A/N: Saya adalah RusBela hardshipper, juga shipper AmeViet dan AusHung, tapi kenapa saya malah buat AmeBela? Sebenarnya tidak pernah membayangkan akan membuat fic pair ini. Namun, saya perlu menantang diri saya sendiri :)

Disclaimer: Hetalia © Hidekazu Himaruya, tidak mengambil keuntungan material apapun dari pembuatan fanfiksi ini.

Warning: AU, maybe OOC, ficlet, fluff. Human name.

Pairing: Alfred – Natalia slight Gilbert – Elizaveta./ AmeBela slight PrusHung.


.

Don't Know Why

~karena cinta tidak butuh alasan~

.


Semula, Natalia tak pernah memikirkan pemuda itu. Baginya, kakak lelakinya sudah lebih dari cukup untuk menjadi seseorang yang ia kagumi—pandai bernegosiasi, berpenampilan menarik, memiliki tubuh yang proporsional, dan juga memiliki aura intimidasi yang kuat dibalik senyum hangatnya. Akan tetapi, entah sejak kapan semuanya berubah ketika gadis itu bertemu dan selanjutnya mengenal Alfred F. Jones—rival bisnis sang kakak yang berasal dari Amerika.

Menurut Natalia, jika kakaknya adalah sebuah sisi koin, maka Alfred adalah sisi koin yang lain. Keduanya sangat bertolak belakang baik dari sikap, cara bicara, serta taktik bisnisnya. Namun, entah mengapa justru itu yang membuat Natalia berpikir bahwa Alfred menarik.

Menarik, karena Alfred tidak berhenti mengoceh bahkan ketika Natalia menyuruhnya untuk diam. Menarik, karena Alfred adalah pemuda yang tidak takut padanya, berbeda dengan sang kakak yang terkadang menghindarinya. Menarik, karena Alfred selalu memiliki ide gila untuk mengisi waktu luang mereka dan membuatnya tidak bosan.

Natalia heran sendiri.


"Dari ceritamu, kupikir Alfred tidak jauh berbeda dengan Gilbert, Nat."

Elizaveta—yang merupakan salah satu karyawan kakaknya, sekaligus yang menjadi sahabatnya itu memberikan pandangan lain ketika Natalia mencoba bercerita soal pemuda asal Amerika itu.

"Tidak jauh berbeda bagaimana? Aku tidak mengerti, katakanlah dengan jelas, Liz."

Elizaveta meletakkan satu telunjuk di dekat bibirnya—seolah mencoba mengingat hal-hal yang ia rasa: Gilbert memiliki kesamaan dengan Alfred. Kemudian, dengan wajah yang berbinar gadis berambut cokelat panjang itu menatap lembut ke arah Natalia.

"Mereka berdua sama-sama lelaki enerjik yang penuh semangat, Nat. Sama-sama memiliki caranya sendiri—hal-hal gila di luar dugaan yang akhirnya menarik perhatian kita."

Natalia terlihat berpikir, mencoba mencerna hal yang baru saja dikatakan Elizaveta. Gadis dengan hiasan pita di kepalanya itu mengingat hal-hal gila yang pernah dilakukan Alfred. Pertama, Alfred pernah dengan spontan berteriak 'kau cantik sekali!' saat pertama kali bertemu dengannya—padahal saat itu, ada kakak lelakinya—membuat Natalia serasa ingin melempari kepala pemuda Amerika itu dengan sepatu. Kedua, pernah ketika mereka tidak sengaja bertemu di kafetaria hotel, kala itu Alfred tidak berhenti menggodanya hingga sang gadis Slavia terpaksa benar-benar menyiramkan segelas air di wajah si lelaki berkacamata. Dan anehnya, Alfred sama sekali tidak marah, ia malah tertawa girang seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan. Natalia kesal setengah mati, tapi kemudian menjadi tidak dapat melupakannya.

Natalia tidak mengerti.


"Aku tidak menyangka kalau kau akhirnya bisa sembuh dari brother complex tingkat akutmu itu," ungkap Elizaveta di hari yang lain.

"Tck, aku tidak bilang begitu."

"Tapi, secara tersirat sikapmu menunjukkan begitu, Natalia sayang."

Natalia merasa aneh. Mengapa ia malah tertarik dengan lelaki saingan bisnis kakaknya. Rasa-rasanya dunia sudah mulai gila, termasuk lelaki Amerika itu, dan mungkin saja dirinya sudah ketularan gila. Meski telah mengeluarkan sumpah serapah bernada penyangkalan, nyatanya ia memang menjadi tidak terlalu Ivan-centric seperti sedia kala—sebelum bertemu Alfred. Lagipula, sudah saatnya ia berpikir lebih jernih untuk tidak mengejar cinta kakaknya sendiri.

"Kemarin, Alfred mengajakku kencan."

Elizaveta terlihat antusias mendengar pengakuan gadis itu. Elizaveta tahu betul bahwa Natalia bukanlah orang yang mau menjawab begitu saja, apabila ada sebuah pertanyaan dilayangkan padanya—terkecuali Natalia yang berinisiatif untuk mengemukakan sendiri.

"Lalu, bagaimana? Kau menerimanya?"

"Ya," jawab Natalia singkat, "ternyata tidak buruk juga."

Kemarin, lelaki itu mengajaknya datang ke konser grup band rock—yang berakhir dengan Alfred yang ikut-ikutan bergaya ala anak rock ber-eye liner padahal matanya sudah memakai kacamata, sehingga ia menjadi terlihat sedikit aneh. Namun, Alfred tidak peduli. Ia tanpa sungkan menggila bersama Natalia seiring lantunan musik yang menghentak di konser itu. Kalau bukan Alfred, sepertinya tidak ada yang mau.

Oh ... astaga, tentu Natalia masih ingat betul ketika mereka pulang dari konser rock dan membeli es krim cone. Dengan kepercayaan dirinya yang berlebih, Alfred mengangkat es krim cone itu dengan tangan kanannya tinggi-tinggi dan berkata, "Natalia, lihat! Aku seperti Patung Liberty, 'kan? Ahahahaha!"

Sebenarnya, bagi Natalia tidak lucu dan seketika ia ingin menghajarnya saja atas tingkah gilanya itu. Namun, entah mengapa lagi-lagi Natalia menganggapnya menarik. Rangkaian flashback singkat atas kencan kemarin, mendadak terhenti ketika Elizaveta membuka suara.

"Kau tahu, Nat? Lelaki yang umumnya bertingkah gila itu, kalau sedang serius akan sangat keren, lho! Karena, kau akan melihat sisi yang lain dari biasanya."

Bibir Natalia melengkung ke bawah, ia tidak mengerti.

Elizaveta segera menunjukkan cincin di sebelah tangannya dan mengedipkan mata ke arah sahabatnya itu. "Gil sangat keren saat melamarku kemarin, hihi..."


Kemudian, Natalia berpikir ia tidak perlu bertanya-tanya lagi, serta tidak perlu bimbang lagi ketika hatinya merasa antusias saat sebuah pesan dari Alfred diterima smartphone-nya.

"Lusa, ayo kita arung jeram, Nat! Kujamin akan seru, ahahaha!"

Selama lelaki itu tidak kekurangan ide untuk mencuri perhatiannya—akan hal-hal gila yang dapat mereka lakukan bersama, selama itu pula Natalia merasa tidak membutuhkan alasan pasti ... tentang mengapa akhirnya ia menyukai Alfred F. Jones.

.

.

.

[selesai]


A/N: Challenge to my self, done! AmeBela dan PrusHung sebenarnya bukan preferensi pairku. Tapi, ternyata bisa jadi juga, meskipun ngga panjang #lalunyeburkesumur. Terima kasih telah membaca, saya akan lebih berterima kasih jika pembaca berkenan meninggalkan review :). Sampai jumpa~