Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto.

.

.

.

NOTE : Road to Ninja sama Road to Sakura udah. Gimana kalau ada Road to Sasuke, ya? Hehe. Iseng-iseng dapat ide nulis fic ini.

Selamat membaca.

Bagi yang berminat.

..

..

Hal terakhir yang diingat Sasuke sebelum terjadi ledakan keras beberapa saat yang lalu adalah pria bertopeng yang menggunakan jubah Akatsuki yang sedang menatapnya dengan tatapan marah dari balik topengnya. Sasuke menolak untuk mengikuti perintahnya dan tampaknya membuat seseorang yang mengaku bernama Madara di balik topeng itu marah. Tapi Sasuke tidak peduli dan terus berjalan dengan sikap angkuhnya.

Tapi beberapa saat kemudian, sebelum Sasuke sempat menghindar, dia mendengar ledakan keras di belakangnya disertai angin kencang. Dia sempat melihat bulan yang bersinar di langit berubah menjadi merah saat angin kencang di sekitarnya mau tidak mau membuatnya menutup mata.

Lalu sesaat kemudian, saat Sasuke membuka matanya, dia sudah berdiri di sini.

Di depan kantor Hokage di desa Konoha.

Untuk beberapa saat, Sasuke hanya mengerjapkan matanya beberapa kali tanpa bergerak sama sekali dari tempatnya. Dia memandang sekelilingnya dengan sikap tegang.

Matahari senja yang bersinar di ufuk barat menimbulkan semburat jingga di setiap sudut desa ini.

Beberapa orang desa tampak berjalan di sekitarnya dan mereka sepertinya tidak terusik dengan keberadaan Sasuke saat ini.

Sasuke hanya memandang sekelilingnya dengan pandangan luar biasa heran.

'Apa yang terjadi?' batinnya bingung.

Dia mencoba melangkahkan kakinya dengan perlahan. Dalam hatinya dia sudah mempersiapkan diri untuk menerima cacian dan hujatan atau bahkan serangan mendadak karena kemunculannya yang tiba-tiba di desa yang telah lama ditinggalkannya ini. Mengingat statusnya sebagai ninja buronan di desa ini.

Sasuke kembali melangkah ragu dan suasana di sekelilingnya tetap sama. Tidak ada satupun warga desa yang menghiraukannya. Bahkan mereka tidak memperdulikan keberadaannya saat ini.

"Apa-apaan kau, Sasuke? Memakai pakaian seperti itu?"

Sebuah suara seorang laki-laki di belakangnya mengejutkannya. Sasuke segera menoleh ke belakang dan mendapati seorang laki-laki berambut coklat panjang sedang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Kau.." kata Sasuke tertahan. Dia ingat betul dengan mata khas milik keluarga Hyuuga ini. Dan laki-laki di depannya ini adalah Neji Hyuuga, salah seorang rivalnya dulu.

"Kau ini kenapa? Tingkahmu aneh.." kata Neji. Sasuke mengangkat salah satu alisnya.

"Apa?"

Neji tiba-tiba menoleh ke arahnya dengan ekspresi wajah yang tidak biasa.

"Kau mau ikut tidak?" tanyanya, kali ini tatapan matanya benar-benar aneh. Dia seperti menyembunyikan sebuah keinginan tersembunyi di matanya.

"Eh?" Sasuke menatapnya bingung.

"Kolam renang perempuan.. Lee dan aku akan bertemu di sana. Banyak gadis-gadis memakai bikini di sana. Ayo, ikut. Kau mau melewatkan kesempatan ini?" tanya Neji dengan nada menggoda. Mata dan hidungnya bahkan sudah melebar dengan pandangan penuh nafsu.

Sasuke mengernyitkan dahi menatapnya.

"Apa?" tanyanya bingung.

"Kau jangan pura-pura polos. Aku akan segera ke sana. Aku tunggu di sana.. Bye!" Neji menepuk bahu Sasuke dengan agak keras seraya berjalan melewatinya dengan langkah cepat.

Sasuke kembali hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali.

'Kenapa dia jadi seperti itu? Apa terlalu sering menggunakan byakugan bisa mempengaruhi otaknya?' batin Sasuke bingung.

Belum sempat dia selesai dari keterkejutannya itu, seseorang sudah menepuk punggungnya dengan keras sekali dan membuatnya kembali terlonjak.

"Hei.. Apa yang kau lakukan dengan penampilanmu? Kau terlihat aneh. Kau mau membuat dirimu tidak populer lagi dengan menggunakan pakaian norak ini?"

Sasuke kembali menoleh ke asal suara dengan tatapan kesal karena sudah dikagetkan.

Nara Shikamaru terlihat menyunggingkan senyum aneh padanya. Seingat Sasuke, wajah Shikamaru selalu terlihat mengantuk dan bosan di manapun dia berada. Dia jarang tersenyum apalagi menampilkan wajah bodoh seperti ini.

"Kau pikir dirimu sendiri itu tidak aneh dengan memikirkan makanan terus menerus?" suara laki-laki lain di belakang Shikamaru membuat dahi Sasuke kembali berkerut. Dia ingat pemuda berambut coklat kemerahan yang sekarang berdiri di belakang Shikamaru dan menatapnya dengan wajah serius. Dalam ingatan Sasuke, Chouji adalah seorang anak berbadan gemuk yang hobi makan. Tapi sekarang pemuda itu tampak lebih atletis dan pandangan matanya tidak sepolos terakhir kali Sasuke melihatnya. Chouji bahkan terlihat lebih pintar dari Shikamaru.

"Ah.. Sudah, sudah, kalian berdua. Chouji-kun.. Shikamaru-kun.. Jangan bertengkar terus menerus seperti ini.." suara lembut seorang gadis melerai pertengkaran mereka.

Gadis berambut pirang panjang dengan poni tergerai yang menutupi salah satu matanya, tersenyum lembut ke arah Chouji dan Shikamaru.

Lagi-lagi, Sasuke mengerutkan dahi menatap pemandangan aneh di depannya ini. Bukankah dia Yamanaka Ino? Gadis yang selalu berisik saat melihatnya dan selalu berusaha menarik perhatian Sasuke dengan melakukan hal-hal norak?

"Ah. Sasuke-kun.. Penampilanmu beda sekali dari biasanya, ya?" tanya Ino dengan suara lembut.

Sasuke bahkan tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia terlalu syok dengan semua ini.

Tiba-tiba dia mendengar derap langkah keras di belakangnya. Sebelum Sasuke sempat menoleh ke belakang, dia merasakan kerah bajunya dicengkeram oleh seseorang. Sasuke belum sempat menghindar saat dia merasakan tubuhnya ditarik paksa oleh seseorang.

"Katakan di mana dia?!" suara seorang gadis terdengar dekat sekali di telinganya.

Kedua mata Sasuke bertemu dengan mata byakugan yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Ap-apa?" suara Sasuke terdengar tergagap karena dia terlalu kaget dengan apa yang baru saja terjadi.

"Jangan membohongiku! Di mana mereka? Pasti dia membawa Menma lagi. Sudah aku bilang untuk menjauhi Menma, tapi masih tetap saja didekati.." kata gadis di depannya.

Barulah saat otak Sasuke sudah bisa mencerna apa yang sedang terjadi, dan matanya sudah terbiasa dengan pemandangan di depannya, perlahan-lahan dia mengenali sosok di depannya.

Hinata Hyuuga.

Ya, mungkin itu namanya.

Entahlah. Dia tidak pernah memperhatikan teman perempuannya saat di akademi dulu. Kecuali satu orang.

"Aku tidak mengerti.." kata Sasuke.

Cengkeraman di kerah bajunya semakin erat dan membuat lehernya tercekik.

"Jangan membohongiku.. Charasuke!" seru Hinata, dengan wajah yang sangat dekat dengan wajah Sasuke.

"Hinata! Apa yang kau lakukan?"

Suara seorang gadis yang terdengar tak jauh dari tempat mereka, membuat cengkeraman di kerah lehernya mengendur. Sasuke segera melepaskan dirinya dari tangan Hinata. Dia bisa saja membalas perlakuan gadis itu dengan sekali pukul. Tapi karena dia terlalu syok dengan keadaan ini, dia bahkan tidak bisa membalas perkataan gadis itu.

"Ah.. Kau di sini rupanya. Di mana Menma?!" Hinata menoleh pada seseorang yang kini berdiri di belakang Sasuke.

"Aku tidak bersamanya.." jawab suara gadis di belakangnya. Sasuke mengangkat alisnya. Dia mengenal suara ini.

Lalu dengan perlahan, dia membalikkan tubuhnya dan melihat gadis yang kini berdiri di belakangnya.

Sakura Haruno menatap mereka berdua dengan wajah bingung.

Sasuke memasang wajah datarnya seperti biasa dan menatap Sakura dengan tatapan dingin. Mata onyx-nya bertemu dengan mata hijau emerald milik gadis itu. Dan tiba-tiba Sasuke merasa aneh. Sakura menatapnya dengan wajah datar dan terkesan dingin. Dia bahkan seolah tidak memperdulikan kehadiran Sasuke di sana. Sakura hanya mengerling sekilas ke arahnya dan kembali mengalihkan perhatiannya pada Hinata yang kini sudah berdiri berhadapan dengannya.

Sasuke mengerjapkan matanya sekali lagi.

Ini aneh.

Sakura tidak pernah mengabaikan kehadirannya.

Sakura selalu memberinya tatapan istimewa setiap mereka bertemu, entah itu tatapan sedih, kecewa atau marah. Walaupun pada akhirnya mereka berakhir dengan pertarungan sengit. Yang pasti, Sasuke selalu melihat tatapan terluka dari bola mata gadis itu.

Tapi apa yang baru saja dilihatnya sekarang benar-benar membuatnya tercengang.

Sakura bahkan tidak memperdulikan kehadirannya.

Dia ingat saat pertama kali mereka bertemu setelah tiga tahun berpisah, Sakura menatapnya tanpa berkedip. Seolah Sasuke adalah hantu yang bangkit lagi dari kematian yang panjang. Selalu ada tatapan khusus yang Sakura berikan padanya.

Tapi gadis di depannya ini..

Tiba-tiba Sakura mengalihkan pandangannya dan menatap Sasuke dengan tatapan dingin.

"Apa yang kau lakukan dengan pakaian bodoh itu, Uchiha? Mau menarik perhatian gadis-gadis lain? Dasar.." katanya seraya berjalan meninggalkan Sasuke.

"Jangan mengabaikanku, dada rata!" teriak Hinata seraya berjalan menyusul Sakura. Sepanjang perjalanan mereka terlihat beradu mulut dengan cukup keras. Tapi Sakura dengan cepat langsung berlari menghindari Hinata.

Sasuke terdiam di tempatnya dengan banyak pertanyaan yang kini berputar-putar di kepalanya.

Uchiha? Menarik perhatian gadis-gadis? Dada rata?

Sejak kapan Sakura jadi sedingin itu padanya? Dan sejak kapan dia menarik perhatian gadis-gadis? Mereka sendiri yang tertarik padanya kan? Dan sejak semua orang di sini berubah seperti ini?

Sasuke tercenung di tempatnya.

'Apa yang terjadi di sini sebenarnya?' batinnya frustasi.

.

.

.

BRAAKKK!

"Sakura! Kau sudah mendengarnya?" Sakura yang sedang membereskan peralatan medisnya di rumah sakit dan akan bersiap pulang, langsung terkejut begitu Ino tiba-tiba menyeruak masuk ke ruangannya dengan sangat mengagetkan.

"Ino? Apa yang kau lakukan? Kau mengangetkanku!" kata Sakura setengah kesal.

Ino yang muncul di hadapannya sekarang sedang menatapnya dengan tatapan ngeri.

"Sasuke-kun.. Sasuke-kun kembali.." katanya kemudian, dengan napas tersengal.

Kedua mata Sakura langsung membulat kaget.

"EH?!" teriaknya kaget.

Ino mengangguk.

Tanpa menunggu perintah lagi, Sakura segera meninggalkan peralatannya dan berlari keluar ruangan dengan cepat sekali.

'Sasuke-kun?' batinnya heran.

.

.

.

Kedua mata onyx gelap itu menatap gunung Hokage di depannya dengan pandangan berkerut. Pahatan wajah Hokage di gunung itu masih berjumlah lima seperti terakhir kali dia meninggalkan desa ini. Tapi ada yang lain dengan salah satu pahatan itu.

Dia mengernyitkan dahi saat melihat wajah kepala Hokage keempat. Walaupun selama ini Sasuke tidak pernah berlama-lama mengamati pahatan patung itu, tapi dia tahu kalau pahatan wajah itu bukanlah wajah Hokage keempat yang dia kenal. Itu bukan Namikaze Minato. Entah kenapa pahatan Hokage keempat diganti dengan pahatan wajah seorang laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal.

'Apa memang mereka sengaja menggantinya atau batu di gunung ini bisa mengalami perubahan karena air hujan?' batin Sasuke heran.

"Kenapa kau masih berada di sini malam-malam seperti ini? Kau seharusnya pulang ke rumah.."

Sebuah suara laki-laki yang dalam dan berat di belakangnya, membuat Sasuke tiba-tiba membeku begitu saja.

DEG.. DEG... DEG...

Kedua matanya membuka lebar dan dia hanya bisa mematung untuk beberapa saat di tempatnya sekarang.

Dia ingat suara ini.. Suara yang sudah lama sekali menghilang dari hidupnya..

"Sasuke?"

Dada Sasuke bergemuruh tak karuan mendengar kalimat panggilan yang sudah lama tidak dia dengar dari mulut seseorang yang sudah lama menghilang dari kehidupannya.

Sasuke membalikkan tubuhnya ke belakang dengan perlahan. Sangat perlahan sampai dia merasakan kalau ada yang memberatkan tubuhnya untuk bergerak.

Saat tubuhnya sudah berbalik dan dia bisa melihat orang yang memanggilnya tadi, Sasuke langsung terkesiap. Kedua matanya membelalak menatap sosok yang kini berdiri di hadapannya.

Kedua onyx yang sama balas menatapnya dengan tatapan heran.

"Kau kenapa diam saja? Cepat pulang. Ini sudah malam sekali.. Ibumu mencarimu sejak tadi.."

Sasuke bahkan tidak membiarkan matanya berkedip untuk memastikan kalau sosok di depannya ini benar-benar nyata.

"Otousan?" tanyanya lirih, dengan nada kaget dan bingung. Suaranya sedikit bergetar.

Fugaku Uchiha menatap anak bungsunya dengan tatapan bingung.

"Kau kenapa menatapku seolah aku ini hantu?" tanyanya.

Sasuke tidak menjawab. Lidahnya terasa kelu tiba-tiba.

"Kapten.. Hokage memanggilmu.." seorang berseragam jounin tiba-tiba datang menghampiri mereka. Sasuke menatapnya.

Mata orang yang baru saja datang itu juga sama dengannya. Mata hitam onyx yang pekat.

Fugaku menatap Sasuke dengan tatapan tajam.

"Cepat pulang ke rumah. Dan jangan menggoda gadis-gadis terus.." ujarnya sebelum akhirnya melesat pergi meninggalkan Sasuke.

Sasuke masih berdiri di sana dengan tubuh lemas. Menatap jalanan di depannya dengan tatapan kosong.

.

.

.

"Sakura.. Tunggu!" Ino yang sejak tadi berusaha mengejar Sakura yang terus melesat pergi tanpa menghiraukannya, berseru pada Sakura dengan napas tersengal.

"Ada apa?" Sakura menoleh pada Ino dan menghentikan langkahnya.

Ino ikut menghentikan larinya dan kini berdiri di samping Sasuke.

"Sebentar.. Ada yang aneh dengan.. Sasuke-kun.." kata Ino seraya berusaha mengatur napasnya lagi.

Sakura mengerutkan dahi menatapnya.

"Apa maksudmu?" tanyanya bingung.

"Bukankah menurutmu itu aneh? Sasuke-kun tiba-tiba kembali ke desa ini?" tanya Ino.

Sakura tidak segera menjawab dan hanya mengangguk perlahan.

"Kau benar.." katanya kemudian.

"Aku juga kaget setengah mati saat melihatnya berjalan di sepanjang dengan wajah biasa saja. Makanya aku langsung berlari menemuimu.." kata Ino.

Sakura tampak berpikir.

"Apa Sasuke-kun hanya sendirian?" tanyanya kemudian.

Ino mengangguk.

"Benar. Dia hanya sendirian.. Dan yang lebih aneh lagi.. Dia menyapa beberapa gadis yang berpapasan dengannya di jalan.." kata Ino kemudian.

Sakura membelalakkan mata menatapnya.

"Benarkah?!" serunya kaget.

"Itulah yang sejak tadi mengganggu pikiranku.." kata Ino.

"Apa Hokage dan Naruto sudah tahu tentang ini? Apa Sasuke-kun benar-benar menyapa beberapa gadis?" tanya Sakura bingung. Setelah dia mendengar berita Sasuke kembali ke desa dan merasa kaget luar biasa, sekarang dia menjadi bingung dengan pernyataan Ino barusan.

"Aku tidak tahu apakah Hokage sudah tahu atau belum. Tapi aku rasa sudah.." jawab Ino.

"Hm. Kalau begitu kita-"

"KYAAAAA!"

Sakura dan Ino langsung terlonjak kaget saat mereka berdua mendengar suara pekikan keras yang tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. Mereka berdua sama-sama menoleh ke asal suara.

Sakura langsung terbelalak kaget melihat Hinata mencoba bersembunyi di sebuah toko roti yang ada di dekat mereka.

"Kenapa kau jadi malu-malu seperti ini? Aku tahu kau pura-pura tidak suka padaku. Padahal kau menyukaiku. Aku sudah bilang akan menerimamu kan? Ayolah.."

Seorang laki-laki berambut raven dengan kemeja biru dan celana panjang menutupi kakinya, sedang berdiri di depan Hinata. Pemuda itu berdiri membelakangi Sakura dan Ino. Tanpa menoleh ke belakang dan menghadap padanya, Sakura sangat mengenal sosok di depannya ini. Apalagi ada lambang kipas berwarna merah putih di punggung kemejanya.

"Sasuke-kun.." ujarnya lirih.

"Sa-Sasuke-san.. Apa yang kau lakukan?" suara Hinata terdengar ketakutan dan dia mencoba menyembunyikan dirinya dari tubuh pemuda itu.

"Ayolah.. Jangan malu-malu.. Kau menolak ajakan kencanku dua hari yang lalu.." kata Sasuke.

Untuk beberapa saat, baik Sakura maupun Ino hanya menatap pemandangan di depannya dengan tatapan kosong. Otak mereka terlalu kaget mendapat stimulasi seperti ini dan berhenti berpikir untuk beberapa saat.

"Sasuke-kun.. Apa yang terjadi padanya?" suara Ino terdengar beberapa saat kemudian.

Dan itu membuat pemuda berambut raven di depannya langsung berbalik menghadap mereka begitu dia mendengar suara Ino.

"Hai.. Kalian berdua.." sapanya seraya melambaikan tangannya ke arah Sakura dan Ino.

Sasuke memakai kalung berbandul lambang keluarnya, dan dia menyunggingkan senyum menggoda pada Sakura dan Ino.

"Sakura-chan! Apa yang terjadi?"

Derap langkah kaki dan suara Naruto yang memanggil namanya di belakang, tidak membuat Sakura bergeming. Dia masih menatap sosok Sasuke di depannya dengan pikiran yang dipenuhi pertanyaan.

"Oi! TEME! Apa yang kau lakukan di sini?!" suara Naruto yang berteriak dengan suara keras di belakangnya tidak membuat Sakura bergerak.

"Kenapa kau selalu menanyakan hal itu seolah-olah aku tidak berhak untuk tinggal di desaku sendiri?" sahut Sasuke dengan suara tidak terima.

"KAU! Kenapa kau tiba-tiba kembali ke sini?!" seru Naruto.

Sasuke mengangkat salah satu alisnya dan menatap Naruto dengan tatapan heran.

"Pertanyaanmu aneh.. Menma.." katanya kemudian.

"EH?" Sakura dan Naruto sama-sama menatapnya dengan tatapan kaget.

"Menma?"

Sakura membelalakkan matanya mendengar nama asing itu. Sekarang dia ingat. Sasuke yang ada di depannya ini memanglah Sasuke. Tapi bukan Sasuke yang dia kenal. Dan bukan berasal dari dunia ini.

"Jadi, Hinata... Kita jadi kencan kan? Tidak usah sungkan. Ayo.." tangan Sasuke tiba-tiba menarik tangan Hinata dan merangkulkan ke bahu Hinata. Membuat wajah Hinata merah padam. Tapi dia tidak bisa menolaknya.

"Jangan sembarangan menyentuhnya! Hentai!"

DUGH!

Sakura tidak tahan lagi untuk tidak melakukannya. Dia tidak tahan melihat laki-laki itu menggoda Hinata terus menerus sampai Hinata tidak bisa berkutik seperti itu.

Sasuke meringis kesakitan sambil mengusap wajahnya yang baru saja kena pukulan Sakura.

Semua orang yang ada di tempat itu menatap Sakura dengan pandangan kaget. Terutama Ino dan Naruto. Mereka sangat tahu bagaimana perasaan Sakura pada Sasuke. Dan melihatnya memukul Sasuke dan mengatainya mesum seperti itu adalah hal paling aneh yang tidak pernah mereka lihat.

"Sakura? Kau.. Memukul Sasuke?" tanya Ino kaget.

"Dia bukan Sasuke-kun.." jawab Sasuke tajam.

"Sasuke-kun? Manis sekali.. Kau tidak pernah memanggilku dengan nama seperti itu.." ujar Sasuke.

Sakura mengepalkan tangannya.

"Ikut aku ke kantor Hokage. Sebelum penduduk desa membunuhmu.." kata Sakura seraya menarik kasar tangan Sasuke.

"Kenapa mereka harus membunuhku?" Sasuke tampak protes. Sakura mengabaikannya.

"Naruto! Kau juga ikut!" seru Sakura galak.

Naruto yang masih tampak kaget dengan apa yang baru saja terjadi, langsung terkesiap. Dan dengan segera langsung berlari menyusul Sakura.

.

.

.

Langkah Sasuke berhenti begitu saja di depan sebuah pagar rumah dengan lambang Uchiha di depannya. Hatinya berdesir tak karuan saat dia melihat bangunan rumah di depannya. Sudah lama sekali dia tidak melihat bangunan ini. Distrik di sekitarnya ini.. Yang hampir semuanya melambangkan kalau klannya masih ada. Seingatnya, distrik Uchiha sudah diratakan setelah pembantaian klannya beberapa tahun yang lalu. Dan rumahnya ini.. Tangan Sasuke menggenggam di kedua sisi tubuhnya dengan bergetar.

Kalau ayahnya masih ada.. Itu artinya, ibunya juga ada di dalam sana.

Pandangan mata Sasuke jadi mengabur saat dia mengingat wajah ibunya.

Sial.. Kenapa? Kenapa aku bisa terjebak di dunia ini? batinnya perih.

Dia lalu berbalik dari rumah itu dan melesat pergi dari tempat itu. Madara pasti telah melakukan sesuatu padanya sehingga dia terjebak dalam dimensi lain.

Sasuke akhirnya menyadari arti bulan merah yang dilihatnya terakhir kali dan membuatnya terlempar ke tempat ini. Ini pasti adalah dimensi lain yang dibuat oleh Madara untuk menjebaknya. Setelah semua yang dialamianya seharian ini, dia menyadari kalau apa yang terjadi di dunia ini adalah kebalikan dari kenyataan yang sebenarnya. Semua orang yang dia temui. Dan kenyataan kalau kedua orangtua dan bahkan klannya sudah tidak ada di dunia ini. Semua hanyalah bayangan yang berkebalikan dengan hal-hal yang sebenarnya terjadi di dunia.

Sasuke menjejakkan kakinya ke sebuah taman yang tak jauh dari sungai yang mengalir di pinggiran desa. Dia berhenti untuk beberapa saat. Mengatur hatinya yang sempat bergemuruh saat mengingat kalau dia hampir saja bertemu dan melihat ibunya lagi. Dan juga kakaknya..

"Kenapa kau ke sini tiba-tiba?" sebuah suara milik seorang gadis mengusiknya.

Sasuke menoleh ke asal suara dan melihat seorang gadis berambut merah muda sedang menatapnya dengan pandangan heran. Sasuke menghela napas pendek.

"Kenapa kau malam-malam ada di sini?" Sasuke balas bertanya.

Sakura tampak terkejut dengan pertanyaan Sasuke baru saja.

"Aku sedang mencari seseorang.." jawabnya kemudian.

"Hn.." Sasuke hanya membuang napas pelan.

Dan itu benar-benar membuat Sakura yang ada di depannya terkejut luar biasa. Kedua matanya membelalak menatap Sasuke.

"Kau.. sedang ada masalah, ya, Sasuke?" tanya Sakura.

Sasuke mengerling sekilas ke arahnya. Sasuke? Hanya Sasuke? Tanpa embel-embel 'kun'? Benar-benar bukan Sakura yang dia kenal..

"Bukan urusanmu.." jawab Sasuke dengan nada dingin.

"Apa? Wah.. Kau pasti sedang benar-benar ada masalah. Beberapa gadis yang aku temui menanyakanmu terus menerus karena kau menghilang tiba-tiba.." kata Sakura.

Sasuke menoleh ke arahnya dengan dahi berkerut.

"Apa aku orang yang seperti itu di sini?" tanyanya kemudian.

Kini Sakura yang ganti menatapnya dengan dahi berkerut.

"Apa maksudmu dengan 'seperti itu'?" tanyanya bingung.

"Menggoda gadis-gadis?" Sasuke bertanya dengan suara yang masih datar.

Tak disangka, tiba-tiba Sakura tertawa pelan di depannya.

"Apa kepalamu terantuk sesuatu sampai kau lupa semuanya? Dan.. jangan menatapku dengan tatapan seperti itu. Kau seperti mau membunuhku.." kata Sakura.

Sasuke menarik napas dan menghelanya pelan.

"Di mana Naruto?" tanyanya kemudian. Sejak tadi dia tidak melihat temannya itu. Padahal yang dia tahu, Naruto selalu membuat keributan di manapun dia berada.

"Naruto? Siapa itu?" Sakura sekarang yang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Kepalamu terantuk sesuatu sampai kau lupa dengan Naruto?" Sasuke membalasnya dengan nada sarkastik.

Sakura mengerjapkan matanya dengan bingung.

"Tidak ada yang namanya Naruto di sini.." jawab Sakura.

Sasuke menatapnya. Lalu sesaat kemudian dia menyadari kalau dirinya sedang tidak berada di dunia nyata.

"Lalu siapa teman satu tim kita yang lain?" tanyanya kemudian.

"Ah! Menma? Kau bertanya tentang Menma?" Sakura menatapnya dengan antusias.

"Menma?" tanya Sasuke lagi.

Sakura mengangguk. Dan entah kenapa pandangan matanya tiba-tiba berubah meredup setelah dia mengucapkan nama Menma. Sasuke teringat kalau gadis bernama Hinata tadi sore menyebut-nyebut nama Menma sambil marah-marah pada Sakura. Hinata menuduh Sakura menyembunyikan Menma darinya.

"Sudah beberapa hari ini dia tidak ada di desa.. Aku.. sedikit khawatir padanya.." kata Sakura kemudian, dengan raut sedih di wajahnya.

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Sasuke.

"Aku tidak tahu, Sasuke. Makanya, lain kali kau harus peduli dengan teman satu timmu dan bukannya sibuk menggoda gadis-gadis itu! Menma pergi dari rumah dan menghilang dari desa beberapa hari yang lalu. Orangtuanya mencarinya terus menerus sejak kemarin.." kata Sakura.

"Orangtuanya?" Sasuke bertanya dengan nada terkejut.

Sakura balas menatapnya dengan tatapan heran.

"Ada yang salah?" tanyanya.

Sasuke beralih menatap pada gunung Hokage tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Lalu, siapa Hokage keempat yang wajahnya terpahat di sana?" tanya Sasuke seraya mengedikkan bahunya pada gunung Hokage.

Sebuah senyum samar tampak di wajah Sakura.

"Kau juga lupa tentang ini? Ya, ampun.. Sasuke. Itu ayahku.. Apa kau tidak ingat?" katanya kemudian.

Sasuke mengangkat alisnya.

"Apa?"

"Kau benar-benar berbeda hari ini. Ada yang salah denganmu?" tanya Sakura. Kali ini dia menatap Sasuke dengan wajah cemas. Sasuke hanya menatapnya dengan tatapan datar. Tapi dia tidak menyangkal kalau dia menyukai tatapan Sakura yang menatapnya dengan wajah cemas seperti itu. Itu mengingatkannya pada Sakura yang asli, yang selalu mencemaskan apapun yang menimpanya.

"Pulanglah ke rumah dan segera tidur.." kata Sasuke seraya berjalan mendahului Sakura.

"Kau benar-benar aneh hari ini, Sasuke.." kata Sakura.

Tapi Sasuke tidak menanggapinya dan kembali terus berjalan.

.

.

.

Sakura menatap punggung pemuda berambut raven yang kini berjalan mendahuluinya dengan langkah pelan. Lambang keluarga Uchiha tertera dengan jelas di punggung kemejanya. Naruto yang berjalan di sampingnya hanya melirik ke arah Sakura dengan dahi berkerut. Setelah membuat masalah dengan menggoda Hinata di tengah jalan tadi, saat di kantor Hokage pemuda ini juga mengatakan hal memalukan tentang dada Nyonya Tsunade. Hokage kelima itu sudah hampir membunuhnya dengan pukulan keras kalau saja Sakura tidak segera membawanya keluar kantor. Bahkan Kakashi sampai harus membantu Shizune menenangkan Nyonya Tsunade yang sudah marah besar.

"Hmm.. Jadi sekarang ini, aku berada di dunia lain yang bukan duniaku?" tanya Sasuke dengan sedikit bergumam. Dia berhenti berjalan dan menoleh kepada mereka berdua.

"Bagaimana kau bisa berada di sini?" tanya Sakura kemudian.

Sasuke kelihatan terdiam dan memikirkan sesuatu.

"Aku.. tidak ingat sama sekali. Yang aku ingat adalah.. Aku ingin menemui beberapa kenalanku di jalan, dan tiba-tiba aku sudah berada di sini. Tapi awalnya aku pikir ini adalah desaku.. Makanya aku heran kenapa mereka menatapku dengan pandangan benci.. Hai.." jelas Sasuke seraya melambaikan tangannya pada seorang gadis yang kebetulan lewat di samping mereka.

"Sudah berapa gadis yang kau goda sepanjang perjalanan dari kantor Hokage tadi?" Sakura menatap pemuda di depannya dengan kesal.

"Kenapa kau kelihatan marah sekali? Apa dia selalu seperti ini pada Sasuke yang ada di dunia ini?" Sasuke menatap Naruto seraya mengerling pada Sakura yang kelihatan kesal sekali dengannya.

"Tid-tidak.. Sakura-chan tidak pernah berlaku kasar sedikitpun pada Sasuke. Mungkin dia sedikit tidak terima karena kau yang mirip sekali dengan Sasuke, menggoda gadis-gadis itu.." kata Naruto.

"Naruto.." mendengar Sakura memanggilnya dengan nada rendah yang menakutkan, cepat-cepat Naruto meralatnya.

"Eh.. Maksudku.. Mungkin.. Kami.. Kami sama-sama terkejut dengan kehadiranmu yang tiba-tiba di sini.." ralatnya cepat-cepat.

Sasuke yang berdiri di depannya, menatap Sakura dengan seksama. Lalu beberapa saat kemudian, pandangan matanya berubah.

"Ahh.. Kau.. menyukai Sasuke, ya?" tanyanya dengan nada menggoda.

Wajah Sakura langsung merona merah.

"Diam! Seharusnya kau mulai memikirkan cara supaya cepat kembali ke dunia aslimu.." kata Sakura kesal. Digoda oleh seseorang yang mirip sekali dengan Sasuke tapi berkepribadian yang sangat bertolak belakang dengannya, benar-benar aneh untuk Sakura.

"Pantas saja, Hinata tidak seperti biasanya saat aku temui tadi... Dia agak sedikit.. pemalu, ya?" kata Sasuke.

Entah kenapa Sakura merasa kesal saat mengingat cara Sasuke menggoda Hinata tadi. Meskipun yang di hadapannya sekarang bukanlah Sasuke yang dia kenal, bagaimanapun juga semua yang ada pada pemuda di hadapannya sekarang benar-benar mirip dengan Sasuke. Dan melihatnya menggoda para gadis benar-benar membuat Sakura kesal.

"Jadi.. di dunia sana, kau menyukai Hinata? Bagaimana dengan Sakura-chan yang ada di sana?" tanya Naruto.

"Hmm.. Mungkin, iya. Entahlah. Sakura menyukai Menma. Begitu juga Hinata. Mereka berdua seperti bersaing untuk merebutkan Menma. Tapi mengabaikan kehadiranku. Benar-benar aneh.." jelas Sasuke.

"Jelas saja. Kau terlalu sering menggoda gadis-gadis setiap ada kesempatan. Mana mau mereka merebutkanmu? Dan lagi, ingat! Jangan coba-coba menggoda Hinata seperti tadi!" kata Sakura galak.

"Kau tetap galak seperti biasanya.." ujar Sasuke.

"Dia tidak akan seperti ini pada Sasuke yang asli, kau tahu?" kata Naruto.

"Hmmm.." Sasuke menyentuh dagunya dengan jempolnya seraya menatap Sakura dengan pandangan lekat.

Dengan gerakan perlahan, dia mendekati wajah Sakura yang membuat Sakura langsung memundurkan wajahnya. Naruto sudah mengawasinya dengan sikap waspada, siap memukul Sasuke kalau pemuda itu melakukan sesuatu yang berbahaya pada Sakura.

"Tapi aku menyukai gadis sepertimu.." katanya seraya mengusap dagu Sakura dengan nada menggoda.

Wajah Sakura langsung berubah menjadi sangat merah.

"Teme! Apa yang kau lakukan?! Dasar bodoh!" Naruto berseru tidak terima di samping Sakura.

Sasuke hanya tertawa pelan seraya berjalan mendahului mereka.

Hanya Sakura yang masih berdiri di sana dengan wajah yang sudah memanas. Walaupun dia bukan Sasuke yang dia sukai, tetap saja wajah dan tubuhnya sama persis dengan Sasuke yang asli.

.

.

.

TBC.

Oke.. Saya hadir dengan fic baru.

Tenang aja yang udah follow fic-fic saya yang lain, pasti akan dilanjutin. Gak akan discontinue, kok. Penulis lagi cari ide aja, karena sejak kemarin buntu terus mau ngelanjutin.

Tapi malah muncul ide-ide yang lain.

So.. Tunggu lanjutan fic yang baru, ya?

Makasih.