"We accept the love we think we deserve."

"I will never get tired of loving you and I hope you don't too."

"Love all the bad and wrongs in him first before you love the good in him."

Shuren RedruM

Proudly Present

Pathetique

Naruto © Masashi Kishimoto

Warn(s):

BOY'S LOVE

OOC

TYPO(s)

Pairing : NaruSasu

No Flame, DLDR, RnR

Rate: M

.

.

.

"Akh! Tu..Tuan…ah…" Sasuke mendesah hebat saat rektumnya dihujami sodokan-sodokan liar dari kejantanan Naruto.

"Shh..tetaplah mendesah." Ucap Naruto sambil mengelus surai raven Sasuke.

Ruangan yang-sengaja-diterangi oleh lilin itu kini dibuat semkain panas. Bukan karena pendingin ruangan dimatikan, namun karena kegiatan saling bertubruknya daging-daging mentah. Jika dilihat sekilas, ruangan itu tak begitu besar, hanya ditemani satu ranjang ukuran single size, meja disamping ranjang, lemari kecil, dan ada satu kamar mandi.

Apakah kalian bertanya tempat itu adalah gubuk? Tidak. Itu bukan gubuk. Hanya nuansanya yang diganti. Nuansa? Yups, fun-house.

Sasuke adalah salah satu pekerja disana. Bukan seorang profesional, hanya junior yang baru menikmati betapa indahnya surga diantara perihnya api neraka.

"Hmph…hmph…shhh…." Sasuke meringis saat Naruto dengan sengaja mengigit kecil bibirnya. "Tuan…"

"Aku keluar!" ucap Naruto kemudian sepcepat kilat melepaskan kejantanannya dari rectum Sasuke, menyemprotkan cairannya ke perut bidang Sasuke. "Shhh…hah…hngh!" badan Naruto terlihat sedikit bergetar saat cairan kenikmatannya keluar.

Sasuke hanya meraup oksigen sebanyak mungkin saat pergulatan mereka berakhir.

"Tuan?"

"Kau manis sekali." Ucap Naruto kemudian menjulurkan lidahnya kedepan mulut Sasuke. Sasuke menyambutnya dengan lidahnya juga. Hanya saling menyapa dan melilit singkat. "Biar aku tangani." Ucap Naruto kemudian menunduk kearah selangkangan Sasuke.

"Tapi.."

Cup

"Hngh.." sasuke dibuat mendesah saat Naruto mencium lembut puncak kejantanannya. "Tuanhh…" panggil Sasuke sambil mengeratkan pegangannya pada surai pirang Naruto.

Bukan hanya ciuman yang Naruto berikan, ada gigitan-gigitan halus juga disana yang mampu membuat Sasuke mendongakkan kepalanya.

Naruto sedot kejantanan Sasuke seolah-olah dirinya sedang meminum minuman melewati sedotan namun terhambat oleh sesuatu. Dan hal itu tentu saja membuat Sasuke semakin menggila.

"Nikh…hah..nikmat, Tuanhh…hah…"

Mendengar itu, Naruto semakin menyedot kuat kejantanan Sasuke. Tanganya juga tak tinggal dia. Ia gunakan jari-jarinya untuk bermain-main dengan dua bola bergantung milik sasuke. Ia elus lembut, remas, menggelitik, begitulah cara bermainnya.

"Akh…aku…aku hampir sampai." Ucap Sasuke kesusahan. "HNGH!" desahan Sasuke tertahan saat ia sudah mencapai klimaks. Ia sengaja menggigit bibirnya, hanya tak ingin mendesah kenikmatan akibat permaian tuannya.

Bukan main, begitu cekatan Naruto menyedot habis sperma Sasuke. Ia begitu menggilai rasa cairan kental berwarna putih tersebut. Jangan salah, ia sudah sering "meminum" cairan. Namun kali ini rasanya berbeda dan dia suka.

"Manis." Puji Naruto atas rasa sperma yang sudah masuk seluruhnya kekerongkongannya. "Manis sekali." Ucapnya lagi sambil tersenyum lembut dengan Sasuke yang terlihat sedang memasok udara.

Sasuke merasa beruntung, ruangan untuk mereka bercinta lumayan temeram hingga tak memperlihatkan wajah berkeringatnya yang sedang memerah karena menahan rasa malu. Ia hanya menunduk.

"Baiklah. Aku mandi dulu." Ucap Naruto kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Sasuke hanya mengangguk pelan. Ia menatap punggung laki-laki yang-menurutnya-sangat gagah itu. Ada satu pertanyaan yang ingin ia tanya sebenarnya, namun sepertinya itu agak tak sopan.

Sasuke menghela nafas kemudian beranjak dari ranjang. Ia mengenakan yukata yang tergantung dipintu kamar. Setelah mengenakan yukata, ia melangkahkan kakinya menuju ranjang, melepaskan seprei dan memasukkan kedalam salah satu keranjang yang memang sengaja disediakan disetiap kamar. Setelah memasukkan seprei kedalam keranjang, Sasuke mendudukan dirinya di sisi ranjang, tak memikirkan apa-apa. Ia menatap lilin yang berada diatas meja-disebelahnya-dengan datar. Entahlah, apa benar ia tak memikirkan sesuatu atau mungkin ia sedang berperang dengan pikirannya sendiri.

Kembali, ia kembali menghela nafas. Ia menundukkan kepalanya, menggenggam erat yukatanya, dan tersenyum hambar.

"Yosh… airnya dingin sekali." Kata Naruto membuat Sasuke tersadar dari dunianya sendiri. "Aku tak pernah mandi air sedingin itu." Katanya lagi sambil terkekeh.

"Itu akan membuatmu segar, Tuan." Ucap Sasuke sambil melangkahkan kakinya menuju Naruto yang tengah mengeringkan rambutnya. "Ini." Sasuke menyodorkan pakaian Naruto.

"Terima kasih." Ucap Naruto kemudian mengambil pakainnya dan mengenakannya. "Baiklah. Aku pergi dulu." Pamit Naruto sambil menepuk pelan bahu Sauske.

"Hati-hati." Kata Sasuke sambil tersenyum lembut.

"Kita…bertemu seminggu lagi, ok?" tanya Naruto sebelum benar-benar pamit.

"Hn." Jawab Sasuke sambil mengangguk.

"Baiklah. Jaga kesehatanmu." Katanya kemudian mengambil tas kantornya dan keluar dari ruangan temeram tersebut, meninggalkan Sauske yang kini hanya bisa menatap datar kearah pintu kamar yang sudah tertutup rapat.

.

.

"Jangan ada yang menggunakannya selama seminggu ini." ucap Naruto kepada pemilik fun-house tempatnya "membeli" sasuke, Jiraya.

"Yare-yare, aku akan mengalami kerugian." Ucap Jiraya malas. "Dia barang baru. Dengan dia, aku pasti bisa memperbesar tempat ini."

"Aku akan bayar."

"Hah… terserah kau saja." Nada malas tak lepas dari mulut Jiraya. "Satu minggu, kan?" tanyanya sambil mengelurkan buku dan pulpen.

"Satu minggu." Jawab naruto mantap sambil mengeluarkan beberapa lembar uangnya.

.

.

Satu minggu kemudian…

Seperti yang sudah dituruti, Sasuke sama sekali tak tersentuh oleh siapapun. Dan tentu saja Naruto senang mendengar hal itu. Entahlah apa alasannya melakukan itu, dia juga bingung.

"Aku membawa temanku kesini. Tak apa, kan?" tanya Naruto sedikti takut pada Sasuke.

"Hn."

"Namanya Neji." Kata Naruto sambil memperkenalkan temannya kepada Sasuke.

"Kau terlihat manis." Puji Neji pada Sauske. Sasuke hanya tersenyum sekilas.

Saat ini ruangan yang mereka pakai lumayan besar dan terang.

"Hm, kali ini kita bermain tiga orang. Tak apa, kan?" tanya Naruto lagi.

"Hn." Jawab Sauske. Sebenarnya ia sama sekali tak tahu bagaimana bercinta dengan dua orang sekaligus.

.

.

"Hngh…hmph…hmph…" sedikit kesusahan, Sasuke harus bisa menarik nafas saat kejantanan Naruto berada didalam mulutnya. Mengeluar-masukan kejantannya didalam mulut sasuke seolah-olah itu adalah lubang yang sepantasnya dimasuki oleh benda besar tersebut.

Disisi lain, Neji terlihat kenikmatan dengan pijatan rectum Sasuke.

Plak!

"Hngh!"

Neji mendengus saat menampar pantat Sasuke. Ia elus pantat yang tadi sempat ia tampar kemudian ia remas pantat itu seolah-olah itu adalah adonan kue yang selalu istrinya buat dirumah.

"Jangan terlalu kasar, Neji. Nanti dia menggigit kejantananku." Naruto berusah memperingatkan Neji.

Jujur saja, sebenarnya ia tak ingin membawa Neji bersamanya namun temannya itu terus memaksanya. Naruto tahu jika Neji adalah seorang biseksual. Naruto juga tahu bagaimana cara Neji "bermain" saat diranjang. Jangan salah, ini bukan kali pertama mereka "bermain" bersama. Itulah alasanya tak ingin membawa Neji.

"Hngh… ngh.."

Plop!

Kejantanan Naruto terlepas dari mulut Sasuke.

"Hah…akh…shhh…" terdengar desahan dan ringisan keluar dari mulut Sasuke saat Naruto melepaskan kejantanannya.

"Pelan-pelan, ya, Neji." Lagi, Naruto tetap memperingati Neji.

"Tenang saja." Balas neji sambil memberikan jempolnya.

Naruto melangkahkan kakinya menuju yukata yang tergantung dipintu kamar, kemudian mendudukan dirinya disalah satu sofa single disudut ruangan, dibelakang pintu masuk. Ia memperhatikan dua badan telanjang yang sedang bergulat panas.

Neji yang terus menyodoki kejantananya ke rectum Sasuke dengan doggy-style position. Salah satu posisi bercinta kesukaan Neji, Naruto tahu itu. Melihat Sasuke yang terbaring lemas dengan pantatnya yang tetap menungging, menerima sodokan gila Neji.

Jujur saja, Naruto tak suka mendengar suara desahan dari dua manusia sejenis kelamin didepannya itu. Ia melipat kakinya, mencoba santai dengan "irama" nafsu yang terus-terusan masuk ke indera pendengarnya.

"Akh…shhh…" Terlihat Neji semakin cepat mengeluar-masukkan kejantanannya hingga Sasuke berteriak kesakitan. Naruto menghiraukan itu. Ia tetap menatap datar kedua laki-laki itu.

"Akh..Tuan!" teriak Sasuke sambil menggenggam erat seprei. Ia membalikkan kepalanya hingga tatapannya tak sengaja berpandangan dengan tatapan Naruto yang tengah menatapnya. "Hngh…hm…" Sasuke mencoba menahan desahannya. Ia baru teringat jika bukan Naruto yang "bermain" dengannya saat ini. Ia sangat malu.

"Aku keluar." Ucap Neji cepat kemudian melepaskan kejantanannya dan membalikkan badan Sasuke. Neji arahkan kejantanannya ke mulut Sasuke, dan keluarlah cairan putih kental Neji kedalam mulut Sasuke. "Hngh…shh…ah…" Neji elus lembut bibir Sasuke. Ia masukkan jari-jarinya kedalam mulut itu, mencampurkan spermanya dengan saliva sasuke. Neji menundukkan badannya dan meraup mulut Sasuke, menyicipi hidangan sperma segar didalam mulut Sasuke.

Naruto hanya bisa mendengus melihat permainan Neji.

"Old game, huh?" tanya Naruto sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

"With new player? Yes." Jawab Neji saat ia sudah selesai dengan hidanganya. "Taste sweet." Ucap Neji sambil menyodorkan kejantanannya kedepan Sasuke, memintanya untuk menjilat sperma yang tersisa disana.

"Aku mandi duluan." Kata Naruto.

.

.

"Satu minggu lagi?" tanya Jiraya bingung. "Kau terobsesi padanya, hn?" tanya Jiraya sambil bergurau sambil serius. Tidak ada yang salah, kan? Jiraya pernah mendapati pelanggannya yang jatuh cinta dengan pekerjanya. Itu kejadian yang cukup lama, lama sekali. Dan mereka juga pasangan gay.

"Kau tak perlu khawatir selama aku masih mampu membayarmu, Pak Tua." Sahut Naruto kemudian menyerahkan beberapa lembar uang kepada Jiraya.

"Hah…" Jiraya hanya bisa mendesah pasrah. Kadang ia merasa kasihan pada dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia kalah karena lembaran uang.

.

.

"Sasuke." Panggil Kakashi saat ia tak sengaja melihat Sasuke sedang berjalan didepannya, di teras belakang fun-house. Sasuke menghentikan langkahnya dan berbalik. "Kau sehat?" Kakashi berusaha berbasa-basi dengan pekerja fun-house yang ia jaga.

"Sehat." Jawab Sasuke sambil mengangguk layaknya anak kecil. "Ada apa?" itu yang tak Kakashi suka, Sasuke tak pernah mau diajak berbasa-basi.

"Hn, bukan hal yang begitu penting sebenarnya."

"Katakan saja."

"Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari Tuan Jiraya," kata Kakashi berhasil membuat Sasuke mengernyit. "Jangan sampai terbakar oleh api asmara terlarang antara "tuan" dan "budak"." Lanjut Kakashi sambil menekankan kata tuan dan budak pada kalimatnya.

"Aku tahu itu." Jawab Sasuke sambil menatap Kakashi datar.

Hening

Kakashi jadi tak tahu harus berkata apa lagi pada pemuda yang lebih muda 10 tahun darinya itu. Kakashi melihat ada sedikit bekas luka dibibir Sasuke dan wajahnya terlihat sedikit pucat.

"Masih ada yang lain?" tanya Sasuke karena ia risih dipandangi oleh penjaga fun-house tempat ia bekerja.

"Hn, kurasa itu saja." Jawab Kakashi sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Jaga kesehatanmu, Sasuke." Tambah Kakashi.

Sasuke tak menggubrisnya lagi.

.

.

Satu minggu kemudian…

"Kau lelah?" tanya Naruto pada Sasuke yang terlihat kelelahan.

"Aku sudah keluar dua kali dan kau sekalipun belum." Jawab Sasuke pelan.

"Aku bahkan bisa membayarmu selama seminggu hanya untuk melakukan ini." kata Naruto sedikit terkekeh.

Entahlah, perasaan Sasuke saja atau memang benar sifat Naruto berubah.

"Aku lelah." Ucap Sasuke akhirnya. Ia menyerah, ia tak mampu bermain dengan Naruto lagi.

Naruto bangkit dari badan Sasuke yang tengkurap. Ia duduk diranjang menyanggah ke dinding. Naruto mengusap wajahnya yang juga terlihat lelah.

"Maaf…" kata Sasuke lirih. Ia jadi merasa sangat bersalah Karena sudah menghilangkan mood sang "Tuan".

"Bisa kita lanjutkan?" tanya Naruto dengan nada bossynya.

Gulp

"Tentu." Jawab Sasuke sedikit tak yakin.

.

.

"Hngh….hgnh…" erang Sasuke saat Naruto mengeluar-masukan kejantanannya. "Hah…hah…" posisi sekarang ini membuat Sasuke bisa melihat jelas wajah Naruto saat mereka bercinta.

Tampan, gagah, rupawan, berbalut tan, menawan. Satu kata, sempurna.

Gulp

Blush

Tiba-tiba saja Sasuke merasakan panas diwajahnya. Ia merona dengan sendirinya akibat pemandangan didepannya. Sungguh pahatan Tuhan terindah namun penghuni dunia bawah, bejat.

"Hah…ahk…"

"Shh…hah…hm…hm…" Naruto terus menggempur titik ternikmat milik Sasuke.

Sasuke memejamkan matanya menikmati setiap iringan kematian yang setiap detik memperpendek usianya.

"Aku menyukaimu." Desah Sasuke dan Naruto mendengar itu.

Hening

Naruto memandang sekilas wajah Sasuke yang menampakkan penyesalan. Ia lepas kejantanannya dari rectum Sasuke.

"Tuan, maafkan aku." Ucap Sasuke saat melihat Naruto tengah berjalan ke kamar mandi. "Tuan, maa..akh!" teriak Sasuke saat merasakan sakit di rectum dan pinggangnya. Iya, mereka bermain kasar tadi.

Naruto mengabaikan perkataan Sasuke.

.

.

Beberapa hari kemudian…

"Aku membawa makanan untukmu. Makanlah, Sasuke. Kami mengkhawatirkanmu." Ucap Kakashi pelan saat ia sudah memasukki kamar Sasuke.

Terlihat sasuke hanya tertidur diranjangnya dengan memeluk erat gulingnya, membelakangi pintu kamar, membelakangi Kakashi. Ia tak ingin memperlihatkan wajah menyedihkannya. Gosip beredar cepat, kan? Oh, ini bukan gosip tapi fakta. Ia malu pada dirinya sendiri.

Bersyukur Jiraya memakluminya dan memberikan waktu sebebas-bebasnya pada Sasuke untuk menenangkan pikirannya.

"Ayolah, Sasuke. Sudah dua hari kau tidak makan." Kata kakashi lagi yang masih setia berdiri didepan pintu.

Terlihat kakashi mengangguk kearah belakangnya dan tampak seseorang berjalan kearahnya. Orang itu menatap Sauske yang tengah berbaring.

"Letakkan saja dimeja. Nanti aku makan." Ucap Sasuke yang lagi-lagi tak membalikkan badanya sama sekali.

Kakashi hanya menghela nafas. Ia mengajak orang yang ia ajak tadi untuk keluar.

Hari berikutnya…

"Keluarlah. Langit terlihat cerah hari ini." rayu kakashi.

'Langit? Biru.' batin Sasuke sambil membukakan matanya.

Tampak Kakashi memberi isyarat kepada seseorang untuk masuk ke kamar Sasuke.

"Jika kau begini karena kejadian beberapa hari yang lalu, kau sungguh sangat menyedihkan, Sasuke." Ujar Kakashi berusaha membangkitkan jiwa Sasuke dengan cara merendahkannya.

"Aku sangat menjijikan." Ucap Sauske bergetar diiringin helaan nafas setelahnya. "Aku..aku tak pantas mengatakan hal tersebut." Lanjutnya sambil mengeratkan pelukannya pada gulingnya dan masih setia membelakangi Kakashi. "Aku memang tak pantas untuk dicintai." Kata Sasuke yang sudah menangis. "Aku akan keluar dari tempat ini." tegasnya kemudian membalikkan badannya.

Betapa terkejutnya Sasuke saat melihat bukan kakashi sendiri yang berada dikamarnya. Ada dia disana; laki-laki yang ia sukai namun tak bisa ia cintai. Berdiri menatapnya dengan senyum lembut yang merekah. kakashi membawa langsung langit kehadapannya.

"Sejak kapan dia disini?" tanya Sasuke pada Kakashi tanpa memutuskan tatapannya dari Naruto. Ia duduk di sisi ranjangnya sekarang dan mengusap air matanya.

"Sejak kemarin." Jawab Naruto santai. "Ayo." Ajak Naruto pada Sasuke sambil mengulurkan tangannya. Sasuke menatap uluran tangan Naruto dengan tatapan bingung. "Bukannya kau bilang kalau kau ingin keluar dari tempat ini?" tanya Naruto pelan. "C'mon then." Ajaknya lagi.

"Kemana?" tanya Sasuke sambil menatap Naruto bingung kemudian menatap Kakashi penuh tanya.

"See, kau bahkan tak memiliki tujuan setelah keluar dari tempat ini." kekeh Naruto. "Ikut denganku dulu, kemudian baru kau putuskan akan pergi kemana. Deal?"

Sasuke menatap Kakashi meminta kepastian kepadanya. Kakashi hanya mengangguk.

.

.

Setelah mendapat "kebebasan"nya, Sasuke pergi bersama Naruto meninggalkan fun-house yang sudah hampir 10 tahun ini menghidupinya. Mulai dari hanya seorang pelayan, tukang cuci, hingga benar-benar "bekerja" disana. Ia sangat berterima kasih kepada Jiraya. Ia tahu, Jiraya memang selalu menganak-bawangkan dirinya.

"Sudah puas melamunnya?" tanya Naruto saat mereka sudah tiba pekarangan sebuah bangunan megah.

'Another fun-house?' batin Sasuke mulai kalut.

Melihat gerik dan raut wajah Sasuke yang berubah, dengan cepat Naruto menghampiri Sasuke.

"Ini rumahku. Jangan berpikir yang aneh-aneh." Naruto berusaha menenangkan Sasuke. 'Sepertinya kau sedikit trauma.' Batin Naruto khawatir.

"Kenapa kau membawaku kesini?" tanya Sasuke pelan sambil menunduk. "Untuk menggunakan tubuhku lagi?" tanyanya dengan nada bergetar. Ia menggenggam erat kedua tangannya hingga memucat. "Lebih baik, aku tidur dijalan." Kata Sasuke kemudian membungkuk hormat dan meninggalkan Naruto.

Grab

"Bukan itu alasan Jiraya membiarkanmu bebas." Kata Naruto sambil menahan tangan Sasuke. Ia melihat Sasuke yang membelakanginya dan masih menunduk. "Lihat aku." Ucap Naruto tegas. Sasuke membalikkan badannya perlahan.

Safir bertemu onix. Indah, bukan?

"Aku…akulah alasan kenapa Jiraya membiarkanmu bebas." Lanjut Naruto. Tampak onyx Sasuke membulat saat mendengar kelanjutan dari perkataan Naruto. "Aku yang memintanya dengan cuma-cuma. Aku yakin Jiraya menyayangimu, namun hanya saja dunia berkata lain." Jelas Naruto.

"Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan."

"Aku mencintaimu." Ucap Naruto dengan senyum tulusnya.

Sasuke menghempaskan tangannya hingga terlepas dari genggaman Naruto.

"Aku…aku bukan mainan yang bisa dimainkan seenaknya." Ucap Sasuke lirih sambil menatap teduh Naruto. "Aku…hah…aku tahu aku menjijikan, tapi, hiks…hiks…aku yakin aku masih memiliki jalan hidup yang lain." Lanjutnya dengan tetesan air mata. "Aku memang bukan siapa-siapa didunia ini. Aku matipun tak akan ada orang yang akan menangisku."

"Aku tersadar sesuatu…Sasuke." Kata Naruto berhasil membuat Sasuke diam dan berhenti menangis. Namanya, namanya disebut oleh Naruto. Sudah sangat lama ia menunggu Naruto hanya untuk menyebut namanya. "Aku melihat ada cinta yang besar dimatamu saat itu (saat dimana Naruto menyaksikan Neji bercinta dengan Sauske), ada luka juga disana." ucapnya lembut sambil berusaha meraih tangan Sasuke untuk ia genggam kembali. "Aku ingin memiliki cinta itu dan merasakan luka didirimu."

Grab

Naruto berhasil menggenggam tangan Sasuke tanpa Sasuke sadari itu.

"Beruntung aku membawa Neji saat itu hingga aku menyadari betapa perih dadaku saat melihatmu bersama orang lain. Aku tak.."

Plak!

"Hn?" Naruto membelalak saat Sasuke menamparnya. "Aku mencintaimu, Sasuke! Dan aku yakin itu!" tegas Naruto.

"Kau mencintai seonggok sampah?" tanya Sasuke lirih sambil memundurkan langkahnya.

"Iya." Jawab Naruto mantap. "Sampah. Satu-satunya sampah yang membuatku bahagia berada didekatnya," ucap Naruto sambil melangkahkan kakinya mendekati Sasuke. "Satu-satunya sampah yang membuatku merasa mati saat tak berada didekatnya, satu-satunya sampah yang ingin kumiliki selamanya, dan satu-satunya sampah yang akan aku kenalkan secara bangga kepada dunia yang penuh kemunafikan ini." lanjutnya dengan nada bergetar.

Jelas saja. Sudah lama ternyata ia menyimpan perasaannya kepada Sasuke. Ia hanya tak ingin Sasuke mngetahuinya. Bahkan sebelum benar-benar menyakinkan Sasuke, Naruto sudah mengatakan kepada orang tuanya jika ia menyukai dan mencintai seorang laki-laki, dimana faktanya beberapa minggu lagi ia akan bertunangan dengan wanita yang sudah orang tuanya pilihkan untuknya.

Hal itu tentu saja membuat kedua orang tuanya murka. Namun Naruto tatap kekeuh pada pendiriannya. Terjadi perang mulut dikediaman utama keluarga Namikaze saat itu. Ancaman juga tak luput disana.

"Aku mencintaimu, Sasuke. Tak tahukah kau bahwa setiap detik aku berpikir untuk tak menyakitimu? Untuk tetap melihatmu berdiri disana diantara ribuan manusia "sakit" yang memandang penuh nafsu padamu? Yang memandang penuh jijik kepadamu?"

Sasuke hanya menunduk. Ia bingung namun juga ada perasaan lega dihatinya.

Grab

Kembali, Naruto kembali menggenggam tangan Sasuke. Namun kali ini ia menuntun tangan Sasuke kedadanya, membiarkan Sasuke untuk merasakan degup jantung yang berdebar disana.

Sasuke tertegun.

"Aku mencintaimu." Ujar Naruto tak bosan. "Aku mencintaimu." Ucapnya lagi.

Badan Sasuke bergetar, matanya berkaca-kaca.

"Aku mencintaimu." bisik Naruto tepat didepan wajah Sasuke. "Aku mencintaimu."

Air mata mengalir bebas kini dari sepasang onyx sang pangeran malam.

"Aku mencintaimu, Sasuke." Kata Naruto kemudian memeluk lembut badan kurus Sasuke. Sudah berapa hari ia tak makan? Itulah yang Naruto tanyakan pada dirinya sendiri.

"Hiks…hiks….hiks…" Sasuke terisak didalam pelukan Naruto.

"Aku mencintaimu. Dan aku tak akan pernah membiarkan seorangpun untuk menyentuhmu." Kata Naruto kemudian melepaskan pelukannya. "Tak akan pernah." Lanjutnya sambil mengusap air mata Sasuke.

"Hn." Sasuke hanya mengangguk.

"Aku mencintaimu." Bisik Naruto lagi kemudian mengiringi langkah Sasuke masuk ke kediamannya. "Ini rumahmu juga." Ucap Naruto sambil tersenyum lembut kepada Sasuke.

"Terima kasih." Ucap Sasuke malu.

"Jangan sungkan."

"Terima kasih." Ucap Sasuke lagi sambil tersenyum tulus. 'Karena telah berani mencintaiku.' Sambungnya didalam hati.

END

Maaf klo kecepatan. Maaf klo banyak kata-kata yang salah. Maaf klo ada yang ga suka *paan -,-

RIPIU PEUHLIESSSSSSS ~,~