Well ide FF ini dikasih sama author Park Haneul,

Terselip di obrolan (random) kita and well i think it's a good idea.

Jadi, Karena idenya dikasih sama dia, so, the story i dedicated for Her too

Sedang hiatus ,demi dirimu aku rela menulis piece of sh*t ini :p

My Friend, Best friend, i hope we will got together until HunHan got together again someday.

Lots of Love xoxo


The Wedding Crasher

"Dua Minggu Dari sekarang Lu Han."

Lu Han memacu mobilnya lebih kencang. Tangan menggenggam setir dengan erat.

Sehun. Sehun. Sehun. Sehun.

Hati dan pikirannya menjerit.

Dua Minggu Lagi Luhan.

Luhan mendesah.

Ia harus melihat,mendengarkan,merasakan Sehun secepat mungkin.

Saat sampai diapartemen yang ia bagi bersama Sehun. Luhan dengan tergesa-gesa menuju apartemen mereka. Suara ketukan sepatunya terdengar mengetuk-ngetuk cepat disepanjang lorong. Luhan dengan terburu-buru memasukkan password keamanan apartemen mereka.

061112

Hari dimana pertama kali ia bertemu dengan Sehun.

"Sehun!" panggilnya ketika ia masuk.

"Sehun-ah!" teriaknya kali ini lebih keras. Ia mendengar pintu dibuka dan suara langkah mendekat kearahnya.

"Lu?"

Sosok Sehun akhirnya terlihat. Memakai kaos abu longgar kesukaannya. Dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.

"Ada apa?"

Luhan tidak menjawab. Namun dari ekspresi wajah yang ia pasang, Sehun tahu. Sehun mengerti.

Sehun menunggu sang kekasih untuk berjalan kearahnya hingga memeluk tubuhnya,melingkarkan tangannya dipinggang Sehun.

"Sehun,Cium aku," desak Luhan, "Please."

Sehun tanpa mengatakan apapun ,menyatukan bibirnya dengan bibir Luhan seperti yang Luhan inginkan.

.

.

.

Mereka berbaring diranjang yang mereka bagi. Luhan merebahkan kepalanya didada telanjang Sehun. Tangannya memainkan tangan Sehun.

"Kapan?" Sehun bertanya.

"Dua minggu lagi," Luhan menjawab.

Sehun hanya mengangguk. Tangannya yang bebas mengelus rambut Luhan yang mempunyai harum seperti harum shampoo yang ia pakai.

"Sehun." Luhan mendongak menatap Sehun.

"Apa?"

"Apa yang akan terjadi dengan kita kalau aku menikah?"

Ketidak yakinan,kepedihan dan rasa takut tercermin dari dua bola mata Luhan yang sedang menatap Sehun. Dan Sehun melihatnya dengan jelas.

"Ketika kau menikah,Kau akan menikah," Jawab Sehun, "dan aku akan selalu mencintaimu."

Entah mana yang lebih sakit. Kenyataan bahwa ia akan menikah sebentar lagi dengan orang lain atau mengetahui Sehun akan tetap mencintainya.

"Sehun-ah."

"Hey, Jangan menangis," ucap Sehun lembut sambil menangkup pipi Luhan dan mengusap air mata yang berlinang disana, "Kau tidak ingin menghabiskan malam ini dengan kesedihan bukan?"

Luhan menyatukan dahinya dengan dahi Sehun. Matanya yang berkaca-kaca menatap Sehun dengan lekat.

"Sehun-ah aku mencintaimu."

Sehun tersenyum, "Aku tahu."

.

Sehun dan Luhan berjanji ketika mereka berpisah, tidak akan ada 'drama' yang akan terjadi. Dengan sesimple mungkin,tanpa air mata. Sehun akan pergi meninggalkan Luhan dan berjanji tidak akan berbalik barang sedetikpun.

Sehun berdiri didepan pintu apartemen yang (dulunya) ia bagi bersama Luhan. Dua koper hitam besar kepunyaannya terletak dikedua sisi tubuhnya.

"Jaga dirimu baik-baik."

Luhan menatap lantai ,menghindari tatapan Sehun. Ia memeluk tubuhnya sendiri. Padahal saat masih bulan Juli,tapi entah kenapa tubuhnya terasa dingin.

Sehun tersenyum lalu mengacak rambut Luhan pelan.

Ia akhirnya berbalik untuk pergi. Setiap langkah yang Sehun buat,saat tubuhnya kian menghilang dari pandangan Luhan,Luhan berharap Sehun berbalik untuk kembali kepadanya.

Namun Sehun tetap menepati janjinya.

Dan pergi tanpa sedikitpun melihat kebelakang.

.

.

.

Sehun pergi dari apartemennya pukul 9 pagi. Luhan melirik jam dinding dan mendesah ketika jam menunjukkan saat itu masih pukul 2 siang. Baru lima jam tanpa kehadiran Sehun dalam apartemennya, Luhan sudah merasa kesepian. Benar-benar terasa kosong. Seperti ada bagian didalam dirinya yang ditarik keluar dengan paksa.

Luhan memutuskan untuk mendengarkan musik. Dan ketika lagu yang terputar adalah lagu Endless Love dari Lionel richie, lagu favoritnya dengan Sehun, Luhan merasa semua yang ada didirinya ditarik keluar.

Jiwa, Hati, Hidupnya.

Kosong.

Malamnya Luhan habiskan dengan menangis dan menelepon Sehun,

"Sehun-ah, kembalilah."

"Sehun, aku tidak bisa hidup tanpa dirimu."

"Sehun aku kesepian. Aku merindukanmu."

"Aku sangat mencintaimu Sehun."

Luhan terus mengatakannya berulang-ulang, memenuhi kotak pesan suara ponsel Sehun.


Dua minggu setelah hubungannya dengan Sehun berakhir,Luhan sudah berdiri dikamar gantinya. Jas putih yang dibuat oleh desainer terkenal membalut tubuhnya dengan pas. Dasi kupu-kupu hitam menghiasi Jas yang melapisi rompi hitam dan kemeja berwarna putih didalamnya.

"Luhan."

Luhan menoleh kebelakang. Tersenyum sedikit saat melihat sahabat baiknya, Jongdae, masuk kedalam kamar.

Jongdae menghampiri Luhan dan berdiri didepan Luhan. Ia tersenyum lebar,terpesona dengan penampilan sahabatnya itu.

"Wow, Kau terlihat tampan Luhan."

Saat Jongdae bertemu pandang dengan Luhan,senyum yang menghiasi wajahnya hilang. Tatapan Luhan yang kosong, serta senyum yang ia paksakan mengiris hati Jongdae .

"Luhan," panggilnya lembut sambil memegang bahu Luhan.

"Ya?" jawab Luhan pelan.

Jongdae tidak menjawab. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan.

Apakah ia harus mengatakan Jangan bersedih Luhan. Kau harus tersenyum! Semuanya akan baik-baik saja?

Ataukah Jangan khawatir,Sehun baik-baik saja?

Apakah ia harus bertanya,Apa kau masih mencintai Sehun?

Untuk sekarang tidak ada kata-kata yang terdengar pas untuk ia ucapkan kepada sahabatnya itu. Karena sahabatnya begitu rapuh, bahkan satu kalimat menyangkut Sehun akan membuatnya hancur.

Dan tanpa Bertanya,Semuanya sudah terjawab dari mata Luhan.

Luhan masih mencintai Sehun.

Bahkan dihari ia menikah. Ketika 6 jam lagi ia akan saling mengucap janji suci dengan wanita yang dijodohkan dengannya.

.

.

Acara pernikahan Luhan dimulai pada siang hari.

Semua rekan bisnis orang tua Luhan, Keluarga besar serta teman kerjanya mulai berdatangan dan meramaikan pesta pernikahan.

Luhan berjalan mengelilingi aula pernikahan untuk menyapa para tamu undangan.

Dengan seramah mungkin ia menyapa tamu undangan. Tersenyum sepanjang waktu,menutupi kesedihannya.

Ia melihat sekelompok temannya di ujung ruangan namun ia tidak melihat sosok Sehun diantaranya.

Ia disatu sisi bersedih, dan juga lega. Ia memang tidak bisa bertemu Sehun (Yang ia rindukan sepanjang waktu) tapi itu lebih baik daripada harus memandang Sehun ketika ia mengucapkan janji pernikahan untuk orang lain.

"Para tamu undangan sekalian," ucap sang MC dari panggung, "Terima kasih karena sudah datang ke pesta pernikahan Tuan Muda Lu dan Nona Kim. Sebelum upacara pernikahan dimulai, kami akan menghibur anda semua dengan penampilan sebuah band."

MC memperkenalkan band itu dengan sebutan 'The Mask i put on'. Luhan awalnya bingung dengan nama konyol dan aneh band itu. Tapi ia langsung bergumam "Oh" dan mengerti arti nama itu Ketika anggota band tersebut keluar dan mereka benar-benar memakai sebuah topeng berwarna putih untuk menutupi wajah mereka.

Vokalis band yang berbadan tinggi tersebut duduk disebuah kursi yang disediakan. Gitar akustik terletak dipahanya yang terbalut celana kain berwarna biru gelap.

Luhan duduk di meja yang paling dekat dengan panggung, maka ia bisa mendengar dengan jelas petikan gitar dari sang vokalis dan melodi dari Lagu yang sangat familiar untuknya.

"My love, there's only you in my life
The only thing that's right

My first love,
You're every breath that I take
You're every step I make

And I, I
I want to share
All my love with you
No one else will do."

Luhan terkesiap saat lantunan lirik lagu itu dinyanyikan dengan halus oleh sang vokalis. Lagu favoritnya bersama Sehun. Kenangan-kenangannya bersama Sehun kembali terputar diotaknya. Kenangan dimana ia sedang duduk disofa bersama Sehun. Tangan saling mengait, dahi menyatu dengan senyum menghiasi wajah mereka berdua, menikmati lagu yang sama di siang hari ketika musim semi baru datang.

"And your eyes
Your eyes, your eyes
They tell me how much you care
Ooh yes, you will always be
My endless love."

Sehun pernah menyanyikannya di mobil ketika mereka pergi menuju restoran tempat mereka makan malam. Luhan tertawa melihat Sehun dengan serius menyanyi dan memperagakan gaya Lionel richie.

"Two hearts, two hearts that beat as one
Our lives have just begun

Forever (oh) I'll hold you close in my arms
I can't resist your charms."

Sehun menyanyikannya ketika mereka berkencan pertama kali dan Sehun mengajaknya untuk berpacaran dengan serius dan tinggal bersama. Dan saat itu, tanpa ragu Luhan mengatakan Ya.

"And love oh, love
I'll be a fool for you I'm sure
You know I don't mind
Oh, you know I don't mind

'Cause you,
You mean the world to me
Oh I know
I've found in you
My endless love."

Mata sang vokalis menemukan Luhan dan mereka berpandangan.

Luhan tidak tahu sejak kapan ia menangis, ia tidak peduli jika ada orang yang melihat air mata mengalir ke pipinya dan merusak make-upnya.

Setelah suara tepuk tangan menyadarkannya, Luhan segera beranjak dari kursinya dan berpamitan kepada orang tuanya untuk pergi menuju backstage.

Luhan berjalan dengan gelisah menuju belakang panggung.

Band bertopeng itu ada disana. Para personilnya sedang berbincang tanpa melepas topengnya bahkan ketika mereka sudah selesai tampil.

"Hey," Sapa seseorang dari belakang.

Luhan menoleh dan melihat satu personil band bertopeng itu ada dibelakangnya.

Melihat mata dibalik topeng itu, Luhan tahu bahwa itu sang vokalis.

Dengan perlahan tangannya terangkat menuju ujung tali yang terikat dibelakang kepala sang vokalis.

Vokalis itu tidak bergerak sedikitpun, matanya hanya tertuju pada Luhan. Mengawasi setiap gerak-gerik Luhan.

Ketika mata itu berkedip,Luhan mengenalnya.

Dengan perlahan Luhan melepas tali yang terikat, dan melepas topeng tersebut dari wajah sang vokalis.

Ketika ia melihat bulu mata lentik menyapu pipi vokalis tersebut, Luhan tahu siapa dia.

"Sehun."

Sehun tersenyum, "Luhan."

Apa yang harus Luhan lakukan?

Memeluk Sehunkah?

Menciumnya?

Membawanya pergi?

"Sehun,A-apakah kau merindukanku? Apakah kau masih mencintaiku?" Lirih Luhan.

Perfect. Dari seribu hal yang bisa ia lakukan saat ia melihat Sehun, tubuhnya harus memilih untuk menangis.

"Hey, jangan menangis please?Kau tahu kalau kau menangis aku tidak bisa menahan diriku untuk memelukmu."

"Kalau begitu peluk aku," ucap Luhan setengah memohon.

"Tidak. Tidak disini."

.

.

.

"Se-Sehun..." Luhan mengerang, saat Sehun menyerang lehernya dengan ganas. Tubuh besar Sehun menghimpitnya. Luhan terjepit diantara tubuh Sehun dan pintu kamar hotel.

"P-please ki-kita harus masuk dulu Sehun," ucap Luhan susah payah, "Aku- aku tidak ingin-"

Sehun berhenti lalu menatap Luhan, "Benar. Kau benar. Kau tentu tidak ingin seorang tamu melihat calon mempelai pria sedang bercinta dilorong hotel dengan pria lain."

Luhan mengerang.

Demi tuhan,Sehun? Apakah ia harus menyinggung masalah pernikahan (yang akan berlangsung satu jam lagi) disaat seperti ini?

"Di dalam aku sudah menyiapkan hadiah spesial untukmu," bisik Sehun sambil menghembuskan nafas hangat dikuping sensitif Luhan, "Aku akan membuat momen ini, momen yang tidak akan kau lupakan. Ketika kau mengingat hari ini, kau tidak akan mengingat hal lain kecuali diriku."

Sehun membuka kamar hotel yang terletak tiga lantai dibawahb aula pernikahan Luhan. Dan mengizinkan Luhan untuk melihat apa yang ada didalam.

Luhan menganga lebar, saat ia masuk kedalam dan melihat suasana disana. Lilin-lilin kecil beraroma diletakkan diatas meja. Kamar dengan kasur berukuran besar, dengan sprei Satin merah bergaris emas yang menggoda. Benda-benda diatasnya yang membuat Luhan membelalak kaget. Berbagai sex toys terletak disana.

Dildo,Vibrator,butt plug dengan ujung seperti ekor berbulu, gag ball, Flog,Nipples clamps,cock ring, Sex swing,borgol dan lainnya.

"Tidak suka dengan hadiah ini?" bisik Sehun sambil melingkarkan tanganya dipinggul Luhan, "Aku tidak akan memakai itu semua jika kau tidak ingin."

Luhan membalikan tubuhnya dan menatap Sehun dengan mantap, "Aku ingin melakukannya."

"Benarkah?"

Luhan mengangguk, "Untukmu. Aku akan membuat hari ini selalu diingat. Tidak untukmu saja, tapi untukku juga."

Luhan melepaskan satu persatu pakaiannya, matanya tidak meninggalkan sosok Sehun yang melahapnya dengan tatapan mata yang lapar.

"Sehun-ah," panggil Luhan seduktif, "Buat aku selalu ingat bahwa hanya kau yang bisa membuatku menjadi gila seperti ini."

Sehun mengerang ,mengangkat Luhan dan menghempaskannya diranjang. Luhan menarik leher Sehun agar ia bisa mencium bibir Luhan. Ciuman panas mereka terus berlanjut dengan Luhan yang membantu Sehun melepaskan pakaiannya.

"Luhan," erang Sehun sambil menciumi rahang Luhan hingga lehernya.

"Luhan," ucapnya sambil menjilat puting kecil Luhan hingga Luhan mendesah.

"Arrrgghh!" desis Luhan ketika ia merasakan suatu benda menjepit putingnya. Sehun menyeringai ketika Luhan mendesah saat Sehun mempererat jepitannya diputing Luhan.

"Sehunhh ohhh."

"Ini belum seberapa sayang. Hal menyenangkan ini baru saja dimulai."

Sehun mengambil sebuah cock ring transparan dan memakaikannya di penis Luhan yang tegak karena jepitan di putingnya membuatnya ereksi.

Luhan memekik keras ketika Sehun menekan sebuah tombol kecil di cock ring yang mengikat penis Luhan, dan cock ring itu bergetar.

"Se-Sehun ngghhh Lepass-kan ku mohon."

Sehun tidak menggubris, ia menindih tubuh Luhan dan mencium bibir Luhan lagi. Luhan membalas ciuman Sehun ,membiarkan Lidah sehun mempenetrasi mulutnya membuat air liur meleleh ke pipi Luhan.

Tangan Luhan yang bebas merayap kebawah, mencari penis Sehun. Setelah ia menggenggam penis Sehun, ia mengocok penis Sehun dengan cepat.

"Ohh Yes, seperti itu," desah Sehun.

Luhan menggigit bibir bawahnya ketika ia menyatukan penis Sehun dan penisnya. Menggesek-gesekkan penisnya dengan penis Sehun bersamaan.

"Ah!" pekik Luhan merasakan perih dibokongnya, "Se-sehun please jangan memakai itu."

"Apakah sakit?"

Luhan mengangguk pelan.

"Maaf baby," ucap Sehun sambil mengecup pipi Luhan, "Aku tidak akan memakainya."

Sehun menaruh kembali cambuk yang ia pegang di kasur.

"A-apakah kau juga mau aahhh melepas cock ring sialan yang bisa bergetar ini?"

Sehun terkekeh, "No. Untuk yang ini aku tidak akan melepaskannya. Kau tidak mau kan tubuhmu kotor dengan sperma ketika kau mengucap janji pernikahan dialtar?"

Luhan mendecih, "Kalau begitu nggghh, setidaknya kau bisa aahhh memasukan dildo pink itu sekarang ke lubangku atau penismu, aku sudah tidak bisa menahannya lagi."

Sehun menyeringai dan menarik rantai penjepit puting Luhan hingga Luhan memekik, "Permainan ini aku yang kontrol sayang. Aku akan melakukan apapun yang kumau denganmu."

Luhan semakin bergairah dibuatnya.

Sehun yang dominan, yang membuat Luhan bertekuk lutut betul-betul membuat Luhan terangsang.

Ia menyukai sisi Sehun yang seperti itu.

Luhan mengangguk pasrah sambil memejamkan matanya, menahan desahan nikmat yang akan keluar karena getaran yang disebabkan cock ring yang ia pakai.

Tangannya yang masih menggenggam penis Sehun, ditarik oleh Sehun untuk ia borgol dengan borgol yang tersambung dengan borgol yang terikat dipergelangan kaki Luhan.

"Buka kakimu lebar-lebar sayang," perintah Sehun, "Perlihatkan lubangmu yang kelaparan itu."

Luhan melenguh dan tetap menurut dibawah suara Sehun yang berat dan dalam.

Sehun mengambil dildo pink di sebelah kepala Luhan dan mengulumnya. Luhan yang melihat hal itu melenguh,menggigit bibirnya melihat Sehun dengan sengaja mengulum dildo itu dengan perlahan.

"Ahhh A-aku juga ingin mengulum penismu Sehunnhh.."

Sehun merangkak diatas tubuh Luhan, memposisikan penisnya diatas mulut Luhan yang terbuka. Dengan hati-hati ia menurunkan tubuhnya dan memasukan penisnya pelan agar Luhan tidak tersedak.

Sehun melenguh keras merasakan hangatnya mulut Luhan, Merasakan lidah Luhan menjilat batang penisnya. Sehun lalu memasukkan dildo yang sudah basah dengan air liurnya kedalam lubang Luhan. Luhan mengerang, air mata mengalir dari matanya yang membuka lebar merasakan perih dilubangnya. Erangan Luhan memberi getaran ke penis Sehun hingga ia merasa kenikmatan. Dengan cepat ia memaju mundurkan dildo dilubang Luhan sambil mengecup-ngecup kecil penis Luhan yang tegak dan memerah. Sehun lalu menjilat lubang Luhan yang sedang ia penetrasi dengan dildo.

Luhan mendesah disela-sela kegiatannya mengulum dan menjilat penis Sehun. Giginya tidak sengaja menggores batang penis Sehun membuat Sehun mendesah.

"Ohh Baby," Desah Sehun lalu menampar bokong Luhan, "Tidak terlalu kasar sayang,penisku bukan permen yang bisa kau gigit."

Luhan meminta maaf dengan menjilat-jilat kecil urat yang muncul di penis Sehun.

"Luhan, baby Lu aku sudah tidak tahan lagi."

Sehun membiarkan setengah dari dildo pink digenggamannya berada didalam lubang Luhan selagi ia berbalik dan mencium kening Luhan, memujinya karena ia telah melakukan 'pekerjaan' dengan baik.

Sehun melepaskan penjepit dari puting Luhan membuat Luhan lega. Ia lalu mengelus-ngelus lembut puting Luhan membuat Luhan mendesah hebat.

"Putingmu menjadi sangat sensitif sayang."

Setelah itu Sehun melepaskan cock ring dari penis Luhan sambil berbisik, "Jika kau orgasme sekarang maka permainan akan berakhir."

Luhan melenguh,memejamkan matanya dengan rapat dan menggigit bibir bawahnya untuk menahan puncak klimaksnya.

Sehun menggigit leher Luhan yang terekspos, meninggalkan tanda keunguan disana, "Aw Lihat tanda itu Luhan. Tanda kepemilikan dariku. Saat istrimu melihatnya ia akan tahu siapa pemilikmu. Bahkan aku tidak merasa bersalah melakukannya."

"Se-Sehun please,penismu. Agghh Sekarang juga, masukkan sekarang juga!"

Sehun menurut, memposisikan tubuhnya diantara kaki Luhan yang terbuka lebar dengan pergelangan kaki yang terborgol.

Sehun memasukan penisnya sekaligus membuat Luhan memekik. Ia menggenjot lubang Luhan dengan cepat dan seketika berhenti.

Luhan membuka matanya pelan, "Sehun? Kenapa berhen- Ahhh!"

Luhan memekik saat Sehun memasukan dildo berwarna pink kedalam lubangnya yang sudah penuh dengan penis Sehun.

"N-no Sehun!P-please tidak akan muat!"

"Sshh! Baby, percayalah padaku. Ini hadiah untukmu, aku tidak mungkin menyakitimu."

Luhan menggigit bibir bawahnya menahan perih. Wajahnya sudah memerah dan keringat sudah membasahi rambutnya.

"Ohhh!" desahnya ketika Sehun kembali bergerak,menghujamkan penisnya sekaligus memaju mundurkan dildo dilubang Luhan.

"Ohhh Astaga! Seh-hun.. Nghhh ahhhh..."

Sehun merubah posisinya dengan memiringkan tubuh Luhan dan ikut berbaring dibelakangnya, ia kembali memasukan penisnya sekaligus dildo ke lubang Luhan. Tangannya yang bebas mengangkat satu kaki Luhan agar terbuka lebih lebar.

Dengan posisi seperti itu, penis Sehun menghujam lubang Luhan lebih dalam ,dihadiahi desahan Luhan yang semakin keras.

"Oh Sayang, sebentar lagi aku akan-"

Belum Luhan mengakhiri kalimatnya, Klimaksanya sudah lebih dulu datang. Luhan orgasme dengan sperma meleleh keluar dari penisnya yang memerah.

Suara pinggul Sehun yang menampar bokongnya saat ia memaju mundurkan tubuhnya dengan cepat, mencari orgasmenya sendiri membuat Luhan melenguh dan ikut memaju mundurkan tubuhnya.

"Ahhhh!" teriak Sehun sambil menyemburkan sperma dilubang Luhan.

Mereka terdiam lama, mengatur nafas masing-masing.

"Tadi itu menakjubkan," ucap Luhan sambil memindahkan tangan Sehun yang terkulai dipinggulnya untuk memeluk bahunya dengan erat.

Sehun dengan otomatis memeluk tubuh Luhan, menarik tubuh Luhan agar lebih dekat dengannya.

"Mmm, Kau benar."

Mereka terdiam lama, Sehun memejamkan mata menikmati waktunya bersama Luhan. Dan Luhan seperti biasa, memainkan tangan Sehun yang melingkar ditubuhnya.

"Aku harus kembali," ucap Luhan pelan.

"Yeah.."

"Ya..."

Luhan menggenggam tangan Sehun yang memeluknya lebih erat.


"Ya, Lumayan." Ucap Sehun sambil memperhatikan penampilan Luhan dan merapikan rambut Luhan.

"Make-upmu pudar. Tapi kau tetap mempesona."

Luhan walaupun entah sudah berapa kali mendengar pujian dari Sehun tetap tersipu malu.

"10 menit menuju upacara pernikahan. Kalau kau kembali sekarang kau tidak akan terlambat."

Sehun tersenyum kearah Luhan.

Luhan bisa saja berlari sekarang menuju aula dan ia tidak akan terlambat menuju upacara pernikahannya. Ia akan beralasan bahwa ia kembali dari berjalan-jalan sebentar diluar gedung karena ia terlalu gugup.

Tapi ia benar-benar tidak ingin melangkah pergi. Setidaknya ia harus mengatakan sesuatu, atau mendengar sesuatu,apapun, dari Sehun.

"Aku sangat merindukanmu Luhan."

Luhan mendongak menatap Sehun. Sehun tersenyum sedih. Dan Luhan ingin sekali mendekap tubuh Sehun.

"Malam itu, saat aku pergi aku ingin berbalik dan kembali padamu."

"Malam itu, ketika kau meninggalkan pesan dan mengatakan kau mencintaiku sambil menangis, aku ingin sekali berlari menghampirimu. Memelukmu erat, menyanyikan lagu favorit kita hingga kau tertidur."

"Aku masih mencintaimu Luhan."

.

.

.

Luhan berdiri dialtar, menunggu mempelai wanitanya masuk. Ketia piano dimainkan semua tamu berdiri untuk menyambut mempelai wanita. Mempelai wanita masuk dengan anggun, para tamu tersenyum.

Setiap detik yang terlewati, pikiran Luhan kembali dipenuhi oleh Sehun.

"Ketika kita menikah nanti," Sehun bilang kala itu, "Aku yang akan menunggumu dialtar. Dan kau akan berjalan menuju kearahku ketika piano memainkan lagu endless love untuk mengiringmu. Kau akan menjadi mempelai yang paling mempesona."

Sehun.

"Aku masih mencintaimu Luhan," ucap Sehun tadi, "Maka dari itu, kalau kau juga masih mencintaiku. Temui aku di depan hotel. Aku akan menunggumu dimobil. Kita akan pergi sejauh mungkin. Kita akan hidup bersama Luhan."

Mempelai wanita tersenyum kearah Luhan. Namun ia berhenti berjalan ketika ia melihat senyum tipis diwajah Luhan memudar. Alis Luhan menyatu, giginya mengigit bibir bawahnya.

Ketika pandangan mereka bertemu, Calon istri Luhan bisa membaca apa yang Luhan pikirkan kala itu.

Tidak,jangan pikir kau akan melakukannya Luhan.

Semua orang kebingungan melihat mempelai wanita berhenti dipertengahan perjalanannya.

Luhan menatap Calon istrinya dengan perasaan bersalah.

Maafkan aku.

Tapi aku masih mencintainya juga.

END

HAHAHHAHAHAH WHAT THE HELL IS THIS...

THE THING I DO FOR YOU PARK HANEUL-SSI!

Semoga dia puas dengan hasilnya :D

Kalo kalian suka gak sama ini?