Kuroko no Basuke (c) Fujimaki Tadatoshi.
warning: midorima/fem!takao


"Tanganku sakit," adalah apa yang Kazunari ucapkan di tengah bunyi papan ketik dan guratan pena. Jam dinding mengetuk pukul sebelas malam tepat lima menit lalu.

Shintarou mengangkat muka dari coretan entah apa yang tengah diutak-atiknya, menoleh dari balik bahu. Kazunari menangkap jejak-jejak lelah yang telah dibasuh setengah oleh mandi air dingin, membuat ia sedikit-banyak merasa bersalah. Mungkin seharusnya dia tidak perlu berkata apa-apa. "Bagian mana?"

(Tapi Shintarou dan kepedulian yang tak pernah diungkapkan gamblang itu manis sekali.) "Lengan atas, kurasa?"

Shintarou memundurkan kursi tanpa derit berarti. Beranjak ke sofa untuk dua orang di mana Kazunari bersila dan naskah diproyeksikan layar (karena dia seorang editor) menyedot penuh atensi si perempuan. Kazunari bergeser ke sudut agar Shintarou bisa duduk, lelaki itu melakukannya beberapa saat kemudian. Ia tidak menurunkan kaki.

"Coba lihat."

Shintarou memeriksa lengan Kazunari lewat sapuan mata dan sentuhan, sedikit pijatan, Kazunari merasa kecil karena citra Shintarou memang cocok sebagai dokter walau kini ia hanya memakai kaos alih-alih jas putih bersih dan stetoskop. Tanpa sadar ia mengulum tawa. Naskah yang dibaca sejak dua jam lalu telak terabaikan.

"Ini—"

"Sepertinya sudah tidak sakit lagi," Kazunari memotong, nyengir. "Makasih, Shin-chan, sana balik."

(bohong besar. Di sana kaku sekali, tahu)

Shintarou beranjak tapi punggungnya menuju dapur. Kazunari pikir hendak minum atau apa. Ia fokus lagi pada deret huruf di layar, namun kembali terdistraksi oleh baskom air hangat di tangan Shintarou.

"Tanganmu."

Shintarou memberi usapan-usapan yang membuat tegang lengannya rileks dengan handuk, "Main ke mana?"

"TK-nya Kuroko," Kazunari membetulkan posisi, kaki belum menyentuh lantai. "Anak-anak di sana aktif sekali! Siapa sangka bermain dengan mereka—di jam pulang, kok—bisa sebegitu menyenangkan, kapan-kapan Shin-chan harus coba."

"Cuma itu?"

Kazunari tahu Shintarou amat jeli. "Yah ... ada yang luput dari pengawasan. Namanya juga anak-anak. Dia memanjat pohon di taman belakang, dan aku berhasil menyelamatkannya dari jatuh," Kazunari tertawa kecil.

Shintarou tidak berkomentar, tapi dibalik cara lelaki itu mengompres, ia menangkap teguran agar lebih berhati-hati lain kali.

Shintarou bukan orang yang terus terang dan Kazunari telah terbiasa.

(Mungkin ia bisa membanggakan diri sebagai kamus berjalan dalam mengartikan Shintarou.)


maaf tapi saya sedang punya (terlalu) banyak cinta buat midofemtaka, mari ship bareng :")
(btw ada yang nyadar nggak saya berusaha nyempilin sedikit kuro/fem!taka di situ #pletak #teruskenapa)