Disclaimer : I own nothing but the plot. And maybe several OC's.


They're Better for Each Other

By

nessh


Ron tahu ada sesuatu yang ia tidak ketahui tentang kedua sahabatnya, Harry dan Hermione. Sejak perang berakhir dua minggu lalu, Ron dan keluarganya banyak menghabiskan waktu untuk memperbaiki Hogwarts juga tempat-tempat lain yang hancur karena perang bersama anggota Orde dan para relawan lainnya. Harry dan Hermione juga ikut membantu. Mereka juga membangun The Burrow kembali. Selama itu, semua orang tinggal di Hogwarts.

Awalnya, Ron tidak pernah curiga setiap kali ia mendapati ranjang yang ditempati Harry kosong setiap pagi atau setiap kali ia melihat Harry dan Hermione sudah duduk di Aula Besar untuk sarapan. Keduanya memang selalu bangun lebih pagi dari Ron.

Namun suatu hari, ia terbangun di malam hari karena mimpi buruk. Terengah-engah, ia menoleh ke ranjang di sampingnya, tempat Harry seharusnya berada, untuk memastikan sahabatnya itu tidak terganggu karena mimpi buruknya. Namun ranjang itu kosong. Ron turun dari ranjang, ia berniat pergi ke dapur Hogwarts, mungkin para peri rumah memiliki cokelat hangat. Ron berhenti di tangga pualam, hanya beberapa anak tangga sebelum ia menginjak ruang rekreasi Gryffindor yang ditempatinya. Mata Ron melebar melihat sosok Hermione yang tertidur di pelukan Harry.

Ron terkejut. Belum seminggu sebelumnya, Hermione melompat ke pelukannya dan menciumnya. Ron mengira akhirnya Hermione menyadari kehadirannya, akhirnya membalas perasaannya. Tapi melihat situasi di hadapannya—Hermione terlelap di dada Harry dengan tangan Harry mengalung di pinggang Hermione—Ron mulai meragukan apa yang terjadi beberapa hari belakangan.

Mendadak Ron tidak lagi merasa haus. Ia kembali ke kamarnya dan berbaring menatap langit-langit kamarnya sampai akhirnya dia terlelap kembali.

Setelah itu, Ron mulai menyadari detail yang selama ini tidak ia sadari.

"Harry, tolong ambilkan—"

Harry menyodorkan botol kecil yang Ron tahu berisi garam pada Hermione.

"—oh, terima kasih." Hermione tersenyum kecil.

"Sama-sama." Harry kembali asyik dengan sarapannya sambil membaca Daily Prophet yang terbit untuk pertama kalinya sejak perang berakhir.

Ron menahan diri untuk tidak cemberut dan memilih untuk berkonsentrasi dengan makanannya sendiri. Walau mulutnya tidak berhenti mengunyah, pikirannya berada di tempat lain. Untuk pertama kalinya Ron tidak menikmati makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Ia menghela nafas pelan dan mengangkat wajahnya. Ron melihat mata cokelat milik adik perempuannya menatapnya. Ron sadar, Ginny menyadari apa yang baru saja ia sadari.

Ron tidak bisa tidur malamnya. Ia melirik Harry yang sudah terlelap di kasurnya sendiri, memunggungi Ron. Ron tidak tahu berapa lama ia diam menatap kosong pada langit-langit saat ia mendengar suara pelan Harry di sampingnya.

"H—Hermione…."

Ron hampir melompat saat Harry tiba-tiba bangun, kedua matanya tidak fokus dan ia berlari keluar dari kamar, meninggalkan Ron bertanya-tanya dalam keterkejutannya.


"Ron? Bisa aku—umm—aku butuh bantuanmu."

Awalnya Ron terkejut, Ginny tidak pernah membutuhkan bantuannya untuk apapun. Jika ia membutuhkan bantuan, Ginny selalu meminta bantuan pada orangtuanya atau Bill atau Charlie. Ginny sangat dekat dengan Bill dan Charlie. Namun melihat ekspresi Ginny, Ron tahu ada sesuatu yang sebenarnya ingin Ginny bicarakan. Sesuatu yang tidak bisa Ginny bicarakan didepan Harry, Hermione dan anggota orde lain yang juga sedang sarapan di meja yang sama pagi itu.

"Tentu." Ron menenggak habis piala berisi jus labunya sampai habis sebelum bangkit dari kursi dan mengikuti Ginny keluar dari Aula Besar.

Kedua Weasley muda diam selama mereka berjalan. Ron tidak berusaha untuk mengorek apa yang ingin Ginny bicarakan. Ia tahu, Ginny akan mengutarakan semua yang ada di pikirannya. Mereka berdua berjalan sampai ke menara astronomi yang baru selesai diperbaiki dua hari lalu. Dari atas menara astronomi, keduanya masih melihat sisa-sisa perang di sekitar Hogwarts. Matahari pagi yang menyentuh kulit mereka terasa hangat dan membuat keduanya merasa tenang.

"Apa kabarmu dan Hermione?" tanya Ginny.

Ron mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Kami tidak pernah bicara tentang itu sejak dia menciumku."

Itu benar. Sejak Ron dan Hermione berciuman di Kamar Rahasia saat perang berlangsung, keduanya tidak pernah mengungkit-ungkit hal tersebut lagi. Hermione tidak mengangkat pembicaraan tentang itu dan Ron juga tidak mau mendorong Hermione melakukan atau memutuskan sesuatu saat Hermione belum siap menghadapinya. Ron sendiri merasa belum siap menghadapi semua itu.

"Kau tidak pernah bertanya pada Hermione?"

"Tidak. Aku rasa dia akan datang padaku saat dia siap. Aku tidak mau mendorongnya."

"Bagaimana jika dia tidak pernah siap?"

"Aku tidak tahu, Gin. Semua ini terlalu berat untukku." Ron menghela nafas. "Banyak hal terjadi dalam setahun belakangan ini. Banyak orang kehilangan nyawa untuk perang ini. Aku rasa—aku sendiri tidak siap untuk hubungan yang serius. Atau hubungan secara keseluruhan."

Ron menoleh pada adik perempuan satu-satunya. "Bagaimana denganmu dan Harry?"

Ginny tertawa pelan. "Kita semua tahu Harry tidak akan kembali padaku. Tidak setelah semua ini. Aku tahu kau tahu tentangnya dan Hermione."

"Apa yang kau tahu Gin?"

"Aku tahu mereka tidur bersama. Dan aku tahu kau tahu, Ron. Aku bisa melihat caramu melihat mereka." Ginny menoleh pada Ron. "Bagaimana perasaanmu? Melihat sahabatmu dan wanita yang kau cintai, tidur bersama."

"Mereka hanya tidur bersama, Ginny. Tidak tidur bersama."

Ginny mengangkat bahu. "Jadi? Itu tidak jauh beda. Teman tidak tidur bersama. Tidak peduli mereka melakukan seks atau tidak."

"Ginny!"

"Apa? Aku tujuhbelas tahun Ron, bukan tujuh tahun." Ginny tertawa melihat ekspresi kakak laki-lakinya. "Serius, Ron. Bagaimana perasaanmu tentang mereka?"

"Aku tidak tahu. Maksudku, aku tahu seharusnya aku merasa—sedih? Kecewa? Cemburu? Tapi sejujurnya aku tidak merasakan semua itu. Aku bahkan tidak yakin aku mencintai Hermione sekarang. Aku menyukainya dan sangat mengaguminya. Tapi cinta? Aku tidak yakin. Tidak lagi."

"Semuanya berubah."

"Ya. Semuanya berubah." Ron mengangguk setuju. "Tadi malam aku melihat tiba-tiba terbangun, berlari keluar kamar dan tidak kembali sampai pagi. Aku tidak pernah melihatnya seperti itu. Matanya liar dan—sejujurnya aku tidak mengenalinya."

"Dia masuk ke kamarku."

"Apa?" Ron menoleh kaget pada Ginny.

"Dia masuk ke kamarku dan menghampiri Hermione. Suara mereka pelan tapi sejak perang aku mudah terbangun. Mereka tidak sadar aku bangun dan mendengar semuanya. Mereka pergi keluar kamar dan tidak kembali sampai pagi."

"Apa yang mereka bicarakan?"

Ginny melipat kedua tangannya di dada. "Harry punya mimpi buruk. Itu selalu menganggunya setiap malam, tapi mereka tidak membicarakan sejak kapan. Semua mimpi itu tidak menghilang kecuali Hermione berada di sisinya. Hermione punya mimpi buruk juga dan mimpi itu juga menghilang saat Harry ada disisinya."

Ron terdiam. Lingkaran hitam di mata kedua sahabatnya sebelum dan setelah dia meninggalkan mereka di tengah misi mereka tidak pernah diperhatikan sebelumnya. Namun sekarang, setelah Ron mendengar apa yang dikatakan Ginny, dia tersadar lingkaran hitam di mata keduanya tidak sejelas sebelumnya. Mereka tetap terlihat lelah, tentu saja, tapi lebih baik dari sebelumnya.

"Aku rasa kita tidak akan bisa masuk diantara mereka, benar?"

"Diantara Harry dan Hermione?" Ron tertawa. "Tidak. Mereka punya hubungan yang spesial dan tidak bisa dimengerti oleh orang lain sejak mereka masih kelas satu. Sangat aneh. Mereka bisa membaca pikiran masing-masing."

"Bagaimana rasanya menjadi anggota ketiga dari The Golden Trio?"

"Aneh," Ron merangkul adik perempuannya. "Tidak pernah ada The Golden Trio. Yang ada hanyalah Harry dan Hermione, dan Ron. The Golden Couple and Ron."

"Mereka menyayangimu Ron. Kau tahu itu."

"Aku tahu itu. Aku juga menyayangi mereka. Mereka sudah seperti saudara untukku. Tapi terkadang, berdiri diantara The Chosen One dan The Brightest Witch of Her Age, itu tidak mudah. Aku tidak pintar seperti Hermione dan aku jelas tidak akan bisa menyamai Harry."

Ginny mengangguk. "Terkadang itu terlalu berat."

"Terkadang itu terlalu berat." Ron menghela nafas dan kemudian dia teringat sesuatu. "Hey, kau belum menjawab pertanyaanku tentangmu dan Harry!"

"Aku berharap kau akan melupakan itu." Gumam Ginny.

Kedua alis Ron terangkat. Ginny memutar matanya.

"Harry dan aku—kita—umm—tidak cocok, kau bisa mengatakan itu."

"Kenapa kau berkata seperti itu?"

"Aku mengira Harry akan lebih seperti—umm—percaya diri? Aku tidak tahu. Mungkin aku termakan semua cerita yang Mum ceritakan padaku saat kita masih kecil. Cerita tentang The Harry Potter. Dan saat aku bertemu Harry Potter yang sebenarnya—"

"Dia tidak seperti Harry Potter yang ada di cerita." Potong Ron. "Hanya itu? Kau mau Harry yang Mum ceritakan saat kita kecil?"

Ginny menggeleng. "Bukan. Semakin aku mengenal Harry, semakin aku melihatnya sebagai salah satu dari kalian, salah satu dari kakakku. Seluruh hal romantis yang aku harapkan akan ada di antara kami tidak pernah muncul. Aku suka menjadi pusat perhatian sementara Harry tidak, dan itu hanya salah satu hal yang aku yakin akan menjadi masalah jika kami tetap berhubungan. Harry memang pria yang baik, tapi dia bukan untukku."

"Dia pria yang baik untuk Hermione."

Ginny tertawa. "Aku rasa ini lucu. Dulu kita selalu takut mereka akan bersama dan menghancurkan hati kita."

"Tapi sekarang kita malah berpikir mereka baik untuk satu sama lain." Ron ikut tertawa, tangannya memeluk Ginny semakin erat.

"Kita akan menemukan orang lain, benar Ron?" bisik Ginny setelah keduanya terdiam dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Ron tersenyum dan mengecup kening adik perempuannya. "Suatu hari, Gin, aku yakin."


thank you for reading

xoxo

nessh