Kuroko no Basuke―Tadatoshi Fujimaki
Warning―OOC, NijiFem!Aka, KuroFem!Aka, MayuFem!Aka, diksi amburegul, typo, mengandung unsur perselingkuhan yang indah, dll..
.
.
.
Mungkin memang patut keenam prodigy itu mendapat julukan Penerus Keajaiban. Kekuatan mereka yang sering diibaratkan bak monster, kelincahan tak terduga berasal dari pemain bayangan, dan yang paling ajaib adalah...
...keberadaan seorang kapten bertubuh mungil dengan gender perempuan.
Eksentrik diantara yang lain, namun begitulah kenyataan yang harus mereka―siapapun itu―terima.
Bahkan seorang Nijimura pun tidak percaya jika harus menyerahkan tanggung jawab klub basket kepada seorang gadis. Tapi, seiring waktu berjalan―setiap kali matanya memperhatikan―Nijimura benar-benar merasa tak salah menyerahkan jabatan kapten pada gadis itu.
Tak ada yang pernah komplain mengenai penyerahan sang mahkota. Nijimura sampai tak dapat menahan senyum puasnya hingga ia tau bibirnya mulai berkedut lelah saat melihat bagaimana kemenangan yang terus didapatkan.
Tidak pernah kalah. Ever-Victorious.
Setiap jam istirahat, gadis itu akan datang padanya―diatas atap―dengan alasan membicarakan pasal basket pada teman-temannya agar tak menganggu.
Walau nyatanya tidak.
Suara pintu yang dikunci terdengar. Nijimura mengalihkan perhatian dari birunya langit yang indah―juga bersinar cerah bersama matahari. Tatapannya menjurus kearah pintu, dan ia mendapati gadis yang menjadi miliknya mulai melangkah mendekati.
"Nijimura-san," gadis itu memanggil, dengan suara lembutnya―yang khas akan arogansi. Kakinya berhenti melangkah dan menjejak secara pasti ketika sudah sampai disamping mantan kaptennya.
"Bagaimana hasilnya ? Seperti biasa eh, Akashi ?" Pertanyaan dari Nijimura terdengar retoris, sementara tangan pemuda merambat untuk mengelus kepala gadis-nya, mengacak-acaknya hingga berantakan, dan menariknya untuk didekap.
Kuat dan hangat, seperti biasa.
Tak ada keluhan dari nona muda Akashi, karena beliau memilih untuk memejamkan mata dan memanjakan dirinya dalam dekapan posesif kekasihnya―yang seakan takut kehilangan. Surai mereka digoyangkan dengan jahil oleh angin.
Hening senantiasa menemani.
Dan beginilah yang menjadi seharusnya, hingga jam istirahat berakhir dan membuat mereka kembali berpisah. Namun gadis bersurai merah itu dengan sengaja merusak suasana yang ada.
"Kau akan pergi ke Los Angeles setelah kelulusan―" ada jeda yang cukup lama, pernyataan itu langsung membuat Nijimura membulatkan mata meski hanya untuk beberapa detik saja, "―'kan ?" Meski pada akhirnya Akashi memilih untuk memberikan tanda tanya, seakan meminta kepastian yang tidak menjadi seharusnya.
"... Ya," pada awalnya memang Nijimura ragu untuk melontarkan jawaban itu, namun kenyataan pahit harus ditelannya, seakan semua itu adalah pil penyembuh yang nyatanya membuat hati terasa semakin sakit. Bahkan Nijimura pun dapat merasakan gadis itu terkena sengatan kecil atas jawabannya. Mungkin ekspresi Akashi tak jauh sama dengan miliknya―tadi.
"Apa aku harus berucap selamat tinggal atau sampai jumpa ?"
Tidak ada tawa. Lelucon yang Akashi lontarkan tidak terdengar lucu ditelinga Nijimura. Ekspresi masih sama.
"Sampai jumpa, itu lebih baik, Seiyuna."
Itulah yang Nijimura pilih sebelum akhirnya mereka terpisah―sangat lama sekali.
.
―
.
"Akashi-san, kau tidak apa ?"
Bagi Kuroko, semuanya telah berubah.
Teman-temannya, perasaan mereka, dan masing-masing pandangan terhadap permainan basket. Bahkan kekasihnya pun ikut berubah seiring dengan yang lain. Bukannya Kuroko tidak mengakui, ia hanya tidak bisa menerima fakta bahwa gadis itu kini menjadi sosok yang sangat ambisius akan kemenangan.
Ia memang senang bermain basket―sangat mencintai malahan. Tapi semua perubahan yang dialaminya membuat Kuroko tak dapat membendung rasa benci. Permainan yang sekarang memiliki ritme berbeda.
Juga, kedua mata gadis itu berbeda.
Bukan merah dan merah yang menyapa-nya lembut, melainkan merah dan emas yang haus akan nafsu. Ia tau saat ini matanya tak lagi dapat menyembunyikan keterkejutan
"Tidak apa,"
Gadis itu kembali pada posisi awalnya setelah cukup beberapa detik mendongak untuk melihat kekasihnya menahan nafas―meski hanya beberapa detik.
Helaan nafas halus terdengar, dekapan posesif yang Kuroko berikan membuat nona muda Akashi merasa lebih hangat―ditengah suhu tubuhnya yang naik beberapa derajat celcius. Tangan pemuda itu bergerak untuk membelai rambut kekasihnya, licin dan halus―hingga ia merasa tangannya seperti terpeleset.
"Seiyuna-san," setelah memastikan tidak adanya orang lain disitu―bahasa formal sengaja ditanggalkan, "aku akan keluar dari klub basket."
Kuroko dapat merasakan tubuh dibawah rengkuhannya ini tersentak―sungguh. Namun saat melihat senyuman dibalik ekspresi yang tertutup poni―gadis itu seakan sudah memprediksi semua ini akan terjadi.
"Buat surat pengunduran diri, Tetsuya―" karbon dioksida yang lebih panas dibandingkan normalnya menerpa leher Kuroko, "―aku tidak mau UKS menjadi tempat formal untuk menyampaikan keinginanmu."
Belaiannya terhenti, tangan kanan yang tadinya berada dikepala itu merambat turun. Dekapan sengaja diberi jarak (selimut disibakkan, jatuh dari kasur yang menjadi tempat bernaung mereka kala itu), untuk membiarkan tangannya lebih leluasa mengangkat dagu bangsawan didepannya.
Merah dan emas bertemu warna langit biru.
"Selamat tinggal atau sampai jumpa, Tetsuya?"
"Sampai jumpa, Seiyuna-san."
Dahi gadis itu mendapat sebuah kecupan.
.
―
.
Atap biasanya menjadi opsi utama, namun kali ini ia lebih memilih untuk menetap di perpustakaan karena opsi utamanya didera angin pembawa penyakit.
Tempat yang dinaunginya sepi, terlampau jauh dari jangkauan pandang orang-orang (disebelah pojok, tertutupi rak besar), dan yang ia yakini tempat ini sangatlah sepi―bahkan suara buku dibalik atau langkah kaki pun dapat terdengar.
―Langkah kaki ?
Mayuzumi mengerjapkan matanya, beberapa kali. Tempat ini seingatnya jarang ada yang mendekati, menatap pun tak segan. Mitosnya karena ada hantu (tepatnya karena ia pernah mengagetkan beberapa murid berpacaran disini, namun sosoknya tak terlihat―sekitar satu dan dua tahun yang lalu).
Kecuali, satu orang. Yang selalu menemukan tempat persembunyiannya.
"Mayuzumi-san ?"
Seorang Akashi Seiyuna.
Meskipun hatinya menjerit menyuruh gadis muda itu pergi, nyatanya reaksi yang diberikan tubuh berbeda. Ketika gadis itu duduk dipangkuannya―paha sebelah kanan, tepatnya―dan langsung menyandarkan tubuh ke dada bidangnya, Mayuzumi langsung mendekapnya posesif dengan sebelah tangan, sementara tangan yang lain digunakan untuk membaca sebuah novel ringan.
Baik mata ataupun tangannya cekatan untuk memasukkan segala informasi keotak. Novel ringan berjudul A Clockwork Apple and Honey and Little Sister itu sudah hampir selesai bila sang nona muda tak menyela.
"Apa kau tidak takut hantu Mayuzumi-san, bagaimana kalau dia menganggu kita ?"
Lirikan hampa diberikan oleh sang pemuda pada surai merah didekapannya, sebelum kembali menyusuri novelnya.
Mungkin karena merasa tidak diperhatikan, lagi-lagi Akashi―dengan sengaja dan tidak sopannya―menyela kegiatan Mayuzumi.
"Bagaimana kalau hantu itu―"
"Diam."
Jengkel, Akashi tidak pernah merasa ditentang seperti ini. Ia mendongak, menumpukan tengkuknya pada tangan milik Mayuzumi. Tatapan mengintimidasi sengaja diberikan.
Akashi butuh perhatian.
Sayangnya Mayuzumi tidak peka. Pemuda itu dengan sengaja menarik tangannya dari tumpuan kepala Akashi―karena pegal―sehingga membuat bangsawan mudah itu terjungkal kebawah. Untung tangannya sigap melingkar ditubuh Mayuzumi.
Lagi-lagi, dengan sengaja Akashi menubrukkan tubuhnya dalam dekapan Mayuzumi. Bersamaan dengan tangan yang menepis kebelakang, membuat novel ditangan Mayuzumi terlempar.
"Akashi―"
Mayuzumi gemas, sungguh. Untung semua-nya sudah terbaca, tinggal melihat bagian terakhir yang disuguhkan sebagai fanservice. Ketika ia hendak beranjak dari tempat duduknya, dekapan posesif Akashi mengurungkan niatnya.
Pemuda itu memandang hampa surai merah milik kekasihnya―seperti biasa, tangan kirinya tergerak, surai merah teracak.
"Mayuzumi-san.."
Sebentar lagi hari perpisahan.
"Selamat tinggal atau sampai berjumpa?"
Akashi mendongakkan kepalanya (bukan tipikalnya―tapi kekuatan matanya tak berfungsi untuk sang senpai), Mayuzumi melihat kearah iris heterochromatic milik gadis itu keheranan―hanya sedikit. Wajahnya sengaja didekatkan―ketelinga.
"Sampai dikasur, berdua, dan tidur, bagaimana ?"
Kemudian bibir sang nona muda dikecup―samar rona merah menghiasi pipi Akashi.
.
―
.
Akashi menghormati Nijimura sebagai kekasih dan pemimpin. Akashi menghormati Kuroko sebagai kekasih dan pemanis. Akashi menghormati Mayuzumi sebagai kekasih dan senpai yang minta direspect.
Hubungan Akashi dan Nijimura sudah kembali dekat setelah pemuda itu pindah ke Kyoto untuk melanjutkan universitas-nya, dengan alasan karena Ayahnya sudah sembuh dan ia ingin kembali hubungan mereka tak teregang.
―Dipublik mereka terlihat seperti pasangan bangsawan. Bermartabat dan penuh aura kepemimpinan.
Hubungan Akashi dan Kuroko sudah membaik ketika akhirnya Akashi mengalami apa yang namanya kekalahan. Ketika semua perasaannya kembali merasakan senang bermain basket, bukan ambisius akan kemenangan―meski Akashi dididik untuk menang dalam segala hal.
―Dipublik mereka terlihat seperti pasangan romantis. Tak dapat ditebak dan memiliki sisi yang manis.
Hubungan Akashi dan Mayuzumi berjalan biasa saja. Seakan mulus tanpa halangan. Meskipun setiap mereka bertemu pasti tidak bisa awur―tergantung keadaan sih; kalau niatnya mengerjai orang seperti Mibuchi, Hayama, dan Nebuya sih bisa bersatu padu.
―Dipublik mereka terlihat seperti pasangan Tom dan Jerry. Diam-diam akan membuat yang lain kesal untuk kebahagiaan diri sendiri―walau mereka tau akhirnya mereka akan tertawa bersama.
Tak ada yang mempermasalahkan hubungan antara Akashi dan ketiga kekasihnya. Akashi dan sang senpai. Akashi dan sang bayangan. Akashi dan sang senpai yang menjadi bayangan.
Mereka menjalani pertemuan maupun kencan dengan indah, seakan tak ada masalah. Meski kadangkala ada saja yang cemburu, Akashi dapat menanganinya dengan mudah.
Karena ia (hampir) sempurna, maka hidupnya (hampir) sempurna pula (karena manusia tidak ada yang sempurna).
Akashi memang merasa déjà vu saat pertanyaan 'selamat tinggal atau sampai jumpa' ia lontarkan. Namun satu-satunya jawaban yang paling lucu ia dapatkan adalah...
...dari sang senpai yang menjadi bayangan.
.
.
.
.
―End―
.
.
.
.
Ini saya nulis apa.. UvU
Kebanyakan MayuFem!Aka ya ? Karena saya cinta MayuFem!Aka .. :")
Saya bingung mau nulis gimana lagi,
Ah makasih udah baca nee..
Boleh minta Review ? Dan―disini ada yang tau pengertian Alpha/Beta/Omega Verse ? ;;;