Disclaimer: I own nothing but the plot


Coming Home To You

By

nessh


Chapter 1


Hermione tidak percaya dia akan berada disini lagi. Setidaknya tidak sebagai seorang wanita yang baru menginjak usia 30 tahun dan baru bercerai. Terakhir kali Hermione berada di kota ini adalah saat salah satu sahabatnya, Harry Potter, menikah dengan Luna Lovegood. His highschool sweetheart. Dan itu adalah delapan tahun yang lalu, saat Hermione baru selesai kuliah. Sekarang, dia kembali ke kota ini untuk menghadiri reuni dan menghindari segala pemberitaan tentang perceraiannya dengan Draco Malfoy.

Kota ini tidak banyak berubah dari apa yang Hermione ingat. Jalanannya masih sama, bangunannya masih sama, hampir semuanya masih sama. Itu membuat Hermione sedikit nyaman, dia merasa kembali ke masa lalu, saat semuanya masih terasa sangat sederhana. Hermione berhenti di depan sebuah kafe, Lily's Cafe. Dia ingat betul dulu tempat ini adalah internet café, ia dan kedua sahabatnya, Ron dan Harry, dulu sering menghabiskan waktu di tempat ini karena saat itu internet bukan sesuatu yang mudah diakses seperti sekarang. Sekarang tempat itu sudah berubah menjadi sebuah kafe yang sederhana namun berkesan hangat dan homy.

Di luar kafe hanya terdapat empat meja dengan dua kursi di masing-masing meja serta sebuah blackboard yang bertuliskan menu spesial kafe hari ini. Entah apa yang membuat Hermione berbelok dan membuka pintu kafe tersebut. Suara klining lembut menggetarkan telinga Hermione saat ia membuka pintu. Dinding kafe dicat berwarna cream dan cokelat yang hangat dengan lantai kayu, interiornya pun kebanyakan terbuat dari kayu. Di dinding terdapat banyak foto dan gambar yang menarik. Tidak banyak orang di dalam kafe, hanya sepasang orangtua di dekat perapian yang terbuat dari batu, dua orang pria yang duduk berjauhan di bar, serta seorang wanita yang asyik dengan laptopnya di sudut lain ruangan. Tempat ini mirip dengan diner di amerika, namun dengan interior yang lebih menarik. Hermione memilih sebuah meja yang berada dekat jendela, dia selalu senang duduk di dekat jendela.

Seorang anak laki-laki yang memakai apron tergopoh-gopoh menghampiri mejanya sambil memeluk sebuah buku menu. Anak itu tersenyum lebar pada Hermione, memamerkan deretan giginya.

"Selamat pagi Ma'am. Selamat datang ke Lily's Café," sapa anak itu dengan aksen british yang kental. Ia meletakkan buku menu di depan Hermione. "Ini buku menu kami. Menu spesial kami hari ini adalah creamed caulifower soup, cod fish finger sandwich, crispy crumbed halloumi, dan euh—oh!—warm chocolate brownie. Kau bisa memanggilmu kalau kau sudah siap untuk memesan."

"Tidak perlu," kata Hermione cepat sebelum anak itu meninggalkan mejanya. "Aku akan pesan sekarang. Hmm, apa yang menurutmu paling enak di menu ini?" tanya Hermione sambil membaca menu di tangannya.

"Oh, aku sendiri sangat suka warm chocolate brownie buatan Dad. Itu sangat enak. Dan sandwich." Jawab anak itu sambil tersenyum.

"Hmm, ayahmu yang memasak?"

Anak itu mengangguk semangat. "Yap, Dad yang mengelola dan memasak di tempat ini."

"Yang benar? Kau anak yang baik, membantu ayahmu di tempat ini." Puji Hermione tulus sambil tersenyum pada anak itu.

Wajah anak itu memerah. "Ini akhir pekan jadi aku tidak sekolah dan Aunty Susan yang juga bekerja disini bersama Dad tidak bisa datang karena sakit. Jadi aku membantu. Lagipula aku senang disini."

Hermione tersenyum. "Itu tindakan yang sangat baik. Oh aku tidak tahu namamu."

"Kau bisa memanggilku Teddy. Semua orang memanggilku itu."

"Oke Teddy. Aku akan pesan dua menu yang kau sebut tadi dan camomile tea."

Teddy mencatat pesanan Hermione dan mengatakan bahwa semuanya akan siap dalam 10 atau 15 menit dan Hermione bisa selalu memanggilnya jika dia membutuhkan sesuatu. Teddy mengambil menu dari tangan Hermione dan berlari ke sebuah pintu yang Hermione asumsikan sebagai pintu menuju dapur.

Hermione mengeluarkan buku agenda dari dalam tasnya. Buku itu sudah seperti nyawa Hermione. Ia menulis semua kegiatannya disana. Hermione menghela nafas saat melihat kegiatannya dua minggu setelah hari ini. Hermione memang tidak akan menghabiskan banyak waktu di Inggris. Ia hanya akan disini selama sepuluh hari sebelum kembali ke New York dan menyelesaikan perceraiannya. Setelah itu, Hermione akan keluar dari apartemen yang ditempatinya sejak ia menikah dengan Draco enam tahun lalu. Hermione belum memutuskan apa yang akan dia lakukan saat semuanya selesai nanti. Ia ingin kembali ke Inggris, memulai semuanya dari awal. Namun Hermione tidak bisa egois, dia harus memikirkan bisnis fashion-nya yang berbasis di New York dan dia juga harus memikirkan putranya, Lucas.

Hermione menghela nafas lagi mengingat Lucas. Dia masih merasa bersalah karena meninggalkan Lucas di New York. Tapi Narcissa terus meyakinkannya untuk mengambil waktu untuk dirinya sendiri, untuk menenangkan diri dari semua media yang terus menekannya untuk membeberkan detail perceraiannya dengan Draco. Ibu mertuanya itu sangat sedih dengan apa yang terjadi antara Hermione dan putranya, walau dia sangat mengerti kenapa Hermione memutuskan untuk meninggalkan putranya. Draco terlalu terbawa dengan statusnya sebagai putra keluarga Malfoy, pewaris Malfoy Corporation salah satu perusahaan terbesar dan tersukses di dunia, hingga melupakan keluarganya dan membiarkan Narcissa dan Hermione mengurus perusahaan sementara ia hura-hura dan berpesta.

Kedatangan Teddy ke mejanya membangunkan Hermione dari lamunannya. Ia tersenyum pada Teddy saat anak itu dengan hati-hati meletakkan nampan berisi pesanan Hermione tadi di meja. Dia tersenyum puas saat melihat ia berhasil meletakkan nampan itu tanpa menumpahkan apapun.

"Selamat menikmati, Ma'am." Kata Teddy.

"Terima kasih, Teddy."

Anak itu benar. Brownies cokelat itu terasa sangat lezat. Cokelatnya terasa sangat lembut dan ringan hingga meleleh di dalam mulutnya. Hermione sudah lama tidak merasakan brownies seenak ini. Bahkan toko kue terbaik di New York tidak bisa menyajikan brownies seenak ini. Hermione merasa dia perlu bertemu dengan siapapun yang membuat brownies ini. Ia ingat Lucas sangat menyukai cokelat, dia pasti akan sangat senang jika Hermione pulang membawa brownies cokelat seenak ini.

Setelah selesai makan, Hermione menghampiri Teddy yang duduk di balik kasir sambil membaca majalah dan memintanya untuk memanggil ayahnya. Hermione bersenandung pelan sambil menunggu Teddy yang sudah menghilang di balik pintu dapur. Matanya berkelana memandangi detail di dalam kafe. Suara pintu terbuka membuatnya menoleh. Hermione terpaku saat melihat siapa sebenarnya pemilik dari kafe ini. Pria itu juga membeku di tempatnya, meninggalkan Teddy yang memandang pria itu dan Hermione bergantian dengan dahi berkerut.

"Hermione. Hermione benar?"

"Harry,"

Hermione tidak percaya ini. Sahabatnya yang sudah lama tidak ia temui dan hubungi berdiri di hadapannya. Harry masih memiliki sepasang mata hijau cemerlang yang sangat indah dan rambut hitam yang berantakan, walau rambut itu lebih pendek dari yang Hermione ingat. Tubuhnya terlihat lebih tinggi dari yang Hermione ingat, namun tetap bugar dan berotot, hasil bermain sepakbola sejak middle school.

Senyum lebar menghiasi wajah keduanya sebelum Harry berjalan memutari bar dan memeluk Hermione erat-erat lalu mengangkatnya sambil berputar. Keduanya tertawa keras, mengundang perhatian dari pengunjung kafe dan membuat Teddy bengong. Harry menurunkan Hermione, seringai lebar menghiasi wajahnya.

"Hermione! Wow, aku tidak percaya kau ada disini hari ini! Apa yang kau lakukan disini? Apa kau datang untuk reuni besok? Sejak kapan kau ada di kota ini? Kau menginap dimana? Oh God, aku sangat merindukanmu!" Harry mengajukan pertanyaan beruntun tanpa memberikan Hermione kesempatan untuk menjawab.

Hermione tertawa, "Pelan-pelan Harry. Untuk menjawab pertanyaanmu ya aku disini untuk menghadiri reuni besok. Aku baru tiba di kota ini sekitar sejam lalu dan aku melihat kafe ini lalu memutuskan untuk makan. Aku rasa aku akan menginap di hotel di ujung jalan ini, aku harap mereka masih punya kamar karena aku belum booking sebelumnya." Hermione menarik nafas sebelum melanjutkan. "Dan aku juga merindukanmu, Harry."

"Aku bisa mendengar aksen amerika di suaramu sekarang Hermione. Bagaimana rasanya tinggal di Big Apple?" tanya Harry sambil nyengir.

"Berisik. Sangat banyak orang. Aku merindukan tempat ini. Kota ini sangat tenang, aku merindukan suasana ini."

Harry mengangguk, ekspresinya berubah sendu. "Yeah. Itu kenapa aku kembali ke tempat ini."

Senyum Hermione perlahan menghilang dari wajahnya. "Aku minta maaf aku tidak datang saat Luna meninggal. Atau saat Remus dan Tonks—"

"Sshh," Harry dengan cepat menutup mulut Hermione dengan telapak tangannya. Harry mengerdikkan kepalanya ke arah Teddy yang sedang melayani seorang pengunjung yang hendak membayar. Mata Hermione melebar.

"Teddy. Dia Teddy Lupin?" tanya Hermione pelan saat Harry melepaskan tangannya.

Harry mengangguk. "Benar. Aku—dia memanggilku Dad dan memanggil Luna Mum sejak usianya empat atau lima tahun. Dia tahu kami bukan orangtuanya tapi dia sangat ingin memanggil kami dengan itu. Jadi—"

"Jadi kau membiarkannya." Lanjut Hermione. "Aku mengerti itu."

Harry mengangguk. Keduanya diam sejenak. Mereka memperhatikan Teddy yang mengobrol dengan pasangan paruh baya yang sedang membayar. Mereka tertawa mendengar sesuatu yang Teddy katakan.

"Jadi. Kau bilang kau akan menginap di hotel benar?" tanya Harry, mengubah topik pembicaraan mereka.

"Benar. Seperti yang kau tahu, orangtuaku sudah menjual rumah mereka disini saat mereka pindah dan aku sudah menjual rumah mereka di Manchester saat mereka meninggal. Aku juga tidak punya kerabat di kota ini, jadi aku tidak punya pilihan."

"Kau bisa menginap di rumahku."

Hermione mengangkat sebelah alisnya. Harry nyengir lebar.

"Aku punya kamar kosong di rumahku. Jangan berpikir macam-macam Granger." Tambah Harry, kedua matanya berkilat jahil.

Hermione cemberut. "Aku tidak berpikir macam-macam!"

"Aku bercanda dan kau tahu itu. Ayolah Hermione, kita sudah sangat lama tidak bertemu. Banyak sekali yang kita harus bicarakan. Aku akan mengundang Ron untuk makan malam dengan kita malam ini kalau kau mau. Kita bertiga bisa menjadi The Golden Trio lagi!"

Antusiasme Harry mengingatkan Hermione pada saat mereka masih sekolah, saat Harry mengetahui kalau ia diterima di tim sepakbola sekolah seperti mendiang ayahnya dulu. Hermione ingat dia berlari ke rumah Hermione di malam hari dan mereka menyelinap keluar untuk menjemput Ron. Mereka bertiga merayakan keberhasilan Harry dengan piknik di bukit kecil tidak jauh dari rumah mereka. Hermione tersenyum mengingat itu, saat Harry mengetuk jendela kamar Hermione dari pohon yang berdiri di samping rumah Hermione dan saat mereka melempar kerikil ke jendela kamar Ron, juga saat mereka bertiga berbaring di atas rumput di atas bukit hanya memandangi bintang-bintang setelah menghabiskan semua makanan yang mereka bawa. Hermione juga ingat orangtua mereka dan Sirius, wali Harry, menghukum mereka karena mereka menyelinap keluar di hari sekolah dan diatas jam malam mereka. Namun mereka terlalu senang untuk peduli. Jadi melihat ekspresi itu di wajah Harry, Hermione tahu dia tidak bisa berkata tidak.


a/n : hai semua!

terima kasih banyak udah baca semua fic dan untuk setiap review/fave/follow pada setiap cerita yang aku upload. untuk cerita A Date With The Boy Who Lived, aku akan mengupload sekuel mungkin akhir pekan ini atau minggu depan, tergantung. sekarang aku sedang banyak sekali waktu luang karena akhirnya aku lulus dari uni (yippieee!) jadi aku hanya berharap Indonesia Positif tidak memutuskan untuk nge-block web ini lagi. nah, untuk cerita Harry's Had Enough, aku tidak tahu apa nanti aku nulis sekuelnya atau tidak. aku punya idenya tapi aku belum tahu arah dari ide itu jadi-yeah itu.

aku baca review dan ada beberapa yang juga mengirim PM buat menanyakan sekuel dari dua cerita itu, so...yeah, that's the answer guys.

sekali lagi, terima kasih sudah membaca fic ini. love you guys! kiss kiss hug hug.

xoxo

nessh