Luhan berjalan beriringan bersama Baekhyun, mereka mengobrol dan sesekali tertawa. Kai dan Sehun hanya berjalan beriringan di belakang Luhan dan Baekhyun sambil sesekali mengobrol—atau lebih tepatnya Kai yang berbicara sedangkan Sehun terlalu asik memperhatikan Luhan yang terlihat begitu manis di mata Sehun.

Begitu sudah hampir sampai di depan pintu, Luhan yang berada di depan menghampiri Sehun dan merangkul lengan Sehun sambil mengobrol dengannya. Kai merasa sedikit aneh dengan Luhan, tapi saat matanya mendapati Kris tengah mengobrol dengan Tao, dan si mata panda itu sesekali menyuapkan makanannya pada Kris, Kai langsung paham dengan kondisi ini. Luhan benar-benar menggunakan Sehun sebagai pelariannya, ya?

"Kau terlihat mengantuk," Luhan mengusap pipi Sehun pelan. "Kenapa?"

"Hanya ulangan yang melelahkan, hyung…," Sehun tersenyum lalu mengecup kening Luhan pelan.

"Berhentilah ber-lovey dovey," Baekhyun setengah menggerutu melihat pipi memerah Luhan karena kecupan di keningnya. Kai yang mendengarnya tertawa sambil memberi tatapan setengah mengejek pada Luhan.

.

IF TOMORROW COMES

Another day has gone, tomorrow comes again

If this happiness that I am allowed to have, I keep asking my self

.

OTHER CHANCE

.

Mereka berempat makan dengan tenang. Kai masih memperhatikan gerak-gerik Luhan yang terlihat mengunyah dengan tatapan yang mengarah lurus ke depan, yang Kai tahu itu tempat Kris dan Tao berada. Kai mendengus, tatapan cemburu dan kesal tergambar jelas di sana. Ia kesal, sahabatnya benar-benar dijadikan pelarian oleh Luhan, Rusa China yang begitu dikagumi Sehun.

"Luhan-hyung, makan lah sayurnya."

Luhan menoleh pada Sehun. "Aku tidak suka sayur, biasanya Baekhyun yang akan menghabiskannya."

"Sekarang kau yang harus menghabiskannya, hyung," nada suara Sehun terdengar setengah memerintah.

"Aku tidak suka sayur, Sehun-ah."

Sehun terkekeh lalu mengacak rambut Luhan. "Kau akan menyukainya. Bayangkan saja itu 'sesuatu' milik orang yang kau sukai."

"Sehun, kau pervert!" Pekik Baekhyun yang tadi hanya diam mendengarkan. Luhan yang mengerti apa yang dimaksud Sehun setengah memerah sementara Sehun dan Kai tertawa melihat reaksi Baekhyun yang berlebihan.

"Aku hanya bercanda," Sehun menjawab Baekhyun sambil terkekeh. "Makan saja sayurnya, hyung. Kau tidak akan mati karena memakannya."

"Baiklaaah," jawab Luhan malas sambil menyendokkan sedikit sayur ke mulutnya.

Tanpa disadari, ada mata yang memandang tepat pada Luhan saat mereka sudah akan kembali ke kamar. Mata tajam yang menatap Luhan dengan tatapan sulit diartikan.

.

Sudah sekitar seminggu Luhan berpacaran dengan Sehun, di hari minggu sekolah mengizinkan siswanya untuk berjalan-jalan ke taman bermain di dekat sekolah dan mereka berdua tidak menyia-nyiakan hal itu. Kai dan Baekhyun mengikuti mereka berdua di belakang karena Kai yang bersikeras ingin keluar bersama Sehun dan Luhan yang meminta Baekhyun ikut.

Mereka berempat menikmati kegiatan hari ini. Khususnya Luhan yang terlihat begitu semangat setelah Sehun membelikan satu porsi es krim vanilla dengan chocochips yang menemani ditambah topping oreo yang mempercantik es krim Luhan.

"Kau tidak pernah sesemangat ini kalau berjalan-jalan denganku sekalipun kau membeli hal yang sama," Baekhyun berkomentar.

"Ya karena kau tidak pernah melihatku jalan dengan Kris," jawab Luhan sambil berbisik lalu terkekeh kecil. Ia segera menghampiri Sehun setelah melihat Sehun sudah membayar. Tangan kanannya merangkul lengan Sehun dan jari-jarinya aktif menggerakkan sendoknya untuk memakan es krim yang digenggam tangan kirinya.

Sehun terkekeh melihat Luhan yang terlihat begitu manis, tangannya mengacak pelan rambut Luhan. "Kita mau ke mana lagi? Aku belum pernah keluar untuk berjalan-jalan sebelumya."

"Aku hanya ingin berjalan-jalan sambil mengobrol dan sesekali membeli jajan pinggir jalan," ujar Luhan manja yang menimbulkan senyum dari Sehun.

"Jangan mengeluarkan uangmu," Sehun mengecup kening Luhan. "Oke?"

"Berhentilah kau Oh Sehun. Itu sedikit menggelikan di telingaku, sungguh," Baekhyun bersuara pelan.

Kai yang berada disamping Baekhyun terkekeh. "Kau tidak akan percaya, bahkan dulu Sehun membeli minuman dingin untuk kekasihnya saja tidak mau. Sehun itu pelit!"

"Apa yang kau ucapkan rasanya selalu membuat Sehun terlihat aneh jika bersama Luhan, Kai."

"Sehun memang aneh jika bersama Luhan."

"Tentu, aku aneh jika dengan Luhan-hyung, tapi aneh dalam arti positif."

Luhan tersenyum tipis mendengar ucapan Sehun, ia mengedarkan matanya ke sekeliling taman. Sebuah kursi di bawah pohon rindang membuat Luhan terdiam sebentar. Tempat itu… tempat dirinya dan Kris biasa duduk bersama ketika berjalan-jalan. Luhan yang terdiam sambil memandang tempat kosong di taman itu membuat Sehun ikut menatap tempat itu. "Mau duduk di sana?" Tanya Sehun.

"E-eoh?" Luhan menoleh pada Sehun, lalu menggeleng lirih. "Tidak, ayo kita jalan-jalan saja."

"Ayo duduk saja dulu di sana, tempatnya terlihat nyaman," Kai terlihat sudah melangkah menuju tempat yang dipandangi Luhan tadi.

"Ayo!" Baekhyun mengikuti Kai dengan semangat.

Luhan menghela napas pelan, mengikuti langkah Baekhyun dan Kai di depannya dan Sehun yang sudah menggandeng tangannya untuk berjalan beriringan. "Kau tidak suka kalau duduk di sana? Aku bisa mengatakannya pada Kai dan Baekhyun kalau kau tidak mau—."

"Bukan tidak mau, sudahlah. Ayo, tempat tidak begitu buruk, sangat nyaman malah," Sehun mengangguk mengerti.

Begitu sampai di tempat yang dituju mereka duduk berhadap-hadapan. "Ini nyaman, hyung," ujar Baekhyun sambil menyamankan posisinya.

"Sangat! Matamu keren juga bisa mendapatkan tempat senyaman ini, haha."

Luhan mengangguk sambil tersenyum. "Aku biasa ke sini dengan seseorang, jadi aku tahu tempat ini nyaman."

Kai yang tadi sumringah mendadak mengubah raut wajahnya mendengar ucapan Luhan, dia menatap Luhan penuh tanya. "Dengan Kris-sunbae?"

Sehun melirik Kai sekilas lalu menatap Luhan. "Jangan dengarkan Kai, hyung."

"Aku hanya bertanya," Kai mengangkat bahunya cuek. "Kita pindah saja, bisa-bisa Luhan-hyung flashback di sini," mendengar ucapan itu Luhan tersenyum lirih sambil menunduk.

"Kai," Baekhyun menatap Kai. "Kau berlebihan. Jangan berbicara seperti itu, Luhan-hyung cukup sadar diri kok! Luhan-hyung tidak akan seperti itu karena dia sudah milik Sehun."

Luhan tiba-tiba berdiri dari duduknya. "Aku mau kembali ke asrama dulu, sampai jumpa nanti," Luhan segera berlari pergi.

"Luhan-hyung!"

"Hyung, kembali!"

Sehun dan Baekhyun berteriak memanggil Luhan sambil mengikuti langkahnya yang sialnya tidak bisa diikuti. Meski kecil Luhan ia bisa berlari cepat juga. Kai yang membuat Luhan seperti itu hanya mengikuti Sehun dan Baekhyun dengan langkah santai.

"Kenapa kau mengatakan itu, Kai?" Sehun bertanya dengan tatapan kesal.

"Karena aku tahu dia hanya memanfaatkanmu, Sehun-ah. Baekhyun pun sebenarnya tahu, aku yakin itu."

Sehun menghela napasnya pelan. "Lalu apa pedulimu kalau aku hanya dimanfaatkan?"

"Apa perasaan tulusmu pantas dibegitukan?" Kai menyipitkan matanya.

"Aku tahu Luhan-hyung hanya memanfaatkanku…."

"A-apa?" Baekhyun ikut terkejut mendengar ucapan Sehun. "Bagaimana kau tahu?"

"Dari apa yang dia lakukan. Luhan-hyung tengah berlari dan sekarang sedang berada di tempat pemberhentian sementaranya, itu aku. Kalau dia sudah merasa kuat kembali, pasti dia akan melanjutkan larinya mengejar pelabuhannya, bukan sekedar tempat istirahat sepertiku yang tidak akan membuatnya berlayar."

"Kau seharusnya merasa sedih…," Baekhyun bergumam lirih.

Sehun tersenyum tipis, memberikan kekuatan untuk dirinya sendiri. "Kau lupa ya apa yang aku katakan waktu itu?"

"Berhentilah kalau kau sudah lelah," Kai menepuk bahu Sehun. "Maaf aku menyakiti Luhan-hyung."

"Sudahlah, aku tahu kau hanya ingin melindungiku. Ayo kita kembali saja ke asrama."

.

Luhan berlari dengan perasaan kesal, tangannya mengepal kuat karena Kai.

Bruk!

Seseorang yang juga berlari—meski tidak sekencang Luhan larinya— menabrak tubuh kurus Luhan hingga Luhan terjatuh.

"Astaga, maafkan aku," orang itu mengulurkan tangannya di depan wajah Luhan yang tengah mengerang lirih karena sakit. Luhan menerimanya dengan ragu dan masih mengelus bagian tubuhnya yang tertabrak dan menimbulkan rasa sakit.

Luhan setengah terkejut saat menyadari genggaman tangan yang rasanya tidak asing, Luhan mendongak dan mendapati seseorang dengan wajah maskulin yang sangat Luhan kagumi tengah menatapnya khawatir. "Kau baik?"

"Aku baik," Luhan berusaha menjawabnya dengan tenang. Luhan masih merasakan genggaman di tangannya, ia menikmatinya.

"O-oh," yang lebih tinggi menyadari tangannya masih di tangan Luhan melepaskannya, sengaja menimbulkan suara daheman lirih. "Baguslah, lain kali berhati-hati."

"Tentu," Luhan mengangguk kikuk. "Kau sendirian?"

"Iya, kau juga sendiri?"

"Hm… begitulah. Aku mau ke asrama dulu."

"T-tunggu!" Kris menahan lengan Luhan. "Aku juga mau ke asrama."

"Oh… kalau begitu aku mau menunggu Sehun kembali dari taman dulu saja," Luhan tersenyum tipis. "Kembalilah ke kamarmu, Kris."

Kris tertawa kaku. "Baiklah, sampai jumpa," dengan itu Kris langsung melanjutkan larinya ke tujuan.

Luhan melebarkan senyumnya. "Apa tadi dia baru saja mengatakan sampai jumpa?" Luhan memekik tertahan dengan semangat.

Luhan duduk di dekat gerbang masuk sekolahnya, menunggu Sehun dan lainnya seperti yang ia katakana pada Kris. Begitu matanya menangkap Baekhyun, Luhan langsung berdiri dan menunggu Baekhyun datang.

"Baekhyun!" Luhan setengah berlari menghampiri Baekhyun dengan semangat saat Baekhyun ada di depannya. Ia merangkul lengan Baekhyun lucu.

Sehun dan Kai menatap bingung mendapati Luhan sudah berubah mood semudah itu. Baekhyun yang memang sudah terbiasa tersenyum menanggapi sikap Luhan. "Ada apa, hyung?"

"Kris tadi mengatakan 'sampai jumpa' padaku," bisik Luhan namun terdengar begitu semangat.

"Apa itu yang membuatmu begitu ceria, hyung?" Tanya Baekhyun sambil tertawa melihat Luhan.

Luhan mengangguk semangat. "Aku sangat bahagia karena itu!"

"Hyung," Sehun menepuk bahu Luhan pelan, ia menatap Luhan khawatir. "Lenganmu berdarah dan bajumu sedikit kotor. Apa kau jatuh?"

"E-eh?" Luhan mengecek lengannya yang ditunjuk Sehun. Benar saja, ada sedikit luka gores dan darah keluar dari luka itu. "Y-ya… aku tadi terjatuh. Ayo Baekhyun, antar aku ke ruang kesehatan."

"Aku saja," Sehun meraih lengan Luhan pelan. "Ayo, biar aku bersihkan dan mengobatinya."

Baekhyun tersenyum. "Sehun benar, kau dengannya saja, aku masih ada perlu dengan Kai."

Sehun tersenyum lalu meraih tangan Luhan, menggenggamnya. "Ayo, hyung."

"Jangan!" Luhan dengan cepat menarik tangannya dari Sehun. "M-maksudku— ah sudah, ayo," Luhan berjalan cepat di depan Sehun, meninggalkan tiga adik kelasnya yang memandanya dengan tatapan bingung.

"Kau baik, hyung? Daritadi kau terlihat seperti orang bingung," tanya Sehun sambil membersihkan luka Luhan.

Luhan menggeleng sambil tersenyum. "Aku hanya sedikit linglung, mungkin aku perlu istirahat. Ayo cepat, aku ingin tidur."

"Kau baru saja bangun satu setengah jam lalu," Sehun terkekeh sambil menyelesaikan membalut luka Luhan. "Sudah, ayo kita ke kamar."

Begitu sampai di kamar Luhan langsung berbaring di kasurnya. Rasanya hari ini ia senang sekali, bertemu dengan Kris adalah kebahagiannya. Apalagi kalau bertemu dengan Kris dan melakukan interaksi seperti tadi, tentu Luhan sangat menyukainya. Luhan berguling ke sana ke mari dengan muka memerah karena membayangkan bagaimana tadi ia dan Kris. Katakan Luhan konyol masih bergitu tergila-gila pada Kris padahal sudah diperlakukan seperti itu, tapi memang begitulah dirinya, begitulah perasaannya.

"Hyung, kau baik? Apa kau kesulitan tidur?" Tanya Sehun yang berada di meja belajarnya, sepertinya tengah mengerjakan tugas.

"Kau terus saja bertanya apa aku baik," Luhan bergumam ketus. "Tentu saja aku baik, kau pikir aku kenapa?"

Sehun terkekeh. "Ya, dari jawabanmu kau terlihat seperti Luhan-hyung yang biasanya. Tidurlah, kau pasti kelelahan. Kalau kau susah tidur mungkin itu karena kau belum berganti baju."

"Aku hanya ingin istirahat, bukan berarti tidur kan? Tapi mungkin aku memang perlu berganti baju," Luhan beranjak dari tidurnya lalu mengambil pakaian santai. Niatnya ingin berganti di kamar mandi, tapi toh Sehun sudah pernah melihat tubuhnya jadi ia dengan cuek berganti di depan lemari pakaian.

"Tidak perlu di pakai bajunya, hyung," ujar Sehun saat Luhan baru saja menanggalkan bajunya, meninggalkan celana dalam.

"Berhentilah berpikir mesum, aku tidak akan melayanimu kali ini."

"Aku lumayan tertarik dengan pemaksaan sebenarnya, hyung."

"Yak!" Luhan melempar baju yang ia lepas tadi. "Sudah berapa kali kau memasuki orang, hah?"

"Satu," jawab Sehun saat tangannya berhasil menangkap baju Luhan.

"Bohong!"

"Kau seharusnya percaya," Sehun terkekeh. "Aku benar-benar baru memasukimu, hyung."

"Tidak perlu diperjelas bagian kau sudah pernah memasukiku!" Luhan agak meninggikan suaranya.

"Baiklah," Sehun tersenyum. "Lekas istirahat, aku melanjutkan tugas dulu nanti aku menyusulmu."

.

Luhan terbangun siangnya sekitar pukul dua belas siang, ia mendapati Sehun tengah memeluknya sambil memejamkan mata. "Kau tidur?" Luhan bertanya sambil mengelus pipi putih Sehun.

"Tidak," Sehun meraih tangan Luhan. "Aku hanya mengistirahatkan mataku."

Luhan mengangguk mengerti, ia membiarkan Sehun memeluknya seperti ini. "Lima belas menit lagi kita makan, oke?" Sehun menjawabnya dengan gumaman. Luhan tersenyum saat Sehun memeluknya lebih erat, rasanya sekalipun badan Sehun kurus tetap saja bisa menimbulkan perasaan nyaman bagi tubuhnya.

Begitu sudah terlewat lima belas menit, Luhan menepuk pipi Sehun yang sepertinya sudah terlelap. "Bangun Sehun-ah, ayo kita makan."

"Ungg," Sehun bersuara pelan sambil meregangkan tubuhnya, matanya terbuka perlahan, ia masih mengumpulkan nyawa. "Makan?" Sehun bergumam, menatap Luhan dengan tatapan khas orang mengantuk.

Luhan terkekeh, mengacak rambut Sehun pelan. "Ayo makan, kau pasti lapar."

Sehun langsung berdiri—meski sedikit sempoyongan. "Ayo."

Mereka berjalan berdua sambil saling bergandengan tangan, mood Luhan begitu bagus, terlihat dari dia yang bersenandung lagu ceria dan tangannya yang bergerak ke depan-belakang. "Kau terlihat begitu bersemangat hari ini, hyung."

Luhan tertawa ceria sambil mengeratkan rangkulannya. "Begitulah, rasanya moodku benar-benar baik!" Luhan tersenyum lebar.

Sehun tersenyum tipis, pasti saat Luhan kembali ke sekolah tadi Luhan bertemu dengan sesuatu yang membuatnya begitu senang. Beberapa perkiraan muncul di pikiran Sehun, tapi sebagian besarnya adalah… Luhan bertemu dengan Kris.

"Tadi saat kembali ke sekolah bertemu dengan seseorang, ya?" Sehun mengacak rambut Luhan pelan.

Luhan mengangguk. "Yeah… semacam itu. Ayo cepat, aku lapar!"

"Kali ini kau harus makan banyak sayur, hyung."

"Apa? Tidak mau!" Luhan memekik kesal. "Aku tidak akan mengambil sayur siang ini, aku benci sayur!"

Sehun terkekeh. "Aigoo, kau akan menyukainya kalau sering memakannya. Biasakan lidahmu untuk memakannya, hyung."

"Ya ya, baiklah aku usahakan untuk terbiasa."

Sehun dan Luhan sampai di bangku nyaman di dekat jendela dengan pemandangan kolam renang yang indah, Baekhyun dan Kai sepertinya masih ada urusan, daritadi mereka berdua belum juga terlihat.

"Kau mencari siapa?" Sehun bertanya saat melihat Luhan sibuk celingukan seperti mencari orang.

Luhan terkesiap mendengar pertanyaan Sehun. "Bu-bukan apa-apa. Aku rasa Baekhyun masih sibuk," Luhan tersenyum. "Lanjutkan saja makanmu."

Sehun menghela napas, tapi tersenyum juga akhirnya—meski tipis. Luhan sedang mencari Kris di tempat pujaan hatinya itu biasa duduk. Luhan benar-benar bertemu Kris tadi pagi, Sehun yakin. "Kau juga lanjutkan makanmu, hyung."

Begitu makanan sudah habis, tiba-tiba Baekhyun dan Kai duduk di samping Luhan dan Sehun, mereka menunjukkan cengiran konyol. "Kita baru saja selesai mengerjakan tugas," Baekhyun yang berusara, ditanggapi dengan anggukan oleh Kai.

"Yeah, kita juga baru saja menyelesaikan makan," Luhan menjawab dengan nada innocent-nya. Sehun terkekeh mendengar jawaban Luhan.

"Kalian mau kan menunggu kami? Maksudku… ayolah, kita kan biasa mengobrol bersama!" Baekhyun menautkan bibirnya sambil memajukannya beberapa millimeter.

Sehun tersenyum. "Tentu, lagi pula tugas-tugasku sudah selesai semua."

"Aku tahu," Baekhyun menjawab cepat. "Pasti Luhan-hyung yang rajin yang menyuruhmu menyelesaikan tugasmu begitu kau diberi tugas itu."

"Hey!" Luhan memukul bahu Baekhun kesal. "Cepat makan makananmu atau aku akan melemparmu ke kolam renang!" Luhan memang selalu punya bermacam ancaman untuk orang-orang yang membuatnya kesal.

Baekhyun dengan senyuman konyol mengambil sendok di piringnya lalu memakan makanannya.

"Apa yang kalian kerjakan tadi?" Sehun bertanya di sela-sela makan Kai dan Baekhyun.

"Tugas yang melelahkan," Kai berbicara dengan nada sok misterius, seakan apa yang tadi ia kerjakan adalah hal terburuk yang pernah terjadi padanya.

Baekhyun di depannya mendecih sambil menendang pelan kaki Kai. "Berlebihan sekali! Kita tadi hanya mengerjakan tugas Jung-seonsaengnim yang lumayan banyak karena kelas kita membuat masalah," Baekhyun menunjukkan cengiran khasnya. "Tidak perlu khawatir, kita sudah menyelesaikan masalah itu. Tapi tugas tetaplah tugas, huh!"

"Oh," Sehun mengangguk paham. "Kelas kalian memang kelas buangan atau apa? Kenapa sering sekali membuat masalah?"

"Sialan!" Kai memukul kepala Sehun gemas. "Yang kali ini bukan masalah seperti itu, tahu!"

"Jung-seonsaengnim kan jarang marah," Luhan menyela. "Apa ada yang tidak mengumpulkan tugasnya? Kelasku dulu juga seperti itu waktu ada salah satu dari siswa kelasku tidak mengumpulkan tugas."

Baekhyun mengangguk. "Tugas yang terlambat lebih tepatnya."

"Luhan," suara berat seseorang menginterupsi kegiatan empat laki-laki itu. Yang dipanggil mendongak, yang di depan dan sampingnya ikut mendongak. Mereka perlu mendongak sedikit lebih tinggi karena menyadari yang memanggil Luhan memiliki tinggi tidak biasa.

"H-hah?" Baekhyun berbisik kaget lumayan keras, Kai yang di depannya jadi penasaran siapa yang memanggil Luhan akhirnya ikut mendongak. Kai mendengus jijik melihat siapa orang itu.

"Bisa bicara dengan Luhan sebentar?" Suara bass orang itu seperti suara ditaktor, semua seolah terhipnotis dan membiarkan Luhan ditarik oleh laki-laki itu.

"Seenaknya sekali," Kai bersuara saat Kris—orang yang menarik Luhan— dan Luhan sudah berada di luar ruang makan, mereka bertiga dapat melihat Kris dan Luhan dari situ.

Mata Sehun mengedar, mencari seseorang. Begitu mendapati seorang laki-laki dengan mata panda tengah berdiri di dekat pintu keluar—pintu yang berbeda dengan Kris dan Luhan keluar— sambil melipat tangannya di dada dengan tatapan kesal, Sehun tersenyum tipis. Ada hati lain yang panas, huh?

"Menurutmu apa yang Kris dan Luhan bicarakan?" Sehun menatap Baekhyun dan Kai bergantian.

Baekhyun dan Kai menggeleng kompak. "Tapi menurutku hanya tugas kelas," Baekhyun tersenyum. "Jangan memikirkannya, Luhan tidak mungkin mau bersama orang yang sudah menendangnya. Aku sudah mengenalnya sejak aku kecil."

Sehun mengangguk lirih lalu ikut tersenyum. "Bukan masalah kalau akhirnya mereka bersama lagi, Luhan pasti akan sangat senang."

"Tidak," Kai mencetus dengan ketus. "Kau tidak boleh hanya menjadi permainan mari-beristirahat-sebelum-pergi-berlayar."

"Mendapat posisi seperti itu saja aku sudah senang sebenarnya," Sehun terkekeh. "Oh, lihat itu Luhan sudah selesai."

Luhan berjalan dengan senyuman lebar, meski tadi di pintu keluar Tao langsung menarik Kris dengan kasar dari Luhan, tapi toh tadi ia sudah menghabiskan beberapa waktunya dengan Kris untuk mengobrol. "Hai!" Luhan menyapa tiga adik kelasnya dengan ceria. "Ayo kita kembali."

"Apa yang kalian bicarakan?" Kai berdiri sambil menatap Luhan dengan tatapan intimidasi.

Luhan mundur selangkah karena Kai yang cukup tinggi—Luhan tidak mau mendongak tinggi-tinggi. "Hanya tugas kelompok," jawab Luhan berusaha terdengar jelas dan mantap.

"Baiklah," Sehun menimpali. "Ayo kita selesaikan kegiatan makan kita lalu kembali ke kamar."

Luhan berada di antara Baekhyun dan Sehun, berusaha menjauh dari Kai. Mereka berjalan dengan tenang, tidak tahu harus membahas apa. Luhan terlihat sesekali tersenyum sendiri, seperti mengingat apa yang terjadi tadi saat mengobrol dengan Kris tadi. Hari ini Luhan benar-benar penuh dengan Kris, ia menyukai hal itu.

.

"Pagi Sehun," suara yang sedikit cempreng menyapa Sehun saat Sehun berjalan masuk ke kelas. Sehun menoleh pada yang menyapanya, itu Tao.

"Pagi Zitao," Sehun tersenyum. "Ada apa?"

"Bukan apa-apa, kau tahu apa yang dibicarakan Kris-gege dan Luhan-sunbae kemarin siang?"

"Tidak," Sehun menggeleng. "Tapi kata Luhan-hyung mereka membicarakan tugas."

"Jangan mempercayainya," Tao menggerakkan tangannya seolah mengatakan 'jangan'.

"Aku percaya pada Luhan-hyung. Sudah ya, aku mau menanyakan tugas bahasa Inggris pada Jackson."

Tao mendecak kesal saat Sehun berjalan melewatinya cuek. Seharusnya Sehun cemburu sepertinya, kan? Sekarang Tao yakin, Sehun bukan orang yang tepat untuk menjadi pendukung lancarnya hubungan antara dirinya dan Kris.

Di lain sisi, Luhan tengah sibuk dengan buku dan pensilnya. Luhan terlihat begitu fokus pada tulisannya, matanya bergerak dengan tekun menyortir tulisan di buku cetak sedangkan tangannya dengan aktif menulis pada buku catatannya.

"Kau merangkumnya, Lu?" Yixing muncul di samping Luhan sambil mengeluarkan buku tulisnya. "Aku sudah selesai, apa kau ingin melihat milikku?"

Luhan yang masih fokus menggeleng. "Aniya, aku hanya kurang tiga paragraph terakhir yang cukup rumit."

Yixing melirik apa yang Luhan tulis. "Oh, baiklah. Tumben sekali kau belum selesai mengerjakan tugas, apa ada seuatu?"

"Hm," Luhan mengangguk sambil meletakkan pulpennya, perhatiannya beralih pada Yixing. "Aku semalam membantu Sehun mengerjakan soal bahasa Inggris, sialnya itu memang susah sekali!"

"Kenapa tidak menyelesaikan milikmu dulu sebelum membantunya?"

"Aku kira beberapa paragraf terakhir tidak sesulit ini, jadi aku berniat mengerjakannya di kelas saja. Nah, kau sudah selesai mewawancaraiku, kan? Sekarang biar aku menyelesaikan tugasku karena hari ini aku akan sibuk dengan kegiatan organisasi," Luhan kembali memfokuskan pandangannya pada tulisannya yang kurang beberapa kalimat.

Yixing hanya mengangguk mengerti. Luhan memang anak organisasi yang aktif, dia ketua klub vokal dan juga salah satu pengurus organisasi siswa yang dipercayain sebagai sekretaris.

Luhan selesai sepuluh menit sebelum bel masuk, begitu ia menutup bukunya matanya langsung mengedar, mencari seseorang. Luhan menyenggol lengan Yixing setelah sudut matanya menunjukkan guratan kecewa. "Kris belum datang?"

Yixing menatap Luhan bingung. "Kenapa mencari Kris?"

"Karena dia ketua kegiatan yang akan diadakan oleh sekolah," Luhan menjawab sambil mengabaikan tatapan bingung Yixing.

Yixing mengangguk paham, Kris juga pengurus organisasi siswa, karena dia dengan terhormat ditunjuk guru maka Kris mendapat posisi sebagai ketua utama. "Aku rasa sudah," Yixing menunjuk bangku Kris. "Tasnya ada di situ, mungkin dia keluar."

Luhan mengangguk paham, tapi belum selesai ia mengangguk ia langsung disuguhi pemandangan Kris tengah mengacak rambut seseorang lalu mengecup kening orang itu. Oh, keluar untuk menemui Tao, ya? Jadi yang Kris ucapan tentang sudah melupakan apa yang terjadi antara dirinya dan Sehun waktu itu hanya karena Kris ingin membangun hubungan pertemanan yang baik? Luhan tersenyum miris. Dirinya memang hanya tinkerbell hitam, kecil dan seperti bayangan… tidak akan dilirik.

Luhan memilih menundukkan wajahnya daripada memandangi hal seperti itu, hanya mengiris hati. Luhan jadi teringat, Kris memang sedikit berubah beberapa waktu terakhir sebelum Luhan menyatakan perasaannya, sebelum Kris memergoki kesalah pahaman antara dirinya dan Sehun. Apa itu karena Tao? Apa Tao lah yang sebenarnya menjadi penyebab perpisahannya dengan Kris?

Iya, benar! Kris tidak pernah sebelumnya lebih sibuk dengan ponselnya daripada dengannya waktu di kelas, di kelas satu dulu Kris hanya akan menganggunya atau mengajaknya mengobrol. Apa Tao itu benar-benar penggoda? Luhan membatin dengan marah, tangannya mengepal tanpa sadar. Luhan tahu sekarang, dirinya harus merubah jalan pikir Kris pada Tao dan membuat Kris terpesona pada jalan pikirnya yang begitu teratur—dewasa. Luhan yakin caranya kali ini akan membuat Kris menatapnya lagi, tidak sebagai teman tapi sebagai seseorang yang pantas untuk dicintai.

.

TBC


Astaga… lama banget aku ga update cerita ini T^T maafkan akuuu, aku bener-bener ga maksud buat bikin kalian nunggu, aku sempet stuck ide dan ada beberapa kegiatan penting yang halangi aku buat lanjutin cerita ini.

Kembali dengan Kris-Luhan! Aku bener-bener belum bisa hilangin mereka karena buatku masih terlalu awal buat hapus Kris dari dunia Luhan dan ingatan Luhan. Di cerita aslinya juga begini. Sedikit info, jadi Kai ini sahabat lama Sehun yang bener-bener pingin Sehun berubah jadi lebih baik, karena Sehun itu aslinya gombalers yang cuek sama sekitar. Mantan mantannya semacam sekedar pacaran, cuman status. Tapi begitu Sehun ketemu Luhan, Sehun beda. Sehun udah bukan Sehun yang dulu, dia jadi lebih penyanyang dan sabar. Jadi Kai ga rela sahabatnya yang udah berubah jadi begitu kok di sia-siain Luhan gitu aja. aku bikin image Sehun begitu. Kalo Luhan… jadi Luhan itu tipikal egois, cuman Luhan bener-bener ga bisa egois di depan Kris, Luhan udah jatuh cinta habis sama Kris, perasaannya sama Sehun sekedar pingin punya status dan pingin lupain Kris, ga lebih. Dia bahkan ga peduli Sehun bener-bener cinta dia atau engga, bukan ga peduli karena dia ga anggap Sehun, tapi ga peduli karena dia emang terlalu egois. Dia mau ambil hati Kris lagi itu juga atas dasar egoisnya dia, dia gamau kalah sama siapapun. Dia harus dapetin siapa yang dia mau. Begitu lah sekiranya(?) XD


Jadi chap dengan panjang 3.4K ini aku selesaikan ngebut keburu idenya hilang dan aku ga sempet sortir karena aku pingin cepet post dan beberapa temenku udah nagih. Tolong kabarin aku kalau ada yang salah, aku bakal perbaikin secepatnya. Maaf karena keterlambatan yang super lambat. Saranghae :3


Thanks to siapa aja yang sudah baca! Aku baca semua komentar kalian kok, maaf nggak bisa jawab.. bukan apa-apa, tapi aku suka bingung mau jawab komentar kalian apa T^T Maaf juga ga bisa sebut kalian satu-satu, tapi aku bener-bener berterima kasih buat yang komentar atau sekedar membaca fanfic abal ini. ini bener-bener fanfic pertamaku yang sukses berjalan sejauh ini! Thanks guys! Kalian yang bikin aku semangat buat ngerjain ini haha

Last, jangan lupa review yang punya cukup waktu dan ga keberatan untuk sekedar kasih kritik saran ^^