Suara dengungan motor saling berlomba menunjukkan ketidaksabaran penunggangnya untuk segera melaju. Jalanan pada malam ini begitu lengang. Seorang gadis berpakaian menantang—hanya rok mini dan bra berwarna hitam—memegang bendera merah. Tak jauh dari posisinya berdiri belasan motor sudah siap untuk saling menggilas. Suara riuh penonton tak kalah dengan bisingnya raungan mesin motor. Jalan gelap nan panjang ini akan menjadi saksi kenekatan para pembalap. Sejauh mana nyali yang dimiliki sanggup membawa mereka untuk melakukan banyak hal gila di lintasan.

Bendera merah yang dipegang tinggi telah diturunkan. Sorakan penonton semakin membahana memecah kesunyian malam. Botol-botol bir saling beradu. Asap rokok, lembaran uang, dan masih banyak lagi yang melebur dalam kemeriahan.

Belasan pemuda yang penuh dengan rasa percaya diri saling memamerkan kenekatannya. Manuver lincah terus diperagakan. Kemampuan dalam mengatur gigi motor, gas, kopling, dan rem adalah penentu dari segalanya.

Seorang pemuda yang memakai motor balap berwarna biru gelap, pakaian serba hitam, dan helm yang juga berwarna hitam tampaknya lebih menonjol pada pertarungan ini. Dengan mulus, dia berhasil melewati beberapa lawan.

Satu, dua, tiga, empat. Ah, rupanya masih ada lagi empat lawan yang meninggalkannya di belakang. Jarum pada speedometer-nya semakin memperlihatkan adanya penambahan kecepatan yang signifikan.

Satu, sisa tiga lagi motor yang berada di depan.

Dua, kini tinggal dua lagi.

Tiga, ah tak terasa tinggal satu lagi lawan di depan sana.

Jalan yang berliku cukup menyulitkannya mengejar, terlebih beberapa lampu jalan tidak berfungsi dengan baik. Pemuda itu semakin tak sabar.

Sebentar lagi dia akan melewati orang terakhir. Tikungan di depan akan menjadi kesempatan emasnya.

Shit! Kakinya terlambat menekan rem sehingga gerakan motornya agak melebar di tikungan.

Sabar. Ah, dia melakukan kesalahan bodoh karena terlalu buru-buru.

Kali ini dia kembali menyusun rencana secara cepat di otaknya. Tikungan di depan adalah tikungan terakhir sebelum menuju garis finis. Dia tak boleh gagal.

.

.

.

.

.

.

"KYAAAA! SASUKE-KUUUUUUN!"

"KAU HEBAT SASUKE!"

Garis finish telah dilewati dengan sempurna. Pria itu, Uchiha Sasuke, mengacungkan tangan kanannya ke atas. Dia selalu suka sensasi kemenangan seperti ini. Adrenalinnya terus meningkat, semua sel dalam tubuhnya telah larut dalam euforia ini. Mereka memekikan namanya, memujinya. Balapan liar yang sangat menyenangkan.

.

.

.

.

.

AGAIN

Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto, saya tidak mengambil keuntungan apa pun dari pembuatan fanfiksi ini.

Warning: AU, typo, OOC

[Uchiha Sasuke x Haruno Sakura]

Untuk Raditiya

.

.

.

.

.

Balapan adalah hidupku. Kebebasan adalah ideologiku. Semuanya dilengkapi dengan kehadiran Yugao, kekasihku. Sempurna, kecuali kenyataan kalau Yugao adalah istri kakakku. Lalu, Ibu membuat sebuah skenario yang melibatkan Haruno Sakura. Teman kecilku yang gendut dan menyebalkan—sebentar ... dia tidak lagi gendut!?

.

.

.

.

.

Semua kemeriahan tadi sudah sirna karena sekarang Uchiha Sasuke telah kembali ke rumahnya. Kediamannya yang sederhana dan bersahaja. Gelap, semua lampu kecuali lampu luar telah dimatikan. Setelah memarkirkan motornya di garasi, Sasuke melirik sebentar jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, sudah pukul setengah tiga dini hari. Dia mengeluarkan kunci rumah dari saku belakang celananya, memainkan kunci itu sebentar—melempar dari tangan kanan ke tangan kiri dan sebaliknya—sebelum membuka pintu berwarna putih tersebut.

Kembali suasana remang-remang menemui penglihatannya. Dia kembali mengunci pintu, kemudian berjalan menyusuri tangga. Tsk, baru sekarang rasa kantuk yang begitu hebat menyerangnya. Sasuke menguap sambil melewati kamar kakaknya, sebentar lagi dia akan menemukan pintu kamarnya, dan tempat tidurnya yang sudah sangat dia rindukan.

Sayang, sebelum dia berlabuh di pelabuhan mimpi, tubuhnya telah ditarik. Sebelum Sasuke sadar pada apa yang terjadi, lehernya telah dilingkari tangan ramping dan bibirnya telah menyentuh bibir lain yang begitu menggodanya.

Yugao, tentu saja, memangnya siapa lagi?

"Hmm, kaumau pergi begitu saja ke kamarmu tanpa menyapaku?" tanya wanita itu di sela-sela ciuman mereka.

"Hn."

"Kau mengantuk? Apa kau tak merindukan aku?"

"Ayah dan Ibu?" Sasuke melepaskan pagutan itu sambil mengamati sekeliling dengan waspada. Mereka berada di depan kamar Itachi, kalau sial, siapa saja bisa memergoki mereka sekarang.

"Ayah sedang ke kantor percetakan, besok pagi baru pulang. Sedangkan Ibu sudah tidur, katanya tak enak badan," jawab Yugao sambil tersenyum penuh arti.

"Tidak sekarang!" ucap sasuke tegas saat Yugao mulai memajukan tubuhnya lagi.

"Kenapa?"

"Ini sudah dini hari, dan besok kakakku akan pulang."

Wanita itu melepaskan rangkulan tangannya pada leher Sasuke dengan kecewa. Benar juga, dia sampai lupa kalau besok adalah jadwal kepulangan suaminya. "Kalau begitu, berikan aku ciuman selamat malam."

"Ini sudah bukan malam hari lagi," goda pria itu.

"Siapa yang peduli, Sasuke."

Sasuke menyeringai sambil menudukkan kepalanya. Memberikan lumatan panas yang menggetarkan. Ini adalah kesalahan yang begitu benar bagi mereka. Keduanya terus larut dalam indahnya dosa memabukkan sampai tak sadar kalau Mikoto seperti sedang terkena serangan jantung di tangga. Matanya melebar menyaksikan mereka saling bercumbu dengan sangat mesra dan panas. Tangan menantunya itu bahkan beberapa kali menjambak rambut Sasuke. Ini ... mimpi bukan?

oOo

Wanita paruh baya itu buru-buru turun sebelum mereka menyadari keberadaannya. Tadinya Mikoto ingin memastikan apa benar Sasuke sudah pulang sehingga dia bergegas menuju kamar anaknya. Sungguh, demi Tuhan! Dia sama sekali tak menyangka kalau menantu dan putra bungsunya berkhianat di belakang Itachi—putra sulungnya. Sasuke dan Yugao? Apa-apaan ini! Akal sehatnya memaksa Mikoto untuk menolak pemandangan tadi, tapi yang dilihatnya begitu nyata dan tak terbantahkan. Dia mengunci pintu kamarnya dengan ketegangan tinggi yang melanda. Kalau Itachi tahu akan hal ini, dia pasti akan membunuh Yugao dan membuat perhitungan dengan Sasuke!

Apa? Kenapa? Bagaimana bisa? Sejak kapan mereka mulai menjalin cinta terlarang ini? Dan ... sudah sejauh apa hubungan mereka?

Tidak! Itachi jangan sampai tahu!

oOo

"Cukup." Sasuke mengakhiri ciuman mereka. Dia puas. Kemenangan dan wanita cantik adalah perpaduan sempurna.

"Selamat tidur, Sasuke," bisik Yugao sensual, tak lupa dia meniup cuping pria itu, membawa hawa panas dari bibirnya menerpa telinga dan tengkuk Sasuke.

"Hn."

Yugao menatap punggung Sasuke yang sedang menuju ke kamrnya. Dia tahu Sasuke tergoda, akan tetapi pria itu masih menahan diri. Kalau saja Itachi tak pulang besok, semua tentu akan terasa menyenangkan. Ah, sepertinya dia juga cukup merindukan suami tampannya itu. Memiliki kakak beradik Uchiha sekaligus, apa lagi yang kurang dari hidupnya?

Semua salah Itachi. Profesinya sebagai pilot membuatnya sering bepergian, meninggalkan istri muda penuh gairah di rumah bersama adiknya yang sangat sukar ditolak.

oOo

Tak tahu sejak kapan hubungan cinta ini terjalin. Semua bermula di malam saat Itachi membawa Yugao ke rumah untuk diperkenalkan sebagai calon istrinya. Saat mata tatapan mata Yugao dan Sasuke bertemu dia meja makan, ada percikan listrik yang mengalir, keduanya seperti merasakan adanya listrik tegangan rendah yang mengalir dari ujung kepala ke ujung kaki. Sayang sekali karena Yugao telah terikat pada Itachi.

Sasuke sendiri tak mengerti, di antara semua wanita, kenapa harus Uzuki Yugao?

Dia adalah pembalap. Ayah dan ibunya susah menyerah untuk membuanya berhenti mengikuti balapan liar, sementara Itachi beranggapan kalau Sasuke bisa memilih mau hidup seperti apa. Ada banyak sekali wanita cantik di lokasi balapan. Tapi, Sasuke jarang tertarik pada mereka. Dia bahkan hanya dua kali pacaran dan itu pun gagal. Dia tak pernah bermain perempuan hanya untuk kesenangan pribadi.

"Namaku Uzuki Yugao, salam kenal."

"Hn, Uchiha Sasuke."

Saat mereka bersalaman, percikan aneh itu kembali terasa, bahkan semakin kencang. Rambut ungunya, bibirnya yang merah yang menggoda, dan matanya yang indah begitu memikat perhatian Sasuke.

Argh! Kenapa Yugao harus menjadi tunangan kakaknya!?

Sasuke sangat menghormati kakaknya. Pria berambut panjang itu adalah inspirasi Sasuke dalam segala hal. Dan Sasuke sangat berterima kasih karena Itachi selalu mendukungnya, termasuk tak menenatangnya mengikuti balapan. Akan sangat tak adil kalau dia merebut milik Itachi.

Tapi, sesuatu dalam dirinya terus berteriak untuk mengesampingkan rasa persaudaraan dan hormatnya pada Itachi.

"Sasuke, ini calon kakak iparmu."

Senyum lebar Itachi kala itu terus menghantuinya.

Pernikahan Itachi dan Yugao terjadi tak lama sesudahnya. Mengingat kenyataan kalau kamar mereka berdekatan di lantai dua membuat Sasuke terus berusaha menahan diri melihat kemesraan pengantin baru itu. Yugao yang memperbaiki dasi Itachi, Yugao yang memberikan kecupan kecil di pipi Itachi, Yugao yang menerima bisikan mesra dari suaminya. Semua itu membuat dada Sasuke panas.

Cinta terlarang ini semakin berkobar saat Itachi semakin jarang pulang ke rumah. Pria itu mengambil rute penerbangan ke Eropa dan Amerika sehingga waktunya semakin sering tersita oleh pekerjaan. Rasa kesepian Yugao, dorongan hasrat, dan keinginan memiliki Sasuke membuat mereka menyerah akan godaan.

Mereka akhirnya mengkhianati Itachi. Kadang ada penyesalan setiap kali Itachi kembali, namun saat dia pergi, penyesalan itu menguap tanpa bekas. Begitu seterusnya, mereka sudah jatuh dalam lingkaran setan yang tak bisa diputus.

.

.

.

.

.

oOo

.

.

.

.

.

Memikirkan kepulangan Itachi membuatnya tak bisa tidur. Sebersit rasa bersalah selalu menyerangnya setiap kali menatap sosok kakak sulungnya itu. Sebentar lagi Itachi akan pulang dan dia harus berlaku seolah tak ada apa-apa. Wajahnya yang terpantul di cermin terlihat kusut karena kurang tidur.

"Selamat pagi, Bu," ucapnya setelah tiba di ruang makan.

Aneh, kali ini ibunya sama sekali tak membalas ucapan darinya. Begitu pun saat Yugao mengucapkan salam. Mereka berdua saling bertukar pandangan.

"Ibu, apa Ibu sedang sakit?" tanya sang menantu yang khawatir.

Mikoto tetap mendiamkan mereka.

"Aku pulang."

Setelah mendengar salam dari ayahnya, barulah wanita itu bereaksi. "Selamat datang."

Sasuke dan Yugao mengikuti langkah ibunya ke depan, menyambut kedatangan sang ayah.

"Itachi!" Kehadiran putra sulungnya bagaikan sebuah kejutan. Mikoto langsung berlari dan memeluk Itachi dengan sangat erat. "Syukurlah kau sudah pulang."

"Ini memang sudah waktunya dia kembali," jawab Fugaku.

"Syukurlah kau pulang, Itachi."

Kedua pria yang berdiri di depan pintu masuk itu tak mengerti kenapa Mikoto bersikap seperti itu.

"Selamat datang," kata Yugao ramah. "Sayang, kamu menjemput Ayah di percetakan?"

Wajah Mikoto berubah masam di dalam pelukan putranya.

"Iya, tadi aku menghubungi Ayah untuk memberi tahu kalau aku sudah kembali, ternyata Ayah masih di percetakan. Sekalian saja kujemput agar kami bisa pulang berdua."

"Bagimana Berlin?" tanya Sasuke datar. Entahlah, mereka semua sudah lengkap di depan pintu masuk ini, tapi rasanya suasana kali ini sangat berbeda. Tak sehangat biasanya.

"Menyenangkan, sayang sekali aku hanya seminggu di sana." Itachi melepaskan pelukannya pada Mikoto dan beranjak menuju istrinya. Dipeluknya Yugao dengan begitu lembut. "Aku benar-benar merindukanmu."

"Aku juga, Sayang."

Air muka Sasuke dan Mikoto berubah, dengan suasana hati yang berbeda tentu saja. Kalau bisa, dia ingin menampar wajah menantunya itu sekarang juga. Sedangkan Sasuke, dia sedang menahan rasa cemburu yang mulai menyeruak.

"Ah, sebentar. Kita tidak sendiri." Raut wajah Fugaku seperti menyembunyikan sesuatu.

"Aku tidak datang sendiri dari Berlin. Ada seseorang yang ikut denganku, dia akan tinggal bersama kita. Ayah juga sudah setuju."

"Siapa?" tanya Mikoto refleks.

"Seseorang yang sangat kita kenal, dia sudah berada di luar."

"Itachi, jangan main tebak-tebakan," seru Mikoto mulai tak sabar.

Bukan hanya Mikoto, baik Yugao dan Sasuke juga sama-sama penasaran. Memangnya siapa yang akan tinggal bersama mereka?

"Sakura, masuklah," panggil Itachi.

Ooh, tidak. Tidak, tidak, dan tidak. Jangan bilang ini Haruno Sakura yang gendut, menyebalkan, dan selalu mengejarnya dengan mata berbinar saat mereka kecil dulu? Kalau memang benar, maka ini adalah mimpi buruk! HARUNO SAKURA YANG ITU MEMANG MIMPI BURUK!

Semoga bukan dia, Tuhan. Sembari memanjatkan permohonannya, Sasuke berusaha mengingat apa dia punya kenalan lain yang bernama Sakura. Ck ... ternyata tak ada. Sudah pasti permohonannya kali ini tak akan dikabulkan.

Mikoto menatap takjub saat sosok itu sudah muncul. Kejutan Itachi dan Fugaku membuat rasa tidak senang yang ditahannya sejak tadi kini berganti dengan suka cita.

Rambut merah jambu, mata hijau, kulit putih susu. Tamat. Tuhan memang sedang mengabaikannya kali ini.

Haruno Sakura yang berumur tujuh itu gendut, sangat gendut. Tapi, yang berdiri di hadapan mereka adalah seseorang yang tinggi dan langsing.

Dia selalu mengenakan gaun hijau mengerikan yang menurutnya sangat cantik. Tapi, Haruno Sakura yang ini mengenakan celana jeans, sepatu hitam cantik, blouse ungu yang dipadukan dengan beberapa pernak-pernik yang membuatnya terlihat modis.

Haruno Sakura selalu melihatnya dengan tatapan berbinar, seolah Sasuke adalah makanan lezat yang siap disantap. Tapi, gadis itu maju dan menyapa Sasuke dengan biasa. "Hai, Sasuke."

Dia selalu menerjang lengan Sasuke dan tak mau melepaskannya. Tangannya yang gemuk seperti anaconda yang melilit erat tangkapannya. Tapi, Haruno Sakura yang ini sama sekali tak menjadikan Sasuke pusat perhatiannya. Dia malah beranjak bersama yang lain ke dalam sambil bercanda ria dengan ibunya.

Sasuke masih terpaku di tempat. Perpisahan selama dua puluh tahun membuat dia seperti tak mengenali perempuan itu lagi.

"Sasuke, bawa koper Sakura ke dalam," terdengar suara teriakan ibunya. "Setelah sarapan, bersihkan kamar tamu di atas biar Sakura bisa segera istirahat."

Wow, ibunya yang tak pernah menyuruhnya bekerja, kini memberikannya perintah. Nada bicara Mikoto bahkan menunjukkan kalau perintahnya adalah mutlak dan tak bisa dibantah. Haruno Sakura, perubahan apa lagi yang akan kauhadirkan?

.

.

.

.

Tbc

A/N

Kakek Radiiiiiiit, akhirnya janjiku bisa dipenuhi juga TT maap kamu mintanya dari tahun kapan, eh tahun kapan baru dibuat. Selamat ulang tahun, semoga cepat nikah ya keek wkwk

Tadinya ga mau nambah MC lagi, tapi request radit ga bisa kalau ga MC (OS bisa sih, tapi PWP) berhubung saya ga nulis lemon lagi, jadi perlu nyusun alur biar request si kakek bisa dibikin :3 well, demi teman yang juga orang2 yang paling awal ngedukung saya saat baru join ke ffn, kayanya saya ga bisa mengabaikan requestnya begitu aja.

Saya tunggu tanggapannya, kalau ada typo atau misstypo kasih tau aja ya di mana ;)