PERNAH KALAH
Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi
Pernah Kalah © Kaoru 'Kaori' Ishinomori
Disclaimer : Kuroko no Basket punya Fujimaki Tadatoshi. Kalau Kuroko no Basket punya Kaoru, pasti pas pertandingannya Akashi x Midorima ada flashback pas mereka pertama kali ketemuan itu kapan T.T Di Teiko arc tiba-tiba mereka udah bareng gitu..
Summary : Midorima pernah mengalahkan Akashi dalam shogi. Satu kali. Flashback Teiko!MidoAka. Complete.
A/N : Ini nggak penting, sih, tapi ini pertamakalinya aku mampir fandom Kuroko no Basket lagi di tahun 2015 ini :') Udah banyak yang berubah pastinya, jadi mohon bantuannya ya orz
.
.
.
Kekejaman Akashi kepadanya sejauh yang Midorima ingat, semenjak mereka mulai bertemu pandang dan mengenal satu sama lain di hari pertama SMP, hanya dua.
Yang pertama.
Pada hari ketika Kiseki no Sedai bertemu pada saat Winter Cup. Ini jelas tidak perlu ditanyakan lagi; saat Akashi mencuri gunting yang merupakan benda keberuntungannya. Meskipun kesannya sepele, tetapi sebenarnya ini termasuk perbuatan yang tidak bisa Midorima maafkan; ia bahkan tidak membiarkan seseorang menyentuhnya, memanfaatkannya, dan mengambilnya. Dan Akashi melakukan ketiganya.
Yang kedua.
Bahwa Akashi memohon kepada Midorima untuk menyembunyikan keaibannya. Oh, oke, tentu saja cara Akashi memohon itu bukanlah 'memohon' dengan cara meminta dengan cara yang halus, seperti yang orang-orang awam pikirkan. Tetapi dengan tambahan memohon ala Akashi Seijuurou.
Dan keaiban Akashi yang Midorima sembunyikan adalah fakta bahwa:
Midorima Shintaro pernah mengalahkan Akashi Seijuurou dalam shogi.
Satu kali.
.
.
.
Terlepas dari dia terlalu ge-er atau tidak, tetapi Midorima yakin Akashi selalu membutuhkannya. Meskipun bukan motto nya bahwa Midorima selalu benar, namun setidaknya Midorima yakin yang ini benar. Siapa yang mau main shogi dengan Akashi kalau bukan dia?
Tetapi soal ia yang harus selalu mengalah, ini juga benar.
Yang benar saja, Midorima tidak habis pikir. Ia bertanding shogi dengan Akashi dari hari pertama masuk SMP, tetapi ia tidak pernah menang satu pun? Demi enam puluh dua satelit yang mengelilingi Saturnus, itu merupakan pelecehan harga dirinya. Dan Midorima juga tidak habis pikir bagaimana orang-orang mau saja percaya hal itu.
Tidak mungkin lah. Setidaknya, Midorima pernah menang satu kali. Entah karena posisi Cancer ada di puncak sementara Sagittarius ada di peringkat paling bawah, tapi siapa peduli? Yang jelas, Midorima pernah menang satu kali.
Ketika kelas 3 SMP, semester akhir. Di ruang kelas Akashi.
"Aku menang, Shintaro."
Midorima mendecak kesal, tapi ia juga sudah menduganya, sih. Memang tidak mungkin ia bisa mengalahkan seorang Akashi. Dilihatnya Akashi tersenyum sedikit, dan merapikan bidak demi bidak shoginya. Setidaknya, hanya di saat-saat seperti ini lah Akashi bisa tersenyum, karena Midorima tidak pernah lagi melihat senyum seperti itu saat latihan basket.
Hanya di shogi, Akashi sama sekali tidak menampakkan perubahan sama sekali. Meskipun kedua warna matanya memang sudah berbeda, tetapi secara personal, Midorima tidak merasakan adanya perbedaan sifat. Oh, kecuali panggilan nama. Tetapi di sini, Akashi sama sekali tidak merendahkan lawan ataupun menyombongkan diri.
"Mana katanya, yang Sagittarius ada di posisi terendah, dan Cancer di posisi terbaik? Nyatanya aku tetap menang."
"..."
Hanya di shogi, Akashi tetap bisa mengobrol dengan bahasa yang ringan. Tetap bisa mengobrol dengan santai, seolah-olah ia hanyalah orang biasa tanpa predikat Emperor atau semacamnya. Tanpa dengan sorot mata yang tajam, tanpa dengan gaya yang menyakitkan hati.
Hanya di shogi, Akashi bersikap apa adanya.
Hanya di shogi, Akashi tetap Akashi.
Midorima bangkit dari duduknya. "Lebih baik aku ke perpustakaan dulu sebelum pulang, nanodayo."
"Ya sana."
Tuh, kan. Begitu pertandingan shogi sudah selesai, Akashi langsung ketus lagi. Seandainya tidak ada status menang-kalah di akhir, Midorima rela bermain shogi sampai seharian penuh.
Semenjak mata Akashi mulai berubah, Midorima lebih suka membaca-baca buku cara memainkan shogi supaya permainan bisa berlangsung lama, daripada mencari cara untuk memenangkan shogi bagi seorang pemula yang melawan seorang profesional. Ia lebih memilih untuk memainkannya lama tetapi dia kalah, daripada memainkannya cepat meskipun dia menang.
Baru sekitar sepuluh menit Midorima tenggelam dalam bacaan bersama dengan buku-buku panduan shogi di sekitarnya, ia mendengar suara memanggilnya, yang orang tersebut sudah berdiri di sampingnya.
"Shintaro."
"Ng? Akashi?" Midorima mengerutkan kening, mengangkat kepala. Meskipun Akashi itu pendek, tetapi karena ia duduk dan Akashi berdiri, di saat inilah ia harus mendongakkan kepala. Tidak seperti Murasakibara yang tetap lebih tinggi dibandingkan Akashi, mau dalam posisi duduk atau bahkan jongkok. "Kenapa?"
Mata Akashi berbinar, sebentar. Sangat sebentar, hanya sekilas dan sangat cepat. Namun mata Midorima yang jeli mampu menangkap sorot mata sepintas itu. "Ayo, shogi."
"Hah?" Midorima tidak ingin membuat sorot mata yang berbinar sebentar itu tidak pernah muncul lagi, hanya saja, yang benar saja? Belum ada sepuluh menit yang lalu mereka selesai bermain, kan? "Kan tadi sudah.."
"Ayo, shogi, Shintaro," Akashi sudah langsung menarik kursi dan duduk di sampingnya.
Midorima bertopang dagu. Terserahlah. Lagipula, ia juga tidak berniat untuk menang. Maaf saja, ya, jika Midorima tidak kecewa lagi bila ia kalah. Pengalamannya selama dua tahun bermain shogi dengan Akashi membuatnya kebal dengan segala macam bentuk cara yang digunakan Akashi untuk mengalahkannya dalam shogi.
Tapi berapa banyakpun cara yang Akashi gunakan untuk mengalahkannya, tentu saja tidak akan ada cara yang benar-benar berbeda lagi. Setiap hari, sejak kelas 1 sampai sekarang, mereka terus bermain. Sudah dua tahun. Sesempurna-sempurnanya Akashi, tidak mungkin ia mempunyai lebih dari tujuh ratus tiga puluh cara, kan?
Entah mengapa, pikiran Midorima yang sedang sangat rileks bisa menangkap ke mana Akashi akan menyerang. Sepertinya Akashi pernah menggunakan trik ini sebelumnya. Dan sepertinya, trik shogi yang digunakan Akashi ini seringkali digunakan.
Ctek.
Dengan ragu, Midorima mengambil langkah selanjutnya, yang membuat suasana hening selama beberapa saat.
"..." Akashi masih tetap diam memandangi papan shogi.
"Err.. Akashi? Kau mau diam sampai kapan?" dengan tidak enak, Midorima memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dan menatap Akashi. Antara ingin menyaksikan reaksi Akashi, dan tidak ingin menyaksikan juga.
"Sampai aku bisa menemukan langkah selanjutnya," Akashi menjawab dengan kalem. Memang khas Akashi yang biasanya. Kiseki no Sedai yang hanya merasa apabila Akashi sudah semakin galak dan merendahkan orang di basket, tidak tahu-menahu apabila Akashi masih benar-benar 'normal' di sini.
"Tapi, kan," Midorima menggaruk pelipisnya. "Kamu sudah kalah."
"...Aku sudah APA?" Akashi menatap Midorima, dan posisi dari menatap papan shogi sampai kemudian mengangkat kepala menatap Midorima itu seakan ditambahi efek slowmotion.
Midorima menelan ludah. Ia membalas tatapan Akashi dengan hati-hati.
"Skakmat, Akashi."
"...Hah?" bola mata Akashi membesar, dan ia langsung menatap lurus-lurus ke papan shoginya.
Benar-benar skakmat. Tidak ada jalan keluar. Bukan Akashi saja yang tidak memercayainya, bahkan Midorima pun juga. Ia menang melawan Akashi? Hah? Hari macam apa ini? Daripada senang akan dirinya sendiri, Midorima justru mencemaskan keadaan Akashi.
Akashi berdiri tiba-tiba. "Apa yang perlu kulakukan untukmu, Shintaro?"
Midorima mengangkat kepala, terkejut dengan reaksi Akashi yang tiba-tiba. Untung saja Akashi mengajaknya bicara. Semula, ia sudah hampir berpikir bahwa Akashi akan berlari keluar dari perpustakaan. "Dalam rangka apa?"
"Dalam rangka supaya kamu tidak membeberkan kekalahanku kepada siapapun," apakah Midorima salah lihat atau bagaimana, tetapi sepertinya ia melihat semburat merah berkeletup kecil di wajah Akashi. Akashi bersemu merah? Yang benar saja.
Oh, bukan itu yang harus dibahas. Akashi memohon kepadanya, secara tidak langsung.
Midorima menatap Akashi tidak yakin. "Kamu.. menerima kekalahanmu?" tanyanya.
Akashi memalingkan muka. "Se-sepertinya begitu."
"..."
Apakah hanya dalam shogi? Atau di basket juga? Bahwa ini lah reaksi dari seseorang yang tidak pernah kalah sebelumnya, kemudian tiba-tiba kalah? Reaksinya benar-benar seperti orang yang sangat bijaksana. Apakah hanya di shogi, Akashi tetap menerima kekalahannya begini?
Midorima bertopang dagu. "Kalau begitu, kau tidak perlu melakukan apapun, nanodayo."
"Tapi kau akan menyembunyikannya?"
"Apa boleh buat."
.
.
Karena itulah, aib akan kekalahan Akashi terkubur sedalam-dalamnya. Midorima memang tidak membeberkan kepada semua orang tentang hal itu, bahkan kepada setiap benda keberuntungannya. Tetapi ia juga membatin satu hal.
Suatu saat, ia akan mengalahkan Akashi dalam bidang basket juga.
TAMAT
A/N (2) : Hahaha apa ini XD Nggak jelas banget. Niatnya mau bikin Midorima sama Akashi yang sambil main shogi mereka mengenang masa-masa indah mereka, tetapi ternyata malah jadi kayak gini.. beda banget sama rencana semula._.
Jangan lupa review, ya! I know you're in there..
Kaoru Ishinomori a.k.a Kaori
.
.
OMAKE
"Flashback Teiko.. action!"
.
"Aku tidak tahu apa itu kekalahan."
"..."
"..."
"..."
"Shintaro, apa kamu lupa skenarionya?"
"Ukh.. aku tidak terima harus mengatakan sesuai dengan skenarionya, seolah-olah kamu sama sekali benar-benar belum pernah mengetahui apa itu kekalahan, padahal kenyataannya kamu pernah kalah dariku satu kali, nanodayo!"