Summary:
Chanyeol dan Jongin, kakak beradik yang menyukai gadis yang sama berjanji untuk menikahi dan 'memiliki' bersama gadis tersebut. Tapi bagaimana sang gadis tak sengaja memberi cobaan berat untuk daerah pusat lelaki mereka? Satu rumah? Satu kasur? Mandi bareng? Baju ketat? No-pants? |"Lelaki sejati itu adalah mereka yang mampu menahan nafsunya."|CONTAINS: Pervert Chanyeol, Straightman Jongin, Innocent-sexy Kyungsoo| GS! Threesome! Yaoi/? !
Chara(s):
Kim Jongin, Park Chanyeol, Do Kyungsoo, Little-Jongin, Chanyeol's joystick, Xi Luhan, Kim Suho, other exo members.
Ga perlu dibaca:
Halo~ Dammit, aku gabisa nahan diri untuk gak nulis ff M. yak, sebagai tuntunan awal, aku mau kasih tau kalo ini lebih ke fluffy romance yang rada eror karna banyak adegan tidak senonoh –coret- dan dirty joke. Karena romancenya bakal kuat, kayaknya aku gabakal nulis adegan hardsex. Tapi adegan ncnya bakal upgrade sesuai bertambahnya chapter *ketawa jahat*. Ini ff straight atau yaoi?! Kok di summarynya ambigu? Nah, berhubung cowoknya dua/? Aku jadi ngerasa sayang kalo mereka ga ikut dipair juga wkwk. Tapi tenang kok, yaoinya cuma terselubung karena- ah sudahlah.
Oke~ Happy reading, yeoreobun~
-khodio-
Tiga remaja-akhir dengan gejolak hormon yang tinggi masih terlelap di atas kasur twin-size yang mestinya hanya dipakai untuk berdua. Namja berkulit tan dengan garis rahang tegas yang terlihat seksi dan seorang namja lagi dengan tubuh besar yang bibir sensualnya terlihat agak terbuka ketika tidur, sedang menghimpit seorang yeoja dengan tinggi tak lebih dari 160 cm yang memiliki tubuh sintal dan bulat di bagian yang tepat. Mereka berdua memeluk sang gadis semalaman, ketiganya masih berpakaian casual lengkap dan tertidur begitu saja karena kelelahan merapikan barang-barang pindahan di rumah baru mereka.
Namja yang bernama Jongin kini sudah terbangun dari lelap tidurnya, namun masih asik memejamkan matanya dan melingkarkan lengannya di pinggang si gadis yang bernama Kyungsoo dengan protektif. Sedikit pikiran nakal terbesit di otaknya, dengan perlahan tapi pasti tangannya merayap lebih ke bawah, ke bagian selangkang Kyungsoo. Dadanya berdebar keras, hatinya bergejolak gemetaran, 'akhirnya aku bisa menyentuh itu'. Dan terasalah di telapak tangannya, Jongin merabanya dengan lembut, sesuatu yang… tegang… besar… panjang… dan sangat keras… sejak kapan Kyungsoo punya- ah shit! batang Park Chanyeol.
Jongin mengerjapkan matanya dan mengucaknya berkali-kali seolah-olah baru saja bermimpi buruk, dia segera menaikkan punggungnya dan terduduk, kemudian bersyukur bahwa Chanyeol masih terlelap dan tidak memergoki aksinya barusan. Dia merutuk dirinya sendiri, kenapa bisa orang sepertinya berpikiran mesum seperti itu, untunglah tuhan menghukumnya dengan justru tak sengaja menyentuh morning erection penis besarnya Chanyeol.
"Mmmh…ngh…yeol..lie…" lenguh Kyungsoo, Jongin menatap wajah tertidurnya yang sangat manis sambil tersenyum. Diliriknya sesuatu yang membuatnya melenguh, jelas saja, Chanyeol sedang memeluknya seperti guling. Kakinya yang melingkari kedua kaki Kyungsoo pasti terasa berat, langsung saja Jongin menyingkirkan kaki Chanyeol dengan kasar.
"Mmmh.. yeol.. itu..ap..a.." Kyungsoo masih mengigau, tapi badannya tak melakukan reaksi apapun, seolah mennyerahkan diri dan membiarkan Chanyeol yang masih memeluknya dengan terlalu rapat. Rupanya Chanyeol tengah menggesek juniornya di paha Kyungsoo yang sedang mengenakan hotpants dan bergerak tak menentu, membuat Kyungsoo sesekali bergidik geli dan menggeliat pelan. Jongin yang tak sengaja melihat perbuatan nista hyungnya, hanya sweatdrop. Dia segera bangkit dari kasur dan menjauh dari mereka berdua… agar… tidak membuat juniornya ingin sesuatu.
Namja beradab yang kalah mesum dari hyungnya itu segera ke teras rumah mereka, mencoba mencari udara segar dan melupakan kejadian barusan yang nyaris saja membuat juniornya tegang. Namun dia mengingat sesuatu dan segera mengambil handphone yang masih terselip di saku jeansnya sedari kemarin. Lalu mencoba menelepon sebuah kontak sakral, Jongin meneguk ludahnya gugup,
"Yeobeoseyo, appa…."
"Ne?" ucap suara di seberang sana dengan ceria yang seharusnya tidak perlu sebegitu membuat gugup seorang Park Jongin, "Bagaimana rumah baru kalian?"
"Rumah? Itu yang ingin aku tanyakan!" suara Jongin kini meninggi, "Kenapa appa memberi kami rumah?! Aku kira appa hanya akan menyewakan apartemen. Aku dan Chanyeol kan akan kembali kalau sudah lulus kuliah. Kyungsoo juga masih kelas 3! Kenapa dia harus ikut kami! Lalu-"
"Sssshh… bagaimana ya menjelaskannya…"
"APPAAA!"
"Hahaa- begini, harga sewa apartemen Seoul itu kan mahal. Lebih baik sekalian membelikan rumah. Lagipula memangnya kenapa kalau Kyungsoo ikut? Disinipun kalian sudah biasa tinggal bersama kan? Biarlah dia merasakan sisa SMA nya di Seoul, bersama kalian."
"N-nde. Kamshahamnida, aku akan melakukan yang terbaik." Balas Jongin terlalu formal. Dari seberang sana, Jongin dapat mendengar ayahnya berdeham, seolah ingin mengubah intonasi suara.
"Oh iya, soal Kyungsoo…" suara ayahnya terdengar seperti bisikan, "Disini kan ada aku dan eomma, aku yakin kalian pasti canggung. Jadi.."
"Jadi?"
"Jadi… anggap saja Kyungsoo itu penghibur stress kuliahmu ya."
"Nde." Jawabnya singkat, masih tak mengerti maksud terselubung ayahnya.
"Rumah itu juga bisa kalian gunakan kalau sudah menikah."
"Nde."
"Dan juga…"
"Mwo?"
"Jangan lupa gunakan kondom."
Tuut. Sambungan telepon segera Jongin matikan secara sepihak. Dia memejamkan mata dan mengurut dahinya, wajahnya merah padam, malu berat. Otaknya makin tidak steril membayangkan yang anu-anu. Dia tidak yakin siapa yang dia telepon barusan, apakah ayahnya atau seorang anak SMA yang sedang menghasut temannya untuk merenggut keperawanan pacarnya. Sejak kapan keluarganya berpikiran liberal seperti ini. Kini dia sedang mengacak-acak rambutnya, entah merasa senang karena membuat keluarga kecil baru bersama Chanyeol dan Kyungsoo atau merasa sangat malu karena dia yakin appa dan eommanya di rumah sedang menyeruput teh hijau sambil berbincang apakah Kyungsoo akan hamil di luar nikah atau tidak. Merasakan kedamaian tak terhingga tanpa anak sulungnya yang berisik bermain battlefield dan anak bungsunya yang suka menggeletakan buku dimana-mana. AARRGGHH….
"Aku mendengarnya loh…" Jongin segera melirik ke sumber suara, Chanyeol berdiri sambil memegangi daun pintu dan menyenderkan punggungnya di pintu. "Kau ini bodoh atau apa sih. Masa tidak mengerti."
Dahi Jongin bersungut, bibirnya menunjukan pout kecil, kesal. Membuat Chanyeol tersenyum tipis melihat adiknya yang tiba-tiba menjadi manis, "Kau pikir appa tidak tau kalau kita sama-sama menyukai Kyungsoo? Kau rasa eomma tidak sadar kalau Kyungsoo sangat antusias bersama kita? Ah~ senangnya punya orangtua pengetian~ masa mudaku akan indahh~"
Jongin masih terdiam, menatap hyungnya dengan bingung dan hanya dibalas dengan cengiran 3 jari Park Chanyeol, "Appa ingin kita terus tinggal di rumah ini, bahkan setelah lulus. Dia tau nantinya kita akan menikah dengan siapa, Jong, duh." jelas Chanyeol dengan gemas pada adiknya yang terlalu normal.
Jongin menangguk, tapi beberapa detik kemudian dia segera menutup mulutnya berusaha menyembunyikan semburat merah di wajahnya yang lagi-lagi muncul tanpa diatur. "Hei, kau kenapa? Sedang membayangkan payudara Kyungsoo? Atau-"
"CHANYEOL-HYUNG!" tatapnya tegas, mengacuhkan ucapan Chanyeol yang barusan, "Kau ingat apa yang kau bisikan padaku saat upacara kelulusan?"
Chanyeol memutar bola matanya, mencoba berpikir kemudian malah tertawa kecil. Saat itu dia hanya mengatakan sebuah kalimat saja, tapi mampu membuat Jongin keringat dingin selama kepala sekolah memberikan pidato perpisahan, "Ne, aku ingat.. 'Mari jangan jebol Kyungsoo dulu.' Begitu kan?"
Jongin mengangguk. Dalam hatinya dia ragu apakah Chanyeol akan menepati perkataannya saat itu, karena baru saja sehari menempati rumah ini Chanyeol sudah berbuat hal yang seperti itu. Sebenarnya jauh dalam lubuk hatinya, Jongin iri. Dia hanya masih belum berani dan tidak ingin mencemari Kyungsoo sebelum gadis sintal itu lulus SMA. Lagipula sebelum pindah, mereka juga telah berjanji untuk tidak memonopoli Kyungsoo dan merenggut itu sebelum waktunya. Kapan waktunya? Entahlah. Mungkin setelah Chanyeol berhasil mencemari otak Kyungsoo dengan yang anu-anu atau setelah Jongin berhasil membujuknya di malam valentine tahun ke-18 Kyungsoo.
Semesum-mesumnya Chanyeol, untuk hal melakukan seks dengan Kyungsoo, baginya itu masih terlalu dini. Dia hanya tidak ingin Kyungsoo merasa berbeda dari teman-temannya. Meskipun tubuhnya sudah bisa dikatakan mantap tapi hal itu berbanding terbalik dengan sifatnya yang masih kelewat polos. Memangnya apa yang akan dikatakan Chanyeol bila ingin membuat bayi dengan Kyungsoo saat ini? 'Hey, Kyung, mari praktek biologi. Buka lebar kakimu, juseyo~'?! Chanyeol tidak ingin merasa seperti om-om pedofil. Walau begitu, bila ada kesempatan saat Kyungsoo tak sadar, dia akan sesekali menggesek badan Kyungsoo ataupun mengelus-elusnya di bagian tertentu. Perbuatan nista barusan bisa dijadikan contohnya.
Sedangkan Jongin, dia terkesan 'alim' dan anak baik-baik. Tidak, bukan berarti dia tidak memiliki pikiran semesum Chanyeol. Bisa dibilang, Jongin itu pemalu. Dia malu apabila melakukan this-and-that pada Kyungsoo sementara orang lain mengetahui atau memergokinya. Di sekolah dulu, dia adalah anak pintar yang bisa lulus satu tahun lebih awal yang membuatnya seangkatan dengan Chanyeol, hyungnya sendiri. Jongin kerap meluangkan waktunya untuk membaca buku, dating dengan Kyungsoo di perpustakaan, tidak sengaja meniduri buku di kasurnya, dan hal-hal geek sejenisnya. Tapi hal itu bukan berarti Jongin anak suci yang tidak pernah nonton video porno. Dia hanya lebih bisa menahan –sedikit- hormonnya dibanding Chanyeol. Disaat Chanyeol lebih memilih meremas dada Kyungsoo secara licik seolah itu accident, Jongin lebih suka menyelesaikannya di kamar mandi.
Kalau diumpamakan, Jongin lebih seperti serigala yang sengaja menahan nafsunya saat melihat seekor kelinci montok kemudian justru memberi makan kelinci itu agar bertambah gemuk dan membiarkan dirinya terus kelaparan hingga akhirnya pada puncak maksimal rasa laparnya, sisi liarnya akan keluar semua dan membuat si kelinci mengerang hebat. Sementara Chanyeol itu mirip kucing jantan yang di setiap kesempatan memberi lirikan dan raungan pada betina yang berhasil membuat si jantan terangsang, hingga pada akhirnya justru si betina yang menjadi penasaran dan ngebet dikawini.
Lalu Kyungsoo. Kyungsoo itu polos. Kedua mata bulatnya memancarkan tatapan penuh penasaran khas anak SD yang baru tau rumus pembagian. Rambut lurusnya yang terurai panjang dan terlihat acak-acakan ketika bangun tidur, sangat terlihat imut. Ditambah dengan bibir tebal ranumnya yang berwarna merah muda, caranya menggigit bibir apabila merasa bingung dan berpikir keras nampak manis dan menggoda disaat yang sama. Bila saja tubuhnya tidak matang dan menonjol pastinya pegawai masih akan menawarinya Happymeals. Kata polos tidak hanya melambangkan fisiknya. Kyungsoo itu sedari kecil hanya dirawat ibunya. Dia TK, SD, dan SMP di sekolah khusus wanita dan asrama dengan peraturan khas keagamaan. Hal ini membuatnya sangat tabu dengan pendidikan seks dan juga sama sekali tak punya ide tentang apa itu laki-laki.
Siapa Kyungsoo? Kenapa dia bisa dengan beruntungnya –atau nikmatnya- tinggal dengan 2 namja tampan yang berpotensi jago seks?
Bisa dibilang mereka keluarga. Iya, keluarga. Kyungsoo itu sudah tidak punya ayah sejak kecil dan ibunya juga wafat 2 tahun lalu. Ibunya adalah teman lama yang sangat akrab dengan keluarga Park sehingga tak heran kalau di pesan terakhirnya dia lebih memilih menitipkan Kyungsoo yang kini sebatang kara pada keluarga Chanyeol dan Jongin. Kyungsoo juga merupakan adik kelas beda satu tingkat dengan mereka berdua –sebelum pindah sekolah ke Seoul. Sehingga hubungan mereka sudah seperti bukan keluarga dan juga bukan teman, lebih mirip seorang putri Disney yang dijaga oleh 2 orang pangeran baik hati –namun berhati serigala mesum terselubung. Jongin dan Chanyeol sama-sama mencintai Kyungsoo dan berjanji untuk memilikinya bersama. Tapi, mereka sama sekali tidak saling mengikat diri dan melabel kalau mereka itu pacaran. Hubungan mereka jauh lebih kompleks dan unggul daripada sekedar pacaran. Mereka itu teman sekolah, keluarga, pacar, dan akan nikah bersama. Keren kan?
"Tenanglah, kita kan sudah berjanji. Aku bukan pria curang seperti itu. Selama kita belum melakukannya pada Kyung, aku sarankan kau harus mengisi otak-jenius-membosankanmu itu dengan berbagai fantasi."
"Jangan bicara seperti om-om mesum." Semburat merah tomat lagi-lagi menghiasi wajahnya.
"Ssshh…" Chanyeol menggaruk tengkuknya dengan malas, lalu berbalik memunggungi Jongin dan berjalan menuju kamar mandi. "Jongin-ah, aku rasa orang sepertimu gampang horni ya?"
"PARK CHANYEOL!"
Tak terasa sudah 1 bulan mereka menempati rumah ini. Dari keseluruhan, terasa sangat nyaman, rumah ini tidak kebesaran untuk dihuni mereka bertiga. Terdiri dari sebuah ruang tamu dengan kursi-kursi dan meja yang minimalis yang bersambung dengan ruang tengah dengan sofa panjang yang enak dipakai untuk sekedar berselonjor atau berbaring dan TV serta sebuah jendela yang cukup besar di sampingnya. Lalu dua kamar tidur yang masing-masing terisi dengan barang-barang yang selayaknya ada di kamar dan dengan kasur ukuran twin-size yang kadang mereka pakai untuk tidur bertiga. Kemudian di bagian terbelakang ada dapur, toilet, dan kamar mandi. Rumah yang normal dan nyaman.
"Chanyeol. Sudahlah. Kami. Ingin. Berangkat." Kata Jongin dengan nada kelewat ketus. Tangannya memencet-mencet tombol remot dengan keras untuk melampiaskan emosi, iseng mengganti chanel tv tanpa bermaksud menontonnya. Dia duduk tak sabar sambil menghentak-hentakan kaki, sudah mengenakan setelan rapih untuk kuliah lengkap. Dari gel rambut hingga sepatu converse. Hanya satu yang kurang lengkap, yaitu seorang yeoja yang seharusnya bersiap segera memakai sepatu dan bergegas berangkat ke sekolah bersamanya kini justru sedang duduk diatas paha Chanyeol sambil melingkarkan kakinya di pinggang Chanyeol. Sedangkan si pria yang sedang diduduki itu asik menikmati bibir tebalnya, menghisap salivanya dan berhasil menciptakan desahan-sulit-bernafas dari si gadis. Pasangan yang lovely-dovey ini seolah tak mengindahkan tatapan sinis Jongin kepadanya.
Hanya karena masalah twin-bed yang tidak enak dipakai bertiga, sejak 2 minggu lalu mereka memutuskan untuk membagi Kyungsoo secara bergilir. Hari ini adalah jatah Chanyeol tidur bersama Kyungsoo dan pagi ini nampaknya Chanyeol mengambil jatah bonus bermesraan bersamanya, ya tapikan jangan pagi-pagi kayak gini juga! Bikin orang kesel!
"Ummh.. sebh..entar lagi… cpkckppkc.." lenguh Chanyeol di sela-sela ciuman basahnya yang kini terlihat menjijikan di mata Jongin, tangan besar Chanyeol sesekali mengusap pangkal paha Kyungsoo yang terlihat karena roknya yang tersibak sangat ke atas. Suara kecipak seksi mengisi ruang TV mereka pagi-pagi. Sementara itu, Kyungsoo hanya memejamkan mata, menikmati. Tangan kecilnya meremas punggung Chanyeol, membuat Chanyeol yang masih mengenakan piyama bermotif jerapah menjadi kusut berantakan. Piyama? Iya, kebalikan dari Jongin, jam segini bukanlah waktu-waktu produktif bagi Park Chanyeol, lebih enak bermalas-malasan sambil berguling di kasur saat pagi hari. Chanyeol lebih sering memilih jam sore dan kuliah malam berkat kebiasaan begadang main game sejak SMA membuatnya lebih berekstasi saat malam tiba. Sedangkan Jongin, meskipun terkesan kutu buku, dia bukan seorang pria kuper yang kuliah-pulang-kuliah-pulang, aktivitas kampusnya sangat beragam dan membuatnya menjadi anak organisasi yang cenderung keren dan disukai para yeoja meskipun dia masih junior. Tapi Jongin melakukannya karena dia memang suka, Kyungsoo sudah sangat cukup dan memuaskan baginya, dia tak butuh yeoja pengagum lain. Bisa dibilang Jongin suka kuliah, dan dia benci kenapa di pagi hari yang indah ini di saat seharusnya dia jalan kaki berdua menuju halte bus sambil menikmati udara pagi bersama Kyungsoo-tersayang kini justru tertunda karena hormone testosteron Chanyeol.
Saat tinggal di rumah dulu bersama kedua orangtuanya, tentunya mereka tidak akan melakukan kegiatan ini begitu buka-bukaan di ruang tv. Mereka bertiga juga punya masing-masing kamar dan tidak tidur bersama. Chanyeol dan Jongin biasa membawa Kyungsoo diam-diam menuju kamar mereka ataupun toilet. Ah tapi tenang, mereka tak berani melakukan hal yang lebih selain mengelus sambil French kiss. Meskipun sudah melakukannya diam-diam, Jongin sangat amat yakin 99% ibu dan ayahnya pasti tau kegiatan bejat-tapi-asik mereka.
"Nggh…ngh…yeol..ugh…" desah Kyungsoo yang terdengar indah seolah menyuruh junior Jongin untuk segera berdiri. Jongin melempar remot tv ke lantai dengan pelan kemudian menujukan matanya pada kedua bibir yang sedang saling memangsa dan beradu lidah itu. Tetesan-tetesan saliva membasahi dagu keduanya dan membuat bibir mereka makin terlihat lembab dan menggiurkan. Jongin meneguk ludah kasar. "Sssllurp…. Chanh…sud..ahh…hh" Chanyeol menekan tengkuk Kyungsoo untuk memperdalam ciuman mereka dalam beberapa saat. Kemudian dia menghisap kuat goa hangat Kyungsoo dan melepas ciuman mereka. Keduanya bernafas terengah-engah seolah habis lari marathon.
"Ayo berangkat! Jong!" ajak Kyungsoo dengan riang. Dia bangkit dari paha Chanyeol dan berdiri di hadapan Jongin dengan senyum lebar di mulutnya. Jongin hanya menatapnya intens, memperhatikan bibir basahnya yang masih terbaur oleh saliva. Tatapannya seolah menagih sesuatu dari tubuh Kyungsoo. Hitamnya mata Jongin seolah membuat Kyungsoo lemah seketika, maksudnya, itu…terlalu terasa…sangat…dalam…liar…dan…buas. Kyungsoo hanya bisa merasa kikuk ditatap sedemikian mengintimidasinya oleh Jongin. Kyungsoo segera mengalihkan pandangan gugup dan pura-pura merapikan poninya. Tak lama, dia kaget namun segera pasrah begitu Jongin menarik tangannya, membuat tubuhnya mendekat kemudian duduk terpangku begitu saja.
Dengan cepat dan tidak sabaran, dia segera menangkup kedua pipi Kyungsoo kemudian membuka mulutnya yang segera menerkam bibir Kyungsoo. Lidahnya menjilat-jilat area bibir dan dagu itu kemudian dikecupnya dengan bibir sebegitu agresifnya. Jongin berusaha mengelap sisa-sisa saliva yang masa bodo milik Chanyeol atau milik Kyungsoo disana. Kyungsoo hanya tertawa kecil dan mengerjapkan matanya berkali-kali, menahan geli. Kini kecupan-kecupan manis itu merambat menyapu lehernya, membuat Kyungsoo semakin kegelian namun tentunya diliputi perasaan suka dan senang. Dia menengadahkan kepala agar mempermudah Jongin melakukan urusannya.
"Aha.. Jong…in… Ayo berangkat… ah…" Kyungsoo masih tertawa-tawa kecil. Jongin mengangguk, membuat rambut halusnya menggesek rahang Kyungsoo dan langsung saja membuatnya refleks menciumi aroma mint menyejukan dari rambut Jongin yang terasa menenangkan. Jongin segera melingkarkan kaki Kyungsoo di pinggangnya, sedikit membenarkan roknya yang tersibak dan berantakan, kemudian menggendongnya menuju teras. Masih asik menghabisi leher jenjang Kyungsoo yang begitu menggoda dan masih juga membuat sang pemilik kegelian dan tertawa riang. Kyungsoo memeluk punggung Jongin agar dia tidak terjatuh, membuat susu besarnya terhimpit di dada Jongin. 2 hits, Park Jongin.
"SELAMAT JALAANN~" ucap Chanyeol dengan gembira, sambil mengelap bibirnya yang masih terpulas oleh saliva dari kegiatan panas tadi.
Kompleks perumahan mereka itu agak jauh dari jalan raya, sehingga membuat mereka harus berjalan kaki selama kira-kira 15 menit menuju halte bus. Jalan terdekat adalah melalui jalan setapak kecil dimana setiap kanan-kirinya dipenuhi tanaman-tanaman hijau yang seolah memagari jalan itu dan menjadi pembatas antara jalan dengan kebun dan tanah tak terawat serta tembok-tembok rumah yang membelakanginya. Udara pagi yang menyegarkan, embun-embun yang masih terlihat tipis di pandangan, hingga kejatuhan dedaunan di atas kepala bukanlah hal asing yang bisa didapatkan saat berjalan di jalan terpencil ini. Jalan ini benar-benar indah, sayangnya sangat sepi orang berlalu-lalang kecuali mereka yang suka berjalan kaki. Entahlah, mungkin karena ini hanya jalan sederhana yang tidak bisa dilewati mobil dan permukaannya tidak semulus jalan utama, orang-orang jadi enggan melewatinya. Beruntunglah mereka bertiga karena Chanyeol kebetulan menemukan jalan ini disaat kelaparan mencari makanan keluar di siang hari.
Berjalan dengan langkah santai sembari berpegangan tangan, apalagi Kyungsoo yang terus-terusan mengayunkan tangannya. Dengan jari-jari yang saling terkait dan berbagi kehangatan dalam genggaman telapak tangan mereka. Kyungsoo juga tak henti-hentinya bernyanyi pelan, namun bisa sangat jelas dinikmati suaranya oleh telinga Jongin.
"Geudae namanui areumdaun nabi~"
Bisa dibilang suara Kyungsoo bagus banget, lagu-lagu sekelas 'balonku ada lima' kalau dia yang nyanyi pasti masih terasa bagus. Lembut, manis, dan membuat hati orang yang mendengarnya bergetar, begitulah. Iseng, Jongin ikut bersenandung pelan mengikuti lantunan nada yang Kyungsoo suarakan sehingga makin-makin bikin bagus aja.
Romantis.
Singkatnya, beberapa menit kemudian mereka sudah naik di bus. Penuh dan sangat sesak. Ini semua berkat ulah Chanyeol yang bikin asik dirinya sendiri itu, jadi mereka tertinggal bus yang datangnya lebih pagi dan biasa mereka naiki hingga sekarang berakhir gak dapat tempat duduk dan berhimpit-himpitan di dalam bus saat jam sibuk dimana terisi orang-orang yang kesiangan.
"Jongin? Kau dimana?" tanya Kyungsoo sambil membulatkan kedua matanya dan menoleh ke kanan-kiri, panik. Seolah-olah tanpa Jongin dia akan kesasar dan menuju bagian kota antah berantah.
"Aku di belakangmu, Kyungsoo-ya." Dapat terasa dibahunya, kedua tangan pria tan itu yang sedang meremasnya pelan. Berusaha membuat dirinya tenang. Kyungsoo menoleh dan memberikan senyuman tipis, kedua tangannya menjinjing tas sekolah dengan erat, "Kenapa tidak berdiri di sampingku saja?"
"Tak perlu, disini saja." Balasnya singkat.
Jujur aja, Jongin kesal. Benar-benar kesal. Jongin memang sengaja memilih berdiri tepat di belakang Kyungsoo karena kesal melihat pandangan-pandangan para namja sejenis om-om, anak SMA, hingga anak ingusan yang baru mimpi basah kemarin malam menatap mesum pada bagian bokong Kyungsoo. Apalagi karena rok sekolah yang pendek dan Kyungsoo yang aktif menggerakan badannya kesana-kemari membuat roknya ikut terombang-ambing dan sedikit tersibak, makin saja membuat semua pandangan cowok tertuju pada pahanya. YA TUHAN, kenapa sih rok SMA Seoul harus sebegini pendeknya?! Dia lebih rela hyungnya, Park Chanyeol, menciumi, menghisap, menyesap, dan menggigiti leher Kyungsoo semalaman sampai orangnya lemas dan menyisakan sisa merah-kebiruan di lehernya daripada melihat om-om kurang kasih sayang istri yang melirik paha Kyungsoo dengan lapar. Tanpa memikirkan norma lagi, langsung saja berbagai jenis tatapan sinis dan decihan dia lancarkan pada cowok-cowok mesum tersebut. Matanya seolah mengatakan, "Ini milikku! Apalu!"
Lain dari urusan itu, sekarang Jongin malah jadi keringat dingin. Sebab melewati berbagai tikungan dan guncangan pelan bus saat berhenti di halte, membuat tubuh Kyungsoo juga terguncang pelan. Dan sialnya –atau untungnya- kini Jongin harus menggigit bibirnya demi menahan diri karena bagian belakang Kyungsoo –bokong, red- yang terus menerus berbenturan dengan rudal penerus masa depan Jongin. Rasanya? Lembut, tembam, dan bergoyang seperti jelly. Jongin jadi bergerak gerak gelisah namun dia tak bisa memundurkan diri karena bus yang penuh. Bokong Kyungsoo malah seolah menjadi airbag pelindung untuk penisnya.
"Kyungsoo, kau mau duduk?" bisik Jongin pelan di telinganya sambil melirik seseorang yang sedang duduk di belakangnya yang sedang melirik jam tangan dan mengambil ancang-ancang seolah bersiap ingin turun sebentar lagi.
Kyungsoo mengangguk, tapi matanya sibuk memancarkan pandangan kesana-sini. Tak lama kemudian, dia melangkah menjauh dari Jongin sesaat dan mencoba menyempil di kerumunan orang-orang, kemudian mengetuk bahu seorang siswi SD yang sedang berdiri sambil memegangi tiang penyanggah di bus yang dekat dengan pintu keluar karena dia tak sampai untuk meraih pegangan yang tergantung di langit-langit bus. Kyungsoo berkata dengan lembut, "Hei kamu… mau ada tempat kosong. Mau duduk disana?" sambil mengarahkan ibu jarinya menunjuk tempat yang Jongin maksud. Anak itu tersenyum sumringah dan tak mengatakan apapun, tapi dari matanya, Jongin bisa tau kalau anak itu sangat berterimakasih.
Bus berhenti di sebuah halte dan siswi SD itu sudah menduduki tempatnya dengan nyaman dan gembira. Kyungsoo tersenyum tipis pada Jongin dan kembali berdiri di tempatnya semula. "Jongin? 2 halte lagi aku turun ya?" tanyanya bingung takut salah jalan.
"Ne, chagi…" bisik Jongin dengan suara beratnya menjadikan Kyungsoo sedikit bergidik dan gemetar gugup. Kini lengannya sudah melingkar di pinggang kecil Kyungsoo dan memeluknya tegas. Dagunya dia letakan diatas bahu Kyungsoo sambil sesekali menghirup aroma leher Kyungsoo. Membuat sang pemilik merasa malu dan menundukan kepala, takut-takut kalau orang-orang di sekitar melirik mereka, "Aku beruntung bisa memilikimu…" ya, benar, apa yang Jongin ucapkan sangat benar. Melihat sifatnya yang sangat mulia tadi membuat Jongin makin menyayanginya. Punya Kyungsoo satu untuk berdua aja udah beruntung, jauh lebih beruntung daripada memiliki banyak perempuan lain bagi dirinya.
Kyungsoo sedikit mengelak, agak terusik dengan tatapan-tatapan para yeoja dan ahjuma yang menatapnya sambil senyam-senyum, "Enaknya jadi anak muda". Tapi Jongin tidak mau menyerah begitu saja, dia terus memeluk Kyungsoo dan merapatkan badannya. Pada akhirnya Kyungsoo mengelus-elus lengan Jongin yang melingkarinya protektif dan sedikit tertawa senang.
"Yes, Park Jongin. Ini waktunya. Ayo lakukan." Bisik setan terkutuk di dalam dirinya yang membuatnya menggerakan pinggul gelisah. Mencoba menggesek-gesek rudalnya dengan bokong Kyungsoo, mencari kenikmatan di dalam kesempitan tanpa peduli apakah ada yang lihat atau tidak. Jongin gemetar, ragu apakah Kyungsoo akan menerimanya atau tidak. Masa bodo, tadi dia sudah tertawa dan menikmati dekapannya, lalu apa salahnya dengan menggesek-gesek aset masa depan –yang nantinya Jongin akan nikmati juga- itu? Yap, tekad Jongin kini makin terisi penuh dan kini waktunya untuk-
"Ah! Aku turun disini!" kata Kyungsoo dengan riang sambil menghentakan bahunya keras, berusaha melepaskan diri dari Jongin. Jongin melemas seketika, melihat Kyungsoo yang sudah menuruni tangga di pintu bus dengan semangat sekolah yang tinggi, "Bye~ Jongin~"
Matanya murung. Dia mendadak tak punya semangat hidup. Sekarang dia harus menggesek apa?
'Yah'
-khodio-
Hey kamu. Iya kamu. Kamu yang disitu. Review dong~