Suara langkah sepatu yang menuruni lanatai dengan anak tangga yang terbuat dari besi menggema nyaring saat kaki-kaki itu menapak cepat. Mata onyx dengan dua kembar mutiara gelapnya terus menatap kedepan tajam.
Walau raganya berpacu cepat menuruni anak tangga yang berputar menuju dasar lantai gedung dimana ia dan namja yang beberapa centi lebih tinggi darinya mendiskusikan hal yang menjadi dasar dari dua mata tajam itu terus terlihat geram
Namu pikirannya masih bertahan pada kata-kata yang di tangkapnya dari indra pengecap namja belasteran yang di temuinya beberapa saat lalu, memikirkan bagaimana kalimat itu bermakna dengan satu inti permasalahan di mana lagi-lagi baekhyun lah yang akan menanggungnya.
Langkah kakinya berhenti dengan nafas yang sedikit terengah karena harus melewati beberapa anak tangga, tangan besarnya terkepal keras, 'sial kau kris wu' dan kaki jejang itu menendang dinding dengan cukup keras membuat bunyi dentuman yang nyaring pada tempat yang sunyi ini.
Park chanyeol dikenal dengan tipe yang mudah mengendalikan amarah, kepala dingin dengan pemikiran yang logis serta pencernaan masalah yang matang dan juga bagus, tapi semua masalah yang menyangkut namja mungil itu menyita semua akal sehatnya hingga wibawa dalam menghadapi masalah yang selalu di terapkannya seolah hilang menguap entah kemana.
Far Away
By : balbaekyeolfan
Main Cast : byun baekhyun / park chanyeol
Pairing : chanbaek / baekyeol dan other
Genre : drama, school life, au, romance, hurt/cumfort (banyak amat ya -_-)
Warning : typos,cerita kaga nyambung dan absturd (maklumin ajeh ya *wink)
Note : no bash, no re-upload, no sider
…
…
…
…
Happy reading and enjoy it….
Flash back..
Dua namja dengan ukuran tubuh yang kontras, duduk berhadapan pada meja bundar kecil di sudut perpustakaan yang sunyi, dimana yang lebih mungil sibuk dengan laporan yang menyedot semua kosentrsinya, dengan buku tebal yang terbuka pada tengah halamannya dan beberapa lembar kertas yang berisi berbagai angka random yang tidak tersusun.
Sedangkan yang lebih tinggi duduk memangku wajah tampannya menghadap pada namja yang lebih mungil, menyusuri setiap inci wajah manis itu dengan sorot tegasnya yang tak pernah lepas. "berhenti menatapku park, kau akan membut kepalaku bocor dengan tatapan itu" yang lebih mungil bersuara santai walau focus yang masih di berikan pada angka-angka pada kertas yang berceceran di hadapanya.
Namja dengan marga park itu memperbaki letak duduknya, kaki jenjangnya yang sedari tadi memeluk kaki mungil yang berada di bawah meja mengukung lebih erat membuat pemiliknya menatap chanyeol malas.
"aku pegal yeol, haruskah kaki besarmu itu melilit kakiku.? Itu sakit bodoh" baekhyun berusaha memberontak untuk melepaskan kedua kakinya di bawah sana namun usahanya tak berhasil sama sekali, chanyeol malah lebih mengukung kedua kaki kecil itu erat.
"kerjakan saja tugas mu baek, jangan perdulikan aku" chanyeol besuara tenang dengan sorot yang tak pernah lepas dari wajah baekhyun membuat sang lawan bicara membuang nafas jengah. "di tatap seolah kau ingin melubangi kepalaku dan kaki yang di lilit, itu sangat mengganggu kosentrasiku, kenapa kau tak coba lakukan hal yang lebih berguana lainnya, membantuku menyelesaikan ini mungkin.?"
"tidak nyonya park, kau harus mandiri dan bertanggung jawab dengan apa yang kau lakukan jadi kuserahkan semua padamu" chanyeol berucap santai namun memberikan efek yang luar biasa pada baekhyun, kedua pipi berisi namja mungil itu tampak merona sekarang.
"yak, sudah berapa kali aku bilang jangan memanggilku nyonya park, aku ini laki-laki bodoh dan margaku masih byun, masih byun.. ingat itu." ia berusaha memasang tampang marah namun kegugupanya tidak bisa hilang dari raut manisnya membuat chanyeol tersenyum samar.
"sebenarnya aku mencari senyawa yang kau gunakan di wajahmu, untuk mencari tahu. Ramuan macam apa yang kau gunakan untuk memikatku. Wajah anehmu entah mengapa selalu menjadi hal yang selalu kupikirkan sebelum melakukan apapun, bahkan saat aku menemani direktur park untuk menghadiri rapat, bukan kah itu aneh.?"
"huh, itu cheesy sekali chanyeol, aku tak ingin memuntah kan semua makan siangku di atas lembaran kertas ini, jadi hentikan keingintauhuan konyolmu itu" si mungil berusaha memasang wajah seolah marga yang berubah bukanlah hal yang dapat mempengaruhinya, namun dari segi manapun jika orang-orang berada di ruangan ini, mereka dapat melihat dengan jelas rona merah pada kedua pipi itu.
Chanyeol mungkin termasuk yang beruntung karena dapat melihatnya dan takkan membiarkan siapapun untuk melihat hal yang selalu membuatnya tersenyum itu, tidak juga untuk membuat baekhyun merona, mereka tidak berhak untuk itu, hanya ia lah yang boleh melakukannya.
Termasuk bagaimana baekhyun mengabaikanya dan lebih memilih kertas yang sangat tak lebih menarik darinya, demi apapun di dunia ini, chanyeol tak suka di abaikan dan tak pernah di abaikan, hanya namja dengan ukuran tubuh yang bahkan tidak menyentuh garis 175 cm ini yang dapat melakukannya.
Chanyeol sebenarnya ingin membuat namja mungilnya itu selalu menaru perhatiannya hanya padanya, meningingat waktu mereka untuk bertemu secara diam-diam seperti ini hanya sebentar, tapi dengan bibir merah mudah yang menerucut imut, mata sipit yang terihat linglung mencari kunci rumus, oh.. tak ada yang lebih menggemaskan dari pada ini. jadi ia mebiarkannya saja dan menikmati wajah damai itu dalam diam.
"pipimu memerah baekhyun, sepertinya tubuhmu tidak bisa menolak margaku untukmu " namja yang tadinya kembali menyibukkan diri dengan laporan statistik yang entah hal apa yang menyebabkan baekhyun tak pernah memiliki waktu untuk mengerjakan semua tugas ini di apartemen sederhananya kembali mendelik tajam pada pemuda tampan yang masih memperhatikannya tenang.
"aku TIDAK" pembelaan yang sia-sia, nada suaranya bahkan ragu untuk menutupinya. Oh ayolah.. marga yang mungkin gadis-gadis di luar sana perjuangkan dengan memeras keringat darah mereka untuk mendapatkannya.
Dan untuknya ia bahkan tak perlu memintanya dengan wajah yang memelas atau mengancam memutuskan urat nadinya di hadapan chanyeol seperti yang di lakukan anak gadis beberapa hari lalu yang sempat menggemparkan sekolah.
Chanyeol memberikannya dengan Cuma-Cuma bahkan saat isi pikiran baekhyun belum sama sekali memikirkan hal itu, heol.. marga park.? Bertemu dengan pemilik marga itu sendiri saja baekhyun masih berpikir tujuh kali dan chanyeol dengan seenaknya memberikannya padanya.
Maksudnya, apa benar tuan park akan benar-benar menerima dirinya yang notabennya seorang lelaki untuk anak semata wayang mereka yang baekhyun yakini bahkan saat chanyeol memilih celana dalam yang ingin di guanakannya pasti harus dari persetujuan kedua orang tuanya.
Belum lagi sisi lain dari dirnya, kerjah paruh waktu?, anak yang yatim piatu dari korban dari bunuh diri karena masalah ekonomi dan kemiskinan yang terasa mencekat setiap harinya. Belum lagi lebel mulia yang di gandrunginya dari sekolah si tuan park sendiri. Hebat.
Bukankah ia beruntung.? Keberuntungn yang ironis.
"lepaskan kaki besar mu itu dobi, aku akan kembali kekelas dan menyerahkan tugas sialan ini pada ahn saem, kelas akan di mulai sebentar lagi dan kau juga harus kembali kekelasmu" tangan mungil baekhyun bergerak cepat menyusun setiap kertas yang berserahkan di atas meja bundar kecil mereka.
Berusaha mengabaikan kenyataan bahwa ia hanya mencari alibi untuk menutupi rona merahnya dan menghentikan keliaran tuan park dalam mengaduk—ngaduk isi perutnya dan demi apapun, kelas mereka masih tersisia dua pelajaran lagi jadi bekhyun memutuskan untuk meninggalkan chanyeol sendiri sebelum ia kehilangan semua kekuatannya untuk berjalan kembali kekelas karena kekasih giannya yang akan terus menggodanya hingga lututnya menjadi jeli di tempat.
Tapi sesuatu yang memang sudah di prediksikannya dengan tepat terjadi sekarang, kedua kaki itu tetap mengukung miliknya erat, membuat yang lebih mungil menatap datar kekasinya yang entah apa maunya, chanyeol selalu sulit di tebak. Semua seolah datar. Yeah.. lihat wajah itu, ia pandai menyembunyikannya di sana.
"aku belum mengizinkanmu meninggalakanku, kau belum memberikan makan siangku" baekhyun ingin muntah jika ia tak memikirkan dimana tempat mereka sekarang, oh ayolah.. nada merajuk khas anak perempuan pada wajah datarnya yang tak memberikan kesan memohon sama sekali, bukan kah itu mengerikan.
Dan baekhyun tahu apa maksud dari makan siang itu, bukan seperti ramyeon atau kimbab yang dikeluarkan dari kotak bekal dan menyuapkan kemulutnya, tapi lebih kepada bibir tipisnya yang akan di santap tanpa ampun oleh namja yang entah sejak kapan menjadi perfert itu.
Baekhyun menatap datar chanyeol dan menyesali permainan aneh ini, ia mengutuk kenapa hal yang seharusnya tak pernah terjadi ini menjadi trend untuk chanyeol yang selalu menjadikan permintaan andalannya jika anak ini sedang dalam mood yang mengerikan.
Walau ia tahu betul kalau ia yang memulainya, hanya karena cinta yang terlalu bersemangat hari itu baekhyun memajukan wajahnya pada tubuh tegap chanyeol dan mengecup bibirnya singkat dengan kata-kata yang mampu membuat namja gian itu meleleh, 'maaf aku tak membuatkanmu maka siang hari ini, dan itu gantinya."
Maka setelah itu, chanyeol mensyukuri setiap kali baekhyun melupakan bekal makan siang mereka, karena ia akan mendapatkan 'hal' yang beratus-ratus kali lebih manis dari semua jenis makanan yang pernah melewati tenggotoknnya selama ini, bibir merah mudah baekhyun.
Chanyeol masi menanti tindakan selanjutnya yang akan di laukan baekhyun dengan mata tertutup, menunjukan kepercayan diri seorang park yang tinggi. tapi setelah beberapa menit bukan benda kenyal yang membentur bibirnya melainkan benda kasar yang ia prediksi sebagai buku rumus statisik yang menyibukkan kekasihnya itu tadi.
Sehingga ia reflks melepaskan lilitan kakinya pada baekhyun karena sibuk mengelus semua tempat diwajahnya yang di kena oleh buku tebal itu dan di manfaatkan dengan cermat oleh si pelaku dengan melarikan diri serta menertawakan namja menjulang itu yang masih mengelus wajah tampannya, karena sejujurnya buku itu bukan hanya membentur bibir seksinya, tapi juga hidung mancung yang merupakan lambang ketampanannya.
"rasakan itu raksasa idiot, haha… aku mencintaimu" baekhyun memberikan kedipan mata yang sensual lalu berlari dengan buku yang di gendong erat menuju luar perputakaan yang mengundang sepasang mata tegas menyorotnya tajam karena anak kecil itu membuat keributan pada daerah kekuasannya, sebut saja ia penjaga perpustakaan ini.
Menyisahkan chanyeol yang tersenyum samar mengingat kekasih mungilnya, satu-satunya namja yang berani berbuat sesukanya pada namja gian itu, tak ada yang pernah menyentuh wajahnya sebelumnya dan baekhyun bahkan sudah mendaratkan beberapa pukulan telak disana. Bukan kah itu hebat.
…
…
Chanyeol menghentikan lamunannya akan kebahagian dan memori kecilnya dengan baekhyun dulu, walau kata dulu itu bisa di tafsirkan beberapa minggu yang lalu, dan kenangan itu bukan untuk membuatnya menjadi nyaman mengikuti rapat yang menyerertnya dalam kebosanan ini melainkan kabar buruk untuk hatinya karena semakin merindukan baekhyun.
Terlebih lagi ia tak menemui namja mungil itu hari ini. memang setelah berbicara dengan kris dimana itu membuat perubahan moodnya untuk memikirkan tindakan yang harus di lakukannya kedepan untuk melindungi-setidaknya kata ini yang ia pilih ketimbang mencari kata lain karena memang mereka hanya datang untuk mengganggu baekhyunnya- namaja yang menjadi semua tujuannya sekarang.
Ia langsung memasuki kelas dan membiarkan kepalanya di isi dengan baekyun dan segala kekhawatirannya pada namja yang entah masih berbaring pada ruangan kesehatan sekarang atau sudah memasuki kelasnya sama sepertinya. mengabaikan saem yang mengajar di depan kelasnya.
Dua jam pelajaran berlangsung, dua jam juga ia mencari titik temu semua masalah yang di hadapinya, masalah yang memang selalu di takutkannya jika hubungan mereka terekspos di kalangan siswa lain, ini terlihat seperti orang-orang menemukan titiik lemahnya.
Namja mungil itu adalah bagian terpisah dari dirinya maka ia tak bisa membawanya kemana-mana untuk di lindungi, entah dari siapapun, hyeri, keluarganya dan sekarang kris wu. Dengan segala masalah pribadi mereka padanya, tapi apa yang menyeret baekhyun di dalam hal ini, ah.. baekhyun adalah kelemahannya. Itu dia.
Dan moodnya bertambah lebih buruk saat melihat pesan dari ketua park, sebut saja ayahnya, untuk menggantikannya dalam rapat yang tak bisa di hadirinya karena ia tengah berada di luar kota sekarang, membuat chanyeol menyesali prosedur sekolahnya yang hanya memberikan satu kali waktu istrahat pada semua siswanya walau istrahat itu merupakan waktu yang panjang.
Ia tak berani menemui baekhyun hanya untuk melihat memar di sudut bibirnya, itu hanya akan membuatnya marah dan ia lelah terus mengendalikan amarahnya, ia memang di kenal dengan ketegasan yang kokoh, misterius dengan sikapnya dan selalu berpikir dengan cara yang elit.
Namun semua didikan itu seolah hilang digantikan dengan sisi barbarnya jika baekhyun terluka, seperti masalah hyeri beberpa mingu yang lalu, jika ia tidak mengingat dimana ia berada dan siapa hyeri di mata keluarganya, ia takkan berpikir dua kali untuk menenggelamkan yeoja itu seperti apa yang di lakukannya pada baekhyun.
Dan saat melihat namjanya dalam keadaan menderita, itu memberikan efek lumpuh pada semua syaraf diotaknya. Membuat chanyeol hanya memfokuskan untuk melihat kedua mata yang selalu bercahya saat memandangnya untuk kembali tebuka. Ia kalap dan itu kali pertamnnya ia mengkhawatirkan orang lain bahkan lebih dari dirinya sendiri.
Dan hal terakhir yang membuatnya enggan untuk mengecek keadaan baekhyun adalah ketidak berdayaannya untuk menatap namja itu dalam keadaan lemah, itu adalah mimpi terburuk yang pernah ia alami dan tak berniat untuk mendapatkannya kembali.
Maka sepanjang jam istrahat chanyeol hanya menghabiskannya dengan duduk tenang dalam kelas dengan membaca beberapa dokumen untuk rapat yang harus di hadirinya, walau ini bukan kali pertamanya ia harus mengantikan sang ayah, oh sebut dia direktur park.
Dokumen dengan angka yang rumit bukan lah lagi hal yang dapat membuat penuaan dini pada wajah tampannya karena banyak berpikir, walau ia tak dapat pungkiri jika hampir seluruh isi pikirannya tertuju pada baekhyun dan semua masalahnya.
Chanyeol kembali mengangkat pandangannya saat lampu pada layar proyektor di depannya berganti warna dengan angka yang semakin banyak serta grafik yang semakin rumit pada tampilan layar, semua yang duduk di ruangan itu terlihat memperhatikan sang pembawa materi dengan berbagai bakat merayunya untuk dapat membuat proyeknya diterima.
Chanyeol tentu saja tak datang sendirian, sekretaris direktur park datang untuk menemaninya atau malah sebaliknya chanyeol lah yang menemani sekertetaris ayahnya itu, chanyeol hanya mencoba beradaptasi dengan dunia yang seperti ini, menjadi pewaris tunggal untuk perushaan yang hampir di kenal di seluruh asia memang menyita waktunya untuk menikmati masa mudanya.
Chanyeol melirik arloji mahal yang meingkar pada pergelangan tangan kanannya dan mendapati angka 5 yang menjadi tumpuan jarum pendek berhenti, waktu yang menarik pemikirannya pada apa yang di dilakukan baekhyun sekarang. Sepertinya namja itu sedang berada dalam bus untuk mengatarkannya pada tempat kerja paruh waktunya.
Membuat chanyeol lagi-lagi menghembuskan nafasnya panjang dan mendapat tatapan pada seretaris yang menjadi partnernya, walau bukan memperingati-mana berani ia memberikan peringatan pada pewaris tunggal ini- tapi cahnyeol cukup tahu adab dalam ruangan yang mereka sebut tempat mencari pundi-pundi dolar ini. maka ia kembali menaruh perhatiannya pada satu-satunya namja yang bersuara di ruangan itu.
Tapi perhatiannya buyar setelah pena dengan warna emas mengkilap pada bagian luarnya yang ia pegang jatuh pada dasar lantai yang keras membuat semua mata berpusat padanya, ia mengambil pena itu tanpa terpancar rasa bersalah sama Sekali pada wajahnya karena telah membuat kegaduhan.
Sekretaris perusahannyalah yang mengucapkan maaf untuk mewakilinya dan meminta semuanya untuk di lanjutkan, menyisakan namja jangkung yang kini mematung dengan keringat pada pelipisnya. Perasaanya menjadi buruk dan hanya satu nama yang di pikirkannya.
'bekhyun, apa yang terjadi apadamu.?'
...
…
Baekhyun membuka matanya perlahan seiring dengan lenguhan kecil yang di suarakan bibir tipisnya, memegangi tengkuknya yang terasa berat, menarik pemuda manis itu pada kejadian yang di alaminya beberapa saat yang lalu.
Oh tidak, diamana ini.? ia segera bangkit dan mengumpulkan selimut merah tua dengan motif bunga yang rumit untuk menutupi tubuh mungilnya, mata sipitnya beredar untuk mengamati keadaan di sekitarnya, semua tampak tersusun rapi, ranjang yang terletak pada bagian tengah ruangan dengan ukuran king size.
Lampu kamar yang terletak di atas nakas di samping tempatnya tertidur dan lemari besar pada sisi kirinya yang berada tepat di samping pintu kecil dengan warna kreem yang melapisinya, itu pasti kamar mandi. serta jendela besar pada samping kiri ruangan ini.
Ia memukul kepalanya ringan sekedar untuk menarik kembali kesadarannya mengenai semua barang yang mungkin bernilai jutaan won di hadapanya kini, salahkan saja hidup miskinnya yang tak terbiasa dengan segala hal yang berbau glamor, mewah dan elegan.
Di samping matanya yang berusaha mencari seseorang yang dapat bertanggung jawab dengan keberadaannya di ruangan ini, baekhyun memenuhi pikirannya dengan segala hal negative yang mungkin sudah terjadi padanya.
Mengingat bagaimana tampang ke empat lelaki tadi hampir membuatnya runtuh, jika saja ia tidak mendapati bahwa seragam sekolahnya masih utuh melekat pada tubuhnya, hanya blazer sekolahnya yang menghilang entah kemana.
Maka dari pada baekhyun menangisi nasibnya yang mungkin saja ia sekarang telah berada di busan, di tempat perlacuran namja keparat yang harusnya dapat memberikan toleransi untuk anak yang masih menginjakkan kaki pada jenjang pendidikan senior high school sepertinya ini sedikit kelonggaran dalam prosesnya membayar hutang.
Tapi sekali lagi, hidup itu kejam. Maka tak akan ada toleransi semacam itu. uang akan memainkan perannya dengan baik, maka harga diri tak akan bernilai lagi, sejak awal ia memang telah di takdirkan untuk hidup menderita seperti ini. huh.. nasibku.
Baekhyun tetap berdiam diri pada tempatnya, tidak ada rencananya untuk berteriak meminta tolong atau hanya sekedar memeriksa pintu yang terpampang di depannya itu tertutup atau tidak, ia takkan melakukan hal konyol seperti itu, ia tahu posisinya sekarang.
Maka disamping ia menikmati sakit pada tengkuknya serta kondisi badannya yang sepertinya akan demam ia juga sibuk mencari benda tajam untuk membuh dirinya seindiri jika ahjussi mesum itu masuk keruangan ini. hanya itu recananya, tapi bagaiama dengan chanyeol. Luhan dan kyungsoo.?
Sial, air matanya menggenang sekarang. Harus kah ia berakhir dengan menyerahkan tubuhnya pada tamu-tamu yang datang hanya untuk menyiksanya? Bahkan ia rela menjatuhkan harga dirinya dengan bekerja paruh waktu ketimbang melacur untuk mendapatkan uang yang konstan dan apa sekarang.? ia menunggu seseorang untuk melacurinya.
Chanyeol, hanya nama itu yang di pikikannya, jika saja kedua orang tuanya masih hidup. Mungkin ia akan memanggil nama mereka, tapi karena hanya chanyeol yang seolah menggantikan peran mereka dalam hal asupan kasih sayang. Maka baekhyun memanggil nama itu, di selingi dengan air mata yang kini terjatuh meratapi ketidak berdayannya.
Isakkannya tak terdengar, hanya sebatas tenggorokan maka ruangan yang temaram itu tampak tenang, hingga seseorang membuka pintu kamar dengan hati-hati dan memunculkan sosok menjulang dari sana.
Itu bukan kabar baik bagi baekhyun, Karena dengn cepat namja mungil itu mengambil lampu kamar yag terletak di sampiing tempat tidurnya walau dengan air mata yang masih menetes serta rasa berat yang menggerayangi tubunya.
"mundur.. atau aku akan membunuh mu atau tidak membunuh diriku sendiri sebelum kau menyentuhku, aku hanya terlambat membayarnya selama dua kali dan aku akan di jual padamu.? Apakah itu adil.?"
Baekhyun berteriak putus asa dengan kemampuan oktafnya yang mengagumkan, membuat namja yang menjadi satu-satunya wadah dari kata-kata itu tertuju menukikkan alis tebalnya, ia hendak tertawa dengan tindakan aneh sekaligus lucu dari namja di hadapannya ini, namun melihat raut putus asanya membuat ia menahannya.
Terlebih lagi ukuran lampu kamar itu sepertinya mampu untuk membuatnya kehilangan kesadaran jika namja yang ia belum ketahui namanya itu benar-benar melemparkannya padanya.
"hei, tenanglah anak kecil. Aku hanya menolongmu dari preman-preman itu, dan kata terima kasih sepertinya lebih baik dari pada lampu tidur yang terlihat berat untuk di lempar" namja menjulang tadi melangkah mundur dengan mimic yang terlihat waspada.
Baekhyun menukikkan alisnya bingung, jadi dia tidak di bawah oleh empat namja mengerikan tadi? Dan ia masih di seoul.? Baekhyun menyunggingkan senyumnya lalu tertawa di sela tangisannya dan melepaskan genggamannya pada lampu berat yang kabelnya masih mengantung di sisi ranjang.
Ia bersukur dan merasa legah di saat yang bersamaan, setelah rasa bersukurnya dirasa cukup dengan beberpa bulir air mata, baekhyun kembali mengangkat wajahnya untuk menemukan namja yang menolongnya itu berdiri tepat di hadapanya dengan pandangan yang tegas.
Mengingatkan baekhyun pada sosok chanyeol, namja ini juga tinggi seperti chanyeol atau malah lebih, ia juga terlihat berwibawa pada sorot nya dan alis tebalnya memberikan fakta ternyata namja dengan wajah datar bukan hanya chanyeol satu-saunya di seoul.
"jadi.. siapa namja-namja tadi.?" Si penolong memulai untuk menyudahi keheningan yang mulai terasa aneh diantara Ia dan orang asing yang menempati kamarnya. Membuat baekhyun kembali menunduk untuk menghindari dua bola tajam itu.
"ak..aku.."
"berhutang? 10 juta won, apa yang kau lakukan dengan uang itu bung, bahkan kau terihat tidak seperti seseorang yang mempunya uang jika dilihat dari apa yang kau kenakan, maksudku sepatu lusuh dan tas yang tak bermerek. Sepertinya bukan alasan kenapa kau berhutang"
Bakehyun sejujurnya membenci orang yang memotong perkataannya dan apa-apaan namja menjulang ini, ia menuduhnya dan menghinanya di saat yang bersamaan.? Ck… baekhyun hanya meyakikan hatinya jika ini bukan saatnya mempertahankan harga diri disaat ia sudah terpojok dan tercekik.
Bahkan namja asing ini sudah tahu jumlah hutangnya.? "dari mana kau tahu aku berhutang dengan jumlah seperti itu pada mereka?" pertanyaan yang membuatnya bingung akhirnya ia lontarkan juga, dengan menguba posisi duduknya lebih nyaman dan mengembalikan lampu kamar tadi ketempatnya.
Si penolong juga mengambil duduk pada tepian ranjang untuk memulai introgasi yang nyaman pada sosok yang di tolongnya ini, hanya sekedar untuk meyakinkan diri jika ia tidak sedang menolong seorang krimial dari kriminal lainnnya, huh.. hidup yang merepotkan.
"aku harus membayar mereka dengan jumlah seperti itu agar mau melepaska mu" dan setelahnya baekhyun membultkan matanya dengan mulut yang ikut serta untuk membuat tampang terkejutnya terlihat lucu di mata si penolong.
" membayarkan hutangku.? 20 juta won.?" Nada bertanya yang tidak menduga, membuat si penolong memasang tampang bangga dengan semua yang telah di lakukannya hanya untuk untuk mendapatkan teriakan yang memekakkan telinga setelahnya.
"BODOH, mereka menipumu bodoh, aku hanya berhutang 10 juta won dan itu pun aku telah melunasi setenghnya. Oh.. tuhan bagus, aku bertemu dengan orang idiot lagi dalam hidupku" kata-kata yang sungguh amat sangat tidak sopan untuk di berikan pada si penolong.
Pemikiran mendapatkan pujian atau mungkin namja mungil itu akan memberikan hidupnya padanya sempat terlintas dalam pikiran si penolong, namun apa yang di dapatnya, hanya kata-kata kasar dengan embel-embel yang tidak mengenakkan didengar, untuk 20 juta wonnya yang sia-sia.
"ap..apa kau bilang.? Bodoh.? Yak, aku telah menolongmu bahkan aku mengeluarkan uangku pada seseorang yang tak kukenal untuk menolong seseorang yang tak kukenal pula dan kau malah mengataiku.?" Si penolong berdiri dan bertolak pinggang dengan tatapannya yang seperti menguliti namja mungil yang terihat menyesali kebodohan penolongnya.
Baekhyun seolah tersadar sepenuhnya dari apa yang telah di katakannya, bagus, sekarang ia tampak seperti seseorang yang tak tahu terimakasih dan malah meyalahkan orang lain yang degan baiknya datang menolongnya, kau kemana saja baek dari tadi.?
Baekhyun menegakkan duduknya lalu mengatupkan kedua tangannya didepan wajahnya yang kini terlihat menyesal. "ma..maafkan aku, aku tak bermaksud seperti itu, aku hanya menyayangkan uangmu yang terbuang Cuma-Cuma pada namja-namja jelek itu"
raut wajah memelas baekhyun mengubah suasana hati si penolong dengan drasis, walau pada dasarnya ia memang tidak marah dengan perilaku namja di hadapannya ini, tapi itu sukses untuk membuatnya menarik sudut bibirnya, tersenyum.
Namja mungil itu terlihat bodoh di mata si penolong, jujur dengan apa yang di rasakannya dan tak memiliki sifat kepura-puraan yang seperti pertama kali si penolong pikirkan ketika membawanya kedalam mobilnya menuju aparemen mewahnya ini, dengan sekelebat pemikiran jika namja itu sengaja memanfaatkannya hanya untuk mendekatinya, mengingat bagaimana ia terenal di dalam dunia orang kaya.
Tapi melihat reaksinya yang lucu serta wajahnya yang terlihat sangat manis, entah mengapa memberikan efek lain pada si penolong, mengingat selama ini ia jarang mengeluarkan emosinya semenjak orang yang terlampau dekat degannya meninggalkannya.
Tapi setelah melihat namja ini ia seolah menemukan kembali emosinya dengan tingkah polosnya, walau mungkin waktu berinteraksi mereka cukup amat sangat singkat. Maka dari itu dengan uang 10 juta won itu membuat ia ingin mengenal namja ini, lebih.
"baiklah aku memafkanmu, tapi bagaimana dengan uangku. Kau harus menggantinya, SEKARANG" bermain-main dengan sosok ini nampaknya akan menyenangkan, batin si penolong menggema senang melihat ekspresi namja mungil yang kini memandangnya horor. Haha.. wajah imut itu.
"ap..apa.. mengantinya? sekarang? yak. Kau pikir aku punya uang sebanyak itu, jika aku punya uang, kau takkan perlu repot-repot mengeluarkan uang mu dengan jumlah DUA kali lipat hutangku, aku tidak mau kau harus bersabar untuk itu"
Baekhyun mengluarkan saran seolah dia yang beruasa di sini, membuat namja yang lebih tinggi di ruangan itu kembali menahan tawanya melihat tingkah namja yang terlihat seperti anak junior high school yang tersesat, tetapi melihat seragamnya yang sama dengannya membuat si penolong meyimpulkan kalau namja ini juga siswa soengguk sama sepertinya.
"baiklah kalau begitu aku memberikanmu kelonggaran, tapi kau harus tetap melunasinya, entah bagaiaman caranya anggap saja tempat berhutangmu berpindah tangan" namja jangkung itu sebenarnya bingung dengan apa yang di ucapkannya tapi memikirkan pertemuan jangka panjang dengan namja yang masih bergerumul di atas ranjangnya ini membuatnya tak meragukan keputusan itu.
Baekhyun Nampak berpikir, ia sebenarnya bersukur karena masalahnya dengan tua bangka yang selalu menginginkan tubuhnya itu telah selesai tapi kini ia terlibat dengan namja asing lain yang entah bagimana perawakan dan sikap namja ini.
Ia bahkan tak mengetahui apa perkerjaan dan seperti apa sosok di hadapannya ini, bukan berarti baekhyun mengetahui bagaimana tua bangka yang menjadi tempat ia atau lebih tepatnya mendiang orang tuanya berhutang tapi setidaknya ia mengetahui hukuman apa yang di berikan padanya jika ia terlambat membayar tagihannya.
Tapi namja ini.? ia bahkan sangat misterius untuknya, apa baekhyun dapat mempercayainya.? Di tatap dengan pandangan meragukan, membuat si penolong kembali membuka suaranya "aku bukan orang jahat jangan memandangku seperti itu"
Sebenarnya siapa yang lebih membutuhkan disini.? Seharunya si mungil yang memohon bukan malah sebaiknya, lihatlah bahkan baekhyun menimbang untuk keputusannya, heol.. apa demam mengganggu cara berfikirnya.?
"baiklah, tapi aku hanya akan membayar 2 juta won, dan jangan tanyakan mengapa. Aku tidak mau menghabiskan sisa masa sekolahku dengan bekerja paruh waktu untuk melunasi hutang yang bukan kesalahanku" terlihat jelas jika namja mungil itu kehilangan kewarsannya.
Setidaknya itu yang di pikirkan pria yang tengah berdiri dengan wajah tak percayanya, siapa namja cerewet dan tidak tahu diri ini sebenarnya.?, si penolong tak mau berdebat lagi, toh ia akan kalah pada akhirnya.
Maka dengan wajah yang masih sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, Ia mengangguk pasrah dan bersumpah untuk tidak menolong orang asing lagi setah ini, sebenarnya apa yang di pikirkannya begitu melihat namja mungil ini di angkat dengan paksa oleh beberapa namja yang terlihat tidak ramah dari bentuk muka dan postru tubuh mereka.
Entah dorongan dari mana hingga ia menepikan mobilnya dan membuang uang 10 juta won yang memang bukan apa-apa untuknya lalu berakhir dengan kesepakatan konyol dengan namja asing di hadapannya ini.
"mm.. tapi ahjussi, sipa namamu.? Setidaknya aku harus tahu siapa nama tempatku mengutang" baekhyun bertanya dengan nada hati-hati untuk memecah keheningan yang kembali terjadi setelah mereka menyepakati perihal perpindah tanganan hutang baekhyun yang terdengar konyol.
Dan setelahnya namja jangkung yang menolongnya itu tak dapat lagi menahan tawanya, ia tertawa dengan memegangi perutnya membuat baekhyun kembali menukikkan alisnya bingung, bagus, aku berutang pada orang gila rupanya.
"kau serius memanggilku ahjussi.? I mean's ahjussi.?" Baekhyun sebenarnya ingin menghajar wajah yang seolah meminta penjelasan dari kalimat jelas baekhyun, tapi mengingat siapa orang ini sekarang, ia mengurungkan niatnya itu dan memilih memejamkan matanya yang mulai berat karena demamnya yang memburuk, terlebih lagi namja di hadapannya ini tidak membantu sama sekali.
"kita bahkan berada di sekolah yang sama dan kau memanggilku ahjussi.? Apa aku setua itu?" dan mendengar kata sekolah yang sama, membuat kedua kelopak mata baekhyun membuka dan melebar, yaeh.. Ia dalam bahaya sekarang.
Setelah di kenal dengan sosok yang memikul julukan 'mulia' atau bisa di sebut beasiswa, sekarang mereka akan mengetahui kalau ia mempunyai hutang pada orang lain. Bagus, ada yang lebih buruk dari ini.? ah, ia juga kekasih park chanyeol, si pemilik sekolah. Sempurna untuk membuat namja itu malu. Apa orang ini mengenal hyeri.? Perfect jika mereka berteman.
"namaku kris wu, dan aku berada di tingkat akhir, namamu siapa.? Aku tak melihat name tag mu di blaser sekolah mu, sepertinya itu terjatuh saat kau berurusan dengan preman-preman tadi"
Baekhyun masih memaku pandangannya pada penolongnya ah tidak, pada kris. Namanya kris wu. Dan fakta jika namja menjulang itu adalah siswa tingkat akhri sedikit melegahkannya. Setidaknya presentase ia mengenal chanyeol atau hyeri itu sangat sedikit.
"baekyun, namaku byun baekhyun anak tingkat dua"
Dan senyum di wajah kris menghilang dengan sorot yang menajam pada lecet di sudut bibir baekhyun.
'baekhyun, milik si park.?' Jiwanya menyala saat mengetahui jika ia menolong orang yang salah, tapi amarahnya lebih membara pada luka lebam pada sudut bibir baekhyun terlebih lagi ia tahu yang menyebabkan memar itu di sana. Itu hasil perbuatannya.
Ada apa denganku.?
…
…
Kaki-kaki kecil mereka melangkah ringan melewati setiap lorong kelas yang riuh akan murid lainnya yang juga berusaha mencapai kelas mereka sebelum bunyi menjengkelkan yang mereka sebut bell membuat langkah mereka menjadi brutal.
Luhan, baekhyun dan kyungsoo berjalan tenang dengan sesekali berceloteh tentang apa saja yang terjadi kemarin, lebih tepatnya kedua makhluk mungil itu mengintrogasi baekhyun, menanyakan ini dan itu tanpa membaca ekspresi yang di tunjukan baekhyun.
"diamlah, aku sedang dalam mood yang buruk, kau tahu aku harus pulang dengan berjalan kaki kemarin karena kesal pada namja bertelinga lebar sialan itu dan di tengah jalan aku di hadang oleh 4 anak buah tua Bangka dari busan hanya kerena aku telat untuk mebayar tagihan hutangku selama 2 kali, 2 kali lu tidak kah itu mengerikan."
Sepertinya namja itu kehilangan arah, ekspresinya seolah menolak untuk berbicara, tapi apa sekarang. ia menceritakannya dengan gamblang dan diikuti oleh reaksi yang mendramatisir, mambuat dua namja yang juga berhenti hanya untuk mendengarkan keluhan teman mengenaskan mereka ini menatap datar padanya.
"kupikir kau tak akan menceritakannya, jadi apa kau berhasil menghajar mereka.?" Dan di tanggapi tak kalah tidak waras dari teman tidak warasnya dengan segala ketidak warasan yang ada di otak mereka, oke. Kita berhenti membahas ketidak warasan disini. Karena kyungsoo sepetinya satu-satunya yang waras di antara mereka bertiga.
"yeah, sekarang aku berhutang pada orang lain, dan kabar teburuknya orang itu sanbe kita di tingkat akhir" baekhyun menutup wajahnya putus asa, mengabaikan ekspresi mengerikan luhan dan tatapan bingung kyungsoo.
"maksudmu sanbe kita di tingat akhir membayar hutangmu pada konglomerat di busan itu dan sekarang kau berhutang pada sanbe kita.?" walau kyungsoo hanya diam, tapi sepertinya ia mengerti. berbeda dengan namja yang tadinya berkoar-koar penuh tahu tapi hendak bertanya lagi dan setelah kyungsoo menjelaskannya, sepertinya ia mulai mengerti.
"jadi, siapa sanbe yang baik hati itu.?" luhan hanya mengambil bagian bertanya, dan membuat suasana hati baekhyun semakin kelam. Mengingat mungkin saja sanbenya itu sudah menyebar luaskan tentang masalah ini, maka dengan suka rela baekhyun akan membenamkan sendiri kepalnya kedalam toilet siswa tanpa harus menunggu hyeri untuk melakukannya.
"kris wu, namja tingkat akhir. Kelas 12-5"
dan setelahnya luhan dan kyungsoo membulatkan mata mereka. Meraka berdua tentu tahu siapa namja dengan marga Wunya di sekolah ini, namja yang mereka kenal sebagai musuh bebuyutan chanyeol, kini menolong kekasihnya.?
Takdir mengerikan apa yang menimpamu baek.? Luhan dan kyungsoo membatin.
…
…
…
…
Tbc
Hallo readesrs nim. *sujud
Maaaaaafff kan author abal ini yang baru update, moga masih ada yang nungguin ff yang gak jelas ini.
Saya punya alasan, kenapa nggak bisa update hampir 2 bulan ini.
Kemarin sy mudik ke kampong nenek yang tempatnya nauzubillah nggak ada jaringan 3G. hadeh.. heran aku kenapa masih ada ajah daerah yang nggak punya jaringn 3G kayak gitu.
Dan hari kemarin aku baru pulang lagi ke kota aku, jadi ff ini aku ketik cumin dalam kurun waktu beberapa ja doing, jadi makluminn ya kalau isinya nggak memuaskan.
See you next chap guys… *senyum geje
P S: gimana sih caranya biar terbebas dari internet positif, itu juga yang bikin mendala kennapa lama update, kerena hp ngak bisa akses ffn. Kalau ada yang tau tolong di infoinya. di pm atau di repiu juga boleh. Hati-hati, di atas juga banyak typo, maklumin ya…. *tiger eyes
PSS: udah nonton 18 sec yang udah kyak WGM fersi chanbaek belum.? Nonton tuh biar loe semua diabetes ama chanbaek. Gua udah sempat sekarat tadi kena bêtes gara2 chanbaek mesra bangat udah kayak penngntin baru mau program anak, haduhh.. ntu otp gua bener2 dah. Hobi bikin CBHS kejang-kejang.
PSSS : ERASER bakal aku update kalau repiunya meningkat biar dikit. pay.. pay...
CHANBAEK IS REALLLLLLLLLLL….. masalah..? o_O