Disclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto
.
.
Warning : OOC (bangets). Cerita klise. Typo (so pasti)
.
.
.
Really, my heart must have done something somehow
I must have gone crazy over this hard love
Can't have you, can't forget you
waiting for you day by day
I must have gotten ill from missing you so much
from loving you too much
Just one thing.. your heart, that one thing
Can't you just share it with me
Seorang anak perempuan berusia lima tahun tersandung batu dan terjatuh tepat di hadapan laki-laki berkacamata yang sedang berdiri itu. Laki-laki itu segera berjongkok dan membantu anak perempuan itu untuk berdiri. Anak itu sama sekali tidak kelihatan menangis walaupun kedua kakinya sedikit lecet karena jatuh di atas tanah yang agak kasar.
"Kau tidak apa-apa, adik kecil?" tanya laki-laki itu seraya membersihkan debu yang menempel di gaun mungil yang dipakai anak perempuan itu. Kedua mata hitam kelamnya menatap anak itu dengan tatapan lembut. Anak perempuan itu mengangguk mantap dan rambut hitamnya yang dibelah dua dan diikat ke atas bergoyang-goyang saat dia menganggukkan kepalanya.
"Kakimu lecet. Apa sakit?" tanya laki-laki itu seraya mengambil saputangan dari saku mantelnya dan mengusap luka di kaki anak kecil itu dengan lembut. Anak itu tampak meringis kesakitan saat saputangannya mengenai lukanya.
"Apa kau ke sini sendirian?" tanya laki-laki itu lagi. Gadis kecil itu menggeleng. Kedua matanya yang berwarna sama dengan laki-laki itu mengerjap beberapa kali dan tampak lucu.
"Okaasan sedang membelikanku makan siang," ujarnya dengan suara lirih.
"Seharusnya kau menunggu ibumu dan tidak pergi ke sini sendirian.. Kenapa kau berlari cepat sekali? Kau mau mengejar burung itu tadi?" tanya laki-laki itu seraya menatap gadis kecil itu.
Gadis kecil itu kembali mengangguk dan kedua ikatan rambutnya kembali bergoyang.
"Apa kau bisa berjalan? Aku antarkan kau pada ibumu," ujarnya. Gadis kecil itu hanya diam saja. Laki-laki itu lalu mengangkat tubuh mungil itu dan menggendongnya di salah satu tangannya menuju satu-satunya tempat makan yang ada di taman ini.
"Berapa umurmu?" tanya laki-laki itu pada gadis kecil itu. Anak itu mengangkat tangannya dan memperlihatkan kelima jarinya yang mungil padanya.
"Lima tahun? Wah, Paman juga punya anak yang seumuran denganmu. Tapi entah masih hidup atau tidak," ujar laki-laki itu. Dia mengatakan kalimat terakhir dengan nada lebih pelan, seolah ditujukan untuk dirinya sendiri.
"Siapa namamu, anak manis?" tanya laki-laki itu lagi.
"Sarada," jawab anak itu dengan suara kecilnya.
Laki-laki itu berhenti sebentar. Dia mengamati anak gadis kecil yang sedang dia gendong itu sambil kepalanya mengingat-ingat sesuatu.
'Kalau aku punya anak perempuan nanti.. Aku ingin menamainya dengan nama itu.. Sarada.. Bagus 'kan? Hei! Jangan tertawa!'
Laki-laki itu ingat sekali, itu adalah kata-kata yang diucapkannya pada seseorang di masa lalunya. Laki-laki itu lalu tersenyum samar. Jadi bukan hanya dia yang mempunyai pikiran untuk memberikan nama Sarada untuk anak perempuannya?
Laki-laki itu kembali melihat anak perempuan itu dengan seksama dan sesaat kemudian dia sedikit terkejut. Mungkin hanya persepsinya saja, tapi wajah anak perempuan itu sekilas mirip sekali dengan dirinya saat kecil dulu. Kedua mata dan kulit putih pucatnya, hampir mirip dengannya. Hah~! dengusnya pelan. Yang benar saja.. Laki-laki itu segera menepis pikiran konyol itu. Kata orang, semua orang terlahir dengan 7 kembaran di dunia ini. Mungkin anak ini salah satu kembaranku, batinnya konyol.
"Kaa-san! Itu okaasan!" tiba-tiba anak kecil itu berseru seraya menunjuk dengan telunjuknya dengan antusias.
Laki-laki itu mengikuti arah telunjuk gadis kecil tadi. Seorang perempuan muda sedang berjalan ke arah mereka, dengan kedua tangan memegang kotak makanan dan melambaikan tangan dengan wajah bahagia ke arah gadis kecil itu. Tapi saat dia melihat ke arah laki-laki yang menggendong Sarada, raut wajahnya yang tadi tampak berbinar, sekarang berubah jadi kaget luar biasa menatap laki-laki itu.
Begitu juga dengan laki-laki yang menggendong anak itu. Dia sama terkejutnya dan kaget luar biasa menatap perempuan itu.
Kedua mata hitam kelamnya menatap ngeri pada perempuan berambut merah muda sebahu yang balas menatapnya dengan tatapan luar biasa kaget. Kedua mata hijau milik perempuan itu terbelalak menatap laki-laki yang kini menggendong anaknya itu.
"Paman, itu ibuku. Aku mau turun," ujar gadis kecil itu. Laki-laki itu menurunkan anak itu tanpa melihatnya dan pandangan matanya hanya fokus pada perempuan di depannya.
Perempuan itu tampak salah tingkah saat anak kecil itu berlari ke arahnya dan meminta kotak makannya.
"Sakura?" laki-laki itu berkata di antara tenggorokannya yang mulai tercekat.
Tapi perempuan itu tidak melihatnya dan berusaha untuk menghindari tatapan matanya. Dia bahkan sama sekali tidak melihatnya dan berbalik badan membelakangi laki-laki itu.
Laki-laki itu kelihatan masih kaget tapi berubah jadi setengah kesal saat perempuan itu sama sekali tidak menggubrisnya. Dia segera berjalan mendekati perempuan itu dan menarik lengannya sampai perempuan itu berdiri menghadapnya lagi.
"Kau tidak bisa terus menerus menghindariku seperti ini. Kita harus bicara. Dan kau harus menjelaskan semuanya. Anak ini ... Sarada ... Anakku 'kan?" ujar laki-laki itu, seraya menatap perempuan itu dengan tatapan tajam dan membuat perempuan yang dipanggil Sakura itu salah tingkah.
.
.
.
(Tujuh tahun yang lalu..)
"Bukankah kau sudah putus dengannya?" gadis berambut merah muda sebahu yang sedang menikmati minuman coklatnya itu menatap gadis berambut panjang di depannya dengan tatapan tanpa minat.
Hinata Hyuuga menyibakkan rambut panjangnya yang berwarna indigo ke belakang bahunya dan meminum smoothie strawberry-nya dengan wajah tanpa ekspresi.
"Putus apa maksudmu? Kami bahkan belum resmi jadi pasangan kekasih 'kan?" sahutnya.
"Tapi kalian berdua sudah kencan ke mana-mana berdua.." sela Sakura Haruno, gadis berambut pendek yang wajahnya kelihatan masih sangat mengantuk sejak tadi. Dia menghabiskan waktu semalaman untuk menyelesaikan laporan pekerjaannya dan baru bisa tidur jam tiga pagi tadi. Gadis di depannya ini sudah menelponnya jam enam pagi untuk bertemu dan katanya ada hal penting sekali yang harus dia sampaikan. Sakura menghela napas panjang seraya kembali meminum coklatnya tanpa menikmatinya. Yang dia inginkan saat ini adalah tempat tidur yang empuk dan hangat.
"Tapi Sasuke-kun tidak pernah menyatakan perasaannya padaku secara terang-terangan. Jadi, aku anggap kami berdua hanya berteman.." ujar Hinata dengan nada datar.
"Lalu darimana kau tahu kalau dia menyukaimu?" tanya Sakura.
"Bukankah kau yang bilang begitu padaku? Ishh, Sakura! Banguunn!" Hinata menggucang-guncangkan badan Sakura, tapi gadis berambut sebahu yang diikat ke belakang dengan asal itu hanya bergeming.
"Salah siapa kau mengajakku ke sini pagi-pagi? Dan hanya untuk membicarakan ini?" sahut Sakura setengah kesal.
"Karena kau adalah sahabatku.." jawab Hinata.
"Bukan sahabat idolamu, lebih tepatnya. Kalau kau minta tolong pada salah satu sahabat idol-mu, sama saja akan membawa dampak untuk karir kalian nanti.. Iya 'kan?" tebak Sakura.
"Kau memang tidak bisa dibohongi.." sahut Hinata.
"Jadi.. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Sakura.
"Ada beberapa barang yang ingin aku kembalikan pada Sasuke-kun. Aku rasa aku tidak bisa terus menerus menyimpannya.. Kau tahu 'kan? Itu akan semakin menimbulkan banyak kesalahpahaman.." kata Hinata.
"Baiklah.. Mana barangnya?" tanya Sakura tanpa basa basi.
"Ada di mobil. Kau bisa mengambilnya nanti.." jawab Hinata.
"Dan kenapa tidak kau saja yang menyatakan perasaanmu terlebih dulu pada laki-laki itu? Kau juga menyukainya 'kan?" tanya Sakura lagi.
"Awalnya.. Aku pikir, iya. Aku bukan tipe gadis yang akan menyatakan perasaanku terlebih dulu. Kau tahu aku. Aku menunggunya. Tapi dia tidak juga mengatakannya, tapi terus menerus perhatian padaku. Bukan itu saja.. Dia bahkan perhatian pada semua gadis yang ada di dekatnya. Jadi lama kelamaan aku jadi tidak mengharapkan apa-apa padanya. Aku lebih baik mencari laki-laki yang benar-benar serius padaku.." jawab Hinata panjang lebar.
"Jaman sekarang banyak tipe laki-laki seperti itu di dunia ini 'kan? Baiklah.. Kau berani membayarku berapa untuk tugas konyol ini?" tanya Sakura.
"Tiket VIP untuk konser seiyuu bulan depan?" tanya Hinata dengan nada penuh kemenangan. Sakura mendecih. Hinata memang yang paling tahu kelemahan Sakura.
"Oke.. Aku akan pulang dulu. Kau tahu, aku benar-benar mengantuk untuk sampai di sini. Jadi.. Antarkan aku pulang sekarang.." kata Sakura seraya beranjak dari tempatnya.
"Sakura ..."
Sakura menatap ke arah Hinata. Dan gadis itu sedang menatapnya dengan kedua mata lavendernya yang polos itu. Sakura mengerutkan dahi.
"Kau membuatku merinding.." katanya kemudian.
"Aku tidak pernah memanfaatkanmu. Anggap saja.. Ini adalah permintaan tulus dari seorang sahabat.." kata Hinata dengan wajah melembut. Sakura mengangguk seraya tersenyum samar.
"Ne.. Ne. Aku tahu.. Ayo.." katanya kemudian.
Gadis berambut panjang itu segera mengikuti Sakura beranjak dari tempatnya dan meninggalkan tempat itu.
.
.
.
Sakura buru-buru berjalan seraya melirik jam tangannya dan mempercepat jalannya saat dia mendengar ada bunyi dering ponsel di saku mantelnya. Dia melirik ke kanan kiri tempat itu dan tidak melihat ada tanda-tanda seorang laki-laki bertubuh tinggi di tempat itu. Apa dia datang terlalu lama? Salah siapa menyuruhku datang ke tempat ini selarut ini? Dia pikir aku ada waktu sebanyak itu? batin Sakura tak kalah kesal.
Taman itu sudah sepi dan hanya ada beberapa muda mudi yang sedang berpacaran sambil menggenggam tangan masing-masing yang memenuhi taman itu. Sakura mencibir diam-diam. Dia mengalihkan perhatiannya dan kembali mencari-cari laki-laki yang dia cari.
"Kau datang lima belas menit lebih lambat.." sebuah suara dalam terdengar dari belakangnya.
Sakura menoleh ke belakang dan langsung terperanjat kaget. Seseorang sudah berdiri di depannya dengan topi hitam yang hampir menutupi sebagian wajahnya dan masker wajah yang membuat wajahnya benar-benar tidak bisa dikenali. Tapi Sakura tahu siapa laki-laki ini. Dia hapal suaranya dan sosok tubuhnya yang tinggi menjulang ini.
Sakura membungkuk sopan ke arah laki-laki itu.
"Maaf.. Aku ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.." katanya. Tentu saja dia bohong. Dia tertidur lama dan baru bangun saat ada telepon dari Hinata yang mengingatkannya untuk tidak melupakan janjinya.
"Aku sudah menunggumu di sini sendirian selama lebih dari lima belas menit, kau tahu?" ujar laki-laki itu. Sakura menghela napas pelan.
"Aku tahu. Aku minta maaf. Ini.. Titipan dari Hinata.." Sakura memberikan bingkisan yang dia bawa pada laki-laki di depannya tanpa basa basi.
"Dia benar-benar mengembalikannya padaku? Padahal itu mahal.." ujar laki-laki itu.
"Aku hanya dimintai tolong.." kata Sakura singkat.
"Kalau begitu, buatmu saja.." ujar laki-laki itu dengan sikap acuh.
Sakura terbelalak menatapnya.
"Ap-apa?"
"Aku tidak mungkin memakainya. Itu barang milik perempuan. Jadi.. Aku berikan untukmu.." ujar laki-laki itu santai.
"Kalau akhirnya ini untukku, seharusnya kau bilang sejak tadi. Jadi kita tidak perlu bertemu malam-malam di cuaca sedingin ini seperti ini. Aku jadi seperti orang bodoh.." kata Sakura setengah kesal.
"Aku yang lebih seperti orang bodoh. Menunggu gadis yang tidak tepat waktu dan sulit dihubungi sepertimu.. Aku seharusnya sudah ada di studioku untuk membuat lagu. Bukan sendirian di tempat dingin seperti ini.." ujar laki-laki itu. Sakura membuang napas kesal.
"Aku tidak memakai yang seperti ini. Ini.." Sakura menyerahkan bingkisan itu dengan paksa pada laki-laki itu. Laki-laki itu bergeming dan tangannya menerima bingkisan itu tanpa minat.
"Lagipula, ini juga tidak cocok dipakai untuk gadis sepertimu.." laki-laki itu berkata dengan nada menyebalkan sebelum akhirnya berbalik dan berjalan membelakangi Sakura.
"Hei! Sasuke Uchiha! Apa tidak ada ucapan terimakasih untukku?" seru Sakura kesal.
Laki-laki itu melambaikan tangannya ke arah Sakura tanpa menoleh ke arahnya.
Sakura benar-benar merasa kesal pada laki-laki itu. Dia sudah susah payah ke sini mengantarkan bingkisan itu malam-malam begini, dan sikap laki-laki itu benar-benar membuatnya muak.
"Sial!" dia membungkuk dan mengambil gumpalan salju di dekat kakinya. Lalu meremasnya sampai membentuk sebuah bola salju. Dan dengan perasaan kesal dilemparnya bola salju itu ke arah laki-laki itu. Sebenarnya dia melakukan itu hanya untuk melampiaskan kekesalannya dan tidak pernah berniat benar-benar melempar laki-laki itu. Tapi bola salju itu tepat mengenai punggung laki-laki itu dan langsung pecah dengan keras.
Sakura terkejut sendiri dengan lemparannya. Dan dia buru-buru berbalik sebelum laki-laki itu sadar kalau itu adalah ulahnya. Sakura berjalan cepat-cepat meninggalkan tempat itu. Tapi sepertinya keputusannya kalah cepat dengan keputusan laki-laki itu.
Saat dia sedang berjalan terburu meninggalkan tempat itu, tangannya tiba-tiba ditarik ke belakang dan laki-laki itu sudah ada di belakangnya dengan raut wajah kesal.
"Apa kau mau mati?" tanyanya.
"Tidak. Maaf, aku tidak sengaja.. Lepaskan aku.. Atau aku akan mengatakan pada publik kalau kau pernah menjalin hubungan dengan Hinata Hyuuga?" ancam Sakura.
Laki-laki itu segera melepaskan tangannya tanpa berkata apa-apa.
"Pergilah.." ujar laki-laki itu seraya kembali berbalik dan berjalan meninggalkan Sakura. Sikapnya tidak seperti tadi.
Sakura hanya menatap punggung laki-laki itu pergi menjauh darinya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
.
.
.
Sakura agak terkejut saat melihat sosok seorang laki-laki yang dia kenal setelah dia keluar dari gedung tempat penyelenggaraan konser seiyuu yang baru saja dia lihat. Sakura tidak menyangka akan bertemu dengan laki-laki ini di tempat seperti ini malam ini. Laki-laki itu juga kelihatannya sama terkejutnya dengannya saat mereka berpapasan di tempat parkir yang sudah sepi. Sakura tidak melihat kru maupun manajernya yang biasanya menemaninya kalau dia hadir di acara-acara seperti ini. Laki-laki itu hanya berjalan sendirian dengan penampilan anehnya. Mantel panjang dan topi rajut serta kacamata yang bertengger di wajahnya. Tak lupa masker wajah. Dengan melihat mata hitam yang menatapnya tajam itu, Sakura bisa mengenali laki-laki itu.
'Dia kelihatan seperti seorang maniak dibanding seorang idol,' batin Sakura.
"Kenapa kau ada di tempat seperti ini?" tanya laki-laki itu dengan suara teredam masker wajahnya.
Sakura mengerutkan dahi menatapnya.
"Menonton konser. Apa lagi? Sama sepertimu 'kan?" sahut Sakura.
"Kau sendirian? Kau 'kan seorang gadis," kata laki-laki itu seraya melihat sekeliling Sakura. Gadis ini tahu apa yang dia maksud.
"Hinata tidak bisa datang. Dia memberikan tiketnya padaku, kalau kau mencarinya," katanya kemudian.
Sasuke Uchiha langsung menatap Sakura dengan tatapan tidak terima.
"Kau pikir aku sedang mencarinya?" katanya.
"Siapa lagi?" Sakura angkat bahu seraya berjalan melewati Sasuke dengan wajah mengantuk.
Dia ingin segera sampai di rumah. Menonton konser dengan teman-temannya dan tertawa terbahak-bahak seperti tadi benar-benar membuatnya lelah.
"Hei! Sakura-chan!" sebuah suara keras memanggilnya dari suatu tempat di tempat parkir itu.
Sakura melihat berkeliling. Lalu matanya menangkap satu titik di ujung jalan. Seorang sedang melambaikan tangan ke arahnya dari dalam mobil Ferari berwarna hitam di ujung jalan sana. Sakura menghela napas panjang. Dia hapal betul plat nomor itu. Dan orang yang sedang ada di dalam mobil itu adalah orang terakhir yang ingin dia temui kalau sudah lelah sekali begini.
"Naruto?" suara Sasuke Uchiha di belakangnya membuat Sakura mau tak mau menoleh kembali ke arahnya dengan kaget.
"Kau kenal dengan laki-laki itu?" tanya Sakura heran setengah kaget.
"Tentu saja. Dia teman dekatku semasa SMA dulu.. Sebelum dia pergi ke London dan meneruskan bisnis ayahnya di sana. Kapan dia pulang?" suara Sasuke kedengaran antusias sekali.
Dan dengan langkah cepat dia berjalan ke arah mobil itu tanpa menoleh ke arah Sakura lagi.
"Ugh.." Sakura memutar bola matanya dan mengikuti langkah laki-laki itu dengan malas-malasan menuju mobil yang terparkir itu.
Saat Sakura tiba di tempat itu, dia melihat laki-laki yang ada di dalam mobil itu tiba-tiba berseru keras lalu keluar dari mobil dengan wajah antusias sekali.
"Whoaa~! Sasuke! Teme!" laki-laki itu lalu memeluk laki-laki yang lebih tinggi darinya itu dengan erat sekali seraya menepuk punggungnya dengan lumayan keras.
"Kenapa kau tidak bilang padaku kalau sudah kembali ke Jepang? Dasar sombong.." ujar Sasuke.
Laki-laki yang dipanggil Naruto itu tampak protes dipanggil 'sombong' begitu.
"Apa? Kau yang mengabaikan pesanku. Mentang-mentang albummu sukses. Aku sudah mengirimimu pesan. Aku bilang.. 'aku sudah pulang' padamu," kata laki-laki itu.
"Hanya itu pesanmu padaku? Setelah sekian lama tidak bertemu? Setelah sekian lama kau tinggal di London dan hanya bilang 'aku sudah pulang'? Kau pikir pesan seperti itu membuatku sadar kalau kau sudah kembali ke Jepang?" Sasuke mulai tampak kesal juga pada laki-laki itu.
"Salahmu sendiri kau tidak membalas pesanku.. Kau harusnya langsung menjawab pesanku.." Naruto tetap bersikeras.
Sakura tidak tahu mereka berdua sedang terlibat masalah apa. Jadi dia hanya diam saja dan melihat pertengkaran konyol dua laki-laki di tengah malam yang dingin seperti ini. Seperti melihat drama tentang seorang kekasih yang ditinggal pacarnya selingkuh.
"Hei! Kenapa kau diam saja melihat kami bertengkar?" Naruto tiba-tiba menoleh ke arah Sakura dengan berseru agak keras dan itu membuat Sakura sedikit kaget.
"Aku tidak tahu apa masalah kalian," sahut Sakura.
"Kalian.. Saling kenal?" Sasuke bertanya dengan nada setengah heran seraya menatap Sakura dan Naruto bergantian.
"Tentu saja. Menurutmu? Kau pernah aku ceritakan tentang sepupuku yang paling menyebalkan karena tidak mau mengakui kalau aku tampan di depanku itu 'kan? Ini dia orangnya," Naruto menjelaskan dan menunjuk Sakura. Yang ditunjuk balas menatapnya tak percaya.
"Kau menceritakan itu pada orang lain? Yang benar saja ..." katanya.
"Jadi kalian berdua sepupu? Pantas saja ..." kata Sasuke.
"Pantas apa?" baik Sakura maupun Naruto bereaksi sama dengan pernyataan Sasuke.
Tapi Sasuke hanya angkat bahu tanpa menjawabnya.
"Kau harus mentraktirku malam ini. Kau berhutang padaku akan mentraktirku minum sepuasnya kalau kau pulang dari London.." ujarnya kemudian.
"Tidak masalah. Karena aku laki-laki sejati.. Aku akan menepati janjiku.." sahut Naruto menyombong.
"Baiklah. Aku tahu kedai minum yang enak," kata Sasuke kemudian.
"Nah, kau juga ikut," Naruto mendorong tubuh Sakura masuk ke dalam mobil.
"Apa? Enak saja. Aku tidak minum," Sakura mulai protes.
"Aku tahu. Makanya aku mengajakmu. Jadi nanti ada yang mengantar kami pulang kalau kami mabuk," kata Naruto.
Ch~! Sakura hanya membuang napas kesal tanpa bisa protes kalau kakak sepupunya itu sudah mulai berbuat sesukanya begitu. Jadi dia hanya menurutinya. Akhirnya dengan berat hati dia masuk juga ke dalam mobil itu. Kenapa dia harus ikut-ikutan terlibat masalah kakak sepupunya yang menyebalkan ini?
.
.
.
Sakura sedang membasuh tubuhnya dengan handuknya dengan mata masih setengah mengantuk. Dia pikir berendam air hangat di pagi hari akan membantu kantuknya hilang, tapi sama sekali tidak. Dia hampir ketiduran di bak mandi karena terlalu menikmati air hangatnya. Tubuhnya sama sekali tidak beristirahat sejak kemarin. Dia pulang kerja sore dan langsung pergi dengan teman-temannya ke konser. Sakura sudah merasa lelah sekali saat itu sebelum akhirnya dia menemani dua laki-laki gila minum sampai larut malam. Kakak sepupunya dan Sasuke minum-minum sampai tengah malam sekali. Akhirnya Sakura yang mengangkat mereka satu per satu masuk ke dalam rumah Naruto Uzumaki, kakak sepupunya. Tidak ada seorangpun yang membantunya karena ini adalah rumah pribadi Naruto yang memang dipakainya saat ingin benar-benar sendirian.
Sebenarnya kalau ini bukan musim dingin, dia akan membiarkan dua orang itu tertidur di mobil daripada dia harus bersusah payah membawa mereka satu per satu ke dalam rumah. Tubuh mereka bahkan lebih berat daripada tubuh Sakura. Apalagi laki-laki yang satu lagi itu.. Tapi karena dia adalah seorang gadis yang baik hati dan tidak mungkin membiarkan dua orang itu mati kedinginan di sana, dia akhirnya membawa mereka masuk satu-satu.
Sakura menggeleng keras-keras untuk melupakan pengalaman mengerikan tadi malam. Cukup! Itu pertama dan terakhir kalinya dia menemani minum dua laki-laki itu.
Saat dia mengambil mantel mandinya dan akan memakainya untuk membalut tubuhnya, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan sebuah wajah muncul begitu saja.
Tanpa dikomando lagi dan dengan perasaan terkejut luar biasa, Sakura terpekik dengan keras sekali. Baik dia maupun Sasuke Uchiha yang tiba-tiba membuka pintu tadi, sama-sama kaget luar biasa. Sasuke yang kelihatan masih setengah mabuk langsung segera menyadari kesalahannya begitu Sakura berteriak keras dan langsung menutup pintu lagi dengan buru-buru.
Sakura segera memakai mantel mandinya dan mengikatnya kuat-kuat. Wajahnya benar-benar merona merah sekarang. Dia tidak pernah menyangka kalau akan terjadi hal-hal semacam ini. Dadanya sekarang berdegup kencang sekali dan dia benar-benar merasa malu sekali sampai tidak sanggup untuk keluar dan bertatapan dengan laki-laki itu. Dia ceroboh sekali sampai lupa mengunci pintunya tadi.
Lalu bagaimana ini?
"Ada apa, sih? Kenapa Sakura berteriak keras sekali? Apa ada katak dalam kamar mandi?" Sakura mendengar suara Naruto dari luar kamar mandi.
Dia lalu menarik napas dalam-dalam dan menghelanya perlahan untuk menenangkan perasaannya. Ini salahnya karena kecerobohannya. Huff.. Sakura berharap laki-laki tadi masih sedikit mabuk saat membuka pintu kamar mandinya jadi tidak menyadari apa yang dia lihat.
Dengan perasaan masih berkecamuk, tangannya membuka kenop pintu dengan sedikit gemetar.
Dia berusaha sekuat tenaga memperlihatkan wajah datar seolah tidak terjadi apa-apa.
Naruto berdiri di luar kamar mandi seraya menatap Sakura penuh tanya. Rambut pirang pendeknya masih acak-acakan sekali dan bau sake masih tercium dari badannya.
"Kenapa? Kenapa pagi-pagi berteriak keras sekali?" tanya Naruto.
"Karena badanmu bau sekali.. Baunya sampai kamar mandi.." sahut Sakura dengan terus berjalan menuju kamarnya tanpa menoleh ke arah Naruto maupun Sasuke.
"Hei! Adik sepupuku yang satu ini benar-benar.. Sama sekali tidak ada manis-manisnya padaku.." gerutu Naruto kesal. Tapi Sakura tetap berlalu cepat-cepat masuk ke kamarnya.
"Dia kenapa, sih?" kata Naruto sepeninggalnya Sakura.
"Mungkin dia malu.." sahut Sasuke kemudian.
"Kenapa?" Naruto menoleh ke arah Sasuke yang berdiri sambil bersandar ke dinding di belakangnya.
"Karena aku tidak sengaja membuka pintu kamar mandi saat dia sedang memakai baju.." jelas Sasuke datar.
"Apa? Bagaimana bisa? Kau ini! Dasar laki-laki mesum! Lalu ... Kau melihat ... semuanya?" Naruto terbelalak kaget menatap ke arah Sasuke dan bertanya dengan nada sedikit pelan.
"Tentu saja.. Salah siapa mandi dengan pintu tidak terkunci seperti itu?" Sasuke angkat bahu dengan wajah acuh. Meskipun dalam hati dia juga merasakan hal yang sama yang dirasakan gadis itu tadi.
"Awas kalau kau macam-macam padanya.." ancam Naruto seraya meninggalkan Sasuke yang berjalan masuk kamar mandi masih dengan sikap acuh.
.
.
.
"Aku mohon. Berjanjilah padaku untuk terus mencintaiku. Seperti yang kau katakan dulu," gadis itu berkata dengan memohon dan airmatanya mulai turun membasahi paras wajahnya yang cantik. Tapi Sasuke hanya menatapnya tanpa ekspresi. Sejak insiden penembakan itu, dia sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Perasaannya sudah hampa. Dan dia tidak bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain saat ini walaupun dia menangis sambil memohon-mohon di depannya.
Dia sudah berubah menjadi laki-laki lain, yang tidak akan peduli dengan apapun yang ada di sekitarnya. Yang dia pikirkan saat ini tidak ada yang lain kecuali balas dendam.
"Pergilah.." ujarnya dengan nada dingin.
"Aku tidak mau sampai kau melupakan misimu. Ini bukan kau yang dulu," ujar gadis itu.
Sasuke menatap gadis itu dengan perasaan berkecamuk yang dengan susah payah dia sembunyikan. Dia masih mencintai gadis ini, seperti saat dulu mereka berdua menjalin kisah cinta saat duduk di SMA. Hanya gadis ini satu-satunya yang bisa menarik perhatiannya dengan semua kepolosannya. Sasuke mengamati wajah gadis di depannya ini dengan seksama. Wajah ini adalah wajah yang sangat dirindukannya dan bisa membuatnya nyaman. Sasuke memperhatikan bibir gadis itu, dan keinginan untuk menciumnya tiba-tiba muncul. Dia ingat sekali saat ciuman pertama mereka.. Di tempat itu... Sasuke bahkan ingat sekali kapan mereka melakukan ciuman pertama. Saat pesta perpisahan sekolah.. Gadis ini mengenakan gaun malam yang sangat indah, yang memperlihatkan bahunya yang cantik dan seksi..
Saat Sasuke sedang serius membayangkan hal itu untuk menegaskan pandangan matanya pada gadis di depannya, tiba-tiba pikirannya yang sedang membayangkan wajah seorang gadis dengan gaun malam yang seksi berubah menjadi bayangan seorang gadis yang sedang mengenakan gaun mandi dalam kamar mandi.
Sasuke menggelengkan kepalanya keras-keras.
"Ah, tunggu.. tunggu.. Maaf, aku lupa script-nya.." ujarnya buru-buru seraya mengibaskan tangannya.
"Oke. Cut! Perfect, Sasuke-san. Kita istirahat sebentar," ujar sutradara Lee yang sejak tadi sibuk mengamati akting laki-laki itu.
Sasuke menghela napas panjang seraya berjalan menuju ke tempat duduk yang biasa dia pakai untuk istirahat saat syuting begini. Salah seorang asisten dan stylish-nya menghampirinya. Asistennya menyodorkan segelas kopi panas padanya dan stylish-nya membawakannya mantel musim dinginnya.
"Ponselku mana?" tanya Sasuke pada asistennya. Asistennya segera menyerahkan ponsel padanya.
Sasuke menerima ponselnya dan menghidupkannya. Ada beberapa pesan masuk. Tapi yang menarik perhatiannya adalah nama Naruto yang tertera di atas sendiri. Ada dua pesan darinya.
'Aku bertemu Hinata hari ini.. Kau benar-benar sudah menyerah pada gadis itu? Begitu saja? Kau main dengan gadis di mana-mana, sih.'
'Lho? Kenapa aku baru tahu kalau Hinata berteman dekat dengan Sakura? Wahh... Aku baru tahu. Benar-benar baru tahu..'
'Datanglah ke rumah malam ini. Aku akan menunjukkanmu sesuatu.'
Sasuke menghela napas panjang setelah membaca ponsel itu.
'Kenapa bertanya padaku? Tanyakan saja pada adik sepupumu itu. Lagipula aku bukan main dengan banyak gadis. Perempuan-perempuan itu yang mendekatiku.'balas Sasuke.
Pesan terkirim.
Sasuke meneguk gelasnya yang berisi kopi dan mengambil script yang sudah diletakkan di sampingnya oleh asistennya tadi.
Gara-gara ingatannya tentang kejadian dua malam yang lalu di rumah Naruto, pikirannya jadi terbayang-bayang oleh kejadian tak sengaja di kamar mandi itu saat dia mulai berimajinasi tentang gadis seksi. Kejadian di kamar mandi itu tidak bisa dia lupakan begitu saja. Yang benar saja. Bohong kalau dia bilang dia tidak melihatnya. Dia melihat apa yang sedang dilakukan gadis itu dan tentu saja tubuhnya. Dan itu yang membuatnya sedikit merasa bersalah. Itu adalah pertama kalinya dia melihat tubuh gadis langsung tanpa berbalut pakaian apapun. Dan kenyataan bahwa gadis itu adalah tipe gadis yang tidak pernah memakai pakaian yang membuat tubuhnya dilihat banyak orang seperti artis-artis di sekitarnya.
Gadis itu tidak seksi, sih. Sama sekali tidak seksi malahan. Dadanya rata. Tidak seperti tubuh idol-idol yang sering diumbar di publik itu. Tapi ... Perasaan laki-laki itu jadi berdesir sendiri saat membayangkannya. Dan Sasuke merasakan sesuatu di dalam celananya tiba-tiba berdenyut.
"Shit! Apa yang aku pikirkan?" dia menepuk kepalanya dengan lembaran naskah di tangannya. Lalu mulai berkonsentrasi lagi dengan naskahnya dan mengabaikan rasa tidak enak yang berasal dari pangkal pahanya.
.
.
.
Pintu rumah Naruto tampak sedikit terbuka saat Sasuke tiba di rumah itu dan langsung saja memasuki rumah itu tanpa mengetuk atau membunyikan bel. Karena mobil Naruto ada di luar, Sasuke tidak perlu cemas kalau nanti dia marah-marah kena omelannya karena masuk begitu saja. Dia melepaskan mantel musim dinginnya yang penuh butiran salju dan menggantungnya di gantungan baju dekat dengan rak sepatu. Di luar salju turun lebat sekali.
Tapi saat kaki Sasuke tiba di ruang tengah, dia mendengar suara sama-samar seorang gadis yang sedang asik berbincang-bincang.
"Ya sudah.. Kau katakan saja yang sebenarnya padanya. Kenapa kau jadi gadis lemah seperti ini? Kau 'kan selalu bisa mengambil keputusan sendiri.. Jangan bergantung padaku, karena itu adalah perasaanmu sendiri.."
Saat Sasuke tiba di ruang tengah, dia mendapati seorang gadis sedang berbaring di atas sofa berwarna merah marun dengan kedua kakinya diangkat dan disandarkan pada sandaran sofa sambil berbincang dengan seseorang melalui ponselnya. Gadis itu tampak terkejut sekali saat dia melihat Sasuke sudah berdiri di sana dengan tiba-tiba dan langsung menurunkan kedua kakinya dengan sikap kikuk.
"Aku akan menelponmu lagi nanti.." kata gadis itu pada ponsel di tangannya seraya duduk di sofa.
Dia mematikan teleponnya dan beralih menatap Sasuke.
"Naruto-nii sedang dalam perjalanan katanya. Kau diminta menunggu sebentar.." ujar Sakura seraya beranjak dari tempat duduknya.
"Kau seharusnya menutup pintu dengan benar. Kau ini seorang gadis.. Seharusnya kau lebih berhati-hati.. Bagaimana kalau ada orang asing yang tiba-tiba masuk?" omel Sasuke. Sakura mengangkat kedua alisnya.
"Benarkah? Aku pikir sudah menutupnya tadi. Ahh.. Silakan duduk.." kata Sakura seraya melewati Sasuke dengan sikap acuh.
Sasuke hanya menggeleng tak percaya dan duduk di sofa itu seraya kedua kakinya diluruskan di atas lantai marmer beralaskan karpet beludru itu.
"Kopi? Teh? Susu? Coklat?" wajah Sakura muncul di balik pintu dapur yang letaknya berdekatan dengan ruang tengah.
"Sake.." jawab Sasuke singkat.
Gadis itu mengerutkan dahi menatapnya.
"Sake?" tanyanya. Tapi setelah itu kepalanya kembali menghilang di balik pintu dapur itu tanpa bertanya-tanya lagi.
Pilihan favorit laki-laki itu adalah minuman beralkohol saat berada di tengah-tengah cuaca dingin seperti ini dibanding minuman yang lain. Baginya hanya sake yang bisa membantunya menghangatkan diri langsung dari dalam tubuhnya.
Sasuke mengamati sekeliling rumah ini. Beberapa foto Naruto berukuran besar dipasang di beberapa sudut dinding. Sasuke tersenyum kecut.
'Laki-laki itu memang benar-benar percaya diri dan menganggap dirinya benar-benar tampan sampai semua orang yang ada di rumah ini harus melihat wajahnya di tiap sudut rumah..' batinnya.
Dia beranjak dari duduknya dan berjalan mengelilingi ruang tengah itu lalu menuju jendela yang kordennya sudah tertutup rapat. Dia membuka korden warna krem itu dan melihat keluar. Salju semakin lebat saja di luar sana. Jangan-jangan akan ada badai hari ini..
Setelah dia mengamati salju untuk beberapa saat, dia lalu sadar kalau gadis itu tidak keluar-keluar juga dari dapur. Sasuke jadi penasaran. Dia tidak ketiduran di dapur 'kan?
Sasuke akhirnya berbalik dan berjalan menuju dapur. Pintu dapur terbuka dan Sasuke bisa melihat gadis itu sedang berdiri di depan sebuah rak sambil menatap rak itu dengan diam. Kedua tangannya memegangi bagian ujung rak sambil mengamati apa yang terdapat di rak itu dari atas sampai bawah.
Sasuke menggeleng. Dia lupa. Gadis itu 'kan tidak minum. Pasti dia tidak tahu mana botol sakenya. Sasuke menghela napas panjang.
Lalu akhirnya dia menghampiri gadis itu dan berdiri tepat di belakangnya. Hanya sekali melihat saja dia bisa langsung tahu minuman kesukannya. Sake kalengan yang letaknya berada di rak paling atas.
"Aku menemukannya lebih dulu.. Kau terlalu lama.." katanya.
Sakura berbalik dan menatapnya tanpa minat.
"Nah.. Silakan menikmatinya kalau begitu sampai Naruto-nii dat-.."
Belum sempat Sakura menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba seluruh ruangan di tempat itu menjadi gelap gulita. Sakura sedikit terkejut karena lampu mati dengan tiba-tiba. Tapi dia sama sekali tidak menduga kalau reaksi laki-laki di depannya ini lebih dari yang dia sangka. Sasuke terpekik kaget sekali dan langsung merengkuh tubuh kecil Sakura dan memeluknya erat-erat. Sakura seperti tercekik rasanya karena laki-laki ini memeluk tubuhnya kencang sekali.
"Hei! Kau.. membuatku.. sesak napas..." Sakura memukul lengan laki-laki itu dengan kesal.
Sasuke segera menyadari apa yang dia lakukan dan langsung melepaskan tubuh gadis itu. Untung sekali saat ini sedang mati lampu karena pasti mukanya sudah merona merah saking malunya.
Sebagai seorang laki-laki, dia memang takut dengan kegelapan. Dia tidak membantahnya. Dia paling takut dengan hal-hal seperti ini dibanding apapun.
Sakura merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan ponselnya lalu menghidupkannya tepat di bawah wajahnya. Melihat wajahnya yang hanya diterangi ponsel itu, membuat Sasuke kaget sekali karena mengingatkannya pada film-film misteri yang sering ditontonnya. Reaksinya spontan langsung menampik ponsel Sakura sampai ponsel itu terjatuh ke lantai dan langsung mati.
"Hei! Apa yang kau lakukan?" seru Sakura. Dia terdengar marah.
Sasuke tidak bisa melihat wajahnya.
"Salahmu sendiri menghidupkan ponsel dengan tiba-tiba seperti itu! Kau membuatku kaget! Haruno Sakura! Kau ada di mana?" Sasuke mulai meraba-raba ke sekelilingnya seraya berteriak memanggil Sakura.
"Aku di bawah.. Ponselku mati gara-gara kau tampik tadi.." jawab Sakura dengan nada kesal. Suara gadis itu terdengar tepat di bawahnya. Sasuke melangkahkan kakinya untuk mencari gadis itu, tapi karena tempatnya gelap sekali, dia sama sekali tidak melihat apa yang ada di depannya. Kakinya tersandung sesuatu dengan keras sekali sampai dia terhuyung jatuh dan akhirnya tubuhnya benar-benar jatuh.
"AHH!"
Bukan hanya suaranya yang terdengar berteriak kesakitan, tapi gadis itu juga berteriak kesakitan karena tubuh tinggi laki-laki ini menindih tubuhnya dengan tiba-tiba.
"Apa yang kau lakukan? Yang benar saja!" Sakura berkata dengan nada kesal.
Sasuke tidak sadar kalau tubuhnya berada di atas tubuh gadis itu karena dia sama sekali tidak bisa melihat apapun sekarang. Dia hanya bisa meraba dan merasakan.. Walaupun saat ini keadaannya gelap gulita tapi dia bisa merasakan wangi apel yang keluar dari tubuh gadis itu. Mulai dari rambutnya dan seluruh tubuhnya.. Tercium aroma apel yang menyegarkan. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang begitu terbayang insiden di kamar mandi beberapa saat lalu antara dia dan gadis ini. Tapi dia berusaha untuk tetap tenang.
"Kau pasti baru saja mandi.." ujarnya tiba-tiba.
"Ap-apa?" Sakura bereaksi dengan kaget.
"Tubuhmu masih sedikit dingin dan aromanya sabun mandi.." jawab Sasuke.
"Dasar, mesum! Sampai kapan kau akan berada di atas tubuhku? Kau berat sekali.." Sakura berusaha menggeser tubuh laki-laki itu untuk beranjak dari tubuhnya.
Sasuke akhirnya mengangkat tubuhnya dan duduk di atas lantai yang sudah dipasang penghangat itu. Tapi tangannya langsung menarik lengan gadis itu begitu dia terduduk di atas lantai supaya gadis itu tidak pergi darinya dan membiarkannya berada di kegelapan ini sendirian.
"Awas kalau kau pergi.." ancam Sasuke dengan nada tajam.
"Kenapa? Kau takut? Di sampingmu sepertinya ada yang sedang mengintip." ujar gadis itu seenaknya.
Sasuke langsung merasa merinding dan menarik tangan gadis itu untuk mendekat ke arahnya.
"Kalau kau bilang macam-macam lagi, aku benar-benar akan melakukan sesuatu padamu.." ancam laki-laki itu dengan nada sungguh-sungguh. Tapi Sakura hanya tertawa geli.
"Ya ampun. Ada apa dengan para laki-laki ini? Pertama Naruto-nii. Lalu kau. Bagaimana kalau kau punya istri nanti? Masa' istrimu yang harus melindungimu?" ujar Sakura di sela-sela tawanya.
"Kalau begitu, kau menikah saja denganku!" sahut Sasuke kesal.
"Kau bukan tipe laki-laki idealku.. Aku tidak suka laki-laki yang suka mengomel dan suka menggoda banyak gadis sepertimu," ujar Sakura. Sasuke membuang napas pelan.
"Bisakah kau memanggilku 'Sasuke-kun' dengan manis seperti yang dilakukan gadis-gadis lain seumuranmu? Bukan hanya 'kamu' seperti itu? Kau benar-benar ... Sejak awal kita bertemu, kau selalu bertingkah seolah tidak suka padaku. Apa aku begitu menyebalkan di matamu? Hah?" Sasuke berkata dengan nada yang benar-benar kesal sekarang.
Hening. Sakura tidak segera menjawab dan hanya menatap Sasuke untuk beberapa saat. Suara deru angin di luar kedengaran jelas sekali menandakan kalau sedang terjadi badai di luar sana. Sama halnya dengan yang terjadi dalam diri gadis itu sekarang.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu.." kata Sakura kemudian.
"Apa?" tanya Sasuke dengan dahi berkerut.
Sakura menghela napas panjang berusaha mengatasi gemuruh yang sedang terjadi di hatinya dan berusaha bersikap seolah semua biasa saja.
"Aku tipe gadis yang tidak akan dicintai oleh banyak laki-laki. Karakterku agak menyebalkan mungkin di mata banyak laki-laki. Jadi mereka akan menjauhiku atau lebih memilihku untuk menjadi teman mereka dibanding sebagai kekasih mereka. Selama ini belum ada laki-laki yang menyukaiku karena sifatku yang seperti ini. Keras kepala, sesukanya sendiri, sedikit egois dan tidak feminim.. Semua laki-laki lebih memilih gadis yang anggun dan menarik 'kan? Kau pun juga seperti itu 'kan? Tapi aku tidak bisa seperti mereka. Semakin aku mencoba untuk jadi seperti mereka.. Aku malah merasa aneh. Itu bukan diriku sendiri. Klise.. Tapi aku ingin seorang laki-laki yang akan bilang kalau aku sama menariknya dengan mereka dengan gayaku yang seperti ini.." ujar Sakura panjang lebar seraya menyandarkan kepalanya pada tembok di belakangnya. Hari ini dia lelah sekali dan sudah ingin cepat-cepat tidur di ranjangnya yang empuk. Dia mengantuk sekali karena seharian ini mengerjakan banyak sekali laporan. Dan sebenarnya tadi dia sudah bersiap untuk tidur sebelum ada telepon dari Hinata dan Naruto juga menyuruhnya untuk menunggu kedatangan laki-laki ini.
Sasuke terdiam dan tidak menanggapi perkataan gadis itu sama sekali. Ini pertama kali dalam hidupnya ada seorang gadis yang mengatakan hal semacam ini padanya. Memang benar, hal pertama yang akan diperhatikan seorang laki-laki adalah penampilan seorang gadis. Baru kepribadiannya. Umumnya begitu. Dia tergila-gila pada Hinata juga karena penampilannya yang memukau itu. Di Jepang ini, laki-laki mana yang tidak akan menyukai gadis secantik dia? Kalau dibandingkan dengannya, gadis di sampingnya ini memang tidak ada apa-apanya. Dia memang cantik. Tapi tubuhnya tidak seksi. Dia tidak bisa menyanyi. Dan dia hanyalah orang biasa. Dan sifatnya sama sekali jauh dari kata anggun.
Gadis ini tidak ada apa-apanya. Sama sekali.
Tapi Sasuke menyadari sesuatu, dia bisa jadi dirinya sendiri tiap dia ada di dekat gadis ini. Dia tidak pernah berpura-pura menjadi seorang idola yang harus berwajah ceria dan cool di depannya. Dia bahkan bisa mengomeli gadis ini kalau gadis ini membuatnya kesal.
Saat dia sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba bahunya seperti dijatuhi oleh sesuatu dengan keras. Sasuke terlonjak kaget. Ternyata gadis itu sudah ketiduran dan kepalanya bersandar di bahunya sekarang.
"Hei! Jangan tidur. Kau tidak boleh tidur ... Bangun! Sakura!" Sasuke mengguncang kepala gadis itu.
'Seorang laki-laki sejati tidak boleh membangunkan gadis yang sedang kelelahan seperti itu,' suara hatinya yang paling dalam protes.
Akhirnya dia membiarkan gadis itu tidur dengan kepalanya yang bersandar pada bahunya.
.
.
.
TBC
A/N : Berhubung kemarin saya salah ketik satu kata fatal, akhirnya saya ganti chap ini dgn yang baru. Tadaaaa! Yg sering baca fanfic Korea pasti langsung paham. Makasih koreksiannya. And yes.. Ini adalah fanfic remake. Kenapa saya ga nyantumin sumbernya? Karena itu adl remake-an dr fanfic saya sendiri. Hehehe. Jadi langsung saya ganti. Makasih dan maaf kalau mengecewakan..