Phantom : akhirnya update juga..

Melissa : writer's block nya udah kelar?

Phantom : yup! Gak usah kelamaan langsung kecerita!

"legenda" : berbicara

"legenda": mimpi atau memori

(legenda) : author berbicara

legenda: flashback

'legenda' : pikiran

Warning : ooc, Typo dan kawan-kawan

Enjoy~~

.

.

.

Harry Potter belong to J.K. Rowling

Legenda belong to PhantomFandom13

.

.

.

Sebelumnya di legenda:

Marvolo menghelai nafas panjang dan memijat keningnya. Lucius melirik kearahnya. Saat ini Marvolo sedang ada di perpustakaan milik keluarga Malfoy.

"kau baik-baik saja, Marvolo?" tanya Lucius. Marvolo mengangguk.

"ya, aku baik-baik saja.." jawab Marvolo.

"kau yakin?"

"aku baik-baik saja, Lucius. Sekarang pergilah, aku ingin sendiri."

Lucius menghelai nafas dan mengangguk sebelum ia beranjak dari tempat duduknya dan menuju pintu.

"dia akan baik-baik saja" ucap Lucius sebelum ia keluar dari perpustakaan. Marvol menatap perapian yang ada di depannya.

"aku tahu, Lucius. Aku hanya khawatir...bagaimana jika ia tidak mengingatku..."

Aku akan terus mencintaimu, Tom...selamanya..

itu yang kau ucapkan...tapi, bagaimana jika kau tidak mengingatku...

pertanyaan bodoh! Tentu aku akan mengingatmu!

Tapi-

Tom, berhentilah berpikir kalau aku akan melupakanmu...berikan cincin ini ketika kau berhasil menemukanku...

Untuk ap-

Percaya padaku tom...

Baiklah...

Terima..kasih...

"Harry..."


Chapter 9 : Calm Before Strom

Duo Devil Hogwarts high atau yang lebih di kenal dengan Si kembar Weasley, Fred dan George menghelai nafas panjang. George menggeram sebelum meninju sebuah pohon yang ada di sampingnya dengan penuh amarah, kedua matanya sesaat berubah menjadi merah darah. Keadaan Fred tidak jauh berbeda, kedua matanya berubah menjadi merah darah . Saat ini mereka sedang berada di dalam hutan. Setelah mendengar rencana 'keluarga' mereka, mereka segera pergi dari rumah dan berakhir di hutan ini.

"kita harus memberitahu yang lain.." bisik Fred dengan keamarahan yang luar biasa.

George mengangguk sebelum mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan, mencoba untuk menenangkan dirinya. Fred menutup kedua matanya dan berusaha untuk tenang. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka berdua tenang. George mengangguk kepada Fred sebelum memegang tangan Fred. Tiba-tiba sebuah simbol kuno muncul di bawah kaki mereka sebelum bayangan hitam menyelimuti mereka dan menghilang bersama mereka.


Marvolo menaikkan salah satu alis matanya saat sebuah simbol yang ia kenal muncul di ruang tamu miliknya. Dan memang benar perkiraannya. Fred dan George muncul dari balik bayangan hitam. Keduanya menghadap kearah Marvolo dengan wajah serius. Marvolo langsung berbalik dan berjalan menuju kantor nya.

"ikuti aku." ucap Marvolo. Fred dan George pun tanpa ragu mengikuti Marvolo.

Matahari sudah mulai menyembunyikan dirinya. Fred dan George menoleh kearah Marvolo yang tengah duduk di kursi yang ada di hadapan mereka, bayangan meyembunyikan sebagian wajahnya.

"silahkan duduk." ucap Marvolo. Fred dan George segera mengambil tempat duduk. Marvolo mengangguk sebelum mengambil sebuah gelas wine yang ada di sampingnya.

"Tom, kau mungkin tidak akan menyukai ini tapi...'keluarga' kami, para Weasley kecuali-"

"Charlie dan Bill berencana untuk-"

"menjadikan Harry sebuah sejarah yang terlupakan..." ucap mereka berdua secara bersamaan. Marvolo menggeram, gelas wine yang ada di tangannya pecah menjadi berkeping-keping. Kedua matanya bersinar merah menyala.

"mereka merencanakan untuk membunuh Harry?" tanya Marvolo dengan penekanan di setiap kata. Fred dan George mengangguk. Marvolo menggeram.

"dan kalian memberitahuku karena yang lain tidak mengetahui kalau kalian mengingat masa lalu kalian." lanjut Marvolo. Mereka mengangguk lagi. Marvolo menghelai nafas panjang.

"bisakah kau menjaga rahasia ini?" tanya Fred. Marvolo mengangguk sebelum menyeringai.

"aku akan menjaga rahasia kalian asalkan kalian tetap memata-matai 'keluarga' kalian dan melaporkan semua rencana mereka kepadaku." Tawar Marvolo. George mendengus.

"kau tidak berubah sama sekali tapi baiklah." ucap Fred.

"kami akan melakukannya asalkan kau memperbolehkan kami memasuki perpustakaan milikmu" tawar George dengan seringai. Fred pun juga ikut menyeringai. Marvolo terkekeh perlahan dan mengangguk, seringai menghiasi wajah tampannya menunjukan sepasang taring tajam.

"bersenang-senanglah." ucap Marvolo. Fred dan George langsung berdiri.

"Terima kasih, Tom!" seru mereka sebelum mereka pergi dari kantor Marvolo. Marvolo menggelangkan kepalanya. Matanya tertuju kearah tangannya yang basah karena wine.

"merekalah yang akan menjadi sejarah yang terlupakan..." sumpah Marvolo.


Keesokan harinya…

Fred dan George tiba di sekolah lebih awal dari biasanya, dan mereka pun langsung menuju ruang rahasia yang berhasil mereka temukan di Hogwarts. George percaya bahwa sekolah mereka memiliki banyak ruangan rahasia, namun sayang hanya dua orang mengetahui semua ruangan rahasia yang ada di Hogwarts, dan kedua orang itu adalah Lord Slytherin dan soulmate nya.

Sesampainya di ruang rahasia yang ternyata bernama Ruang Kebutuhan, Fred menyeringai kearah George, George mengembalikan seringai Fred dan bersama mereka membisikan sebuah mantra. Dan seketika ruang kosong yang mereka masuki berubah menjadi sebuah kantor dengan perapian, dua buah sofa berwarna Hijau dan rak buku yang di penuhi oleh buku-buku.

"seandainnya Harry sudah sadar, dia pasti akan terkejut saat melihat ini semua" gumam George. Fred terkekeh.

"aku tidak yakin, dia Harrison…dia seperti peta hidup Hogwarts, seakan dia yang membuat semua ruang rahasia yang ada di sini." Ucap Fred. George mengangkat bahunya sebelum menjatuhkan dirinya kesalah satu sofa yang ada di sana.

"…apa kau yakin dia akan ingat?" tanya George dengan pelan, kedua matanya tertuju kearah perapian yang menyala. Fred menghelai nafas sebelum duduk di sofa yang berada di sebelah kembarannya itu.

"entahlah. Tapi jika kita ingat, kemungkinan besar dia juga akan ingat." Jawab Fred. George mengangguk.

Semua menjadi hening, tiada suara yang memecah keheningan setelah jawaban dari Fred kecuali suara api dari peraian. Keduanya mungkin bersikap tenang namun mereka tahu mereka sebenarnya khawatir. Khawatir jika masa lalu terulang kembali untuk yang kedua kalinya.

"…saat itu…Harry terkena hilang ingatan karena mereka dan saat itu juga mereka menyerang dan berhasil membunuh Harry…" bisik George. Fred terdiam, matanya juga tertuju kearah api perapian.

"…aku tahu…tapi aku yakin, Harry memiliki rencana nya sendiri…kita hanya bisa menunggu…"


Menunggu…Marvolo hanya bisa menunggu, menunggu Harry untuk sadar, menunggu saat yang tepat untuk memuali rencananya.

'aku berharap kau tidak akan membenciku, Harry..' pikir Marvolo sebelum ia meneguk kopi yang ada di tangannya. Marvolo membuat ekspresi wajah yang metakan bahwa dia tidak suka dengan rasa pahit kopi, seakan-akan kopi itu meledek takdir yang ia alami sekarang. Entah apa yang membuatnya meminum cairan hitam pekat yang ada di tangannya. Toh dia sendiri tidak suka dengan kopi. Marvolo menghelai nafas.

"masalah dengan para siswi lagi, Marvolo?"

Marvolo menoleh dan melihat Severus berdiri di hadapannya. Marvolo memutar kedua bola matanya.

"tidak, aku hanya tidak suka kopi itu saja." Jawab Marvolo dengan bosan. Severus mengerutkan keningnya, bingung dengan kata-kata yang Marvolo ucapkan.

"lalu kenapa kau meminumnya?"

Marvolo mengangkat bahu sebelum kembali meneguk cairan hitam itu. Severus menghelai nafas.

"entahlah, aku sendiri juga bingung." Jawab Marvolo sebelum meletakan cangkir yang ada di tangan keatas meja. "jadi, apa ada yang bisa ku bantu?" tanya Marvolo. Severus mengangguk sebelum menyerahkan sebuah buku tebal di atas meja milik Marvolo. Buku itu terlihat sangat tua, Marvolo menaikan salah satu alis matanya.

"buka halaman 127.." ujar Severus sebelum ia beranjak pergi.

Marvolo mengerutkan keningnya sebelum mencari halaman yang Severus berikan. Setelah beberapa saat, akhirnya Marvolo menemukan Halaman. Sebuah surat bertuliskan namanya dengan elegan mempati Halaman tersebut. Hati Marvolo terasa tersayat saat ia sadar tulisan tangan siapa itu. Dengan tangan bergetar, Marvolo mengambil Surat yang tersebut. Marvolo meneguk ludahnya sebelum menutup kedua matanya dan menghelai nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.

"Harry…"

Buku tentang apa itu, Harry?

Huh? Oh, ini buku tentang sejarah keluarga ibuku..

Oh..

Ya..hei, Tom maukah kau menyimpan buku ini untukku?

Kenapa memangnya, bukanya buku itu sangat berharga untukmu?

..aku ingin kau menjaga buku ini, jika…aku…

Kau tidak akan mati, Harrison.

kumohon…

.baiklah….

Terima kasih, Tom..

Marvolo membuka kedua matanya sebelum menatap buku yang ada di hadapannya. 'jadi selama ini dia menyimpanya di sini..?'. Marvolo menggelengkan kepalanya sebelum mengantongi surat yang ada di tanganya dan memasukan buku itu kedalam laci. Setelah itu, Marvolo berdiri dan berjalan keluar dari kantornya.

-TIME SKIP-

Bel terakhir berbunyi menandakan jam sekolah telah berakhir. Para pelajar dengan tidak sabar mengemasi barang-barang mereka. Weekend sudah di depan mata, para pelajar dengan riang keluar kelas.

"sampai jumpa hari senin, profesor!" seru salah satu pelajar di kelas Marvolo. Marvolo hanya mengangguk. Setelah seluruh pelajar keluar, Marvolo menghelai nafas panjang.

"kutebak, kau menemukan surat itu."

Sedikit terkejut dengan suara halus itu, Marvolo berbalik dan melihat Luna berdiri di hadapannya. Marvolo mendengus sebelum berdiri dari kursinya.

"Severus yang memberitahuku." Balas Marvolo singkat.

"humm…apa kau sudah membacanya?" tanyanya. Marvolo menggelengkan kepalanya.

"belum…"

"kau harus membacanya. Sampai jumpa, Tom." Ujar Luna sebelum ia keluar dari kelas Marvolo. Marvolo hanya bisa melihat Luna yang sudah pergi.

"…aku tidak tahu apa aku punya keberanian untuk membacanya…"


Luna tahu bahwa Marvolo sangat takut untuk kehilangan Harry, kejadian seratus tahun lalu membuat Marvolo sangat kacau balau. Luna mungkin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Marvolo, tapi dia tahu jika Marvolo sangat mencintai Harry. Harry…Harry adalah cahaya di dalam kegelapan yang dimiliki Marvolo, semua orang tahu itu. Luna berani berkata bahwa Harry ada satu-satunya kelemahan Marvolo, kelemahan yang sangat Marvolo cintai. jadi Luna tahu kalau kepergian Harry seratus tahun lalu merupakan pukulan berat untuk Marvolo dan Luna tidak menyalahkannya. Harry, tidak di masa lalu atau pun sekarang dia sangat perhatian dan baik hati kepada siapa saja bahkan dia juga naif. Sesuatu yang tidak akan pernah berubah. Tapi dibalik itu semua, Harry memiliki persona yang sangat mengerikan, Luna pernah melihat persona itu ketika seseorang berani melukai Erus. Persona yang membuat Marvolo semakin jatuh hati kepadanya.

Kisah cinta mereka berdua memang berbeda dengan yang lain, semua di mulai saat pesta itu. Luna masih bisa tertawa saat melihat Marvolo mencoba berbagai macam cara untuk mendapatkan perhatian Harry. Dari bunga, hadiah sampai hal-hal luar biasa yang susah untuk dijelaskan dengan akal sehat sudah Marvolo berikan kepada Harry. Luna menggelengkan kepalanya dengan tawan kecil.

'tapi, semua akhirnya berakhir dengan indah…sampai saat itu..' Luna dapat merasakan amarah besar yang ia simpan dalam dirinya berkobar bak api membara. Penghianat..penghianat-penghianat itu akan merasakan amarahnya saat permainan ini dimulai.

'dadu telah berada digenggaman, kita semua akan bermain permainan yang biasa disebut dengan takdir..'


Di kediaman Black..

Remus menatap anak dari kedua sahabatnya dengan khawatir. Kulit Harry semakin pucat, rambutnya telah berhenti memanjang, dadanya bergerak sesuai dengan nafas yang Harry ambil. Tiba-tiba mata Remus menangkap kilapan cahaya di jari manis Harry.

'cincin itu..' pikir Remus sebelum sebuiah senyuman tersungging diwajahnya.

"luna.." ujarnya.

"kenapa dengan luna?"

Remus berbalik dan melihat Sirius berjalan mendekatinya, dua buah cangkir di tanganya. Sirius memberikan salah satu cangkir yang berisikan teh kepada Remus.

"terima kasih.." ucap Remus. Sirius mengangguk sebelum meminum kopi yang ada didalam cangkirnya.

"jadi kenap dengan luna?" tanya Sirius sekali lagi. Remus tidak menjawab, dia tersenyum sebelum menunjukan cincin yang tengah berdiam di jari manis Harry. Sirius mengerutkan dahinya saat melihat cincin itu sebelum dia sadar apa makna dari cincin itu. Sebuah senyuman menpati wajah sirius.

"heh, aku jadi penasaran kapan si Marvolo itu akan datang berkunjung." Ujar Sirius. Remus terkekeh sebelum meminum tehnya.

"dia akan berkunjung tengah malam."

Serempak Remus dan Sirius terkejut. Remus hampir saja tersedak tehnya sementara Sirius sedang batuk-batuk. Remus berbalik dan melihat Luna, Draco, Erus, Lucas, Melissa, Michelle dan Akira masuk kedalam kamar.

"kami pulang!" seru Melissa dengan riang sebelum berjalan melewati semuanya untuk melihat Harry. Melissa membiarkan sebuah senyuman menghiasi wajahnya sebelum ia duduk di samping Harry, tangannya mengelus kepala Harry. "kami tidak sabar untuk bertemu denganmu lagi, adikku.." bisiknya.

Michelle juga berjalan melawati semua orang dan mengambil tempat duduk di sebelah Melissa. Sebuah senyuma menghiasi wajahnya sebelum ia menutup kedua matanya dan mengeluarkan nafas yang tidak sadar ia tahan.

Sementara itu, Sirius akhirnya berhenti batuk-batuk dan berbalik kearah Luna.

"apa maksudmu dia akan berkunjung tengah malam?" tanya Sirius. Luna hanya tersenyum simpul sebelum mendekati Harry.

Luna menutup kedua matanya sebelum membukanya kembali, sebuah senyuman lebar menghiasi wajahnya dan Luna terkekeh. Yang lain hanya menatap Luna dengan tanda tanya.

"aku tidak apa-apa.." ujar Luna menjawab pertanyaan yang tidak diucapkan. "dia sudah menemukan suratmu, Harry…ini saatnya kau untuk bangun dari tidurmu.." bisik Luna dan tentu saja mereka semua mendengarnya.

"surat?" tanya yang lain. Luna terkekeh dan mengangguk.

"ya, kalian akan tahu pada saatnya nanti.."

Sirius menghelai nafas panjang, sudah menyerah karena Luna merupakan gadis dengan penuh misteri. Yang lain sepertinya juga sudah menyerah untuk memahami Luna. Luna terkekeh lagi. Sepertinya hanya Harry lah yang mengerti Luna.

"jadi, apa yang kita harus lakukan saat Marvolo mengunjungi Harry tengah malam nanti?" tanya Akira. Erus menyeringai sebelum terkekeh pelan. Lucas menelan ludahnya. Draco menaikan salah satu alis matanya dan yang lain kecuali Luna menatap Erus dengan tanda tanya. Luna hanya tersenyum, tapi jika di lihat lebih dekat, senyuman itu terlihat seperti seringai kecil.

"kita akan memberikan dia sebuah kejutan.." ucap Erus dengan seringai lebar.

"err…Erus, apa kau baik-baik saja?" tanya Lucas. Erus menatap tajam Lucas. "aku akan diam." Ujar Lucas. Erus mengangguk dengan seringai kemenangan.

'ini akan sangat mengasikkan..' pikir Remus.

-TIME SKIP!-

Tengah malam…

Marvolo mengerutkan dahinya. Matanya tertuju kearah jendela kamar Harry. Bagaiman dia tahu, di tahu karena aroma Harry menyelimuti satu ruangan itu. Setelah membaca surat yang Harry tulis, Marvolo ingin menemui Harry saat itu juga. Dan disinilah dia, di kediaman Black.

'mungkin aku harus berkunjung di pagi hari..' pikirnya.

Flashback..

Marvolo menghelai nafas panjang sebelum ia menghempaskan dirinya keatas sofa yang ada di dalam perpustakaannya. Kemudian dia teringat dengan surat itu. Secara perlahan, Marvolo menganbil surat yang berada didalam kantongnya. Matanya menatap surat itu, setelah beberapa saat Marvolo akhirnya membuka surat iru dan membaca isinya.

Tom,

Jika kau membaca surat ini berarti kau telah menemukan buku ku. Aku akan memberitahumu kenapa aku menyimpan buku itu di Hogwarts ketika aku sudah membuatmu berjanji untuk jawabannya adalah aku ingin kau tahu bahwa hanya kaulah yang bisa membangunkanku. Dan aku minta maaf karena telah meninggalkanmu..ku harap kau bisa memaafkanku. Sampai jumpa Tom.

Yang kau cintai,

Harry

End of Flashback..

Marvolo menggelengkan kepalanya.

'kita akan bersatu kembali, malaikatku..' dengan pikiran itu Marvolo pun menghilang.

Dua pasang mata mengewasinya sebelum suara yang hampir mirip dengan endusan terdengar.

"gak dulu gak sekarang, Tom masih suka nge-stalk Harry.." bisik salah satu pemilik mata itu.

"shh..dia mungkin bisa mendengar kita, ayo kita masuk.." bisik yang lain. Sebelum sebuah simbol muncul dibawah mereka dan mereka pun menghilang.

Marvolo muncul didalam kamar Harry. Dia melihat sekelilingnya sebelum matanya tertuju pada Harry yang masih terlelap. Marvolo mendekatinya sebelum duduk di samping Harry, tanganya mengelus surai raven itu. Sebuah senyuman terukir diwajahnya.

"Harry.." bisiknya sebelum ia mengecup kening Harry. Tiba-tiba sebuah suara tergema didalam kamar itu.

+ akhirnya kau tiba..+

Marvolo menutup kedua matanya sebelum menggenggam tangan Harry dan mendengarkan suara itu.

"ya, aku sudah tiba.." bisik Marvolo

+ ini saatnya+

Marvolo membuka matanya sebelum sebuah simbol muncul diatas mereka. Sinar kemasan muncul dari simbol itu.

Tiba-tiba pintu kamar Harry dibuka. Marvolo melihat kearah pintu dan menemukan residen kediaman Black masuk bersama Fred dan George. Mata mereka melebar saat melihat simbol yang tengah bersinar terang. Luna tersenyum.

"kau sudah membacanya.." tebak Luna. Marvolo mengangguk sebelum ia kembali menatap Harry.

"ya." Jawab Marvolo singkat.

"jadi, kau yang bernama Marvolo?" tanya Sirius. Marvolo berbalik dan mengangguk, tanganya tidak pernah lepas dari Harry.

"ya, itu benar. Senang berkenalan denganmu tuan Black." Jawab Marvolo. Sirius mengangguk.

"ugh.."

Secara serempak semua yang ada di dalam kamar itu menoleh kearah Harry sebelum mendekat.

Perlahan tapi pasti, tubuh Harry bergerak. Marvolo menggenggam tangan Harry dengan erat. Perlahan, mata Harry terbuka sampai pada akhirnya kedua matanya terbuka, kebingung terlihat jelas di mata emerald Harry sebelum sebuah senyuman terukir diwajahnya.

"Tom..aku kembali…" bisiknya. Luna langsung memeluknya yang kemudian diikuti oleh Michelle dan Melissa.

"Harry?!" seru ketiga gadis itu. Harry mengangguk sebelum melirik kearah yang lain.

"hai.." sapanya. Draco mendekat sebelum -melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh penerus keluarga Malfoy- ikut memeluk Harry.

"kau telah membuat banyak orang khawatir, bodoh.." ujar Draco. Harry mengangguk sebelum menutup matanya.

"ya, dan aku minta maaf.." ucapnya dengan tulus. Marvolo tersenyum. Semua orang tersenyum, bahagia karena Harry telah sadar.

"selamat datang kembali, malaikatku.." bisik Marvolo dengan perlahan. Harry melirik kearahnya sebelum tersenyum.

"terima kasih.." ucapnya.

+ selamat datang kembali anakku…semuanya akan berubah dari sekarang. Siapkan dirimu..+

Semua yang ada di dalam kamar Harry menatap satu sama lain sebelum mengangguk mengerti. Setelah ini, sebuah badai akan menerpa mereka dan yang berbeda di masa ini, mereka siap menghedapinya.


Phantom : sampe disini dulu. aku lagi males masuki daftar umur dkk.

Akira : pemalas...

Phantom : *perempatan muncul* kau akan mati ditanganku *mengeluarkan katana*

Akira : *lari* SESEORANG HENTIKAN GADIS GILA ITU?!

Harry : mind to R&R?