AROMA

Disclaimer: Ishida Sui

Warning: Semi-Canon, Kemungkinan OOC, Typo(s), Shounen-Ai

.

.

.

Part 01

04.00 pm ...

Bagi Tsukiyama Shuu, Kaneki Ken itu bagaikan sebuah euforia yang membuat ia nyaris menggila— atau sudah dipastikan 'gila'.

Pemuda eksentrik yang sangat menyukai aroma Kaneki ini telah menjadikan saputangan putih yang pernah ia pakai untuk menutupi luka gores di jari telunjuk kiri sang target sebagai benda miliknya yang paling berharga. Ia bahkan menaruh saputangan tersebut ke dalam sebuah kantung plastik transparan demi menjaga agar aroma darah Kaneki tetap tersimpan dalam keadaan baik.

Dan selama misi penyusupannya ke Aogiri demi memperoleh informasi mengenai Kaneki-kun tersayang, Tsukiyama berhasil mendapatkan rekaman kamera CCTV Cochlea untuk ia tonton bersama-sama dengan Banjou-san dan juga Little Hinami.

Tubuh Tsukiyama bahkan sampai bergetar menahan hasrat yang semakin menggebu saat ia menyaksikan scene pertarungan Kaneki dalam tahap kakuja melawan Special Class Ghoul Investigator bernama Shinohara Yukinori.

Pemuda itu menyerukan kata "EXCELLENT!" ketika sampai pada scene di mana Kaneki melengkungkan tubuhnya ke belakang setelah mengeluarkan kagune centipede miliknya di hadapan Shinohara yang membelalak horror akan berapa banyak kakuhou yang sesungguhnya dimiliki oleh Setengah Kakuja yang tengah dihadapi.

Tak lama kemudian, kata "AMAZING!" menggelegar lantang diiringi senyum Tsukiyama yang tersungging lebar layaknya Joker, disertai kedua bola mata miliknya yang membelalak penuh semangat seperti hendak melompat keluar meninggalkan rongga mata— membuat Banjou yang duduk di samping kanan Tsukiyama menatap sebal, sedangkan Hinami yang duduk di samping kiri hanya bisa menyunggingkan seulas senyum canggung.

Lama-kelamaan, Tsukiyama tidak tahan lagi untuk menumpahkan luapan kegembiraannya. Ia pun permisi untuk pergi ke toilet sejenak.

Sesampainya di sana, pemuda itu segera menutup pintu toilet rapat-rapat, mengeluarkan saputangan bernoda darah Kaneki, membuka tutup plastik yang membungkusnya— sebelum ia menghirup dalam-dalam aroma 'manis' yang menguar dari saputangan yang masih tersimpan rapi.

"Kaneki-kun ..." Tarikan napas terdengar, diikuti hembusan napas lega sedetik kemudian. "Kaneki-kun ..." Lagi-lagi Tsukiyama menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan cepat. "Kaneki-kun yang ganas seperti itu sangat menggairahkan ... Sangat indah ... AAAAAAAND!—" Kedua bola mata Tsukiyama membulat sempurna. Kepalanya ditengadahkan ke atas langit-langit toilet. "—TERLIHAT SEMAKIN LEZAT!"

Tarikan napas Sang Gourmet bertambah hebat.

SNIIIFF! Haaa~

"KANIBALISME!"

SNIIIFF! Haaa~

"KAKUJA!"

SNIIIFF! Haaa~

"KAU HANYA MEMBUAT CITA RASAMU SEMAKIN KAYA, KANEKI-KUN!"

SNIIIFF! Haaa~

"AROMA YANG MANIS!"

SNIIIFF! Haaa~

"KANEKI-KUN!"

SNIIIFF! Haaa~

"KANEKI-KUN!" Tubuh Tsukiyama menggelinjang senang sampai akhirnya ia terduduk dramatis di atas closet yang terbuka.

"Mine ..."

Itulah perkataan terakhir Tsukiyama sambil menghembuskan napas pelampiasan— membuat kantung plastik berisi saputangan dalam genggaman menggembung secara perlahan-lahan.

"Sudah kuduga, dia itu memang Si Mesum aneh," gumam Banjou yang semenjak tadi mendengar lengkingan suara histeris yang berasal dari dalam toilet.

"Tsukiyama-san benar-benar sangat menyukai Onii-chan, ya," gumam Hinami yang terlihat senang.

Mendengar perkataan gadis kecil di dekatnya, Banjou menghela napas panjang. Pria bertubuh besar itupun membatin lirih, 'Entah mengapa, aku jadi merasa kasihan pada Kaneki.'

.

.

.

Part 02

08.00 pm, markas Aogiri ...

Seperti malam-malam sebelumnya, Kaneki akan menghabiskan waktu luang dengan kesendirian sambil menyesap aroma serta nikmatnya rasa kopi yang telah ia buat.

Namun untuk kali ini, ada sesuatu yang mengakibatkan Kaneki mengurungkan rutinitas kesehariannya. Karena di samping kanan mesin pembuat kopi yang biasa ia pakai, kini tergeletak sebuah amplop merah tanpa nama pengirim, juga setangkai bunga Olivier Odorant yang sukses membangkitkan rasa keingintahuan.

Si Pemuda Centipede kemudian meraih bunga, lalu mengeluarkan sebuah surat berhiaskan sejumlah huruf kanji elegan dari dalam amplop merah yang menguarkan aroma harum pemanja indera penciuman.

Parfum, kah?

Srak ...

.

.

.

Semenjak pertama kali melihatmu, aku tahu kalau kau istimewa setelah menghirup aroma memikat yang berasal dari tubuh berhargamu.

Aku sangat menyukai sisimu yang kuat, namun juga rapuh di saat yang bersamaan.

Kau adalah cinta pertamaku, sosok yang memiliki kerendahan hati, jimat abadiku, sekaligus cinta sejatiku.

Sudikah kau menerima perasaan ini dan menjadi kekasihku?

Jika kau menerimanya, aku akan mempersiapkan makan malam di mana kita berdua bisa berbagi perasaan romantis tanpa terganggu oleh siapapun.

"Jadi ... apa jawabanmu, Kaneki-kun?"

Kaneki terkejut saat suara penuh tekanan tiba-tiba saja berbisik lembut di belakang telinga kanannya— diikuti pelukan hangat dari belakang tubuh— selain ujung hidung milik seseorang yang kini menghirup rakus aroma pada bagian perpotongan leher serta bahu kanan miliknya.

"Tsukiyama-san, apa yang kau lakukan di tempat ini?" tanya Kaneki sambil melirik tajam ke arah Sang Gourmet yang masih menikmati aroma 'manis' sosok pemuda dalam pelukan.

"Mengantarkan surat berisi pernyataan perasaanku. Selain itu, aku juga sangat merindukanmu, Kaneki-kun," balas Tsukiyama yang memakai jubah merah Aogiri sambil mengusap pelan helaian putih Kaneki yang masih memasang sikap dingin.

'Sebenarnya, Kaneki-kun, ada alasan lain kenapa aku ada di sini. Tetapi tidak mungkin bagiku mengatakan kalau Yoshimura-shi meminta bantuanku untuk mencari informasi mengenai dirimu meskipun aku akan tetap melakukannya walaupun tanpa dia minta,' batin Tsukiyama yang semakin terbuai oleh aroma memabukkan.

'Ah~ Aroma ini ... Aroma yang membangkitkan kenangan indah ... Bumbu yang mengagumkan AH ...! AKU SANGAT INGIN MEMAKANNYA! KANEKI-KUN YANG LEBIH LEZAT! KANEKI-KUN YANG LEBIH NIKMAT! LEBIH! LEBIH! DAN LEBIH MEMBANGKITKAN SELERA!'

"Tsukiyama-san, berhentilah mengacak-acak rambutku."

CRACK!

Kaneki membunyikan jarinya, membalik tubuhnya cepat, lalu menjitak kuat kepala Tsukiyama yang anehnya malah menyunggingkan senyum senang.

"Pergilah ..." Kaneki menatap datar. "Jika mereka tahu kau menyusup ke mari, kau mungkin tidak akan bisa keluar dari sini dengan begitu mudah." Ekspresi Kaneki berubah lunak. Kedua kakinya melangkah tenang menjauhi Sang Gourmet. "Tapi—" Kaneki menghentikan langkahnya sejenak. "—mengingat siapa kau, kukira kekhawatiranku ini terlalu berlebih."

Wajah Tsukiyama bagaikan disiram embun sejuk di pagi hari. Sel-sel tubuhnya mengejang. Jantungnya berdegup kencang. Darahnya berdesir liar.

DASH!

"KANEKI-KUN ...! AKU TIDAK MENYANGKA KAU MENGKHAWATIRKANKU SEJAUH ITU!" Tsukiyama menerjang bak setan ke arah Kaneki— bermaksud memeluk kembali pemuda yang saat ini diselimuti aura suram menakutkan.

Ia tidak peduli jika Kaneki akan menendang atau memukulnya nanti. Yang terpenting sekarang adalah mendekap tubuh pemuda itu demi menghirup aroma yang disukainya SAMPAI PUAS!

.

.

.

Part 03

Keesokan paginya ...

"Hei ... menurut kalian apa yang terjadi pada Tsukiyama-san? Semalam dia pulang dengan wajah penuh lebam loh," tanya Jiro (ghoul dengan hoody nomor dua) pada kedua teman akrabnya.

"Kayaknya sih, Kaneki-kun yang menghajarnya habis-habisan," balas Ichimi (ghoul dengan hoody nomor satu) yang berjongkok di samping kanan Jiro. Sementara Sante (ghoul dengan hoody nomor tiga) yang berjongkok di samping kiri Jiro hanya mengangguk-angguk tanda setuju.

"Aku penasaran dengan jawaban Kaneki-kun atas surat Tsukiyama-san," Jiro bergumam. "Menurut kalian, Kaneki-kun menerima perasaannya atau tidak?"

Ketiga ghoul yang mengenakan masker gas itupun hanya bisa terdiam— tenggelam dalam jalan pemikiran mereka masing-masing.

Sementara itu di pihak lain ...

"Hmm, hmm ...," Tsukiyama bersenandung ringan sambil menjahit kostum tempur baru untuk Kaneki.

"Wajahmu terlihat cerah," komentar Banjou yang merasa aneh dengan tingkah laku Tsukiyama. Padahal kemarin malam kondisi pemuda eksentrik itu terlampau jauh dari kata baik. "Jadi ... kau berhasil mendapatkan jawaban apa dari Kaneki?" tanya Banjou penasaran— yang hanya dibalas oleh sepenggal kalimat ambigu dari mulut Sang Gourmet.

"Katanya, aku melakukannya terlalu kasar."

Dahi Banjou mengernyit dalam. Rasanya kalimat yang ditanyakan dengan jawaban yang terlontar tidak cocok sama sekali.

"Seharusnya, aku lebih belajar menahan diri lagi." Tsukiyama menghentikan kegiatan menjahitnya. Ia pun tersenyum, lalu melanjutkan perkataannya kembali. "Bahkan sampai detik ini, aku masih bisa merasakan aroma Kaneki-kun yang melayang-layang di udara. Aroma yang menciptakan harmonisasi cantik, membuat sosok Kaneki-kun tampak seperti EL DORADO!" Tsukiyama membentangkan kedua tangannya lebar-lebar laksana sepasang sayap yang berkibar elegan.

Sementara Banjou ...

"Me—Memangnya apa yang terjadi di antara kalian semalam?" Pria besar itu semakin tidak mengerti.

Tsukiyama merapikan sedikit rambutnya. "Sayang sekali, Monsieur Banjou. Pria yang belum dewasa sepertimu tidak akan mengerti dengan apa yang kumaksud." Tsukiyama memberikan tawa mengejek.

"Kau— AKU INI JAUH LEBIH DEWASA DARIPADAMU, IDIOT!" seru Banjou yang seakan terjatuh ke dalam pusaran unik bernama déjà vu.

.

.

.

Markas Aogiri ...

"Hei, Tatara-san. Apa kau tidak merasa kalau hari ini gaya jalan Kaneki-kun terlihat sedikit aneh?" tanya Eto sambil mengayun pelan kedua kakinya tanpa melepas pandangan dari sosok Kaneki yang kini berjalan bersama Ayato.

Ghoul berambut putih dan beriris merah itupun ikut melihat ke arah figur yang dimaksud. Ia lalu bergumam singkat, "Kau benar."

.

.

.

OWARI

A/N: Fic ini terinspirasi dari Tokyo Ghoul 2 episode 7, di mana aku bisa lagi melihat mode kumat Tsukiyama dengan saputangan yang gak tau kenapa bikin ngakak X'DDD

Dan untuk bagian Tsukiyama yang menonton adegan pertarungan Kaneki di Cochlea, itu terinspirasi dari ending episode 6 X)

Makasih banyak yang sudah mau membaca fic amatir ini sampai akhir. Gomen atas segala kekurangannya.

Jaa Ne ...