In Which Minho Didn't Get A Chance To Express His Feelings For Newt
Maze Runner Trilogy Ⓒ James Dashner
Warning : ooc, typo, dan lain-lain. kalau ada error atau grammar mistake mohon dikasi tau, terima kasih (?) ;u;
mulligrubs - despondency, low spirits; a state of depression.
Newt merasa ada yang tidak beres dengan dirinya, bahwa ada yang salah dengan otaknya, bahwa dia tidak sehat di kepala dan ia pasti sudah gila.
Pembicaraannya dengan Minho malam itu sedikit membuatnya tenang. Entah kenapa kehadiran Minho saja sudah cukup untuk membuatnya merasa senang dan Newt baru menyadari betapa ia sangat merindukan eksistensi Minho di dekatnya meskipun ia tidak akan pernah mengakuinya secara langsung kepada pelari sombong itu.
Tangan Minho terasa hangat di permukaan kulitnya. Newt ingin sekali berlama-lama menggenggam tangan itu, meremasnya balik, mengatakan pada Minho bahwa ia membutuhkan pertolongan, apapun namanya. Namun mendengar Minho mengatakan bahwa para pelari membutuhkannya sebagai pengawas, ia langsung mengurungkan niatnya. Minho benar. Ia tidak bisa terlalu lama bersikap tidak fokus dan jauh. Para pelari membutuhkannya. Ia harus memimpin mereka semua tetap pada tempatnya.
Namun ketika Newt kembali ke kantong tidurnya sendiri, ketenangannya yang memang sudah tipis hancur berkeping-keping.
Newt merasa ia semakin kehilangan dirinya sendiri hari demi hari. Sebisa mungkin ia mencoba mengumpulkan kesadaran-kesadaran yang masih ada dalam dirinya, namun kesedihan dan ketakutannya semakin menjadi-jadi. Ia akan mengecewakan banyak orang. Ia tidak berguna sejauh ini. Dan yang paling buruk adalah ia sudah membohongi semua orang, mereka semua percaya padanya. Newt kembali disadarkan akan betapa palsu dirinya, betapa lemah tekadnya, dan betapa ia ingin menjadi seperti Minho... Minho yang skeptis, Minho yang berani, Minho yang selalu berjalan dengan dagu terangkat.
Newt akhirnya tidak tidur semalaman.
Ia bangun paling pertama, bersiap-siap, mengambil perbekalan dengan jumlah sedikit sebelum kemudian berjalan menuju pintu tanpa memakan sarapan. Frypan akan memberinya tatapan penuh tanya. Pengawas Juru Masak itu pasti menyadari betapa jarang Newt muncul di dapurnya akhir-akhir ini untuk makan, dan Newt hanya melempar seulas senyum tipis kepadanya sebelum berlalu dengan bekalnya.
Beberapa pelari bergabung dengannya tak lama kemudian. Masih ada waktu sekitar sepuluh menit sebelum pintu-pintu itu terbuka dan Minho belum muncul. Newt menunggu, berharap ia bisa melihat Minho lagi sebelum benar-benar menyusuri sektor mereka masing-masing. Lima menit sebelum pintu terbuka semua pelari sudah siap dengan peralatan mereka masing-masing, semua kecuali Minho. Newt menghela nafas diam-diam. Tipikal Minho, memang selalu tiba hanya pada saat-saat mendekati. Ia tidak terlalu memusingkan hal itu karena kinerja Minho memang sudah terbukti cukup baik. Jadi Newt memberikan briefing singkat seperti biasa kepada para pelari, memberikan beberapa kata penyemangat dengan senyumnya yang biasa, dan membiarkan mereka berlari keluar lebih dahulu begitu pintu-pintu bergeser terbuka.
Newt menatap sejenak punggung-punggung para pelari itu sebelum menoleh ke belakang. Dan benar saja, Minho terlihat sedang jogging kecil menuju pintu sambil menguap, terlihat santai dan tenang seperti biasa.
Newt tahu Minho sudah melihatnya dari kejauhan dan mendengus ketika pelari Asia itu tidak mempercepat langkahnya sama sekali. Newt hanya bisa tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya, mengetahui kalau Minho tahu ia tidak akan memarahinya seberapa telat dirinya sampai di pintu. Minho memiliki kecepatan lari di atas rata-rata para pelari lain. Meskipun keluar paling akhir ke Maze, Minho entah bagaimana bisa kembali paling awal. Tidak selalu, tapi biasanya seperti itu.
Ketika jaraknya sudah semakin dekat, Newt menyadari Minho memicingkan matanya dengan tajam ke arahnya dan tiba-tiba berlari dengan kecepatannya saat berlari di Maze. Newt sedikit tersentak mundur, mengira Minho akan menghantam dirinya dan cepat-cepat berpikir kesalahan apa yang telah diperbuatnya sehingga membuat remaja Asia itu marah. Namun pemuda berambut gelap itu berhenti tepat di hadapannya dan mencengkram kedua bahunya. Newt meringis, tidak mengantisipasi gerakan tersebut. Minho mengabaikan suara yang dibuatnya dan menatap lebih tajam ke arah Newt.
"What?" tanya Newt akhirnya. "You're looking at me like I grew a tail or something."
Minho tidak langsung menjawab, namun ia melepaskan cengkramannya dari bahu Newt dan bersedekap. "You look like a klunk. The shuck happened with your eyes?"
Newt sedikit terkejut, tidak menyangka pertanyaan itu bisa terlontar dari seorang Minho. Ia secara reflek mengusap kantong matanya dengan buku-buku jarinya. "Can't sleep very well last night."
"Are you telling me the truth?"
Ada jeda—yang menurut Newt cukup lama—di antara mereka setelah Minho melontarkan pertanyaan kedua. Newt benar-benar tidak siap ditanyai seperti itu. Ia benar-benar hanya menunggu Minho karena ingin melihat sahabatnya itu sebelum mereka keluar. "Why would you think I'm not telling you the truth?"
"Because I know you well enough and I'm tired of you putting everyone else above yourself." Newt sedikit bergeser mundur, namun Minho terlihat tidak peduli dan kembali meneruskan. "And because I know you don't want me to be worried about you so you'd just tell me the 'I'm fine' klunk every time I asked. Shuck, Newt, at least look after yourself, too. Have you seen your own reflection in the mirror lately?"
Jika Newt merasa tersinggung, ia tidak menunjukkan hal itu di wajahnya. "Uh, Min, I'm sorry to put your great almighty monologue aside, but we're late and we really need to be out there, like, right now."
"Go get some rest for today," ujar Minho lagi yang membuat Newt terkejut untuk ketiga kalinya pagi itu. "I'll run your sector today, tell Nick or Alby that you're not feeling well, they will understand."
"Are you looking down on me?" Kali ini Newt mencoba untuk merasa tersinggung. "I'm your Keeper, Minho, not the otherwise. Don't bloody order me around, telling me what to or not to do."
Wajah Minho mengeras. Sesaat Newt mengira pemuda itu marah. "Fine, shank." Namun ekspresinya kembali normal dan ia menggerutu pelan. "Do whatever you want. See if I care." Lalu pelari Asia itu berlari melewati Newt, tanpa memandangnya sama sekali, menuju keluar Maze.
Newt merasa kalimat itu telah menamparnya telak. Pandangannya mengikuti Minho saat sahabatnya itu berlari melewatinya. "Wait, Minho." Pemuda itu tidak berhenti, jadi Newt mencoba memanggil lebih keras. "Minho!"
Namun Minho tetap mengabaikannya dan terus berlari sampai punggungnya menghilang ketika ia berbelok di tikungan.
Newt tiba-tiba saja merasakan denyut nyeri di dadanya. Rasa bersalah dan kesedihan berkecamuk dalam hatinya. Minho hanya mengkhawatirkannya dengan caranya sendiri, kan? Newt menggigit bagian bawah bibirnya, tiba-tiba saja merasa sakit kepalanya lebih buruk dari hari-hari sebelumnya. Ia hanya ingin melihat Minho saat itu, sungguh. Ia tidak bermaksud membuat pemuda Asia itu tersinggung, terlebih menyakiti perasaan Minho dengan kata-kata barusan. Padahal Newt hanya ingin melepas kepergiannya ke Maze dan mengucapkan salam perpisahan seperti biasa.
Newt hanya ingin mengucapkan salam perpisahan...
Dengan perasaan berkecamuk, Newt mulai berlari keluar Maze. Ia berhenti sesaat dan menoleh ke belakang untuk beberapa saat lamanya, menatap ke arah Glade dan para Glader yang mulai melakukan aktivitas masing-masing, sebelum kembali berbalik dan berlari menyusuri sektornya.
"I'm sorry, Minho," gumamnya ketika berlari. Suaranya kecil, hanya seperti bisikan kepada angin jika dibandingkan dengan suara hembusan tersebut. "I'm sorry... I'm sorry... I'm so, so sorry..."
Newt bahkan tidak menyadari sejak kapan ia mulai menangis. Pandangannya kabur dan ketika ia ingin menyeka aliran air dari wajahnya yang ia pikir adalah bulir keringat, tetes air lainnya jatuh dari kelopak mata sebelahnya dan ia mulai menangis sesenggukan. Suaranya pecah, terdengar lemah dan terputus-putus. Gerakan larinya terhenti sampai akhirnya ia bersandar di dinding batu di sebelahnya dan membiarkan dirinya dikalahkan oleh keputusasaan dan depresi. Air matanya tumpah dengan cepat, membasahi wajah pucatnya menuruni dagu hingga terjatuh ke tanah.
Mungkin memang lebih baik kalau Newt tidak ada. Toh, ia tidak pernah berpengaruh banyak selama ini.
Newt ingat ialah yang pertama kali menyarankan untuk mencoba pergi keluar ke Maze. Bersikap positif dan selalu berharap jika pasti ada jalan keluar, jika Maze itu dibangun sebagai jalur bagi mereka untuk kembali ke tempat darimanapun mereka berasal. Hal itulah yang menempatkannya sebagai seorang Pengawas dari Para Pelari. Newt memberikan harapan dan pemikiran optimis bagi anak-anak di sana. Mereka mengaguminya, menaruh kepercayaan padanya.
Untuk apa? Untuk menemukan jalan buntu.
Tidak ada yang namanya jalan keluar. Tidak ada. Bahkan secuil petunjuk pun, tak ada yang ditemuinya. Dan Newt merasa bersalah, sungguh. Orang-orang ini, para pelari, mengambil resiko yang berbahaya dengan pergi keluar sana, untuk apa? Mempertaruhkan nyawa mereka untuk sesuatu yang tidak pernah ada. Anak-anak di dalam Glade, para Glader, mempercayainya dan terus berharap, untuk apa? Melakukan keseharian mereka tanpa pamrih untuk menelah kebohongan-kebohongan yang Newt berikan pada mereka.
Salahnya. Semua ini salahnya.
Newt telah membahayakan Minho dan pelari lain. Ia telah membohongi Nick, Alby, dan Glader lainnya.
Mungkin memang lebih baik ia tidak ada.
Minho jadi tidak perlu mengkhawatirkannya atau marah padanya lagi, benar begitu, kan?
Lagipula... Minho sedang jengkel padanya, kan? Ia sudah lelah pada Newt, kan? Ia menyuruh Newt melakukan apapun yang Newt mau dan lihat apa pedulinya, kan?
Ya, memang lebih baik kalau Newt tidak ada.
"Shuck," gumamnya lagi diantara isakan dan tarikan nafas. Kepalanya sakit. Namun saat ini rasa perih di dadanya mengalahkan segala macam rasa sakit yang pernah dirasakannya selama ini. "I'm sorry, Minho... I really... really, can't take it anymore..."
.
.
monophobia - the fear of being alone.
Minho tidak tahu apa yang membuatnya marah.
Seperti biasa, ia kembali paling awal, menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat di ruang peta, dan berakhir di dapur Frypan, meminta makanan. Pengawas itu terlihat menggerutu karena beberapa anak sudah datang meminta makanan sebelum waktu makan malam yang sesungguhnya tiba. Ya, seperti Minho peduli saja akan hal itu. Pemuda Asia itu duduk di salah satu meja kosong terpencil yang berada paling jauh dan memakan potongan daging sapinya dengan urakan. Wajahnya sudah terlihat jengkel sejak ia kembali. Mungkin hal itulah yang membuat Glader lain tidak berani mendekatinya. Mereka tahu Minho. Dekati dia saat dia sedang jengkel dan mereka akan berakhir di tanah dengan hidung berdarah, atau dislokasi bahu, terkadang dengan memar di pipi kalau sedang beruntung, dan hal-hal tidak enak lainnya.
Kecuali Newt.
Entah kenapa hanya si pirang itu yang bisa tetap berada di dekat Minho yang sedang jengkel. Bahkan di saat Nick dan Alby sudah angkat tangan atas sikap sombong Minho, Newt hanya tersenyum lunak dan tetap bersamanya.
Minho menurunkan garpunya ketika tiba-tiba teringat Newt. Matanya menyapu ke seluruh meja yang ada. Beberapa Glader ada di sana, memakan makanan mereka. Berkelompok. Hanya Minho yang duduk sendirian di sana.
Pemuda Asia itu menunduk, menatap makanannya. Benar. Kalau diingat-ingat lagi, Newt tidak pernah mengeluh atau protes dengan ucapan-ucapan kasar Minho. Remaja pirang itu kadang-kadang membalas, kadang-kadang hanya diam menggeleng-gelengkan kepala, kadang-kadang bersikap seolah tidak peduli. Namun Minho tahu Newt selalu mendengarkan apapun yang dikatakannya, tidak peduli betapa kasar dan tidak sopan komentarnya. Dan lagi Newt tidak pernah membuatnya kesal seperti Glader-Glader dungu yang lain. Kadang kalau moodnya sedang tidak baik, orang-orang yang berusaha mengajaknya bicara selalu terdengar jauh lebih tolol dari biasanya dan ia malah jadi semakin marah, lalu menghajar mereka supaya kebodohan dari ucapan-ucapan mereka berhenti menyakiti telinganya. Namun hal yang sama tidak pernah terjadi pada Newt. Minho tidak pernah menganggap Newt bodoh. Ya, dia memang sering bercanda dan memanggil Newt dengan beberapa sebutan seperti 'idiot' atau 'dungu', namun itu hanya karena kebiasaannya dalam mengutarakan komentar-komentar sarkastis. Dan Newt tidak protes, tidak marah, tidak terlihat tersinggung. Kadang si pirang akan balas memanggil Minho dengan nama. Kadang malah hanya akan memutar matanya.
Mendadak ia tersadar betapa jauh dirinya dengan Newt sekarang.
Makanannya terlupakan begitu saja ketika Minho mematung di tempat duduknya, terkejut. Bagaimana dan kapan hal ini terjadi? Kapan ia berhenti mengucapkan selamat pagi pada Newt? Kapan mereka berhenti mengantarkan satu sama lain ke depan pintu sebelum berpisah ke sektor masing-masing dan mengucapkan salam perpisahan? Kapan mereka berhenti makan bersama? Kapan mereka berhenti bercanda bersama? Kapan mereka berhenti berbicara, benar-benar mengobrol dan membahas hal-hal yang bukan menyangkut tentang Maze maupun Glade, tapi membicarakan tentang diri mereka sendiri? Kapan ia berhenti menunggu Newt kembali dari Maze dan berjalan bersama menuju ruang peta? Kapan ia berhenti mencoba menemukan Newt di tiap kesempatan yang ada ketika ia sedang tidak bersama dengan si pirang itu? Kapan Minho mulai menanggalkan semua kebiasaan itu? Apakah ia yang memulainya duluan? Atau Newt?
Mungkinkah sejak ia mendapat sektornya sendiri? Sejak ia berlari sendiri, ia jadi melakukan segala hal serba sendiri...huh? Kenapa Minho baru menyadarinya?
Minho menggeser piringnya ke samping, menghitung sampai tiga, kemudian menghantamkan dahinya dengan keras ke permukaan meja. Bunyinya mampu membuat seluruh anak yang sedang makan di sana menoleh ke arahnya. Suasana hening seketika.
Ia menegakkan kembali punggungnya dan bergerak mengusap dahinya yang agak memerah. Tidak sampai berdarah, namun cukup sakit. Mungkin ia akan menyuruh Newt untuk melakukan hal itu lagi, menghantamkan kepalanya ke meja. Ia pantas menerimanya setelah menjadi sahabat terbrengsek yang pernah ada. Mungkin Minho tidak akan minta maaf—dia terlalu arogan untuk sesuatu seperti itu, duh. Namun ia bisa memulainya dari awal, kembali mendekati Newt, kembali melakukan kebiasaan-kebiasaan mereka yang dulu. Ia berharap dapat melihat senyum tulus Newt lagi dan tawanya yang murni yang selalu disukai Minho.
"Umm, Minho?" Seorang anak yang tidak ia kenal membuka suara. Suasana di sana masih hening dan semua mata masih terpaku padanya. Bahkan Frypan memberi tatapan mencela dari jauh, seolah pengawas itu sudah tahu cepat atau lambat Minho akan menunjukkan betapa tidak waras dirinya. "Are you... okay?"
Minho menoleh tajam ke arah anak itu, membuat yang bersangkutan langsung bergidik dan merapat kepada temannya. "Don't talk to me right now or that spoon on your hand will be settled on the spot between your eyebrows forever." Lalu matanya berpindah ke berbagai pasang mata lain yang masih menatapnya. "What are you slintheads looking at?" Ia mengangkat garpunya. "Want me to dig your eyeballs out with this?"
Semua anak kembali ke makanan masing-masing dan berusaha meneruskan percakapan mereka dengan tersendat-sendat, mencoba mengembalikan situasi kembali seperti semula.
Minho mendengus dan menurunkan lagi telapak tangannya. Kemudian ada seulas senyum miring yang tak kasat mata muncul di wajahnya. Ya, ia akan mencoba memperbaikinya. Minho akan mendekati Newt lagi. Mungkin Newt selama ini hanya kesepian. Mungkin memang ini salah Minho. Dengan usahanya ini, mungkin mereka bisa kembali seperti dulu lagi. Jadi sekarang ia akan menyelesaikan makanannya, lalu pergi ke ruang peta dan menunggu Newt di sana. Mungkin langsung menunggunya di depan pintu yang sebentar lagi akan tertutup? Ah tidak, terlalu ramai, lagipula Newt pasti sudah kembali dari Maze. Oke, jadi ia akan menemui Newt di ruang peta, mungkin mengalungkan sebelah lengannya ke sekitar bahu Newt seperti biasa dan menyeretnya menuju Frypan, memaksanya makan, lalu Minho akan mulai membicarakan hal-hal tentang mereka dan—ribut-ribut apa itu?
Minho menggeram tertahan. Keributan ini membuatnya sulit berpikir. Ia mendongak dari tempatnya dan melihat beberapa anak berlari ke pintu. Alisnya naik sedikit antara kebingungan dan penasaran. Untuk apa mereka ke sana? Melihat pintu-pintu itu menutup? Apa yang membuat mereka tiba-tiba norak dan berkumpul hanya untuk melihat pintu menutup seperti sekumpulan bocah stress? Beberapa anak yang sudah selesai makan pun mulai berlarian ke arah pintu.
Mungkin mereka penasaran. Minho juga tidak bisa memungkiri rasa penasaran yang mulai menguat di otaknya. Mungkin ada Newt di antara kerumunan itu. Pemikiran itu membuatnya senang tiba-tiba. Awal yang bagus. Ia akan mengajaknya mengobrol di sana. Kalau mau dipikir lagi, Newt tidak mungkin tidak ada di sana. Remaja pirang itu selalu ada bersama Nick dan Alby dimanapun sesuatu yang aneh terjadi. Melupakan makanannya sepenuhnya, Minho bangkit berdiri dan mulai berjalan menuju kerumunan itu. Jika Frypan menyadari ia sudah menyia-nyiakan makanannya begitu saja, ia pasti akan dimarahi habis-habisan, tapi, toh, Minho tidak pernah peduli dengan hal itu, jadi biarkan saja. Langkahnya terasa ringan dan ada senyum samar mengembang di wajahnya saat memikirkan dirinya dan Newt melakukan segala sesuatu bersama seperti dulu.
Minho sampai di kerumunan itu tak lama kemudian. Ia berjinjit sedikit, berusaha mencari-cari warna pirang dari rambut Newt di antara kumpulan-kumpulan kepala yang ada. Ketika tidak menemukannya, ia menghela nafas malas dan mulai menyeruak ke kerumunan. Sebagian membuka jalan begitu melihatnya, sebagian lagi ia dorong sendiri dengan paksa. Minho sampai di barisan depan dengan mudah dan kebingungan ketika hanya ada Nick dan Zart di sana. Ia menatap ke arah pintu, entah kenapa Jeff dan Clint berdiri paling dekat di sana. Tidak ada Newt, bahkan tidak ada Alby, apa-apaan?
"What the shuck is happening here?" Minho memutar kepalanya kembali menatap Nick ketika melontarkan pertanyaan itu.
Ketika Nick menatapnya balik, Minho sudah tidak menyukai wajah gelisah anak itu. Nick tidak pernah terlihat seperti ini. "Newt hasn't come back yet."
Minho tertegun. Rasanya ada benda bulat besar tersangkut di tenggorokannya. Hawa dingin menyebar dari ujung ibu jari hingga puncak kepalanya, membuat bulu kuduknya meremang di tubuhnya yang berdiri kaku di sana. Kepanikan mulai melandanya. Lalu secepat kepanikan itu datang, secepat itu pula rasa takut mulai menyergapnya. "What?" Tidak. Tidak. Pasti ada yang salah di sini. Ada apa ini? Becanda Nick tidak lucu dan Minho mati-matian menahan dirinya sendiri untuk tidak meninju Nick tepat di wajah.
"Newt hasn't come back yet." Nick mengulang dengan lebih kencang, terdengar jengkel dengan pertanyaan ulang Minho. "Don't know why. Alby's out there, trying to find him, but the doors will close in about five minutes."
Kemudian berbagai perasaan berkecamuk dalam dada Minho. Rasa kesal dan jengkel teramat sangat kepada Nick dan Alby. Lalu khawatir yang berlebihan, rasa penasaran kenapa Newt belum kembali. "Why did you send Alby?" Minho kembali bertanya, suaranya ikut meninggi. "Why not me? You know I'm faster than him. Why Alby?"
Nick memicingkan mata ke arah Minho, jelas tidak menyukai cara pelari Asia itu bicara padanya. "You were not here when the other runners came back. I thought about sending you instead, of course. But we didn't know where you were and Alby said we couldn't waste more time. He was right and Alby knew exactly what he was going to do so I sent him off to find Newt." Lalu fokusnya kembali kepada pintu-pintu yang akan segera menutup. "Beside, now that I think about it, we can't risk losing another valuable runner."
Kekesalan Minho berputar-putar di matanya, terlihat jelas ia kecewa dan jengkel karena sesuatu. Ia melirik cepat ke arah Maze lalu maju selangkah. "I'm going out there."
"No." Nick menekan telapak tangan kanannya ke bahu Minho, menahan pelari itu. "Too risky. Beside what if Alby came back with Newt already? How do we tell you? You'll be trapped inside for the night and that will be the end of your life."
"Do you see Alby now? Bringing Newt back?" Minho berteriak sekarang, menatap penuh kebencian pada Nick. Ia benar-benar merasa ingin memukul pemimpin mereka itu, menghajarnya sampai babak belur. "I know which sector Newt was running for today and I will find him, just let me go out there."
"Please, Minho." Nick mencengkram bahunya semakin kuat, terdengar lebih tenang, namun juga letih, seolah hembusan angin membawa seluruh sisa tenaganya hingga tak bersisa. "Just listen for this time."
"No I don't want to!" bentaknya kasar. "Newt's still out there and you want me to just stand here and wait?! The doors are closing in no time, Nick!" Minho menepis tangan Nick dari pundaknya, tangannya bergerak-gerak liar. Semua bayangannya untuk kembali mendekati Newt, harapannya untuk memulai semua dari awal hari itu juga, rencananya untuk kembali seperti semula bersama Newt, hancur sudah, berantakkan seutuhnya, runtuh menjadi butiran pasir halus yang hilang tertiup angin. "We can't waste our time and, shuck, it's Newt that we're talking about! Newt!" Minho mulai berjalan mundur, terlihat siap berlari, jari telunjuknya teracung menunjuk ke arah Nick ketika pemimpin itu terlihat akan mengatakan sesuatu. "Don't. Whatever you say, I'm still going out there."
Nick menghela nafas lagi. Wajahnya sudah nampak pasrah seperti akan membiarkan Minho melakukan apapun yang ia mau. Namun tiba-tiba wajah pemimpin itu berubah, pupil matanya membesar dan ia menunjuk ke balik bahu Minho. "No, wait! It's them!"
Minho menoleh dengan sangat cepat hingga tulang lehernya menimbulkan bunyi tidak menyenangkan, namun ia benar-benar tidak peduli. Matanya tertuju pada Alby. Dan yang membuat jantungnya berdentum keras di dadanya dan keringat dingin mengalir di wajahnya adalah pemandangan tubuh Newt terkulai lemas dan tidak bergerak sama sekali di kedua lengan Alby, sedikit terguncang-guncang mengikuti hentakan kecepatan lari Alby.
Dan ada warna merah mendominasi. Apakah itu...
Dalam sekejap Minho telah sampai di samping Jeff dan Clint yang berlari kecil untuk membantu Alby. Tepat saat Alby menjejakkan kakinya di dalam Glade, pintu-pintu itu bergemuruh kencang dan mulai mengeluarkan suara baja berkarat diseret ketika mereka bergeser menutup.
Akan tetapi Minho hanya bisa mendengar suara jantungnya sendiri. Ia tidak ingat bagaimana ia bisa berjongkok di sebelah Jeff ketika Alby, terlihat dengan sangat perlahan dan ekstra hati-hati, menurunkan tubuh Newt ke tanah. Ia juga tidak ingat kapan ia mulai menggenggam sebelah tangan Newt yang lengket dan kasar oleh darah kering dan darah lain yang masih mengucur di lukanya yang terbuka. Minho tiba-tiba saja merasa tertarik jauh dari keadaan sekelilingnya. Ia sama sekali tidak mendengar suara ricuh lainnya, ia sama sekali tidak menyadari Jeff dan Clint yang mulai memeriksa keadaan Newt. Matanya hanya terpaku lurus pada remaja pirang itu, tertegun, terkejut, entah seperti apa wajahnya saat ini. Warna pirang yang disukainya itu kini hampir separuhnya basah oleh darah, yang terus merembes ke tanah di bawah kepalanya terbaring. Ada luka-luka lain di sekujur tubuhnya, mungkin yang paling parah adalah kepala dan kakinya. Minho menatap dengan horror saat Nick berseru marah dan menyuruh para Anak Medis untuk langsung membawa Newt ke Homestead.
"I'm sorry, Minho." Samar-samar Minho mendengar suara Clint dan tatapan meminta-maaf dari anak itu. Samar-samar Minho merasakan bagaimana tangannya ditarik paksa untuk melepas genggamannya pada tangan Newt. Samar-samar Minho melihat bagaimana para Anak Medis membopong tubuh itu menjauh menuju Homestead dibantu Nick. Anak-anak yang lain mengikuti, mencoba membantu mereka sebisa mungkin.
Tapi Minho tidak bisa bergerak, tidak bisa berpikir. Ia memaki dirinya sendiri, memaksa kakinya untuk berdiri, bergerak, mengikuti rombongan itu. Newt ada di sana. Kenapa ia tidak bergerak, ia seharusnya menemani Newt, damn it! Namun seberapa keras Minho memarahi dirinya sendiri di dalam kepalanya, ia tetap tidak bisa bergerak. Terpaku begitu saja di tempatnya, matanya tetap tertuju ke arah Homestead bahkan setelah orang-orang menghilang ke dalam bangunan itu. Semua itu berlangsung terlalu cepat untuk bisa dicerna otaknya.
Suasana mendadak hening di sekitarnya dan Minho tiba-tiba bisa mendengar lagi. Namun tidak ada suara seorangpun di sekelilingnya, hanya angin dan raungan Griever di balik pintu-pintu yang telah tertutup.
Kepanikan dan ketakutan membuat tubuhnya sedikit gemetar. Rasa takutnya mendominasi dan Minho tiba-tiba saja mendapati dirinya mengepalkan kedua tangannya, jelas mengabaikan rasa perih ketika kuku jarinya menusuk-nusuk telapak tangannya. "The shuck happened..." Griever -kah? Apakah Newt diserang Griever? Tapi bukankah biasanya makhluk absurd menjijikkan itu hanya keluar di malam hari? Jadi apa yang melukainya hingga sampai seperti itu?
"Don't know. Found him unconscious on the ground, bleeding like shuck, barely even breathing."
Minho tidak menyangka akan ada yang menjawabnya. Ia kira ia sedang sendirian di sana. Namun saat berbalik, ternyata Alby masih ada di sana. Duduk sambil memandang jauh ke depan, terlihat lelah dan kotor. Pakaian dan kulitnya belepotan darah Newt—Minho langsung mengalihkan tatapannya dari pemuda itu, tidak ingin melihat lebih lama.
Tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua selama beberapa detik lamanya.
"It's Griever, isn't it," ujar Minho lagi, tidak menggunakan nada bertanya. Karena apa lagi kemungkinannya?
"Must be."
Minho menunduk, membuka kepalan-kepalan tangannya dan menatap telapak tangannya yang ternodai darah kering—darah Newt. Ia memejamkan matanya perlahan, keningnya berkerut dalam.
Hal ini tidak seharusnya terjadi.
Kenapa harus Newt?
Minho membuka matanya lagi dan segera bangkit berdiri. Tanpa mengatakan apapun pada Alby, ia mulai berlari menuju Homestead. Ia tidak berhenti sama sekali ketika menyeruak masuk ke dalam bangunan itu dan naik ke lantai dua. Lebih banyak orang berkumpul di sana, namun Minho melewati mereka semua dengan mudah. Ia baru saja hendak masuk ke satu-satunya ruangan yang ada di sana ketika Nick maju dan menyambar pe gelangan tangannya.
Minho menggeram tertahan dan melotot ke arah Nick. "I want to see him."
"Not now, okay?" Nick mengencangkan pengangannya di sekitar pergelangan tangan Minho ketika pelari itu hendak membantahnya. "Listen to me, you slinthead! The Med-jacks need their own space right now. They're trying their best to save Newt so calm your klunk down or I will make you."
"I promise I'll be quiet?" Minho bahkan merasa dirinya hampir mengatakan 'please'. "I'll even stay near the door, I promise I'm not gonna do anything. Let me in, Nick, I really, really only want to see him."
Nick sepertinya tidak menyangka Minho akan mengucapkan hal-hal barusan. Pemimpin itu tahu persis bagaimana sikap Minho dan terlihat sedikit terkejut ketika Minho mengatakan sesuatu yang tidak provokatif. "I know, okay? I know." Cengkraman Nick melonggar, tatapannya melunak, seolah ia mengasihani Minho. "I know how worried you are. But going in right now will only make you feel more anxious. Just wait... okay? Please? When the Med-jacks' done with their work, I'll let you in first, that's a promise. But for now, just wait here."
Minho berpikir untuk protes. Namun ia tahu apapun yang berusaha ia katakan, Nick tetap akan menahannya di sana. Menyeruak masuk begitu saja juga hanya akan menambah masalah. Jadi Minho mengangguk dan Nick melepas pengangannya pada pergelangan tangan Minho. Pelari itu mengambil jarak sedikit dari pintu dan menghempaskan dirinya duduk tepat di depan ruangan, menimbulkan suara berderit di lantai kayu oleh berat badannya. Ia menyilangkan kedua kakinya dan meletakkan tangan di atas kedua lututnya, setelah itu ia tidak mengatakan apa-apa lagi dan mulai menunggu.
'Please be okay...' Minho menelan ludah saat ingatan akan tubuh Newt yang berlumuran darah kembali ke otaknya, tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. 'Please be okay, Newt... Don't leave me... Don't leave me alone...'
Entah sudah berapa jam lamanya, Minho menyadari malam sudah semakin larut. Nick sudah lebih dulu membubarkan beberapa anak yang menunggu di sana, berkata waktu tidur telah tiba dan mereka hanya akan mengganggu konsentrasi Anak-Anak Medis jika mereka tetap berada di sana. Akhirnya satu per satu dari mereka mulai pergi, entah karena tidak mampu menahan rasa kantuk atau karena benar-benar mempertimbangkan perkataan Nick. Suasana mendadak menjadi lebih hening. Hanya ada Nick dan Minho di sana. Suara yang dapat didengar hanya gerakan dari dalam ruangan dan erangan para Griever jauh di belakang mereka. Semakin lama menunggu membuat Minho semakin khawatir, rasa takut dan panik itu masih ada di dalam dirinya, malah semakin bertambah di tiap menitnya. Ia merasa sudah duduk di sana selama berhari-hari lamanya. Waktu terasa berjalan sangat lama. Tapi Minho tidak mengatakan apa-apa, tidak berbuat apa-apa. Ia lelah, ya. Capek, otot-ototnya mulai sakit karena duduk terlalu lama dengan posisi itu, namun ia sama sekali tidak merasakan kantuk sedikit pun.
Dan ia tidak ingin pergi dari sana. Ia tahu itu.
Sebuah tepukan ringan di pundaknya membuatnya menoleh. Nick berdiri di sampingnya, menatap ke arahnya, seperti cemas atau apa, Minho tidak tahu kenapa ia berwajah seperti itu. "Don't you want to go and rest? You've been waiting here for hours. The morning will come soon, you still have to run, remember?"
Tidak, Minho tidak ingat dan baru tersadar sekarang kalau ia masih mempunyai tugas sebagai seorang pelari. "No," jawabnya, terdengar tidak terlalu percaya diri seperti biasanya, seakan kepribadiannya direnggut dari dalam. "Can I... take a break? I'm..." Minho baru saja akan mengatakan 'sorry', tapi ia mengurungkan niatnya itu, "I mean, just for one day? I want to see Newt. I promise I'll go back to run, just give me a day."
Minho separuh terkejut dan separuh lega ketika Nick benar-benar terlihat mempertimbangkan permintaannya. Ia sudah memikirkan segala jenis alasan untuk dilontarkan jika Nick berkata tidak, namun pemimpin itu menghela nafas kecil dan mengangguk menyetujui. "Looking at you, I know even if I say you can't, you'll still be sitting on that spot of yours until you're able to see Newt." Tepukan lain mendarat di bahu Minho. "But just a day, 'kay? Now will you leave and rest?"
Minho menggelengkan kepala dengan cepat. "No."
"How long do you think you still wanna wait?"
"A little bit more."
Nick mengangkat tangan, seolah menyerah. "Fine, shank. Go get some sleep as soon as you feel like you need it." Lalu ia berlalu dari sana.
Tinggallah Minho, kembali sendirian, dengan pikiran-pikirannya.
Do whatever you want. See if I care. Minho tak percaya itu adalah kata-kata terakhir yang ia ucapkan pada Newt hari itu, sebelum mereka keluar ke Maze. Biasanya adalah see you later atau be careful out there atau don't forget to get back in time. Apa yang terjadi dengan mereka? Apa yang terjadi dengan Minho? Ini jelas-jelas salah. Kenapa hubungan mereka jadi begini?
Minho menelan gumpalan perasaan bersalah dan kekesalan terhadap dirinya sendiri, mengabaikan rasa dingin yang menekan-nekan punggung dan tengkuknya. Mengapa Clint dan Jeff lama sekali? Apa karena mereka hanya berdua? Apa sebenarnya mereka membutuhkan tenaga tambahan? Minho ingin mengetuk pintu dan menanyakan hal itu, namun ia sendiri juga tidak tahu apa-apa soal medis dan tidak ingin mengganggu pekerjaan Anak-Anak Medis itu, jadi ia kembali mengurungkan niatnya. Apa luka Newt memang separah itu? Apa Newt masih bisa diselamatkan?
Pertanyaan terakhir mendatangkan gelombang panik lain ke dalam diri Minho, kali ini lebih kuat dan besar.
Bagaimana jika seandainya mereka tidak mampu menyelamatkan Newt? Bagaimana kalau Newt meninggalkan Minho sendirian? Bagaimana dengan Glader lain yang membutuhkan ketenangan dan perhatiannya? Bagaimana dengan Minho yang membutuhkannya? Bagaimana dengan para Glader yang membutuhkan kehangatan dan sifatnya yang selalu peduli? Bagaimana dengan Minho yang membutuhkannya? Bagaimana dengan pelari lain, siapa yang memimpin mereka? Bagaimana dengan Minho? Bagaimana dengan Minho yang membutuhkan Newt?
'Don't leave me alone, Newt...' Minho menatap dengan penuh harap ke arah pintu, seolah berharap Newt bisa mendengar suara dalam pikirannya. Jari-jarinya meringkuk mencengkram lututnya dengan kuat. 'Don't leave me, you can't do this to me, Newt... You can't leave me here all by myself...'
Pintu yang tiba-tiba menjeblak terbuka membuatnya melompat berdiri hampir pada saat itu juga. Benda itu berayun menampakkan Clint yang terlihat tak terkejut sama sekali mendapati hanya ada Minho di sana. Pengawas itu berbalik dan berbicara melalui bahunya, sepertinya pada Jeff. "See? I told you he's still here." Jeff melontarkan balasan yang hanya terdengar seperti geraman di telinga Minho.
Minho menaikkan sebelah alisnya. "What?"
Clint kembali menatap Minho dan menggeleng singkat. "Nah, just telling Jeff you're still here. He said there must be no one on the outside already but I told him you must have waited no matter how long it takes."
Minho benar-benar tidak peduli. "How's Newt?" Wajah Clint yang tiba-tiba berubah cemas dan letih membuat Minho hampir menjambak rambutnya sendiri karena frustasi. Kenapa Clint terlihat begitu cemas? Kenapa ia tidak langsung menjawab Minho? "He's okay, isn't he?" desaknya tidak sabaran.
"Man, it was... kinda rough."
Minho menaikkan alis, tanda tidak mengerti akan perkataan Clint. Kenapa ia tidak mengatakan langsung saja kalau Newt baik-baik saja? "He is okay..." Minho kembali mengulang, nadanya rendah dan terdengar mengancam, seolah ia akan menghajar Clint jika pengawas itu mengatakan hal sebaliknya. "...isn't he?"
"Yeah, yeah," Clint menjawab terburu-buru, seakan sadar ia sudah memberi jawaban bertele-tele pada Minho yang tidak sabaran dan teringat betapa salah tindakan itu. "At least he's fine for now—"
"What do you mean by for now, shuck face?"
"—and that's why you shouldn't cut someone off when they're talking." Jeda. Mungkin Clint menunggu sebuah 'okay, sorry' sederhana dari Minho, namun pelari Asia itu memandang tajam ke arahnya tanpa ekspresi. "Yes. For now. We don't know what could happen or whether he could get better. Like I said before, it was rough, we did our best but we ain't saint and we had our own limit. His head's fine despite of how hard it seemed to had collide with the ground. But..."
Ada jeda yang tidak mengenakkan lain dan Minho benar-benar terlihat kesal sekarang. "But what?" desaknya lagi.
"His leg's busted." Clint menggelengkan kepalanya sebelum mengangkat bahu, terlihat menyerah. "Dunno if it can get better. Let's just hope for the best."
Sesuatu menekan dada Minho ketika Clint memberitahu hal itu padanya. Rasanya ada orang super gemuk yang langsung duduk di sana dan mempersulit jalur pernafasannya. "How bad?"
Clint menggeleng lagi. "Seriously bad."
"Can I come and see him?" Sebelum Clint sempat memberikan respon, Minho sudah membuka mulutnya lagi. "Nick gave his permission before, he said I can see him after you guys were done."
"Shuck. You will still burst into the room like a mad bull even without Nick's permission—" Minho tahu Clint benar. Jadi dia diam saja. "—and I'm almost one hundred percent sure that you're not gonna leave this place until he woke up, no?"
"I want to stay," jawab Minho mantap. "I'll be quite, or anything you want me to be. So let me in already," lanjutnya dalam hati. Ia sudah ingin mendorong Clint dan masuk ke dalam, memastikan Newt masih ada di sana dan bernafas. Apa yang membuat Clint bertele-tele menahannya di luar seperti ini ketika mereka sudah selesai? Sungguh menyebalkan.
"Figured." Clint kembali melirik melalui bahunya dan mengangguk ke arah Jeff sebelum kembali menatap Minho. "Look, man, we're dead tired, no kidding. But we will be sleepin' downstairs so if somethin' happen, just call out for us and we will be right 'ere, got it?"
"Got it," ujar Minho terburu-buru, benar-benar sudah tidak sabar untuk menyeruak masuk dan melihat Newt. Ia menyadari tampang Clint yang terlihat sudah kusut dan mengantuk, namun bukan berarti ia peduli dan menghargai kerja keras Anak-Anak Medis itu. Oh, ayolah, tidak ada waktu untuk itu. Ia ingin segera melihat kondisi Newt dengan mata kepalanya sendiri. "Now will you shucking step aside and let me in?"
"Wow. You and your manner." Clint membuka pintu sedikit lebih lebar dan berjalan keluar, Jeff menyusul di belakangnya. "Remember to stay silent, don't try to wake him up or anything, he needs to rest."
Namun Minho sudah masuk dan menutup pintu di belakangnya, pelan dan cepat. Ucapan Clint samar-samar memutari otaknya, tapi itu hanya berjalan sesaat sebelum matanya akhirnya tertuju pada sosok Newt yang terbaring di satu-satunya tempat tidur yang ada di sana.
Minho menarik nafas yang entah sejak kapan telah ia tahan tanpa ia sadari, merasa lega ketika matanya menangkap gerakan naik turun perlahan dari dada si pirang, senang kalau Newt ada di sana dan bernafas. Rasa lega itu tiba-tiba saja menjalar di dalam dirinya, menimpa rasa panik dan takut yang ia rasakan sebelumnya. Memang kondisi Newt masih belum terlalu stabil, namun untuk sekarang, Minho akan membiarkan perasaan lega itu membanjiri pikirannya, berpikir kalau Newt masih ada di sana dalam keadaan hidup adalah yang terpenting dari apapun. Minho berjalan mendekat perlahan, menarik sebuah bangku ke samping tempat tidur dan mendudukkan dirinya di sana.
Kini ia menggunakan waktunya untuk menatap sahabatnya yang terbaring tak bergerak di sana. Matanya menatap sayu pada wajah Newt yang terlihat lebih pucat dari yang biasanya, perban melilit dahinya dimana biasanya rambut pirang pemuda itu akan melingkar berantakkan menutupi alisnya. Mata Minho bergerak turun ke beberapa luka kecil yang tidak tertutup oleh pakaian Newt, menuju kakinya yang tidak terbalut apapun. Ada lebam keunguan yang besar di pergelangan kaki kanannya dan Minho sendiri bahkan meringis saat melihat bengkak itu. Kenapa hal ini harus terjadi pada Newt?
Why Newt...? Minho merasa seperti memaki dirinya sendiri. Kenapa harus Newt? Kenapa bukan pelari lain? Kenapa bukan dirinya saja?
Ia dan Newt dulu begitu dekat... Apa yang membuat mereka tiba-tiba menjadi sejauh ini? Jika seandainya mereka masih sedekat dulu... mungkin Minho akan menghampiri Newt ke sektornya setelah ia sudah selesai menyusuri bagiannya sendiri untuk kembali bersama ke Glade. Mungkin jika Minho ada di sana, jika Minho ada di sana, hal ini tidak akan terjadi. Mungkin ia bisa melindungi Newt. Mungkin...
Minho menghela nafas keras-keras dan menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi, telapak tangannya bergerak mengusap wajahnya. Otot-otot tubuhnya terasa benar-benar kaku, namun ia belum mau beranjak dari sana. Lalu ia kembali menatap Newt. Ingin rasanya meraih tangan pemuda pirang itu dan menggenggamnya, membisikkan permintaan maaf dan betapa menyesal dirinya atas segala sesuatu yang telah menyebabkan mereka berdua menjauh.
Namun entah kenapa Minho tidak melakukannya dan tetap pada posisinya, duduk diam dan menatap lurus ke arah Newt, berharap satu-satunya orang yang tahan berada di dekatnya dalam waktu lama itu segera membuka mata hingga ia dapat menatap iris kecokelatannya yang memabukkan dan kembali melihat seulas senyum yang paling disukainya.
.
- to be continued.