What do you want?

Disclaimer :

What do you want? © Voly Ichi Yama

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Warning : Typo(s), OOC, Yaoi, BL

Pair : AkaKi

Genre : Romance

Rating : T

Summary: Apa keinginan terbesar seseorang? Apakah itu benda? Ataukah itu seseorang? Ataukah itu hal lain? Untuk kali ini saat seorang pemuda tengah disibukkan dengan pertanyaan "apa yang kau inginkan?" hanya ada satu jawaban yang dia berikan dengan alasan yang tidak terduga. Bahkan oleh bagian dirinya yang lain.


Apa yang kau inginkan?

Pertanyaan itu sering muncul dikepalaku ssu. Apa yang kuinginkan, hm… entahlah mungkin teman yang setia, yang selalu mendengarkan apa yang ingin kukatakan. Ah, mungkin hanya satu yang kuinginkan, aku 'ingin' didengar ssu!

Apa yang kau inginkan?

Hei! Bukankah aku sudah menjawabnya? Aku ingin didengar, saat aku mendapatkan kesenangan, ataupun kesedihan, karena sulit untuk menemukan seseorang yang bisa mendengarkan semua ceritamu ssu, dan terkadang hal itu membuatku 'ingin' menangis.

Apa yang kau inginkan?

Entahlah ssu, setelah pertanyaan itu berulang kali bermunculan dikepalaku, ada begitu banyak hal yang kuinginkan. Dan mungkin salah satunya, aku 'ingin' tertawa.

Apa bisa kau mewujudkannya?

Hm… entahlah ssu. Sampai saat ini aku masih tidak tahu bagaimana caranya mewujudkan semua keinginanku, tidak ada yang ingin mendengarku, tidak peduli berapa banyak aku bicara, tidak peduli seberapa berisiknya diriku… tidak ada yang ingin mendengarku ssu, terkadang alasan menjadi berisik dan dibenci beberapa orang.. itu karena 'jika tidak ada yang ingin mendengarku, maka akan kubuat kalian semua mendengarku.' Walau alasan ini menjengkelkan, tapi setidaknya itu…

Bukankah itu menyakitkan?

Hahahaha memang menyakitkan nee~ bahkan lebih menyakitkan ketika kau memendamnya sendiri dibandingkan tidak ada yang ingin mendengarmu, bahkan memerintahkanmu untuk diam… itu memang menyakitkan, hanya saja, seperti inilah caraku ssu~

Dan jika itu berakhir dengan sangat menyakitkan aku bisa menangis jika aku ingin, hahaha walau aku tidak begitu suka melakukannya ssu. Tapi entah kenapa beberapa orang berpikir "Kise Ryouta adalah anak cengeng yang berisik." Oh ayolah, itu menyakitkan, setidaknya aku tidak seperti itu… kurasa.

Bukankah kau selalu melakukannya?

Huh? Apa?

Menangis seorang diri, disalah satu sudut bagian rumahmu?

… walaupun begitu… kurasa hal itu tidak perlu diketahui oleh orang lain…

Sadarlah Ryouta, aku bukan orang lain, bukankah kita satu?

Satu?

Kau selalu mengajakku bicara saat kau sendirian, bahkan kau terkadang menangis saat menceritakan hari-mu padaku.

Aku tahu… mana mungkin aku melupakanmu, hanya kau satu-satunya yang bisa mendengarkanku… haha aku pasti sangat kesepian, bahkan aku mengajak bicara bagian diriku yang lain… tapi hal itu bukanlah masalah bukan? Karena ada banyak orang yang melakukannya… aku bukan anak aneh, kan?

Tidak. Ryouta bukan anak aneh, karena yang diinginkan olehnya hanyalah didengar, menangis dan tertawa. Tidak peduli seperti apa caranya, Ryouta selalu berusaha untuk mewujudkan semua keinginannya. Sama seperti biasanya, ketika dia ingin tertawa dia akan selalu tertawa, tidak peduli seburuk apa tawanya, Ryouta akan selalu tertawa, tidak peduli sesakit apa yang dia rasakan, Ryouta akan terus tertawa, karena Ryouta 'selalu' ingin mewujudkan apapun yang diinginkannya, tidak peduli seperti apa caranya.


Malam itu beberapa tetes air mata kembali terjatuh dari manik emas milik pemuda dengan surai senada, apa yang diinginkan olehnya? Dia hanya ingin didengar, tetapi hari itu beberapa orang memintanya untuk diam, bahkan Akashi-nya yang berjanji untuk selalu mendengarkannya 'pun sama sekali tidak mempedulikannya, anak ini tahu mungkin mahluk merah yang tengah menjalin hubungan dengannya saat ini tengah sibuk—mengingat siapa Akashi— Kise tahu dia 'harus' dan 'wajib' untuk memakluminya, namun perasaan sepinya kali ini benar-benar membuatnya kembali seperti saat sebelum dia menemukan seseorang yang berjanji akan mendegarnya.

Dan bukankah itu sama sekali bukan sebuah masalah jika harus kembali seperti dulu? Menjadi pendengar untuk ceritanya sendiri, menangis dan tertawa untuk apa yang dia lakukan? Bukankah itu bukan masalah? Hei ayolah, dia melakukannya dengan bagian dirinya yang lain, dan hal itu sama sekali tidak akan merugikan siapapun.

Setidaknya hal itulah yang dipikirkan olehnya, yang sialnya tanpa Kise sadari hal itu justru membuat membuat sifat buruknya kembali. Selama satu bulan ini yang dia lakukan setelah pulang dari sekolah dan pekerjaannya hanyalah berdiam diri dan menangis disalah satu sudut apartment-nya. Kise memang tinggal seorang diri semenjak tahun keduanya di sekolah mengengah tingkat pertama, semenjak saat itulah sifat buruknya mulai muncul.

Tidak ada yang menyadari hal itu, bagaimana kesepian membuat seorang Kise Ryouta berubah menjadi seseorang yang lain, seseorang yang dapat terguncang kapan saja, tidak ada seorangpun yang menyadarinya bahkan kedua kakaknya yang saat ini tengah sibuk dengan pekerjaan mereka, tidak ada seorangpun, tidak ada kecuali satu mahluk bersurai merah yang sampai saat ini tidak pernah dianggap sebagai seorang manusia oleh pemuda pirang ini.

Hanya Akashi, hanya Akashicchi-nya yang mengetahui tentang kondisi mentalnya, setiap saat ketika Kise mengambil ponselnya dan memanggil Akashi-nya, pemuda merah itu 'selalu' mengangkat telponnya dan selalu menjadi pendengar setianya, tidak peduli sesibuk apa, Akashi selalu menjadi pendengar untuk 'Ryouta'-nya. Sesuai dengan apa yang telah dijanjikannya pada Kise.

Dan disinilah masalahnya, ketika Kise mendapat banyak tekanan—baik dari orang lain maupun tekanan yang diciptakannya— dalam satu bulan terakhir, Akashi sama sekali tidak mengangkat panggilan yang dilakukan oleh 'Ryouta'-nya. Bahkan untuk pesan 'pun Akashi hanya mengirimkan "Ryouta maafkan aku, aku sibuk. Bisa kau hubungi nanti?" hanya Sembilan kata itu yang dikirimkannya. Dan untuk Kise, dia hanya bisa meringis pelan dan mencoba tersenyum.

Karena hal itulah dalam sebulan terakhir, Kise mulai melakukan kebiasaan lamanya, duduk disalah satu sudut ruangan apartment-nya, berbisik pelan, tertawa kecil dan kadang terdengar isakan darinya, sementara tangan kanannya tidak pernah bisa berhenti menggoreskan kuku-kukunya pada pergelangan tangan kirinya. Karena itulah Kise mulai mengenakan handband akhir-akhir ini.

Dan seperti malam sebelumnya, kali ini Kise masih mengoceh tentang apa yang dia inginkan, masih dengan tawa dan isakan diwaktu yang sama, anak dengan iris keemasan ini masih sibuk menggoreskan kuku-kuku yang sengaja ditajamkannya pada pergelangan tangan kirinya.

DREEETTT

Getaran keras yang berasal dari ponselnya kini sukses menyadarkan si kepala kuning, sadar itu bukanlah getaran untuk email atau SMS, Kise segera meraih ponselnya dan menemukan nama Akashi tertera di layar touchscreen-nya. Menghapus air matanya, si anak bungsu dari tiga bersaudara Kise ini segera mengangkat panggilan tersebut.

"Ha—halo Akashicchi…"

"Ryouta buka pintu."

TUT TUT TUT

Cukup tiga kata, dan hal itu segera membuat Kise setengah berlari menuju pintu apartment-nya. Apakah Akashi tiba-tiba berkunjung? Ditengah malam seperti ini? Oh tenanglah, pemuda pewaris tunggal dari Akashi Masaomi itu pernah melakukan hal ini sebelumnya, 'berkunjung' ditengah malam setelah mendapatkan satu pesan singkat yang diberikan oleh Midorima Shintarou yang isinya mengatakan bahwa Kise Ryouta terlihat pucat hari itu. Dan pada malam itu juga Kise benar-benar mengutuk si pencinta ramalan tersebut, bisa-bisanya Midorima membuatnya kehilangan pekerjaan selama satu minggu karena 'titah' dari Akashi. Bukankah Akashi berlebihan?

Tapi kau tidak akan pernah tahu tindakan mengejutkan apa yang akan diambil oleh Akashi jika itu berkaitan dengan seorang model terkenal Kise Ryouta. Jangan pikir Akashi tidak tahu seburuk apa sifat Ryouta-nya jika mendapatkan masalah, bahkan masalah kecilpun bisa berakhir menjadi besar jika itu Kise Ryouta.

Dengan sedikit perasaan takut Kise membuka pintu apartment-nya, dan benar saja hal pertama yang dilihatnya adalah wajah masam dari pemuda Akashi, tanpa dipersilakan Akashi segera memasuki apartment milik Kise, melepas syalnya dan—sekali lagi— tanpa dipersilakan Akashi segera duduk disalah satu sofa yang ada di ruangan tersebut. Sementara itu, yang bisa Kise lakukan hanyalah menutup pintu, dan berjalan menyusul Akashi.

"Akashicchi mau minum apa ssu? A…Akashicchi sudah makan malam?"

Satu tatapan mematikan sukses didapatkan oleh Kise, tatapan yang dilayangkan oleh Akashi benar-benar membuat Kise tidak bisa bergerak, jangankan bergerak, bernafas saja benar-benar sulit untuknya, apakah Akashi tahu? Tentu saja dia tahu, bodoh jika Akashi tidak tahu apa yang tengah terjadi pada Ryouta-nya, jika tidak, bukankah tidak mungkin untuk Akashi berada disini untuk saat ini?

"Berikan tangan kirimu."

Dan sebuah bom telah dijatuhkan pada Kise, menolak? Lupakan saja, tidak mungkin Kise bisa melakukannya, menurutinya? Oh ayolah itu adalah bom bunuh diri, tapi sangat dan harus dilakukannya. Dengan amat sangat terpaksa Kise mengulurkan tangan kirinya yang segera ditarik paksa oleh Akashi, kali ini Kise sudah tidak peduli, bukankah dia sudah ketahuan? Jadi untuk apa disembunyikan. Karena bukan hanya dirinya yang melanggar perjanjian mereka disini. Jadi, jika Akashi marah, dia tidak akan peduli—walau kecil dia bisa mengabaikannya.

Satu tarikan nafas—entah kesal atau mencoba mengendalikan diri— yang dilayangkan Akashi, kini pemuda bersurai merah itu menarik dan membuat pemuda kuningnya berada diantara kedua lengan kokohnya. Tidak bisa dipungkiri, meskipun sudah tiga bulan tidak menyentuh Ryouta, anak kuning ini jauh lebih kurus dari terakhir kali Akashi memeluknya, menangkupkan kedua telapak tangannya, kedua manik beda warna Akashi sukses menghujani kedua iris emas Kise.

Merah-orange bertemu kuning emas, lama mereka saling menatap, sampai akhirnya Akashilah yang membuka mulutnya.

"Maafkan aku."

Ucapnya pelan yang diakhiri dengan ciuman lembut pada kening kekasihnya, beralih pada pipi kanannya, kini Akashi menyesap kuat aroma jeruk yang berasal dari pelipatan leher milik Kise. Mengeratkan pelukannya, setidaknya Akashi tahu hal ini dapat menenangkan Ryouta-nya, sementara jari-jari Akashi tengah sibuk menyisiri helaian rambut keemasan milik kekasihnya, Kise kini mulai terisak dan mengeratkan pelukan—cengkraman—nya pada punggung Akashi.

"Akashicchi… Akashicchi… Akashicchi…"

Dan hanya nama itu yang terus diucapkan olehnya, Akashi benar-benar diluar dugaan. Dia bahkan pergi ke Kanagawa setelah menyelesaikan beberapa pekerjaannya, hanya untuk seorang Kise Ryouta. Tapi bagi Akashi, Kise Ryouta adalah segalanya, dan dia akan melakukan apapun untuk mahluk pirang terkasihnya. Tidak peduli sesulit apapun, tidak peduli seperti apa merepotkannya seorang Kise Ryouta, tidak peduli seberisik apa mahluk yang tengah berada dalam kalungan kedua lengannya saat ini, tidak peduli sebodoh apa Ryouta-nya, bagi Akashi, mahluk ini adalah segalanya.

Bahkan mungkin tanpa sepengetahuan orang lain, hanya Kise Ryouta-lah yang dapat membuatnya merasakan apa itu kekalahan. Tekanan yang dibuat oleh Kise benar-benar membuatnya gila jika dibiarkan begitu saja. Dan satu-satunya hal yang ditakutkan oleh Akashi Seijurou adalah kehilangan miliknya yang berharga, kehilangan Kise Ryouta.

Dan malam itu, saat seluruh emosinya meluap, malam itu saat seluruh tekanan yang selama ini membuatnya tersiksa, malam itu semua beban yang ditanggungnya seketika menghilang ketika Kise menceritakan apa yang tengah mengganggunya, semuanya, bahkan seluruh mimpi buruknya satu bulan terakhir ini. Dan Akashi sebagai seorang pendengar dia benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan oleh Kise, sesekali mengangguk, menggeleng ketika ditanya, menunjukkan senyuman lembut yang hanya ditujukan pada Ryouta-nya.

"Akashicchi, kau tidak bosan mendnegarku ssu?"

"Hm…? Kenapa aku harus bosan?"

"Karena semua orang selalu memintaku untuk diam…"

Satu kecupan dilayangkan pada pipi kiri milik Kise, dengan senyum khas yang masih setia menempel diwajahnya, Akashi kembali mengelus helaian pirang milik Kise. "Aku tidak akan meminta Ryouta untuk diam, karena aku menyukai suara manis milik Ryouta."

Dan cukup dengan satu kalimat, pemuda Akashi sukses membuat seorang Kise Ryouta memerah. Bukan 'berisik', bukan 'merepotkan' dan bukan 'bodoh', kata yang digunakan Akashi adalah 'manis' dan hal itu sudah cukup untuk membuat Kise memperlihatkan sikap manisnya yang lain.


Apa yang kau butuhkan?

Um… Akashicchi?

Akashi? Kenapa?

Karena… Akashicchi selalu mendengarku, membiarkanku menangis dan tertawa!

Kau menyukainya?

Mungkin kau tidak akan percaya, tapi aku 'sangat' mencintainya!

Kau senang?

Tidak, aku tidak senang. Tapi 'bahagia'!

Jadi apa yang kau inginkan? Kebahagiaan?

Um'um, bukan kebahagiaan, tapi yang kuinginkan adalah Akashicchi.

Kenapa? Bukankah kau bahagia?

Itu benar, tapi kebahagiaan itu datang dari Akashicchi, dan bukan hanya kebahagiaan yang dia berikan padaku, Akashicchi juga memberikanku kesedihan.

Bukankah itu menyakitkan? Perasaan sedih.

Memang, tapi terkadang itu menyenangkan!

Kau senang karena sedih?

Hu'um! Karena pada akhirnya Akashicchi akan memberikanku kebahagiaan yang lain! Akashicchi memberikanku segalanya, karena itulah, yang kubutuhkan adalah Akashicchi, tidak ada yang lain!

Bahkan aku?

Ryouta?

Akashicchi bilang kau adalah bagian gelap dari diriku, kau akan menyakitiku jika aku terus berada bersamamu, tapi, aku tidak akan mungkin bisa mengusirmu…

Kenapa?

… karena kau diperlukan agar membuatku bahagia, setidaknya itulah yang dikatakan Akashicchi. Aku memang tidak mengerti, tapi… kurasa Akashicchi benar.

==========================OWARI==========================

OMAKE

Sore itu sang emperor Teikou tengah disibukkan dengan pencarian salah satu rekan—budak—nya. Bukannya pulang, anak pirang bodoh itu justru meninggalkan pakaian, tas dan sepatunya diruang ganti, yang artinya Kise Ryouta masih berada di dalam sekolah dengan seragam basket. Apa anak itu apa dia tengah berlatih? Apa kekalahan dari Haizaki hari ini mengganggunya?

Jika itu benar, seharusnya Akashi menendang mahluk menjijikan itu dari klub-nya, menendangnya sebelum membuat hal buruk terjadi pada Kise Ryouta, anak yang telah merebut hatinya sejak pertama bocah kuning itu bergabung dengan tim basket-nya. Masih sibuk mencari dengan raut panik yang disamarkan oleh ekspresi datarnya, Akashi kambali memasuki lapangan basket indoor Teikou, sudah dua kali dia memeriksanya, dan satu tempat yang belum sempat diperiksa olehnya adalah ruang penyimpanan bola.

Ketika dirinya semakin mendekati ruangan tersebut, samar-sama Akashi dapat mendengar isakan dan tawa kecil, tangannya kini terulur untuk membuka pintu geser ruangan tersebut, dan hal pertama yang dilihatnya ketika menggeser pintu adalah pemuda pirang yang tengah sibuk mencakar dan menggigit pergelangan kirinya, bahkan anak itu sama sekali tidak menyadari kedatangannya.

"Kise…"

Satu kata darinya, anak yang menduduki posisi wakil kapten ini masih menatap tidak percaya mahluk yang disukainya, sedikit banyak apa yang dilakukan anak pirang ini benar-benar menyakitinya. Ada perasaan sakit ketika dirinya menyadari bahwa keberadaannya sama sekali tidak bisa melindungi anak itu. Bukankah itu seperti dirinya tidak berguna? Entahlah Akashi sendiri tidak tahu apa yang tengah dirasakannya saat ini, yang pasti kali ini dia merasa gagal.

Gagal?

Itu benar Akashi gagal, gagal dalam melindungi orang yang dicintainnya. Tanpa menunggu Kise menoleh kearahnya Akashi segera memeluk dan mencengkram lengan kiri milik pemuda pirang tersebut.

"Hentikan."

Bisiknya yang kali ini dapat terdengar dengan jelas oleh Kise yang sukses membolakan matanya. "A..Akashicchi?" Sahut Kise yang nampak kebingungan atas perlakuan wakil kaptennya.

Melepaskan cengkramannya pada salah satu lengan milik Ryouta, Akashi kini menangkup wajah pemuda pirang di depannya. Mencium gumpalan merah muda di depannya, Akashi benar-benar tidak bisa menahan perasaannya kali ini, tidak masalah, dengan begini semuanya akan jauh lebih mudah.

"Kise Ryouta, mulai detik ini, kau adalah milikku!"

Dan deklarasi itupun sukses membuat Kise tidak dapat bergerak, pelukan, cengkraman, ciuman dan pernyataan hal ini benar-benar diluar dugaannya, dan mulai detik itu juga Kise tidak pernah menganggap Akashi Seijurou adalah manusia.

Akashi tahu Kise tidak akan mungkin menolaknya, tapi hal itu juga bukanlah hal yang dia inginkan. Meraih pergelangan tangan Kise yang terluka, pemuda Akashi ini mulai mengelusnya, memperhatikan guratan-gutaran yang ada disana, satu senyum lembut terukir di wajahnya, walau kilat terluka masih kentara di manik merahnya.

"Kau menyakiti dirimu karena rasa sakit yang ada dihatimu Ryouta?"

"… Rasa sakit?"

Kembali pemuda merah itu tersenyum kecil, kali ini tangannya yang lain terulur untuk menyentuh dada pemuda pirang tersebut.

"Bukankah kau merasakan sakit disini? Apa ada yang mengganggumu?"

"A..Aku…"

Dan satu tetesan butiran bening ikut jatuh ketika Kise ingin menjawab pertanyaan dari Akashi. Akashi tahu, Akashi paham apa yang diinginkan oleh Kise, kembali pemuda bersurai merah ini memeluk anak yang dicintainya, menyisiri helaian rambut Kise dan mengecup keningnya. Seolah dia ingin menenangkannya tanpa memintanya untuk berhenti menangis.

"Mulai sekarang, aku akan menjadi pendengarmu, apapun masalahmu, apapun hal yang ingin kau katakan, kau bisa mengatakannya padaku, aku akan selalu mendengarkanmu, karena aku menyukaimu… ah tidak."

"Tidak?"

"Tidak. Bukan menyukai, tapi mencintai. Aku Akashi Seijurou telah jatuh cinta padamu Kise Ryouta."

Dan cukup sudah Akashi menyatakan perasaanya, walau Kise bodoh dan lamban dalam hal ini, dia tidak mungkin tidak mengerti akan apa yang dikatakan Akashi bukan? Saat Akashi kembali menatap wajah cantik seorang Kise Ryouta, yang didapatinya adalah Kise yang tengah meneteskan air mata, dan sepertinya kali ini bukan air mata kesedihan melainkan kebahagiaan.

Akashi Seijurou bukanlah manusia, dia adalah malaikat yang akan memberikan kebahagiaan untuk seorang Kise Ryouta, tidak peduli caranya, Akashi Seijurou akan memberikan apapun yang dibutuhkan oleh Kise Ryouta-nya. Bahkan terkadang cara itu sangatlah tidak normal dan jauh berbeda dari yang kebanyakan orang pikirkan.

Sedangkan untuk Akashi, Kise Ryouta adalah seorang anak polos yang masih sangat memerlukan perlindungan, bagai sebuah bunga yang membutuhkan perawatan, Kise Ryouta adalah sesuatu yang sangat rapuh, jika kau tidak berhati-hati kau akan membuatnya pecah. Dan hal yang diinginkan Akashi adalah, menjadikan Kise Ryouta sebagai miliknya serta membuatnya nyaman dengan bersama dirinya.