membuatnya lagi-lagi terkejut bukan main.
"Memang apa yang aku lakukan? Aku hanya duduk. Tanyakanlah pada kekasihmu itu. Apa. yang. dia. lakukan." Ia menekankan kalimat terakhirnya dan menatap tajam Kai, kemudian berdiri dari kursinya. Melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan lukanya.
Setelah kepergian Sehun. Kai membalikkan badannya kearah Krystal –kekasihnya. Ia menatap Krystal seolah bertanya 'apa-yang-dia-maksud-?'
Krystal gelagapan melihat pandangan Kai yang menatapnya seakan-akan ingin membunuhnya. Ia tidak tau harus berkata apa. Memang ia yang menggoda Sehun saat menemukan Sehun yang baru selesai mandi dan rambutnya masih basah, jadi Krystal merebut handuk yang dipegang Sehun dan membantu Sehun mengeringkan rambutnya dengan duduk dipangkuan Sehun. Namun ia tidak menyangka jika Kai akan pulang secepat ini dan Sehun yang tidak berkata apapun yang bisa menyelamatkan mereka berdua –atau lebih tepatnya hanya dirinya.
"I-ini tidak se-seperti y-yang kau pikir Jongin-ah."
"Jangan panggil nama asliku! Kau menghianatiku? Kau benar-benar melakukannya?"
Krystal benar-benar tak tau harus bagaimana saat ini. Kai yang sudah terbawa emosi adalah hal yang paling buruk. Ia tidak ingin terjadi hal yang buruk pada hubungan mereka. Walaupun memang ia yang bermain api. Tapi Krystal tidak ingin kehilangan Kai. Sangat sulit untuk mendapatkan hati Kai dan seluruh perjuangannya tiba-tiba terlintas dipikirannya. Krystal menyesali perbuatannya, ia merasa sangat bodoh bisa terpesona pada orang yang baru ia temui sekali.
"Pergi."
Krystal mematung, "K–Kai?"
"Aku rasa hubungan kita harus berakhir, Krystal-ah. Kau boleh keluar.." Kai menunduk. Tidak ingin menatap gadis yang sudah setahun ini menjadi kekasihnya, yang baru saja ia memutuskan hubungannya dengan gadis itu. Dan semuanya karena siswa baru –teman sekamarnya, Oh Sehun.
Krystal sudah tidak bisa mengelak lagi. Akhirnya ia pun pergi dari kamar Kai dengan perasaan menyesal, ia tidak ingin putus dari Kai. Ia masih mencintai pemuda itu. Entah apa yang merasuki Krystal saat dikamar Kai tadi dan bisa melakukan hal semurah itu pada Sehun yang notabenenya adalah teman sekamar Kai.
Didalam kamar, terlihat Kai yang terduduk di pinggiran tempat tidurnya dengan masih menundukkan kepala. Memikirkan hal-hal yang terjadi hari ini. Semuanya jadi kacau karena teman sekamarnya itu. Padahal ia baru sehari disini, namun langsung bisa menjatuhkan Kai dengan mudahnya.
"Jadi, dia sudah pergi?"
Kai mendongak, ia menatap orang yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan kilatan tajam. Namun detik selanjutnya, matanya membola. Pasalnya, orang itu hanya memakai handuk yang dililitkan dipinggang, menampakkan tubuhnya yang putih mulus tak bercacat.
"Apa yang kau lihat?"
Kai memandang Sehun kaget. Barusan ia memang memandangi tubuh Sehun dari atas ke bawah. Kai hanya sedikit ternganga melihat tubuh Sehun yang tak jauh beda dengan tubuh seorang gadis. Bedanya hanya, dadanya yang rata… juga sesuatu dibalik handuk itu..
Kai bergerak gugup. Ada apa dengannya? Kenapa ia harus gugup dan salah tingkah didepan Sehun? Tidak. Ini pasti hanya karena kecanggungan karena tidak terbiasa dengan seseorang dikamarnya. Berbagi segala sesuatu. Seperti handuk yang dipakai Sehun. Itu miliknya kan?
Kai menyipitkan pandangannya, ia baru menyadari hal itu, "Hei Oh Sehun! Handuk siapa yang kau gunakan?!"
Sehun menurunkan pandangannya kebawah, menatap handuk yang melingkar dipinggangnya lalu menatap Jongin dengan senyuman yang agak aneh, "Hehe tidak tahu, aku mengambilnya dari gantungan di dalam kamar mandi. Aku lupa membawa handuk tadi. Ini milikmu?"
Sehun menatap Kai dengan tatapan polos. What the hell?! Kenapa pria yang menjadi teman sekamarnya ini seperti sangat berbeda? Atau memang ia yang tidak sadar jika sifat Oh Sehun memang berubah-ubah sejak pagi? Kadang ia bisa menjadi Oh Sehun yang acuh, dan kadang bisa terlihat polos dan manis.
Kai berdecak sambil membuang pandangannya dari Sehun, "Itu milikku, bodoh." Sehun mengerutkan dahinya tidak terima, "Sudahlah, pakai saja. Aku lebih baik mengambil handuk baru lagi. Kau boleh memilikinya."
Sehun semakin tidak terima. Apa dia pikir Sehun tidak memiliki handuk? Tsk. Tapi Sehun masih menuruti ucapan Kai. Ia tidak ingin protes dan lebih memilih tidak peduli.
"Jadi boleh aku bertanya, dimana aku akan tidur, Kim Jongin?"
Kai tersentak dan memandang kearah Sehun lagi yang kini sudah memakai piyamanya lengkap. Sejak kapan ia memakai bajunya? Kai terlihat berpikir, namun bukan pertanyaan mengenai pakaian Sehun yang ada dikepalanya. Melainkan pertanyaan yang diucapkan Sehun beberapa menit lalu. Dimana Sehun tidur? Kamarnya hanya memiliki satu tempat tidur berukuran king bed. Meskipun itu luas, tapi Kai belum terbiasa tidur dengan orang lain.
"Ah, jadi kita tidur bersama ya?"
Tidur bersama? Berdua? Membagi tempat tidurnya? Oh. Sudah cukup dengan handuknya, dan kini ia harus berbagi tempat tidur dengan Sehun.
…
…
…
To Be Continued.
Bersambung dengan tidak elitnya -_-
Haihai, saya membawa FF baru yang aneh dan awkward, masih acak-acakan dan kaku. Bingung soalnya mau ngapain, baru selesai midtest dan daripada stress mikirin remed, jadi saya nulis lagi deh. Kekeke
Panggil saya apapun. Kakak, adek, rie. Agak aneh kalo saya make 'rie' kaya kemaren-kemaren, jadi saya memutuskan make 'saya' /? :D
Butuh saran dan kritik lagi. Ini kurang panjang atau malah kepanjangan? Ada yang kurang banyak banget. Bahasanya juga gak jelas :D
Maafkan saya ya kalo aneh. keke
Dan yang terakhir, Review juseyo /laff/ /flyingkiss/ :)