Bagaimana jika seorang pemuda diberikan tugas untuk mendidik seorang murid pindahan yang datang dari luar negeri. Bahkan ia memiliki misi untuk mengubah kepribadian sang murid baru itu. Sanggupkah ia melaksanakannya? Dan apakah akan ada cerita lain dibalik kepindahan sang murid baru?


Chapter 1

Disclaimer: Naruto © Masashi Khisimoto

I Want You, SENSEI! © Chy GLASSend.N

Rating: masih tetep T

Genre: Romance yang (sangat amat) diragukan

Pairing: Uchiha Sasuke & Uzumaki Naruto.

Warning: AU, Typo, Mistypo, OOC, Boys Love, Shounen-ai , bahasa mungkin berbelit-belit, nggak sesuai EYD, author pemula, etc. If like, you must read it, if don't like, please read!
Author's note: "Reviews Please!"

Don't Like Don't Read


Kelopak warna-warni bunga mulai bertebaran. Musim semi yang menyambut lembut. Titikan air embun di rerumputan pagi. Sinar mentari yang bersembunyi dibalik gumpalan kapas putih.

Sunyi.

Hening.

Senyap.

BRRRAAAAAKKK

Ane ralat tulisan diatas."Akh..." ringis kesakitan seorang pemuda yang tengah mengelus-elus pantatnya karena baru saja mencim lantai koridor.

"Naruto, cepat bantu aku merapikan ini" perintah sang korban tabrak lari(?)

"Pantatku kan masik sakit Iruka" alih sang pemuda bernama Naruto itu.

"Siapa suruh kau tiba-tiba nyelonong dan menabrakku. Ha-ah... Masih sepagi ini kau sudah bikin repot" hela napas pemuda berambut coklat yang dikuncir keatas dengan luka yang melintang diwajahnya.

"Go-gomen aku sedang terburu-buru, Baachan memanggilku keruangannya" ujar Naruto sambil mengambil satu per satu kertas yang berserakan di lantai.

"Memangnya ada perlu apa Tsunade-sama denganmu sepagi ini"

"Mana aku tahu, sudahlah kalau terlambat bisa mati dibunuhnya aku. Aku duluan ya Iruka" ucap sang blonde setelah selesai mengumpulkan semua kertas.

"Huh dasar" dengus iruka yang menghilang di antara dinding ruang kelas.

Tap... tap... tap...

Suara langkah kaki menderu terdengar disetiap ruangan yang dilewati sang pemuda pirang.

Tok... tok... tok...

"Masuk" suara seorang wanita terdengar dari dalam ruangan.

"Ohayo Baachan, ada apa pagi-pagi kau memanggilku?"

"Ha~ah kurasa aku harus memberimu pelajaran tatakrama" hela napas sang kepala sekolah –nenek naruto– sebelum melanjutkan pembicaraan mereka. "Hari ini akan ada murid pindahan baru dari UK, aku ingin kau yang mengurusinya setelah sampai kemari"

"Ap-apa! Ke-kenapa aku...?" tentang Naruto. "Kenapa kau nggak suruh kurenai atau Asuma saja"

"Mereka sedang sibuk jadi nggak bisa"

"Aku juga sibuk"

"Memangnya apa kesibukanmu"

"Aku masih ada tambahan mengajar Baachan, lagi pula akukan nggak terlalu fasih bahasa inggris"

"Dia bisa bahasa jepang, jadi tenang saja yang penting pagi ini kau harus menemuinya, dan pembicaraan kita selesai kau bolah kembali bekerja" perintah sang kepala sekolah setelah menyelesaihan ucapannya.

"BAACHAN! Pokoknya aku nggak mau, kau nggak bisa seenaknya begi..."

KREEETTEEEKKK... KREEETTEEEKKK...
(gini bukan suaranya ya?)

"Coba kau bilang sekali lagi Naruto, senyum (iblis) Tsunade-sama sambil mempererat genggaman tangannya hingga menimpulkan bunyi yang sangat merdu (menyeramkan).

"Ak-aku.."

KREEETEEKK

"ng-nggak.."

KREEETEEKK

"ak-aku nggak ma..."

JLEEB

"KYAAA"
"sebuah pulpen tepat mengarah kesisi kanan Naruto"

"Ba-baik akan ku lakukan" gemetar Naruto yang kini nyalinya mulai menciut

"Sebelum itu..."

"..."

"Eh?!"

.

.

.

.

.

"Che Baachan menyebalkan, akukan juga banyak urusan. Tapi orangnya seperti apa ya, hmm pasti rambutnya pirang atau merah dan matanya pasti berwarna cerah" *berarti elu donk*. Naruto mulai membayangkan murid didiknya nanti. Ini ruangannya kan?, pikir Naruto setelah sampai di depan sebuah ruangan berukuran sedang.

KLEEEKK

"Ha...halo" sapa Naruto setelah membuka daun pintu dihadapannya.

"Ah.. ohayo Naruto Sensei"

Terdengar sebuah suara baritone yang menyapa telinga sang pria blonde. "O-ohayo" sahut Naruto setelah sepenuhnya masuk ruangan itu. Indera penglihatannya meneliti setiap sudut-sudut diruangan yang dimasukinya. Mata sapphirenya menelusuk pada dua sosok dihadapannya.

Sosok pertama dalam posisi berdiri terlihat tinggi badannya yang melebihi Naruto, berambut silver dan memakai masker yang menutupi sebagian besar wajahnya, mungkin lagi flu pikir Naruto, dan sepertinya sedikit lebih tua darinya. Dan satu orang lagi sedang duduk disofa dengan tampang stoic yang melekat di wajahnya. Kulit porselen rambut hitam kebiruan yang melawan gravitasi –pantat ayam–pikirnya lagi. Naruto sedikit menatap pemuda pantat ayam yang diyakininya adalah murid pindahan yang harus ia urus sebelum beralih kepada pemuda masker disebelahnya.

"Ehm.. sebelumnya perkenalkan namaku Hatake Kakashi, dan anak ini adalah Uchiha Sasuke. aku adalah walinya". Mulai perkenalan dari orang yang bernama kakashi.

"Oh.. aku, namaku Namikaze Naruto".

"Kau adalah sensei yang ditugaskan Tsunade-sama untuk mengurus anak inikan" jelas Kakashi.

"I-iya.." ekor mata Naruto sekejap melirik ke arah Sasuke. kenapa dia melihatku seperti itu batin Naruto. Karena merasa nggak nyaman pandangan matanya beralih pada sang wali.

"Mungkin kau bingung kenapa kami nggak mirip orang Eropa, ujar Kakashi. Memang sedari tadi Naruto sedikit bertanya-tanya kenapa dua orang dihadapannya nggak seperti dalam bayangannya bahkan lebih mirip dengan orang jepang asli.

"Sebenanya kami ini orang jepang asli hanya saja waktu masih anak-anak kami pindah ke UK karena urusan pekerjaan orang tua Sasuke" papar Kakashi menjelaskan.

"Ng.. apa Hatake-san sudah menjadi walinya sejak dulu?" tanya Naruto.

"Ya, aku dipercaya menjadi walinya dari dulu. Memangnya kenapa?"

"Aah.. tidak hanya saja anda terlihat sangat mengenal Uchiha-kun"

"Begitu ya" senyum tipis telurur dari bibir kakashi –yang pasti nggak kelihatan–

"Maaf aku nggak bisa disini lama-lama karena ada urusan yang harus ku selesaikan jadi aku pamit pergi dulu ya Naruto Sensei.

"i-iya"

"Sasuke jadilah anak baik dan jangan buat ulah, kau mengerti"

"Hn"

"Sampai jumpa"
suara langkah kaki kakashi terdengar mengecil seiring kepergiaannya dari ruangan tersebut dan meninggalkan dua pemuda beda usia didalamnya.

"Jadi namamu Uchiha Sasuke dan kau pindah kesini karena pekerjaan orang tuamu?" tanya Naruto sambil mengecek data siswa yang ada diatas meja. Tidak ada tanggapan, Naruto menoleh pada pemuda raven yang ada dihadapannya –masih duduk– . "Apa kau sedang sakit?" tanya Naruto sedikit khawatir. Masih nggak ada jawaban narutopun berinisiatif mendekati pemuda yang lebih muda darinya itu.

Dekat

Dekat

Dekat

Tatap

Tatap

Pegang

Pegang(?)

Naruto memegang wajah sang Uchiha dan menempelkan dahinya ke dahi Sasuke. Sasuke terlonjak melihat perbuatan Sensei barunya itu –masih stoic face–. Dapat dirasakannya aroma tubuh Naruto yang terkesan –menenangkan–

1 detik

2 detik

3 detik

"Kelihatannya kau nggak demam tapi kenapa kau nggak mau bicara. Yah atau mungkin kau masih gugup karena ini hari pertamamu. Atau jangan-jangan kau nggak mengerti apa yang dari tadi kubicarakan ya?" panik Naruto mengira-ngira hal apa yang membuat anak didiknya ini sama sekali nggak bereaksi.

Jangan-jangan memang begitu, tapi baachan bilang dia bisa bahasa jepang. Akh... apa baachan menipuku. Sial, gumam naruto *udah kayak orang gila.

"Ah.. Hello can you speak japanese? hm.. aku tidak terlalu fasih dalam bahasa inggris jadi..."

"aku mengerti yang Sensei ucapkan" yah si pelit kata kita akhirnya bisa ngomong juga *pleetaak.

"Ha-ah syukurlah kupikir kau sama sekali nggak mengerti bahasaku" jawab si pirang sambil menggaruk belakang kepalanya yang nggak gatal?

.

SASUKE POV

Huh.. sekarang aku sedang menunggu Sensei yang akan mengurusku selama aku bersekolah disini –sebenarnya hanya untuk beberapa hari sih– sampai aku terbiasa. Namaku Uchiha Sasuke anak kedua dari keluarga Uchiha. Keluargaku adalah pemilik Sharingan Corp. Alasanku pindah kesini karena pekerjaan ayahku. Bukan hal baru bagiku untuk pindah sekolah. Aku bisa pindah sekolah 3 kali dalam sebulan. Karena itulah aku sama sekali nggak punya teman atau lebih tepatnya nggak mempunyai kesempatan sih. Untuk apa punya teman yang hanya berjangka waktu paling lama 2 minggu. Lupa? Ya itu pasti. Tidak mungkin hanya 2 minggu kau bisa mengingat orang dengan baikkan?. Hanya beberapa hari dan kau langsung dilupakan.

"Klek" kudengar suara gagang pintu yang kuyakini ada seseorang yang mencoba masuk kesini.

Aku menoleh kearah samping dimana waliku –Hatake Kakashi– berada. Dia adalah orang yang dipercaya orang tuaku untuk menjagaku. Ya Kakashi memang sudah mendedikasikan dirinya untuk keluarga Uchiha sejak ia masih kecil.

Ku tengok kembali pintu dihadapanku. Kulihat sesosok pemuda berdiri disana. "Ha-Halo". Rambut pirang jabrik, kulit tan yang tertutup rapi jas ala sensei, tiga garis halus disetiap pipinya –kayak kumis kucing– dan... mata sebiru langit jernih yang menyapaku. Manis pikirku spontan.

"Ah.. ohayo Naruto Sensei" kudengar suara Kakashi menyapanya. Naruto? nama yang unik, gumamku. Kulihat dia masih memandangi –memperhatikan– kami bergiliran sampai Kakashi memperkenalkan dirinya dan aku. Mereka berbincang-bincang sedikit –sebenarnya hanya Kakashi yang bicara panjang lebar–

"Maaf aku nggak bisa disini lama-lama karena ada urusan yang harus ku selesaikan jadi aku pamit pergi dulu ya Naruto Sensei"

"I-Iya"

"Sasuke jadilah anak baik dan jangan buat ulah, kau mengerti"

"Hn"

"Sampai jumpa"

Kulihat Kakashi mulai menghilang dibalik pitu coklat yang terbuat dari kayu itu. Tak betapa lama kudengar dia mengajakku bicara tapi sama sekali nggak kupedulikan. Aku hanya menatapnya datar.

"Apa kau sedang sakit?"

Indra pendengaranku menangkap sedikit kekhawatiran dari nada bicaranya. Aku masih dalam posisi dudukku tanpa mengeluarkan suara. Mataku sedikit terbelalak –meski nggak kelihatan– saat dia mendekat kearahku. Detak jantungku mulai beradu seiring posisinya yang semakin mendekat. Entah apa yang ia pikirkan –atau mungkin yang kupikirkan–. Tangan tan itu mendekat kearah wajahku. Lembut, kurasakan tangannya mendarat di kedua pipiku. Belum cukup dengan hal itu wajahnya semakin mendekat hingga jarak diantara kami hanya sekitat 5 cm. Otomatis dapat kurasakan deru napasnya yang teratur dan wangi tubuh yang serasa membuatku hilang kendali. Aku sedikit kaget saat dahinya menempel didahiku. Kulihat iris mata biru shappire yang membuatku kagum. Aku yakin sekarang wajahku sudah nampak merah kayak kepiting rebus (yang pasti nggak kelihatan). Yah memang karena wajahku sudah memanas sejak 'adegan' tadi.

"Kelihatannya kau nggak demam tapi kenapa kau nggak mau bicara. Yah atau mungkin kau masih gugup karena ini hari pertamamu. Atau jangan-jangan kau nggak mengerti apa yang dari tadi kubicarakan ya?"

Kuperhatikan dia bergumam sendiri setelah yakin bahwa aku nggak demam. Jujur aku sedikit nggak rela saat wajahnya perlahan menjauh dariku.

"Ah.. Hallo can you speak japanese, hm.. aku tidak terlalu fasih dalam bahasa inggris jadi..."

"Aku mengerti yang Sensei ucapkan"

Akhirnya aku angkat suara karena nggak tahan melihat tingkahnya yang kayak orang gila.

"Ha-ah syukurlah kupikir kau sama sekali nggak mengerti bahasaku" ucapnya sambil menggaruk belakang kepalanya. Raut wajahnya yang terlihat kacau berangsur berubah lega. sangat menarik

NORMAL POV

.

"Jadi kau bisa mulai masuk kelas hari ini"

"Aku nggak mau"

"heh..?!"

Tolak Sasuke sebelum Naruto sempat melanjutkan perkataannya.

"Memangnya kenapa? Disini banyak siswi manis lho. Siswanya juga mudah bersahabat"

"Ku bilang aku nggak mau" bentak sang raven yang menatap Naruto intens.

"Ba-baiklah kau nggak perlu semarah itukan. Ha-ah" hela napas panjang dari sang Sensei sebelum mengajukan pertanyaan.

"Jadi kau mau kemana sekarang?"

"Bawa aku ketempat yang tenang"

Tempat yang tenang? Batin Naruto, ni anak banyak maunya, Baachan teganya kau padaku, rengek lebay Naruto dalam hati.

"Oke ayo ikut aku" tanpa menunggu aba-aba tangan Sasuke ditarik dengan sedikit kencang oleh Naruto yang entah mau membawanya kemana.

"Tu-tunggu untuk apa kita kemari" tanya Sasuke dengan nada datar.

"Kau bilang mau ketempat yang tenangkan. Disini adalah tempat yang paling tenang, kau bisa tidur seharian tanpa ada yang memarahimu, tapi aku nggak mengajarimu untuk bolos lho, cercah Naruto sambil mengacungkan jari telunjuknya pada sang Uchiha bungsu. Kau juga bisa menatap langit sepuasmu disini –atap sekolah– "

"Wah cuaca hari ini benar-benar cerah, anginnya juga sangat sejuk" ujar Naruto yang sedang menikmati suasana hari itu tanpa melihat dua mata oniks yang menatapnya lekat.

"Siapa nama Sensei?" Suara baritone yang terdengar lirih hampir tak terdengar sukses membuat empu yang dipanggil menoleh.

"Eh? Namaku? Aku Naruto, Namikaze Naruto"

"Naruto Sensei?" Ucap Sasuke.

"Wah kelihatannya kau nggak terlalu merepotkan ya, kupikir tadi kau anak yang menyebalkan hehehe" ujar Naruto memperlihatkan cengiran lima jarinya.

"Aku memang anak yang menyebalkan kok, jika nggak menyebalkan kenapa aku selalu pindah sekolah"

"Itukan karena pekerjaan orang tuamu"

"Salah satunya memang itu, tapi sebenarnya ada alasan lain"

"Alasan lain?"

"Aku selalu pindah sekolah karena kelakuanku yang buruk"

"Memangnya apa yang kau lakukan di sekolah lamamu?"

"Aku sering berkelahi dengan siswa lain apalagi dengan Senpai disana"

"Apa alasanmu senang berkelahi? Apa itu sebuah pelampiasan?"

"Pelampiasan? Hn, mungkin. Orang tuaku selalu sibuk dengan pekerjaan mereka, kakakku juga sibuk melanjutkan bisnis keluarga"

"Apa kau kesepian? Makanya kau melakukan semua itu untuk menarik perhatian mereka?"

"Kesepian? Aku memang selalu sendiri"

"Hemm.. ayo ikut aku"

"kemana?"

"kau bilang nggak mau ke kelaskan"

Mereka segera menuju keluar dari atap sekolah. Tanpa basa- basi tangan tan itu terus menarik tengan porselen yang memang agak kecil darinya.

"Sebenarnya kita mau kemana Sensei?" Tanya sang korban penarikan

"Ikuti saja aku"

"jadi untuk apa kita kemari, aku mau kembali ke atap sa..."

"tu-tunggu, sebentar lagi kan jam istirahat jadi sekalian saja kita makan disini"

"Tidak terima kasih"

"eh kenapa"

"Karena aku NGGAK SUKA RAMEN, SENSEI!"

"Tapi disini ramennya sangat enak lho, kau harus mencobanya dulu"

"Ramen nggak baik untuk kesehatan Sensei"

"Ayolah hanya satu mangkok" Akhirnya sasuke setuju untuk masuk ke dalam Kedai Ramen Ichiraku tersebut.

"Paman, aku pesan ramen dua porsi"

"oh kau rupanya Naruto"

"hehehe iya aku datang lebih cepat hari ini"

Melihat Naruto tidak sendirian membuat paman Ichi penasaran. "Dia siapa Naruto? Muridmu?"

"Ah.. iya dia Uchiha Sasuke baru saja datang dari UK paman"

"Jadi dia murid pindahan"

"Iya, dan aku disuruh Baachan untuk mengurusnya"

"Ini dia ramennya" mendengar suara perempuan Sasuke melirikkan matanya, terlihat seorang wanita yang cukup cantik tengah membawa ramen untuk dua orang.

"Arigatou ...ni"

"Sama-sama Naruto, silahkan dinikmati"

"Pasti akan kunikmati hehe, nah ini punyamu Sasuke"

Tidak menyentuh, Sasuke hanya melihat Ramen dihadapannya dengan setengah hati, tanpa niat untuk mencicipinya.

"Apa kau nggak lapar?"

"Sudah kubilang aku nggak suka Ramen, Sensei"

"Ha-ah padahal ini kan enak"

"Kalau gitu ambil punyaku"

"Heh? Kau serius"

"Daripada kubuang bukankah lebih baik kuberikan pada Sensei"

"Wah.. akan kuterima dengan senang hati" dengan secepat kilat Naruto menghabiskan ramen milik Sasuke. Dan Sasuke pun hanya memandangi Senseinya itu dengan penuh khitmad.

"AKKHH... aku kenyang, terima kasih paman Ichi aku pergi dulu"

Setelah meninggalkan kedai Ramen Ichiraku, Naruto dan Sasuke kembali ke sekolah.

"Hei Sasuke, sebelum ke kelas sebaiknya kau isi perutmu dulu"

"Tidak perlu lagipula aku nggak lapar"

"Hmm... memangnya apa makanan yang kau sukai?"

"Kenapa kau ingin tahu, yang pasti bukan makanan kesukaaamu DOBE.."

"Benarka... kau sebut aku apa !"

"Apa kau tuli DOBE" dengan penuh penekatan Sasuke mengulang kata laknat (menurut Naruto sih) itu

"Beraninya kau memanggilku DOBE, Aku ini Sensei mu dasar TEME PANTAT AYAM"

Baru kali ini seorang Uchiha mendengar panggilan termanis (ternista) yang pernah terucap dari bibir seseorang.

"Kau mau cari mati DOBE" nggak terima dengan panggilan sayang yang diberikan oleh sang Sensei, Sasuke pun berniat untuk menjahili Sensei manis itu (menurut si Teme) *Sasuke: bukankah kau juga berpikir gitu *Author: nggak juga XD

"Hei Dobe apa kau ingin tahu sesuatu"

"Sesuatu? Memangnya apa" tanya Naruto sedikit penasaran

"Mendekatlah..."

"Apaan sih"

"lebih dekat"

Dekat

Dekat

dan

CUP

Hening

Hening

Hening

Hen... "EH!"

Naruto pun blushing seketika, "Kau gila teme, apa yang kau lakukan, kenapa mencium pipiku!"

"Apa? Aku hanya main-main" Bahkan kulitnya pun terasa manis pikir sang Uchiha *emangnya gula*

"Main-main kau bilang, beraninya kau..." Naruto besiap-siap dengan pukulannya, Tunggu dulu, kalo anak ini sampai kenapa-napa baachan pasti akan menghabisiku

"Akh ya sudahlah, ayo kembali ke sekolah" Naruto berjalan meninggalkan Sasuke yang masih berdiri dibelakangnya dengan seringai kecil menghiasi wajah stoicknya.

"Ha~ah... ini adalah gedung terakhir di sekolah ini, ada yang ingin kau tanyakan Uchiha?"

"Sasuke.. namaku Sasuke jadi panggil namaku"

"ha~ah baiklah Sasuke, apa ada yang ingin kau tanyakan?"

"Dimana rumahmu?"

"Ap-Apa?"

"Rumahmu Naruto Sensei?"

"Ke-kenapa kau tanyakan hal itu..."

"Bukankah tadi kau menyuruhku untuk bertanya"

"Kau ini... aku tinggal di apartemen dua gang dari sini"

Bagus, tidak terlalu jauh dari sini. "Baiklah, jadi dimana kelasku?"

"Akan aku antar kau ke kelasmu"

Sasuke mengikuti Naruto yang berjalan didepannya. Berhentilah mereka didepan pintu ruang kelas yang bertulis 3-A

"Tunggu disini sebentar oke"

Naruto berlari meninggalkan Sasuke yang masih diam didepan ruang kelas. Tidak berapa lama Naruto sudah kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.

"Walaupun kau bilang nggak lapar, tapi jam istirahat sudah lewat jadi untuk berjaga-jaga ini ambillah" terlihat Naruto menyodorkan sebungkus roti dan sekotak jus jeruk pada Sasuke.

DEG

Terlihat sedikit semburat merah yang nampak di pipi Sasuke –pasti nggak keliatan dah–

"Tomat, Aku suka jus tomat"

"Ah.. maaf aku tidak tau apa yang kau suka, lagipula itu juga makan siangku tadi"

"Terima Kasih" lirih Sasuke

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak ada"

"Hmm.. baiklah ayo kita masuk"

SREEEKKK

"Naruto Sensei? Ada apa? Ini kan bukan jam Anda" tanya seorang siswi dengan rambut Buble Gum-nya

"Aku kesini mengantar murid baru yang baru pindah kesini"

"Murid pindahan?"

"Nah Sasuke ayo masuk"

Tap... Tap... Tap...

"WAAAAA.."

Seketika seisi ruangan tercengo atau lebih tepatnya terpesona-ria (terutama siswinya) melihat kedatangan Sasuke

"Nah Sasuke, perkenalkan dirimu"

"Namaku Uchiha Sasuke, Salam Kenal"

"Ehm apa hanya itu saja?" tidak ada tanggapan dari sang Raven. " Baiklah, kalo ada yang ingin kalian tahu, langsung saja tanya pada Sasuke ya. Nah Sasuke silahkan duduk, Sensei permisi dulu ya anak-anak"

"Naruto Sensei.." terdengar suara memanggil Naruto. Mata Sasuke spontan mengarah ke arah suara, terlihat pandangan tak suka disana.

"Sai? Ada apa?"

"Apa nanti Sensei ada waktu, aku ingin sedikit konsultasi"

"Baiklah, kau bisa datang ke ruanganku nanti"

"Hai, arigatou Sensei"

Naruto segera melangkahkan kakinya keluar dari ruang kelas tersebut.

.

.

.

"Hey, Sasuke-kun apa alasan mu indah kemari?" tanya gadis berambut poni tail

"Hey Ino menyingkirlah, nah Sasuke-kun perkenalkan namaku Haruno Sakura, kau bisa memanggilku Sakura"

"Kau yang seharusnya menyingkir Sakura, Sasuke-kun panggil saja namaku Ino, Yamanaka Ino" lanjut gadis yang mengaku bernama Ino tadi.

Sasuke hanya diam tanpa menggubris kedua gadis (sinting) tersebut dan lebih memilih menatap keluar jendela kelas sampai Iruka Sensei datang untuk mengajar pelajaran berikutnya.

.

=================== o0o ===================

.

Ding... Ding... Ding...

Terdengar suara bel tanda berakhirnya aktivitas seluruh siswa-siawi SMA tersebut.

"Pelajaran kita akhiri sampai disini, jangan lupa kerjakan tugas kalian"

"Baik Sensei"

Tak lama Iruka Sensei keluar ruangan

"Akh.. akhirnya selesai juga, setelah ini kita akan pergi kemana?" ucap salah satu murid dengan semangat

"Aku ingin pulang dan tidur" sahut salah satu temannya

"Kau tidak asik Shika, bagaimana dengan Neji, Lee, Choji, Shino lalu Sai?" absen satu per satu oleh si murid

"Maaf Kiba, aku mau mengerjakan tugasku dulu" jawab pemuda berambut coklat panjang

"Aku juga sudah janji dengan Gay Sensei untuk latihan di Gunung" tambah pemuda dengan alis tebalnya

"Aku juga di suruh untuk mengantarkan barang oleh Ayahku" sahut pemuda gen.. #coret, pemuda bertubuh agak besar *hampir ane mati (-_-)"

"Kalo aku ingin mengurus serangga-seranggaku" kali ini pemuda berkaca mata ala BOBOHO

"Akh apa tidak ada satupun yang mau menemaniku, Sai kau bagaimana?"

"Maaf aku sudah janji untuk menemui Naruto Sensei hari ini" timpal pemuda dengan senyum dinginnya

"Ha~ah kau masih berusaha untuk mendekati Naruto Sensei"

"Tentu saja, aku tidak akan menyerah sampai mendapatkannya"

"Yah, karena Naruto Sensei memang manis jadi kau pasti banyak saingan Sai" ujar Shikamaru

Tanpa mereka sadari seonggok eh sesosok maksudnya, sedang menguping pembicaraan mereka sedari tadi

"Aku tau itu Shika, Nah bagaimana kalau kau ajak si anak baru itu Kiba" usul Sai

"Hey Uchiha, apa hari ini kau ada waktu, mungkin kau bisa.."

"Aku sedang sibuk" tanpa basa basi Sasuke meninggalkan kerumunan (?) para pemuda.

"Hah.. apa-apaan dia itu" sungut Kiba kesal

"Sasuke-kun bagaimana kalau kau pergi bersamaku ke suatu tempat" ajak Sakura

"Pergi denganku saja Sasuke-kun" sahut Ino

"Ino kenapa kau selalu mengikutiku"

"Siapa yang mengikutimu manusia pink"

"Apa kau bilang..."

"Hey kalian berdua, siapa yang kalian perebutkan"

"Apa maksudmu, bagaimana Sas... Sasuke? Dimana Sasuke?"

"Dia baru saja pergi"

"Ini semua salahmu Sakura"

"Apa, kenapa menyalahkanku, kau yang mengajakku bertengkar"

Dan kita tinggalkan saja dua gadis sinting itu. Lanjut kepada Pangeran Stoick kita. Sasuke sedang berjalan di koridor menuju ke suatu ruangan –Ruang Konsultasi–

"Naruto Sensei"

"Sasuke, ada apa?"

"Kau harus ikut denganku sekarang"

"Maaf aku tidak bisa, aku sudah punya janji dengan salah satu murid ku"

"Aku juga murid mu, lagipula kepala sekolah menugaskanmu untuk mengurus ku"

"Aku tau, tapi sekarang waktunya tidak tepat"

"Permisi Naruto Sensei, apa aku mengganggu?" mata kedua pemuda itu otomatis mengarah ke sumber suara

"Sai, masuklah kau sama sekali tidak mengganggu. Nah Sasuke, setelah urusanku selesai aku akan menemuimu nanti" jawab Naruto. Tanpa BaBiBu lagi...

BRAAAAKKK

Dengan setengah hati Sasuke keluar dari ruang itu dengan diiringi alunan musik dari korban kita –pintu–, meninggalkan Naruto dan Sai yang terheran-heran

"Che, laki-laki itu, Aku tidak akan menyerah sampai mendapatkannya, tak akan kubiarkan dia menyentuh Dobeku"

Entah sejak kapan, tapi kini Naruto telah menjadi objek cinta sang Uchiha Bungsu.

To Be Continue