Part 1
Far Away
By : balbaekyeolfan
Main Cast : byun baekhyun / park chanyeol
Pairing : chanbaek / baekyeol dan other
Two shoot
Genre : drama, school life, au, romance, hurt/cumfort (banyak amat ya -_-)
Warning : typos,cerita kaga nyambung dan abturd (maklumin ajeh ya *wink)
Note : no bash, no re-upload, no sider
.
.
.
.
.
Happy reading and enjoy it
.
.
Kehidupan yang adil hanya untuk orang-orang yang setidaknya memiliki kemurahan hati pada kehidupan sebelumnya dan bagi mereka yang serakah akan berengkarnasi menjadi semenyedihkan ini, itulah yang selalu di yakini pria mungil dengan mata bulan sabit yang kental denga byun baekhyun, Siswa soengguk senior high school yang setiap harinya harus selalu berusaha mencukupi kebutuhan hidup dengan mengisi semua waktu luang setelah bersekolah dengan bekerja paruh waktu, berusaha untuk tetap bertahan hidup di ibu kota Negara besar yang mempunyai populasi penduduk yang tidak sedikit.
Setidaknya pria dengan jari lentik ini masih bisa bersukur bisa menginjakan kakinya di sekolah yang sangat elit untuk ukuran orang sepertinya, disaat anak-anak seumurannya yang telah kehilangan orang tua dan hidup sebatang kara di dunia yang- menurut baekhyun- kejam ini tak mampu merasakan lagi apa itu sekolah dan lebih memiik mengakhiri hidup menyusul keuarga atau hanya menggembel mencari makan dengan jalan mencuri dan meminta-minta.
Walaupun dengan sekolah itu baekhyun harus membayar mahal dengan kerja paruh waktu yang menguras semua waktu dan tenaganya selama 9 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu juga alasan lain yang memang menjadi tujuannya pindah ke seoul ini membuatnya menyeret tubuh ramping bak anak gadis itu bekerja keras.
Tubuh ringkih yang dibalut dengan kulit putih mulus khas orang korea kebanyakan itu selalu berakhir denga peluh yang menyebar di seluruh inci tubuhnya, masuk sekolah pukul 7 pagi dan pulang pada pukul 3 sore lalu di lanjutkan dengan bekerja sebagai tukang cuci piring di sebuah restoran china sampai pukul 7 malam dan berlanjut bekerja sebagai pembuka portal jalan di sebuah perbelanjaan besar di daerah gangnam hingga pukul 12 malam merupakan alasan logis bagi siswa dengan lebel biasiswa yang menggantung di pundak namaja ringkih itu untuk bermandikan keringat yang sealu menggerayanginya.
setipa hari selama satu minggu ia akan tidur setelah jarum jam menunjukan pukul 2 pagi dan beberapa racauan random dari pelacur tetangga apartemen kumuhnya yang merupakan tanda untuk pemuda manis itu untuk tidur, mungkin pengecualian pada hari sabtu dan minggu karena pada dua hari itu baekhyun akan cepat tidur mengingat tak ada tugas sekolah yang selalu di kerjakannya setelah menyelesaikan semua pekerjaannya untuk mempetahankan lebel beasiswa yang di terimanya.
Ya.. walaupun hari sabtu dan minggu merupakan hari yang di tunggu-tunggu oleh semua siswa untuk beristrahat dan menghabisan waktu bersama keluarga atau sekedar berjalan-jalan bersama teman dan semua hal yang di lakukan remaja seumurannya pada umumnya namun pengecualian untuk namja dengan marga byun itu.
hari sabtu dan minggu merupakan hari yang akan sangat melehkan untuknya, ia akan tetap bangun pada pukul 7 pagi namun tujuannya berbeda pada dua hari besar itu, baekhyun akan menghabiskannya di tempat kerja bukan di sekolah elitnya. Pukul 7 sampai dengan pukul 5 sore ia akan menghabiskannya dengan berbagai kesibukan di sebuah restoran kecil, menjadi office boy di sana dan sesekali melayani tamu jika keadaan restoran itu cukup ramai meningat hari itu adalah hari sabtu dan minggu. Setelah itu ia akan berlari dengan tergesah, memacu kaki mungilnya menuju gedung pebelanjaan yang menjadikannya pembuka portal untuk kendaraan yang masuk ataupun yang kular dari tempat parkir perbelanjaan yang memang letaknya tidak terlalu jauh mengingat kedua tempat itu sama-sama berada di daerah gangnam.
…
Kadang baekhyun bertanya-taya tentang nasibnya.
dulu ia hidup bahagia di kampung halamannya di busan, menghabiskan masa kecil seperti kebanyakan anak seusianya, bercanda guarau dengan kadua orang tua yang menggendongnya manja dan bermain bersama teman pada siang hari hingga sore hari di taman dekat rumah dan akan pulang kerumah jika ibunya sudah memanggil dengan suara melengking dan urat yang muncul di pelipis wanita cantik yang sering di panggilnya umma.
namun kebahagian itu hanya sebentar, setelah baekhyun menginjak bangku junior high school, pertengkaran kedua orang tua yang menurutnya selalu terlihat mesra itu di mulai, dengan alasan klasik khas rumah tangga dimana sang suami tak mempunyai pekerjaan menetap dan istri yang mulai frustasi dengan kebutuhan yang harus di penuhi dengan anak mereka yang sudah memasuki tahap sekolah yang membutuhkan uang lebih.
puncak dari pertengkaran itu tepat setelah baekhyun resmi menerima ijasah kelulusan di junior high shool, dengan tangan yang memegang gulungan ijasah kelulusanya dan senyum bahagia yang tercetak dibibir tipisnya, baekhyun melangkah masuk ke rumah sederhananya dan seketika itu juga ijasah yang tadi di genggamnya jatuh dan senyum yang melekat dibibirnya menghilang.
Disana, ia menyaksikan kejadian yang seharusnya tak boleh di saksikan untuk anak seusianya mengingat psikisnya belum mampu menalar kejadian yang terlihat jelas di depan matanya.
wanita cantik yang selalu di panggilnya ibu dan lelaki paru baya yang selalu menemaninya untuk bermain, duduk barhadapan dengan pisau yang saling menikam dada masing-masing, membuat lelehan darah segar mengalir disana.
baekhyun berteriak histeris dan menangis meraung melepas kepergian dua manusia yang selalu di banggakannya hingga ia jatuh tak sadarkan diri.
dua orang yang selalu menjadikannya sandaran dan tumpuan hidupnya, dua manusia yang di panggilnya ayah dan ibu merenggang nyawa di tangan masing-masing dengan tatapan yang seling mengunci dan cinta serta penyesalan yang terpancar jelas dari keempat bola mata berair itu, meskipun mereka saling membunuh baekhyun tahu mereka masih saling mencintai namun takdir mengaharuskan kedua insan itu melakukanya ,meninggalkan anak tunggal mereka di dunia yang kelam ini, dunia yang hanya bisa bertahan denga uang dan keserakahan.
baekhyun menyimpulkanya setelah ia harus rela meninggalkan kampung halamannya-busan-. Dan mulai mencari kehidupan baru di ibu kota Negara korea selatan itu dimana setiap hari ia menyasikan para penjlat memainkan keserakahan mereka akan uang.
Kenyataan yang paling menyakitkan dari kepergian kedua orang tuanya selain meninggalkan baekhyun sendiri, mereka juga meninggalkan hutang yang menumpuk pada rentenir di daerah tempat tinggal mereka yang terkenal kejam dan haus akan uang.
Baekhyun yang hanya sering melamun dan menangis seorang diri meratapi nasibnya perlahan berubah, kejadian setelah 3 hari kedua orang tuanya di makamkan di mana beberapa anak buah rentenir datang memporak-porandakan rumah sederhana bekhyun, di hari itu juga ia mengetahui tentang semua hutang orang tuanya dan jumlah besar yang harus di lunasinya dalam umur yang baru menginjak 15 tahun, membuatnya mau tak mau harus memeras otak untuk melunasi semua hutang itu, jika tidak ia harus menyerahkan tubuh indahnya pada ahjussi tua beristri itu.
Dan menggadaikan rumahnya pada ahjussi itu adalah pilihan terakhir baekhyun, bahkan itu belum cukup untuk melunasi semua hutang kedua orang tuanya termasuk bunga yang memang sangat tinggi.
Setelah menyerahkan rumah sederhananya dan meminta nomor rekening pada rentenir penjilat itu, baekhyun memutuskan untuk pindah ke ibu kota Negara, mencari pekerjaan dan menebus semua hutang kedua orang tuanya, berusaha mengambil kembali rumah sederhana miliknnya, rumah yang banyak menyimpan kenangan manis bersama keluarga kecilnya, rumah yang menjadi saksi dimana senyum bakhyun dulu terukir dengan manis di wajah cantiknya dan tawa renyah yang menenggelamkan iris colatnya memebentuk lengkungan sabit yang terlihat sangat manis di wajahnya, senyum dan tawa yang takan terlihat lagi setelah kejadian mengerikan itu menimpanya.
Dengan modal uang yang hanya mampu membeli tiket kereta, baekhyun menggeratkan lengan ranselnya dan menguatkan hatinya utuk melangkah turun dari kereta yang membawanya ke seoul. saat sepatu lusuh itu menapak untuk pertamakalinya di tanah ibu kota ini baekhyun membangun pribadi baru akan sosoknya, sosrot mata yang selalu ceriah dengan eye sile yang meneduhkan itu perlahan berubah dengan sorot tegas dan terkesan datar, sambil mengelus kalung dengan dua cincin milik ayah dan ibunya yang menjutai di leher jenjangnya, baekhyun menguatkan tujuannya menginjakan kaki di kota besar yang tak sebanding dengan kota kecil tempat kelahirannya dulu.
memulai hidup baru dan berusahaa untuk mengumpulkan kebahagiaan dan belajar menerima hidup yang telah di gariskan untuknya, untuk meghindarkan dirinya dari akhir yang mengenasan seperti kedua orang tuanya. Akhir dari dua orang yang harus merenggang nyawa karena uang .
memulai hidup baru dengan Berusaha untuk menebus rumah sederhananya dari rentenir yang serakah akan uang dan melunasi hutang kedua orang tuanya, mengirim sisa hutang itu setiap bulannya pada rekening yang di berikan oleh rentenir yang akan mempekerjakannya di club malam miliknya jika ia tak melunasi sisa hutang yang terbilang masih cukup banyak, Hidup baekhyun sudah terlanjur sengasara dan ia tak ingin tambah merusak nasibnya dengan menjadikannya kotor, melayani setiap tamu dengan nafsu yang menggebu akan tubuh manusia.
…
Pada awal-awal perjuangannya untuk mencari pekerjaan di sini memang sangat sulit, terlebih lagi ia hanya anak dengan ijasah JHS yang belum memiliki pengalaman kerja sama sekali, bahkan setelah dua hari berkeliling tanpa tujuan dan tidur di taman-taman yang di lewatinya, baekhyun benar-benar kehabisan uang yang akhirnya membuatnya melarat, berhari-hari ia terlunta-lunta tanpa makan, namun itu tak membuat ia gelap mata dan melakukan hal-hal yang aneh seperti mencuri atau pun merampok. di batas kewarasn otaknya untuk mencerna jalan hidup yang mengenaskan ini, ia hanya mencari makanan sisa pada restoran-restoran yang hendak membuang makanan bekas pelanggan yang tak sempat di habiskan untuk bertahan hidup dan itu cukup berhasil.
hingga ajaran kedua orang tuanya yag telah meniggal menjadi penolong bagi baekhyun, bahwa hati yang murni dan membantu sesama akan selalu mendatangkan keberuntungan.
ia memang memiliki itu semua. ia berhasil menyelamatkan seorang pejalan kaki yang hampir di rampok digang sempit di tempat baekhyun biasa melintas, laki-laki paru baya itu mengucapkan terimakasih pada baekhyun dan mengajaknya menuju restoran china sederhana yang berada di antara gedung-gedung menjulang seoul, dan di situah semuanya bermula. setelah lelaki paruh baya yang baekhyun ketahui sebagai pemilik retoran china itu mendengar cerita hidupnya selama ia berada di seoul, baekhyun di beri pekerjaan. walau hanya sebagai tukang cuci piring tapi baekhyun tetap mensyukurinya dan menitihkan air matanya untuk pertama kali setelah ia berjanji pada dirinya sendiri dan di depan makam kedua orangtuanya untuk menjadi namja yang kuat dan tegar menghadapi dunianya.
….
Baekhyun menangis untuk yang kedua kalinya setelah ia menerima surat pemberitahuan dari pihak soengguk senior high school bahwa ia di terima di sekolah elit itu dan namanya juga terdaftar dalam list nama-nama yang menerima beasiswa penuh dari sekolah berlebel swasta itu.
Baekhyun yang selalu melewati hari-harinya dengan wajah datar dan hanya bekerja keras sesaat terlihat berubah, ia menangis dengan tawa yang mengikutinya, berteriak bahagia sambil berlari mengelilingi restoran china tersebut. Sesaat sosok baekhyun yang dulu terlihat kembali. dengan mata bulan sabit yang melengkung indah di wajah cantiknya juga senyum manis tercetak di bibir tipis pemuda dengan tinggi badan 174 cm itu, jemari lentiknya terulur menyentuh dua cincin yang menjuntai di leher putihnya.
"umma, appa. Aku berhasil masuk sekolah terkenal dengan beasiswa umma. Aku juga sudah mulai melunasi hutang dengan hasil kerja kerasku, aku akan merebut rumah kita kembali, appa dan umma bahagiakan di sana..? jangan terlalu memikirkan baekki di sini, baekki baik-baik saja" baekhyun berucap lirih di sela tangisannya, jari lentiknya gemetar menggenggam surat pemberitahuan dari soengguk SHS dan cincin peniggalan orang tuanya dengan erat, berusaha menahan isakan yang akan keluar, setelah sekian lama ia hanya menangis pilu meratapi nasibnya, ini untuk pertama kalinya ia menangis bahagia setelah kedua orang tuanya meninggal.
…..
Tahun pertama baekhyun menginjkan kaki pada halaman megah gedung sekolah yang membuat bekhyun harus berusaha keras mengontrol kata "daebak" yang keluar dari mulutnya untuk terdengar kencang, baik-baik sajah.
walaupun lebel beasiswa melekat padanya namun bekhyun tak menerima penindasan di sana, para siswa yang kebanyakan orang kaya dengan orang tua yang berpengaruh besar di kota seoul ini lebih sibuk untuk mengagumi sang casanova sekolah yang merupakan keberuntungan bagi baekhyun karena anak pemegang hampir setengah kota seoul dan juga donatur terbesar di seolahnya ini merupakan letingnya dan dengan keberadaanya kegiatan membuli anak-anak baru terlebih lagi itu beasiswa bisa teralihkan padanya. Anak-anak gadis akan sibuk mencari perhatian namja tampan dengan postur tubuh tegap sempurna itu dan bahkan beberapa laki-laki juga terang-terangan menunjukkan rasa ketertarikan mereka pada namja yang bekhyun ketahui bermarga park itu.
Dengan kesempatan itu perlahan tapi pasti, baekhyun membuat dirinya tak terlihat sama sekali, bahkan siswa-siswi soengguk SHS tak mengethui keberadaan namja dengan ukuran tubuh mungil itu.
Keseharian baekhyun di sekolah hanyalah di habiskan pada tiga tempat, ruangan kelas yang memang harus di tempatinya selama proses belajar mengajar, perpustakaan sekolah yang di sulap menjadi tempat nya tertidur, lalu atap sekolah yang menjadi tempat nya menghabiskan bekal makan siang yang selalu di bawahnya dari rumah.
Jam istrahat yang memberikan semua siswanya waktu bebas selama 50 menit di manfat kan dengan baik oleh baekhyun, 2 menit ia akan gunakan untuk berjalan menuju perpustakaan dan memulai tidur siangnya dengan memasang alarm tepat 32 menit untuk mebangunkannya lalu ia akan menghabiskan waktu selama 5 menit menuju atap sekolah dan memakan bekal makan siangnya selama 8 menit dan kembali lagi kekelas selama 3 menit memakan waktu perjalanan, sempurna bukan..? itu lah byun baekhyun.
Ia tak pernah sekali pun menginjakan kaki pada area kafetaria sekolah, walaupun makan siang di sana sudah termasuk dalam beasiswa yang di terimanya, ia enggang untuk melangkahkan kaki di area yang menurutnya memang bukan tempat kalangan seperti baekhyun sekaligus untuk menghindari siswa-siswi yang berada di sekolah itu, takut jika suatu hari mereka bosan dengan sang cassanova dan beralih mebully murid beasiswa. Ia tak ingin menambah kesulitan dalam hidup tragisnya, cukup dengan kerja paruh waktu yang menguras energy, ia tak mau menambah beban lagi dengan menjadi target pembulian di sekolah elit itu.
Selama setahun baekhyun hanya menghabiskan masa sekolahnya dengan belajar dan belajar, berusaha untuk tetap mempertahankan lebel baeasiswa itu yang membuat Baekhyun tak memiliki teman di sana, dalam artian yang sesungguhnya. Ia menempati kelas unggulan dengan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dan hanya satu siwa yang berlebel sama dengannya dalam kelas itu, baekhyun tak terlalu mengtahui nama namja cantik dari china itu, tapi orang-orang di kelasnya selalu memanggilnya xi luhan.
luhan siswa yang mudah berbaur, bahkan lebel beasiswa tak memberinya batasan untuk berteman dengan banyak siswa-siswi kaya disana yang terkesan menjaga jarak ataupun memandang datar siswa dengan lebel beasiswa.
berbeda dengan baekhyun, kepribadian baehyun lebih tertutup dan terkesan menjauhi lingkungannya, ia hanya akan bersuara pada saat proses belajar dimulai, menjawab soal ataupun menjelaskan makna sastra inggris dalam bahasa korea dan saat-saat itulah orang akan menatapnya, memberi kesadaran pada mereka bahwa ada siswa yang bernama byun baekhyun di kelasnya. Dengan pribadi tertutup dan terkesan penyendiri di tambah ia duduk seorang diri tanpa teman sebangku di pojok belakang kelas menjadikannya benar-benar tak terlihat dan tak memiliki teman.
….
Interaksi pertama baekhyun dengan siswa di kelasnya ketika ia harus mencari teman kelomok untuk mengerjakan tugas dari ahn seonsaengnim.
denngan sangat terpaksa baekhyun melangkahkan kakinya menuju tempat duduk luhan, ia tak tahu kenapa memiilih xi luhan sebagai teman satu kelompoknya, mungkin alasan sama-sama penerima beasiswa akan memudahkan luhan untuk memaklumi kehidupan super 'sibuk' byun baekhyun.
Dengan kikuk baekhyun menawarkan untuk berkelompok bersama luhan dan namja dengan mata doe yang menjadi teman sebangku luhan untuk menerimanya di kelompok mereka, walaupun dengan wajah agak bingung tetapi luhan dan d.o-namja bermata doe yang menjadi teman sebanku luhan- menerima baekhyun dengan senyum manis mereka yang memang kelompok mereka kekurangan satu anggota lagi, dimana setiap kelompok harus terdiri dari tiga anggota.
Interaksi-interaksi berikutnya bersama dua orang yang sudah sedikit baekhyun kenal itu makin sering terjadi, mulai dari pembicaraan tugas kelompok yang sering di lakukan di tempat kerja paruh waktu baekhyun. namja mungil itu sebenarnya tidak enak hati harus memaksa luhan dan d.o untuk mengerjakan tugas dari ahn seonsaengnin di tempat kerjanya namun hanya itulah kesempatan baekhyun untuk mengerjakan tugas mereka. Bahkan itu sudah di beri kelonggaran dari pemilik restoran china tersebut.
Xi luhan, siswa ber beasiswa sama seperti dirinya, tinggal bersama bibi dan pamannya, namja dengan mata yang menyerupai mata rusa itu sangatlah menyenangkan, baekhyun mengakui itu. luhan mempunyai pembawaan yang ceria dan terkesan cerewet, selalu mempunyai alasan untuk membuat athmosfir di sekitarnya terasa menyenangkan, mungkin itulah yang membuat banyak siswa-siswi soengguk SHS nyaman berteman dengannya.
d.o kyungsoo, namja bermata doe yang terlihat imut, di tambah dengan ukuran tubuhnya yang sedikit lebih mungil dari baekhyun, namja dengan senyum menawan yang selalu di tunjukannya setiap hari. baekhyun sedikit iri dan juga salut pada namja itu, apa lagi latar belakang keluarga kyungsoo sangatlah berbeda jauh dengannya, kyungsoo merupakan putra tunggal d.o corporation yang cukup terenal di korea, bahkan perusahan yang bergerak di bidang industry itu memiliki beberapa cabang besar di luar negri khususnya di kawasaan asia. Hal lain yang membuat bakhyun salut padanya adalah kerendahan hati yang dimiliknya, kyungsoo memang orang yang tergolong dalam kalangan elit tetapi dalam urusan berteman ia termasuk orang yang takkan memilih-milih teman, termasuk bergaul dengan luhan dan sekarang di tambah dengan baekhyun yang notabennya mereka adalah murid berbeasiswa.
Teman..? entahlah..! baekhyun belum bisa memberikan kata dengan makna sebesar itu pada mereka, tetapi sedikit-demi sedikit luhan dan d.o sudah bisa membuat baekhyun nyaman bahkan sesekali namja bermarga byun itu mulai tertawa lepas dengan gurauan luhan dan tanggapan sinis tapi konyol dari d.o, perlahan sikap asli seorang byun baekhyun terlihat.
…
Memasuki tahun keduanya di soengguk shs, baekhyun mulai terihat akrab dengan luhan dan d.o walau kebisaannya menyendiri masih terlihat, bahkan kegiatannya untuk menghindari area kantin dan keramaian lainnya masih di lakukannya.
Pernah satu kali luhan mengajaknya untuk makan siang di kantin sekolah mewah mereka, namun alasan aneh yang keluar dari bibir mungil itu membuat luhan tak mau mengajaknya lagi, terlebih baekhyun bukan tipe orang yang gampang di ajak berdebat. "entahlah, aku hanya tak bersahabat dengan benda-benda mahal yang mengeilingiku" itulah sebait kalimat yang keluar dari bibr tipis baekhyun sambil memiih berjalan menuju perpustakaan sekolah meninggalkan luhan yang terlihat kebingungan mencerna apa maksud dari kalimat itu.
oh, ayolah.. kantin sekolah mereka memang mewah tetapi itu bukan berarti setiap porseling dengan guci yang berlapisi berlian berseberan di tempat itu, mungkin maksud baekhyun jika kursi-kursi besi itu sepadan dengan butiran mutiara-mutiara laut yang di tata sedemikian rupa hingga membentuk kursi dan meja makan kantin, setidaknnya itu yang ada di otak jenius luhan untuk mendiskripsikan makna dari jawaban random tuan byun. Dan itu sudah cukup untuk memberikan alasan luhan untuk tak mengajak baekhyun-untuk kedua kalinya-ke kantin sekolah, terlebih luhan merasa mual setelah percakapan singkat itu. ia sibuk memikirkan semua harga perabotan kantin sekolah mereka dan berdampak pada penyakit lambungnya yang mendadak kambuh, mungkin karena otaknya bekerja keras untuk mengsingkronkan kalimat barekhyun dan benda-benda yang ada di kantin mereka dan itu berhasil membuat asam lambungnya meningat.
Tapi Jika saja luhan mengganti kata 'meja dan kursi' menjadi 'siswa' mungkin ia bisa mengerti apa yang sebenarnya di hindari oleh baekhyun.
Dan di hari yang sama dengan pengajakan di kantin itu lah semua bermula, baekhyun yang pada dasarya hanya menanamkan bagaimana cara mempetahankan beasiswanya serta bagaimana cara mendapatkan uang untuk melunasi sisa hutang kedua mendiang orag tuanya dan menebus rumah mereka dari rentenir yang sekarang masih menanti baekhyun untuk bekerja di club malamnya jika-jika baekhyun tidak mampu lagi mengirimkan sisa hutangnya setiap bulan dan percayalah baekhyun lebih memilih menancapkan pisau di paru-parunya jika itu terjadi.
Hari itu, Lebih tepatnya 6 bulan yang lalu, saat dimana otak polosnya yang hanya memikirkan semua hal yang berubungan dengan hutang dan kerja paruh waktu, kini mulai sedikit terusik dengan kehadiran sosok lain di setiap harinya di soengguk SHS.
Kebiasaan nya tertidur di sudut ruangan perpustakaan sekolah membawanya bertemu dengan sosok jangkung yang tengah mencari beberapa referensi untuk tugasnya walau sebenarnya tujuan utama dari pemuda jangkung itu menginjakan kaki untuk pertama kalinya di perpustakaan sekolah mereka adalah karena menghindari berebagai pertanyaan mengusik dari siswa sisiwi yang sengaja mendekatinya dan berusaha merebut perhatian darinya. Sebut saja ia sang kasanova sekolah.
laki-laki dengan tinggi tak wajar, mata bulat yang teihat lucu namun tegas di saat yang bersamaan, badan tegap dengan otot legan yang terihat agak membentuk melengkapi kesempurnaan sosoknya dan jangan lupakan pahatan wajah yang hampir sempurna itu, wajah yang mungkin membuat sang dewa zeus mengutuk semua malaikat di kayangan yang menciptakan sosok itu dalam kesempuraan yang menyainginya, mungkin tersengar berlebihan tapi itulah seorang park chanyeol.
Lahir dari keluarga yang berada dan hampir menguasai setengah kota seoul merupakan beban tersendiri bagi namja jangkung bermarga park itu, dari kecil ia telah di didik bagaiaman cara bersikap layaknya golongan berada. Hingga melahirkan sosoknya dalam ketegasan berprinsip, tenang dengan tatapan datar yang menguarkan aura yang mengintimidasi, berhati-hati dalam bertindak dan tenang dalam bersikap, itulah yang membuat banyak kaum hawa yang rela bertekuk lutut di hadapannya, sosok yang pantas di agung-agungkan. Namun dengan kekayaan dan pembawaan yang seperti itu jugalah yang membuatnya sulit untuk mencari seseorang yang benar mencintainya dalam artian yang sesungguhnya, bukan hanya karena tergiila-gila akan harta dan pesonanya semata.
Tapi semua sikap dan prinsip yang di bangunnya sejak lahir itu untuk sementara hilang tak tersisa, jantung yang biasanya berdenyut tenang memompa darah nya keseluruh tubuh kini menggila seolah melakukan marathon untuk mengalirkan cairan pekat berwana merah itu keseluruh tubuhnya , hanya karena obsidian bening chanyeol menangkap sosok mungil yang tertidur bersandar pada lemari buku yang kosong dimana kepala dengan rambut yang terlihat halus dengan warna agak keunguan dan poni menutupi kening itu tertidur di tempat buku seharusnya di letakan, dengan bibir merah yang mengerucut imut membuat perhatian seorang park chanyeol teralihkan dari buku yang hendak di ambilnya.
Mata tajam dengan obsidian kembar bening miliknya menatap datar pada sosok mungil yang masih sibuk menjelajahi ruang mimpinya, membiarkan chanyeol untuk menikmati setiap lekuk wajah damainya yang memang menghadap langsung pada chanyeol berdiri.
INDAH…
Hanya kata itulah yang mampu menyeruak keluar dari otak ber IQ tinggi namja dengan marga park yang masih betah berdiri di sana, entah suadah berapa menit ia mengamati sosok baekhyun dalam diam hingga bunyi alarm handphone yang memang terletak di samping kepala baekhyun mengeluarkan bunyi nyaring dan membuat kedua pria dengan tinggi badan yang kontras itu tersadar.
chanyeol sadar dari keterpesonaanya dan baekhyun sadar dari tidur kurang nyamannya.
Baekhyun tersentak kagget hingga mengangkat kepalanya reflex dan beberapa detik selanjutnya membuatnya meringis pelan karena kepalanya menghantam pembatas rak buku bagian atas, di mana baekhyun memang sengaja memilih rak buku yang mempunyai pembatas di atasnya sehingga lebih mirip kotak segi empat jika di lihat dari depan itu, agar ketika baekhyun terbangun dan kepalanya membentur pembatas atas rak buku tersebut dapat membuatnya tersadar seratus persen dari trans alam bawah sadarnya.
Setelah itu ia berlari keluar perpustakaan menuju atap sekolah untuk melanjutakan rutinitasnya di sekolah ini, meninggalkan sosok yang menatapnya dengan senyum menawan yang tercetak dibibir penuh seorang namja jangkung yang juga berada di perpustakaan.
Sambil bergumam pelan chanyeol meninggalkan ruang perustakaan yang mungkin akan menjadikan tempat chanyeol rutin kunjungi setelah ini.
"cantik, tapi ceroboh. Siapa namja itu..?"
….
Hari itu musim semi, dimana bunga-bunga cerry blossom yang tumbuh di pinggiran jalan kota seoul menjatuhkan kelopak-kelopak pink nya, sejenak baekhyun berhenti dari langkah kakinya yang mengayun cepat menuju pusat perbelanjaan yang menjadi tempatnya bekerja selanjutnya hingga tengah malam nanti, lampu-lampu yang menghiasi bunga khas Negara jepang itu tampak cantik, dan entah sudah keberapa kalinya baekhyun melewati jalan ini namun baru kali ini ia memperhatikannya dengan jelas, termangu dengan nafas yang teratur dan mata sipit ber iris coklat yang indah menjadikannya tampak becahaya di terpa lampu-lampu hias dari sakura yang lumayan tinggi itu.
Bunga yang melambangkan kecantikan dengan warna nya dan kekokohan batang yang menopang kelopak-kelopak indah itu, ibunya pernah berharp dalam katanya, jika baekhyun harus tumbuh layaknya sakura, berdiri dengan kokoh dan mempunyai paras yang menawan dan di kagumi banyak orang karena pesonanya. Tapi sejauh nalar baekhyun menerka, ia telah jauh meleset dari harpan ibunya.
kokoh..? baekhyun hanya bersembunyi di balik topeng untuk membuat dirinya terlihat koko, berlapis baja namun berisi cairan. Pesona..? baekhyun harus berpikir ratusan kali untuk menerka dari segi mana setiap inci tubuhnya dapat mempesona orang lain. Mengabikan fakta bahwa di saat yang bersamaan ia tak menyadari, di balik otaknya yang bekerja untuk mencari defenisi dan makna filosofi dari sang sakura yang seperti ibunya ceritakan. Seseorang dengan obsidian tegas telah jatuh untuk kedua kalinya pada pesona baekhyun, bahkan mengalahkan puluhan sakura yang berdiri kokoh di samping baekhyun.
Obsidian tajam itu tetap mengamati dengan tenang pada sosok mungil yang masih berdiri dengan kepala kecil yang di dongakkan untuk mengamati sakura yang memang tumbuh lebih tinggi. Di balik kursi kemudi mobil lamborghininya, chanyeol dapat melihat dengan jelas bahkan beberapa helaian rambut halus pemudah yang masih betah mengamati sakura tanpa memperduikan sekelilingnya itu di terpa angin malam, menyaksikan paras- yang menurut chanyeol- indah itu, hanya untuk menemukan kembali fakata bahwa pria mungil dengan marga byun sekali lagi telah menjerat sang primadona sekolah dalam kukuhan daya tariknya yang memang terpancar jelas jika orang-orang di sekelilingnya membuka mata mereka untuk melihat lebih dekat pada sosok byun bekhyun.
Hingga klakson mobil di tengah jalan menyadarkan baekhyun dari lamunan singkatnya yang menghasilkan sedikit lelehan air mata yang membelah pipih putihnya Yang berisi. Dengan mengelap liquid bening itu secara tergesah baekhyun kembali berlari untuk melanjutkan perjalannya menuju tempat bekerjanya yang selanjutnya walaupun ia tau mungkin ia akan mendapatkan hukuman untuk beberapa menit keterlambatannya itu. Kembali meninggalkan seseorang yang termangu akan parasnya seperti kejadian di perpustakaan beberapa hari yang lalu.
Didikan keluarga dengan kelas tinggi dan glamor tak cukup untuk memberikan alasan pada tindakan sosok pemuda dengan tinggi di atas rata-rata ini, keluarga kelas atasnya tidak pernah mengajarkan tentang cara menguntit atau mengikuti seseorang yang sedang berlari melalui mobil yang di bawanya perlahan tepat di belakang sosok pemuda manis nan canntik itu. Hingga kaki panjangnya menginjak rem tepat die pan sebuah pusat perbelanjaan yang besar.
"apa dia ingin membeli kebutuhannya..?" otak cerdas chanyeol Nampak sedang bekerja mencerna makna kalimat yang ia monologkan. "tapi seseorang yang akan membeli kebutuhan tidak harus berlari tergesah seperti tadi kan.?, bahkan ia beberapa kali hampir terjatuh."
Untuk mengobati rasa penasaran yang memang di miiki oleh mereka yang ber IQ di atas rata-rata, chanyeol melajukan mobil Lamborghini merahnya memasuki kawasan parkir bawah tanah pusat perbelanaan tersebut, dan seketika rasa penasarannya terjawab, bahkan ia tidak memerlukan waktu yang lama dan hipotesis yang memaksa banyak saraf otaknya untuk bekerja keras menerka apa yang di lakukan pria denga jari lentik yang sedang menekan tombol portal parkiran yang ada di depannya.
" jadi dia bekerja sebagai tukang portal parkiran..?" dan jawabannya melontar begitu sajah dari bibir tebal chanyeol. Entahlah, dia sedikit merasa aneh dengan seseorang yang bekerja sebagai penjaga portal parkiran dan mampu bersekolah di sekolah elit seperti soengguk SHS.
Chanyeol memutar stir kemudinya dan keluar dari area parkiran yang memang ia belum masuk terlalu dalam sehingga mudah untuk memutar keluar tanpa mengganggu pengunjung lain.
"byun baekhyun " senyum manis tercetak jelas di wajah tampannya. Seolah orang kaya yang menemukan mainan yang lebih mahal dari mutiara hitam samudra atlantik atau jet pribadi sekaipun, dan bahkan dari senyum manis itu semua benda yang di inginkannya tidak sebanding dengan byun baekhyun Yang telah menarik perhatian berharga dari seorang park hanyeol. bahkan lirikan matanya sajah mampu membuat gadis-gadis konglomerat menjerit tertahan dengan wajah memerah.
Byun baekhyun yang beruntung. Mungkin..?
.
.
.
.
.
Tbc
Hai..hai…! *nabur paku.
Apa iniiiii…..? abstrud bangat kan..? haha..
Ane bawa two shoot nih dari chanbaek. *nyium chanbaek atu-atu
Mungkin belum pada ngerti alur ceritanya gimana, oke biar aku jelasin dikit ya..
Ini cerita flash back yang untuk chap ini nyeritain perjalanan hidup baekhyun dan awal pertemuan chanbek. *tambah nggak ngerti..
Dan untuk lebih jelasnya nanti baca aja di cahp 2 sekaigus chap finalnya.
Buuuttt, aku bakal update final chapnya tergantung respon readernim semua.
Jadi, repiiuuu juseo…. *puppy eye