Like Father Like Son
Harry Potter © J.K. Rowling
.
.
.
"Jadi, kenapa kau tidak memberitahu Mom mengenai, pengasuh barumu ini, Draco?" Narcissa kini duduk sambil menatap kearah Harry yang berdiri di antara Draco dan Narcissa.
"Um.. ini mendadak Mom, pengasuh yang sebelumnya tak bisa mengurus Scorpius dengan baik," jelas Draco.
"Lalu apakah dia bisa mengurus cucuku dengan baik, hum?" Harry terlihat gugup mendapat tatapan dari wanita setengah baya yang masih terlihat cantik itu.
"Sejauh ini, dialah yang terbaik, Mom," Harry sempat menatap kearah Draco sebentar.
"Oh, baiklah…" Narcissa pun berdiri, ia mendekat kearah Harry.
"Kau tidak perlu setegang itu, Harry…" Narcissa menyentuh pundak Harry dengan lembut.
"Ah… ya," ia tak tahu harus memberi jawaban apa pada wanita di hadapannya.
"Lalu, dimana cucu mungilku itu, Son?" Narcissa berbalik menatap Draco.
"Scorpius saat ini tengah sakit, Mom, dia masih tidur di dalam kamarnya," mendengar itu sontak saja Narcissa kaget.
"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang, son?" Narcissa menatap Draco sedikit kesal.
"Um, yeah, sorry, Mom.."
"Antarkan aku ke kamarnya, aku ingin melihat keadaan cucuku," ujar Narcissa.
"Biar saya yang antarkan, err… Nyonya.." Harry menawarkan diri untuk mengantar Narcissa. Wanita itu mengangguk, Harry kemudian berbalik dan melangkah menuju kamar Scorpius. Draco mengikuti di belakang mereka.
.
"Unggg…." Erang si mungil gelisah.
"Oh, Scorpi…." Narcissa langsung menuju ranjang kecil milik Scorpius. Ia mengelus puncak kepala pirangnya. Kemudian ia mengecup sekilas kening yang berkeringat.
"Ungg… hiks.." erangan si mungil kini berganti dengan isakan. Nampaknya ia tengah bermimpi buruk. Narcissa segera berusaha menenangkan Scorpius.
"Hiks… momm…hiks…" gumamnya pelan, tubuh mungilnya bergerak-gerak gelisah. Narcissa nampaknya belum bisa menenangkan si kecil.
"Biar saya coba, Nyonya…" Harry menatap Narcissa meminta persetujuan untuk menenangkan bocah mungil itu. Narcissa yang terlihat sangat cemas hanya bisa mengangguk.
Harry mendekat kearah Scorpius, Narcissa mundur perlahan memberikan ruangan yang cukup untuk pemuda emerald itu.
"Hiks… mommy…." Isak Scorpius dalam tidurnya.
"Sss…. Tenang… tenanglah, scorpi…" Harry menepuk-nepuk pelan sisian tubuh Scorpius, sedikit mengoyang-goyangkannya.
Perlahan-lahan isakan Scorpius memelan dan hilang. Si mungil kini nampak tenang dalam tidurnya. Tangan mungilnya meremat lengan baju Harry, sebelahnya lagi ia emut.
Narcissa yang melihat itu nampak takjub. Ia tak menyangka pengasuh cucunya yang berjenis kelamin laki-laki itu bisa dengan mudah menenangkan Scorpius.
"Kau dapat darimana pengasuhmu itu, Son?" ujar Narcissa penasaran sambil berbisik kearah Draco yang berdiri di dekat pintu.
"Kenalan lama, Mom…"—musuh bebuyutanku, tepatnya—ujar Draco.
"Sepertinya mereka dekat, Son.." Narcissa masih menatap Harry yang menepuk-nepuk pelan tubuh Scorpius.
"Asalkan kau tahu saja, Mom. Bahkan mereka pernah menganggapku tak ada," Narcissa ingin tertawa setelah mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya itu.
"Sebaiknya kita keluar, Mom.." tanpa menunggu jawaban Narcissa, Draco lebih dulu melangkahkan kakinya keluar drai kamar Scorpius. Barulah disusul oleh Narcissa.
.
.
.
Setelah melihat keadaan cucunya, Narcissa memutuskan untuk tinggal lebih lama di mansion Draco. Ia masih merasa cukup khawatir melihat keadaan cucunya. Maka dari itu ia memutuskan tinggal dan segera menghubungi suaminya yang berada di luar negeri untuk mengatakan bahwa ia akan tinggal lebih lama di mansion anaknya.
"Apa yang sedang kau lakukan, Harry?" Harry hampir saja mengalami serangan jantung mendengar suara yang cukup mengagetkannya.
"Apa aku mengagetkanmu, Son?" ujar Narcissa sedikit merasa bersalah.
"Um, tidak Nyonya, aku yang kurang waspada.." kilah Harry agar tak menyinggung Narcissa.
"Sebaiknya kau tak usah memanggilku dengan sebutan, 'Nyonya', Son, panggil aku Aunt Cissy saja," Narcissa memang tak suka mendengar Harry memanggilnya dengan sebutan 'nyonya' semenjak ia berada disini.
"Tapi, itu terdengar kurang sopan, Nyo—,"
"Tidak ada bantahan, Son. Kau harus memanggilku seperti itu," Harry sekarang tahu mungkin sekian persen sifat 'tak-mau-dibantah' milik Draco berasal dari ibunya. Ck, anak sama ibu sama saja.
"Baiklah, um.. Aunt Cissy," ujar Harry pada akhirnya. Ia tahu tak akan menang jika sampai membantah keinginan wanita yang merupakan ibu dari majikannya—Draco.
"Nah, begitukan lebih bagus…" Narcissa tersenyum lembut kearah Harry.
"Jadi, apa yang sedang kau lakukan, hum?" Narcissa masih penasaran dengan kegiatan Harry di dalam dapur saat akan menjelang makan malam.
"Umm… aku hanya ingin membuatkan makan malam untuk Scorpius, Nyo—Aunt Cissy," jelas Harry.
"Um, jadi begitu… tapi kenapa kau melakukan ini, Son? Bukankah masih ada pelayan yang lain?" Narcissa memanggil Harry dengan panggilan itu karena ia menganggap Harry adalah pemuda unik yang bisa menjaga cucunya.
"Aku hanya ingin saja, Aunt Cissy …" ujar Harry seadanya.
"Um, baiklah… jadi, aku tak akan mengganggumu, son, lanjutkan saja… aku akan ke mandi dulu sebelum makan malam," kemudian Narcissa meninggalkan Harry yang masih membuatkan makan malam untuk Scorpius.
"Aneh…" ujar si pemuda nerd itu bingung sambil menatap kepergian Narcissa.
.
"Potter!" kali ini Harry mengumpat kesal. Jantungnya benar-benar akan jatuh hanya karena mendengar suara bernada tinggi itu.
"Apa-apaan kau, Malfoy!" kali ini Harry menatap Draco kesal. Ia yang tengah menuangkan bubur dalam panci ke dalam mangkuk milik Scorpius. Hampir saja ia menjatuhkan panci berisi bubur itu kalau saja ia tak memegangnya dengan erat.
"Kenapa kau masih berada di dapur?!" seru Draco kesal. Ia yang hendak menuju dapur untuk mengambil minuman kesal melihat Harry yang berada di dapur, dengan panci di tangannya.
"Kau sudah janji tak akan menyentuh dapur selama tanganmu belum sembuh, Potter!" Harry memutar bola matanya bosan.
"Oh, ayolah, Malfoy. Aku hanya ingin membuatkan Scorpius makan malam, kau tahukan anak itu tengah sakit," Harry mulai terlihat mengontrol emosinya.
"Masih ada pelayan lain, asal kau tahu, Potter!" Draco masih kesal.
"Sekarang cepat serahkan itu pada , pelayan lainnya!" tunjuk Draco ke arah panci di tangan Harry.
"Tak perlu, aku sudah selesai," Harry meletakkan panci itu ditempatnya. Ia yang akan memberikan sentuhan terakhir di buburnya begitu kaget ketika tangan besar milik Draco menyeretnya paksa.
"Lepaskan, Malfoy! Aku tinggal menambahkan ini diatasnya, kau tak perlu menyeretku seperti ini!" Harry berontak. Ia tak terima dengan tindakan Draco yang ia anggap sungguh tak masuk diakal.
"…" Draco hanya diam sambil menyeret Harry menuju ke sebuah kamar.
"lepaskan aku, brengsek!" Harry memukul-mukul lengan Draco agar melepasnya. Tapi tetap tak berhasil. Ia heran terbuat dari apa lengan si Malfoy pirang itu.
BRUK!
Harry di lempar keatas ranjang oleh Draco.
"Apa yang kau lakukan, huh?!" Harry memandang Draco super duper kesal. Memang sih ia dilempar di atas ranjang empuk. Tapi tetap saja sedikit sakit ketika dirimu dihempaskan begitu saja ke atas ranjang.
"Kenapa kau keras kepala sekali, Potter?!"
"Keras kepala? Aku? Apa tak salah, huh?! Kau bahkan lebih keras kepala dariku, Malfoy!"
"Kau hanya perlu diam sampai lukamu sembuh! Apa itu terlalu sulit, huh?!"
"Oh, ayolah! Semua orang pun tahu, kalau ini cuma luka kecil! Kau terlalu membesar-besarkan masalah, tuan Malfoy!"
"Sekali luka tetap saja luka, Potter!" Draco nampaknya tak mau mengalah bahkan menurunkan egonya itu. Ia tetap bersikeukeuh bahwa pendapatnyalah yang benar.
"Kau memang tak pernah berubah, ferret! Kau tetap saja seperti dulu! Laki-laki brengsek!" Harry tak bisa lagi menahan kekesalannya.
"Kau terlalu meninggikan egomu, Malfoy!"
"Aku tidak seperti itu, Potter!" Draco menatap kearah Harry sengit. Ia tak suka Harry mengatakan bahwa dirinya adalah 'pria brengsek'.
"Kau salah, Potter! Aku tak se-brengsek yang kau pikirkan!"
"Kalau begitu kenapa kau tetap tak membiarkanku menyentuh dapur meskipun itu untuk membuat makanan untuk anakmu, Malfoy?!"
"….." Draco diam. Ia hanya memandang Harry dengan lurus.
"See? Kau bahkan tak bisa menjawabnya," Harry mencemooh kearah Draco.
"Aku sudah bosan 'adu mulut' denganmu, Malfoy!" ujar Harry yang kini telah berdiri sambil merapikan kemejanya yang sedikit berantakan.
"….." Draco sama sekali tak memberikan sepatah katapun untuk Harry. Ia hanya diam menatap Harry.
"Minggir, Malfoy!" Harry membentak Draco dengan kasar, ia tak bisa lewat jika pria tinggi itu berada tepat di depan pintu keluar.
Melihat Harry yang kesal dan hendak menyingkirkan tubuh besarnya, Draco malah dengan cepat mendorong tubuh Harry hingga kembali jatuh keatas ranjang.
Entah setan apa yang ada di kepala Draco, yang pasti ia melumat bibir Harry dengan cepat, kasar, dan dalam.
Harry kembali terbelalak, ia memberontak hebat dalam kungkungan pria yang lebih besar darinya itu.
"Ngghh….mmmmpppp!" ditengah ciuman itu ia berusaha melakukan sesuatu agar terbebas dari makhluk besar diatasnya.
Draco semakin memperdalam ciumannya. Ia tak memperdulikan pukulan atau bahkan jambakan yang diberikan Harry pada rambut pirangnya.
Ia semakin menekan bibirnya lebih dalam. Menggigit bibir bawah Harry. Memasukkan lidah panjangnya kedalam rongga mulut pemuda berkacamata bundar itu. kedua tangan kekarnya menarik tubuh Harry yang merosot dari atas ranjang menaikkannya hingga tubuh yang lebih kecil darinya itu berada sepenuhnya diatas ranjang. Ia bahkan memasukkan sebelah tangannya kedalam kemeja Harry, mengelus kulit putih Harry dengan seduktif tanpa melepaskan ciumannya. Ia meletakkan tubuhnya tepat diatas kedua kaki Harry.
"Mmmppphhh!" Harry masih memberontak ditengah ciuman panas itu.
"Nghhhh….mmppmmmm…" Draco semakin gencar menngeksplorasi rongga mulut Harry serta bagian tubuh dibalik kemeja Harry.
"Nghhhh~" Harry bahkan sempat mendesah dalam ciuman panas itu ketika Draco menyentuh tonjolan dalam kemejanya.
Namun….
"Son? Harry? Kalian dimana? Makan malam sudah siap…" Narcissa berteriak memanggil keduanya. Dan detik itu juga, kegiatan itu berhenti. Draco melepaskan pagutan panas itu, sambil mengumpat.
"Shit!"
.
.
.
TBC
.
.
.
Uwoooo~ ku seneng banget~ la la la~
*jogged gaje*
Ku ga tau kalau bakal dapet respon positif yang banyak banget dari readers sekalian~ yeeiiiyyyy! Hipp hippp hurrayyyy!
Oke abaikan ku.
Err, jadi sekali lagi nih, kalau ada typo atau kesalahan lainnya ku minta maaf. Ku ga sempet ngedit ulang fic ini. Coz, fic ini cuma selingan yang ku kerjain di tengah-tengah pembuatan skripsweet…
Jadi harap maklum…
Hehehehe..
Oke, no bacot again…
Keep reviewnya ya~
Aligatoooo cchuuu~