Fanfiction
Big Brother's Advice
An Axis Powers: Hetalia Fanfiction
Disclaimer :
Hetalia bukan milik saya, Axis Powers: Hetalia beserta seluruh karakternya adalah milik Hidekaz Himaruya
Genre : Romance, Humor
Rate : T
Summary :
Emil galau dan uring-uringan karena cinta? Ini saatnya Lukas dan Mathias memberi nasehat-nasehat seorang kakak untuk adiknya yang tengah galau gara-gara jatuh cinta sama seorang pemuda bernama Kaoru. HongIce, HetaGakuen, Human name, Orijima Ryuu's first fanfiction
Warning : Shounen Ai, HongIce, humor garing, banyak typo, OOC dll. Thanks untuk yang sudah mau membaca...
Emil menghela nafas.
Lukas menoleh, Mathias menoleh.
Tino-pun ikut menoleh, dan Berwald juga ikut menoleh.
Bahkan Mr. Puffin ikut menoleh ke arah pemuda berambut keperakan itu.
Cicak di dindingpun ikut menoleh.
Masa kamu tidak ikut menoleh? (oke, abaikan)
Acara nonton tv bersama itu berubah jadi acara menoleh ke arah Emil bersama.
"Emil, kau nampak tidak bersemangat.. apa ada yang salah?" tanya Tino dengan nada penuh kekhawatiran. Bagaimanapun, Emil adalah anggota paling kecil di keluarga mereka, membuat semua kakak-kakaknya pasti ikut khawatir bila ia dalam kesulitan
Suara Tino bagaikan jam weker yang membangunkan Emil dari lamunannya. "H-Hah? Ti-tidak ada apa-apa, kok!" ujarnya dengan semburat merah muncul di kedua pipinya.
Kecurigaan muncul di benak para kakak-kakaknya.
Kerutan muncul di wajah Mathias, "Emil, kau menyembunyikan sesuatu" ujar Mathias seakan ia bisa membaca pikiran orang. Rona kemerahan kembali muncul di wajah Emil.
Pemuda itu berdiri, "su-sudah kubilang, tidak ada apa-apa!" ujarnya dengan nada suara meninggi, kemudian pergi meninggalkan ruang keluarga itu menuju kamarnya.
"Mathias," Lukas memanggil Mathias, "ada yang mencurigakan" ujarnya seraya menaikkan letak kacamatanya dengan elegan.
"Aku tahu, kita harus menyelidikinya" jawab Mathias dengan wajah (sok) serius.
Dan dimulailah penyelidikan Lukas dan Mathias terhadap adik tercinta mereka, Emil.
Siang itu, keduanya menatap ke pintu kamar Emil, sementara sang empunya kamar tengah pergi mengajak Mr. Puffin jalan-jalan. Pintu kamar Emil tidak dikunci, menganga lebar malah, seakan berkata, "Hei, ayo masuk kemari! Ada banyak hal menyenangkan! Banyak diskon juga, lho! Beli 5 gratis 1!"
Keduanya ragu untuk menyelinap ke dalam kamar adiknya, dan berlalu pergi.
Tidak baik menyelinap ke kamar seseorang, apalagi saudaramu sendiri, tanpa ijin pula (kalau pake ijin namanya bukan menyelinap)
Mereka berjalan ke arah meja makan, dan mereka menemukan sesuatu tergeletak begitu saja di atas meja makan, sebuah notes berwarna biru pucat. Di atasnya terdapat label yang bertuliskan : 'Milik Emil'
"Ini sepertinya catatan pelajaran biasa" ujar Lukas seraya mengamati tiap halaman buku itu. Semua ditulis dengan rapi, dan hampir semuanya berisikan jadwal pelajaran, barang yang harus dibawa dan guru-guru yang harus ditemui. Segalanya tentang pelajaran. Emil memang murid teladan.
"Tunggu, ini.." Lukas berhenti pada suatu halaman. Mathias mendekatkan wajahnya untuk ikut membaca halaman itu.
"Hari ini, aku mengamatimu lagi, dari kedekatan yang terasa begitu jauh... Aku hampir menyerah, tapi tiap melihat senyummu, aku tidak bisa menyerah.." Mathias membacanya.
Lukas dan Mathias saling berpandangan. "Emil..."
"Emil kenapa?"
Lukas menoleh, Mathias menoleh.
Puffin menoleh, dan cicak di dinding lagi-lagi ikut menoleh.
Acara menoleh ke arah Emil bersama memasuki season dua (kalimat ini tolong diabaikan saja)
Emil menatap kedua kakaknya yang tengah membaca catatan miliknya sembari tersenyum.
Aura keunguan bak aura yandere milik teman mereka yang bernama Ivan Braginski muncul di belakang punggung Emil, "Lukas, Mathias, kalian sedang apa dengan catatanku?" tanyanya dengan nada manis...
Tino yang berada di lantai dua bersumpah ia mendengar Mathias menjerit.
"Oh, adikku sedang jatuh cinta" ujar Lukas setelah ia berhasil memaksa Emil untuk menceritakan segalanya dengan sogokan ia takkan meminta Emil memanggilnya 'Onii-chan' selama sebulan. "I-Iya" Emil menundukkan kepala, untuk menyembunyikan semburat merah di pipinya.
"Kalau begitu, bilang langsung ke orangnya, dong!" ujar Mathias
"Nggak mungkin!" tolak Emil
"Emil benar, tidak mungkin tiba-tiba kau bilang suka begitu saja" Lukas membela adiknya.
Sebuah seringai yang amat jarang muncul, mendadak mengembang di wajah Lukas, "aku punya ide" ujarnya.
Emil menoleh, Mathias menoleh.
Mr. Puffin dan cicak sudah capek menoleh, jadi mereka diam saja.
"Well, ini hanya ide dan saranku, sih.."
Lukas mendekatkan wajahnya ke telinga Emil dan berbisik..
Saran Lukas Bondevik : Sapa dia dengan cara yang tidak biasa, agar dia mengingatmu!
Kaoru.
Orang yang berhasil membuat hati seorang Emil terpanah oleh panah cupid bernama Kaoru. Emil sendiri tak mengerti bagaimana awalnya ia bisa jatuh hati pada pemuda bernama Kaoru itu. Emil jadi teringat kata-kata Tino soal cinta,
"Kadang hal itu hanya terjadi begitu saja, tanpa alasan, tiba-tiba saja, muncul begitu saja"
Kini, ia berdiri beberapa meter di belakang orang yang ia sukai.
Ia akan menyapanya. Bila biasanya ia hanya akan menepuk pundaknya dan berkata, "yo, pagi"
Kali ini, ia akan menggunakan cara yang berbeda. Cara yang akan membuatnya dikenang.
Dengan penuh keyakinan, Emil melangkah maju.
Segalanya telah siap.
Emil siap!
"Kaoru!"
Kaoru menoleh ke arah Emil yang berdiri di belakangnya.
Lorong itu menggelap, dan sinar lampu sorot menyinari Emil yang berdiri di tengah. Mr Puffin terbang dan menebarkan kelopak-kelopak mawar.
Emil mengibaskan poninya, dan tersenyum berkilau ala iklan pepsod*nt
"Yo, pagi"
"Hei, pagi Emil, masuklah, 5 menit lagi gurunya datang" ujar Kaoru datar seraya memasuki kelas.
Emil ditinggal gitu aja..
Dicuekin sama orang yang kita suka itu..
Sakitnya di sini..
Saran Mathias Kohler : Tunjukan padanya kamu perhatian sama dia! Tunjukan ke dia kamu peduli sama dia, sampai hal-hal yang mendetail!
Kaoru tidak sengaja menjatuhkan penghapusnya.
Dengan tanggap, Emil menunduk dan meraih penghapus yang jatuh tak jauh dari mejanya itu. Ia menyerahkannya pada Kaoru "I-ini.. jatuh" "Oh, makasih"
Satu kata 'terimakasih' yang Kaoru lontarkan itu dapat membuat jutaan bunga di hati Emil bernyanyi senang.
"Ka-Kaoru, kau potong rambut ya?"
"Iya, kamu nyadar? Apa perbedaannya terlihat banget?"
"T-Tidak, tapi terlihat lebih rapi saja.. Oiya, tepak pensilmu ganti warna, ya?"
"Apa iya? Aku sendiri tidak nyadar"
"Warnanya lebih tua"
"Oh, berarti ini tepaknya Kiku, kemarin sepertinya tertukar"
"Kaoru, Emil"
Suara sang guru berhasil membuat keduanya menoleh ke arah sang guru yang berdiri di depan kelas. "Tolong tenang, ini masih jam pelajaran"
Emil menunduk, "ma-maaf pak.."
Cara milik Mathias nampaknya gagal juga..
Mungkin bisa berhasil, tapi Emil harus mencatat untuk tidak mempraktekannya selama jam pelajaran.
Emil duduk sendirian di kelasnya, memandang ke luar jendela, di mana langit telah berubah menjadi jingga oleh karena mentari yang tengah terbenam. Teman sekelas Emil yang lain sudah pulang, menyisakan Emil sendirian. Ia harusnya pulang juga, tapi ia memilih menetap.
"Kau tidak pulang, Emil?"
Emil menoleh ke arah Kaoru yang berdiri di ambang pintu kelas mereka. Pipi Emil memerah melihatnya di sana. Ia sungguh berharap Kaoru tidak menyadari semburat merah di pipinya.
"T-Tidak.. aku sedang berpikir.."
"Oh, ya? Berpikir apa?" Kaoru berjalan mendekat dan menarik kursi, kemudian duduk di hadapan Emil.
"I-itu.." Emil terbata.
Mendadak, suara ringtone ponsel memecah keheningan yang menyelimuti ruang itu.
Emil tahu persis itu suara ponsel miliknya. Ia mendapat sebuah sms.
Pesan itu berasal dari ponsel Lukas. Isinya cukup singkat.
"Saran terakhir dari Lukas Bondevik dan Mathias Kohler : Katakan saja bagaimana perasaanmu sejujurnya, biarkan apa yang harus terjadi, terjadi"
Emil tersenyum membaca pesan yang dikirim kedua kakaknya itu.
Ia menatap Kaoru yang duduk di hadapannya, tengah melihat ke arahnya dengan wajah bingung.
"Hei, ada apa?"
"Aku menyukaimu"
Emil tersenyum, sementara Kaoru tak dapat menyembunyikan keterkejutan yang nampak di wajahnya.
"Sejak pertamakali aku bertemu denganmu, aku jatuh hati padamu, Kaoru" ujar Emil, "aku menatapmu dari meja ku yang berdekatakan denganmu, aku menyapamu setiap pagi, aku berharap kau menyadari sesuatu, dan hari ini aku yakin aku harus membuatmu sadar, jadi aku memilih untuk langsung bicara saja"
Sekali lagi, Emil tersenyum, "Aku menyukaimu"
Kaoru ikut tersenyum, "begitukah?" ia menatap Emil, "kebetulan sekali, aku juga menyukaimu"
Emil tak mampu menahan senyum di wajahnya untuk tidak mengembang lebih lebar lagi. Pipinya memerah, dan debaran di dalam dadanya semakin mengencang. Kaoru tersenyum padanya, "aku juga menyukaimu, Emil"
Mungkin lain kali.. Emil harus meminta saran-saran dari kakak-kakaknya lagi..
OMAKE
Kaoru's Point of View
Aneh.
Pagi ini Emil menyapaku dengan cara yang tidak biasa, sungguh cara yang tak terlupakan. Bagaimana caranya lampu di lorong mendadak mati? Lampu sorot itu juga dari mana?
Tapi sungguh, itu cara yang lucu! Apa itu cara Emil mengatakan padaku untuk mengingatnya? Padahal, aku selalu mengingatnya, lho. Aku mengingat bagaimana dia menyapaku tiap pagi.. Sapaan itu tak mungkin aku lupakan..
Selama pelajaran ini, Emil juga sedikit aneh. Biasanya dia pendiam. Kami jadi kena marah Pak Guru.. Ia perhatian sekali, sampai sadar tepak milikku tertukar dengan tepak Kiku yang warnanya tak jauh berbeda.. aku sendiri tidak sadar, lho! Apa ia ingin mengatakan bahwa ia selalu perhatian padaku dan mengawasiku? Haha, sungguh lucu! Aku tahu kau selalu mengawasiku, kok! Aku tahu setiap 2 menit sekali, kau menoleh ke arahku, aku tahu kau tersenyum ketika aku tertawa dan bercanda bersama yang lain. Aku tahu.
Karena diam-diam, akupun mengawasimu.
Karena aku tahu, kau menyukaiku, dan kebetulan, aku juga menyukaimu...
-END-
Hai semua! Terimakasih untuk yang sudah baca fanfic pertama Ryuu! Ryuu terharu! *nangis terharu* udah lama pengen buat fanfic, tapi baru kali ini bisa! Rasanya seneng banget! Tolong kasih Ryuu saran, ya! Maaf kalo banyak typo, maaf kalo Emil dan yang lain jadi OOC, terus maaf kalo humornya garing. Ryuu masih belajar ^^ fanfic pertama Ryuu pairingnya HongIce, soalnya itu pairing favourite Ryuu..
Sekali lagi, Ryuu ucapkan terimakasih yang banyak sekali buat yang udah baca! ^^
Salam hangat, Orijima Ryuu