"Sampah. Hal menjijikan dan paling dihindari oleh semua manusia. Namun apa yang terjadi bila kita menemukan orang yang kita cintai bahkan munkin akan menjadi cinta sejati kita hanya karena sampah? Akan sangat TIDAK MUNGKIN. Tapi hal ini tidak berlaku untuk Luhan dan Sehun.

Ludy947 Present

.

.

.

HunHan

KaiSoo

Bertambah Seiring Berjalannya Waktu

Chapter 1

"Yak Luhan jangan lari! Kau harus segera membayar hutang-hutang ayahmu dulu!"

Luhan. Seorang remaja berusia 17 tahun terpaksa harus berlari setiap harinya agar terhindar dari para rentenir. Namun bukannya Luhan mengindahkan perintah dari dua orang rentenir bertubuh sangar dengan beberapa tato di tubuhnya, dia justru terus saja berlari dengan pandangan lurus ke depan tanpa memperdulikan keramaian di sekitarnya.

Luhan sendiri pun heran, apa orang tersebut sudah tidak punya tujuan hidup lagi selain mengganggu ketenangannya?

Entahlah,yang paling penting saat ini adalah bagaimana caranya agar dia bisa lolos dari dua orang payah yang selalu mengusik hidupnya.

" Mau lari kemana lagi kau? Ayolah Luhan aku akan berbaik hati kepadamu,sekarang pilihlah kau mau membayar hutang dengan uangmu atau tubuhmu?" ucap salah satu rentenir sambil terus berlari mengejar Luhan yang sudah mulai menjauh dari pandangannya.

"Hah! Apa mereka pikir aku sudah gila? Bagaimana mungkin aku mau begitu saja menyerahkan tubuhku pada mereka? Kalaupun aku perempuan lebih baik aku mati di makan buaya darat daripada harus menyerahkan tubuhku yang sangat berharga ini kepada dua orang menjijikkan macam mereka berdua" rutuk Luhan dalam hati sambil terus berlari dengan sekuat tenaga.

Namun kali ini dia memberanikan diri menengok ke belakang untuk memastikan apakah dua orang rentenir itu masih berlari mengejarnya atau yang terjadi saat ini sangatlah jauh seperti apa yang dia harapkan. Dua rentenir itu masih saja setia mengejarnya, namun Luhan tak kehabisan akal, dia berbelok ke salah satu tempat pembuangan sampah dan menyembunyikan tubuh mungilnya ke dalam tempat sampah.

.

.

.

.

Di sisi lain, terlihat seorang laki-laki berpawakan tinggi,berkulit putih susu,dengan wajah datarnya berjalan santai sambil membawa tong berisi sampah, mendekati tempat pembuangan sampah yang di jadikan persembunyian oleh Luhan.

Sreekkk

Seperti biasa, dia langsung membuang sampah dengan tampang innocent-nya.

Tiba-tiba

"Yak, apa yang kau lakukan?" teriak Luhan kesal.

Oh Sehun. Laki-laki yang membuang sampah tadi terkejut karena melihat seonggok daging berwujud manusia menongol dari dalam tempat sampah, dan dapat kalian bayangkan sendiri bagaimana wajah Luhan sekarang akibat perbuatan Sehun itu.

"Apa kau tidak punya mata? Seharusnya kau itu melihat dulu ada orang atau tidak di dalam sini! Bukannya main nyelonong membuang sampah seenak jidat lebar Micky Yoochun. Apa kau tidak lihat sekarang wajahku yang tampan ini di penuhi sampah menjijikkan? Akan ku pastikan kau menyesal atas perbuatanmu ini tuan!" maki Luhan panjang lebar.

Namun Sehun yang memang selalu bersikap dingin dan tidak mau ambil pusing lebih memilih diam tanpa sedikitpun suara yang keluar dari mulutnya. Meskipun itu hanya sekedar untuk menjawab berbagai macam pertanyaan. Yah, walaupun lebih tepatnya umpatan dari laki-laki manis di depannya ini.

Luhan semakin geram dengan ekspresi yang di tunjukkan Sehun kepadanya. Tadinya, dia berfikir kalau Sehun akan meminta maaf dan membantunya keluar dari tempat pembuangan sampah, namun dapat di pastikan bahwa itu semua benar banar mustahil.

Sehun berbalik meninggalkan Luhan yang sedang bersusah payah mencari cara untuk keluar dari tempat terkutuk ini.

Baru saja Sehun melangkah "Yak, kenapa kau sangat menyebalkan? Sudah jelek, dekil, bermuka es pula! Dan liihatlah! Bahkan tubuhmu itu mirip sekali dengan tiang listrik!"

Tidak sampai disitu, Luhan masih melanjutkan dengan "Apakah kau tidak melihat! Sekarang aku sudah seperti telur busuk akibat perbuatanmu. Kau bukannya meminta maaf dan menolongku, malah pergi dari sini! Hah! tak ku sangka, SEMPURNA sekali kau tuan!."sindir Luhan dengan sengaja menekankan kata sempurna sembari melotot ke arah Sehun.

Sehun menghentikan langkahnya, kemudian berbalik mendekati Luhan dengan tatapan mata yang lebih atau mungkin semakin tajam serta wajah yang dingin dan menyeramkan.

Luhan yang menyadari hal tersebut reflek menutup mulutnya, dan menghentikan kegiatannya mari-mengatai-Sehun.

Sehun melemparkan tong sampah miliknya ke sembarang arah, dia sudah muak dengan umpatan- umpatan yang sejak tadi di lontarkan laki-laki itu kepadanya.

"Sudah puas mengataiku? Apa aku pernah menyuruhmu bersembunyi seperti orang tidak waras di sini? Bahkan aku berfikir orang gila pun tau apa yang di lakukannya ketika berada di tempat ini, dan sekarang kau malah menyalahkanku atas kebodohanmu itu." balas Sehun enteng, dan bergegas pergi meninggalkan Luhan yang semakin terpana dengan keangkuhan Sehun itu.

"Aku tidak habis pikir dengan kelakuan manusia es itu" ucap Luhan frustasi sambil mengacak acak rambutnya yang sebenarnya sudah berantakan. Dengan agak kualahan Luhan pun keluar dari tempat pembuangan sampah itu. Tanpa dia sadari sesuatu yang berada dalam kantong celananya terjatuh.

Luhan menghentikan langkahnya dan berkata "Aku harus segera pergi dari tempat ini, sebelum para rentenir sialan itu kembali menemukanku".

Luhan pun berlari menjauh dari tempat yang mempertemukanya dengan si beruang dari kutub utara itu. Yah..siapa lagi kalau bukan Oh Sehun.

.

.

.

.

Sekarang sehun sudah sampai di rumahnya. Dia segera menuju dapur untuk mencuci tangan.

Di tengah-tengah kegiatannya, Sehun mengingat sesuatu, dan TING! Iya, Sehun ingat kalau dia tadi meninggalkan tong sampahnya di tempat pembuangan sampah. Akhirnya dia memutuskan kembali ke tempat pembuangan sampah untuk mengambil barang yang tidak berdosa itu.

Sehun sudah sampai di tempat yang dia tuju, kini matanya sibuk memperhatikan di mana tempat dia melemparkan tong sampah yang malang itu.

"Ah, itu dia" ungkap Sehun dalam hati setelah berhasil menemukan tong sampah miliknya tergeletak tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Setelah mengambilnya, tak sengaja mata Sehun melihat sebuah benda berkilauan. Karena terdorong oleh rasa penasaran, Sehun memutuskan untuk mendekati benda tersebut yang ternyata adalah sebuah kalung yang berada tepat di sebelah tong sampah miliknya.

Sehun mengambil kalung itu,

Dia berpikir "Orang kaya songong macam apa yang seenaknya saja membuang kalung mewah ke tempat kumuh seperti ini." ucapnya sambil terus memperhatikan kalung tersebut.

Entah setan apa yang merasuki tubuh Sehun, namun nalurinya mengatakan bahwa dia harus membawa kalung ini bersamanya.

.

.

.

.

Luhan memutuskan untuk berhenti berlari. Nafasnya masih terengah-engah, tubuhnya pun ikut melemas, hingga akhirnya dia memutuskan untuk beristirahat di sebuah kedai favoritenya. Kedai Bubble Tea.

Sebenarnya dia ingin membeli Bubble Tea kesukaanya, namun dia harus berfikir panjang mengingat uangnya yang semakin menipis. Namun bagaimanapun keadaan Luhan, dia tidak pernah sayang menghabiskan uangnya demi sesuatu yang sudah seperti sebagian dari hidupnya itu.

"Bibi, tolong buatkan aku satu Bubble Taro" pinta Luhan sambil menaruh pantatnya di kursi.

"Baiklah, tunggu sebentar ya tuan" kritik seorang perempuan pemilik toko tersebut.

Tak lama kemudian pesanan Luhan datang. "Ini tuan, selamat menikmati" ucap bibi tersebut ramah.

Luhan pun mengerutkan keningnya, "Eeem..bibi tunggu sebentar, bukankah tadi aku hanya memesan satu bubble tea saja? Tapi kenapa kau malah memberiku dua?" tanya Luhan bingung, karena bibi itu menaruh dua cup Bubble Tea sekaligus dihadapannya.

Bukan apa apa, kalian kan tau sendiri kalau Luhan benar-benar tidak mempunyai cukup uang untuk membeli terlalu banyak Bubble Tea. Yaah..meskipun itu hanya berjumlah dua.

"Ah itu, hari ini cucu ku ber ulang tahun, dan untuk merayakannya aku memberikan satu cup gratis kepada setiap pelangganku. Dan itu untukmu, ambilah!" suruh bibi tersebut sambil menunjuk Bubble Tea buatanya.

"Wah. Benarkah? Terima kasih banyak bibi! Aku doakan semoga cucumu menjadi anak yang pintar dan sukses." ucap Luhan sambil memperlihatkan senyum lebarnya."Iya sama-sama" balas bibi itu sambil berlalu meninggalkan Luhan yang sedang menyedot Bubble Tea kesukaanya."

"Hmm..enak sekali" puji Luhan, dan setelahnya kembali menyedot minuman itu hingga habis tak tersisa setetes pun. Bahkan untuk semut.

"Sekarang aku sudah kenyang, tapi masih ada satu lagi, tidak mungkinkan aku membuangnya begitu saja." pikir Luhan kebingungan. "Ah aku punya ide, akan aku berikan pada Kyungsoo saja." ungkap Luhan sambil tersenyum, karena telah berhasil menemukan jalan keluar untuk nasib Bubble Tea miliknya.

.

.

.

.

Setelah tenaganya terisi kembali, Luhan melangkahkan kakinya ke kasir untuk membayar bubble tea yang sekarang sudah bersemayam di dalam perutnya.

"Berapa bi?"tanya luhan. "3,900 won tuan" balas bibi tersebut ramah.

Ketika Luhan bermaksud mengambil uang ke dalam saku celanannya, dia merasakan bahwa sesuatu miliknya yang sangat berharga tidak berada di sana. Luhan masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, sehingga dia masih setia mencari barangnya yang hilang itu.

Sekarang luhan masih sibuk merogoh rogoh kantongnnya. Kecemasan jelas terlihat di sana. Tidak puas dengan hal itu, Luhan pun melepas sepatu miliknya, kemudian menggoyang-goyangkan tepat di depan wajahnya dengan pikiran "barangkali kalungku lupa aku simpan di sini".

Para pengunjung kedai pun bingung dengan apa yang Luhan lakukan sekarang. Mungkin mereka menganggap Luhan adalah orang tolol dari gua hantu yang tersasar di negeri Ginseng ini. Bahkan sekarang Luhan sudah mengobrak-abrik kursi yang dia tempati sebelumnya, berharap kalau saja kalungnya terjatuh di hasilnya nihil! Luhan tidak menemukannya di sini. Sampai-sampai, sekarang Luhan tidak sadar kalau dia sudah menjadi trending topic di kedai ini.

"Apa yang dia lakukan?"tanya seorang perempuan setengah baya kepada suaminya."Entahlah. Mungkin dia pasien yang kabur dari rumah sakit jiwa." Balas sang suami.

Di sisi lain,

"Ibu, apa yang sedang di lakukan oleh kakak itu?" tanya seorang anak kepada ibunya sambil menunjuk Luhan. "Hmm..mungkin dia orang gila nak, kau harus selalu berhati-hati dengan orang-orang seperti itu ya?" ucap sang ibu "iya bu" jawab anak itu, kemudian kembali fokus pada minumannya.

"Ini bi uangnya" Luhan segera membayar minumannya, kemudian berlari meninggalkan kedai tersebut.

.

.

.

.

Sekarang Luhan tengah sibuk mengobrak-abrik tempat pembuangan sampah dan membuang isinya keluar dengan asal. Tidak membutuhkan watu yang lama bagi Luhan untuk menyulap tempat iu menjadi sebuah istana, yang mungkin raja kecoa saja jijik untuk sekedar berkujung ke sana.

"Arrghhh sial! Kemana perginya kalung itu?" umpat Luhan. "Setahu ku, selama ini kalung itu tidak punya kaki, jadi bagaimana mungkin dia bisa kabur setelah tahu kalau aku berniat akan menjualnya?" tanya Luhan pada angin yang berhembus dan tak lupa dengan wajah idiot miliknya.

Sampai tak lama kemudian-

Drrrt..drrt..drrt

Ponsel Luhan bergetar, menandakan ada panggilan masuk dari seseorang. "Halo?"

To Be Continue

.

2015.03.08

A/N : Sebelumnya terimakasih sudah mau membaca ff abal saya. Ini adalah pegalaman pertama saya dalam dunia per-ff an jadi mohon maaf apabila ff ini mengecewakan, menjenuhkan, menyebalkan dan lain sebagainya. Nah untuk menyempurnakan chapter selanjutnya dibutuhkan kritik dan saran dari kalian. Terimakasih :)