HEART

PAIRING : NARUGA

NARUTO © MASASHI KISHIMOTO

.

.

.

.

Udara dingin menghembus sedikit lebih hebat pada pagi hari di negeri tandus berpasir seperti Sunagakure, karena itu banyak orang malas bangun pagi. Tapi tidak dengan lelaki yang posisinya adalah orang terpenting di negeri itu, apalagi ia adalah pemimpin di sana.

Namanya Gaara, Kazekage di Sunagakure. Pemimpin yang memiki kekuatan terhebat, berkulit putih bermata hijau. Mempesona sekaligus menakutkan.

Gaara mengusap wajahnya, kebiasaan ketika ia bagun pagi. Ia duduk cukup lama di atas tempat tidur perasaannya aneh, sempat tidak percaya ia bisa tidur dalam keadaan naked. Biasanya ia akan memakai pakaian sedikit tebal, memaklumi iklim yang ada di desanya.

Tubuh telanjangnya lengket, dengan banyak warna merah dan biru di tempat tertentu—bekas hisapan—ia tidak bodoh untuk membedakan di gigit serangga atau karena perbuatan manusia. Mulutnya pahit karena sesuatu, ketika ia memeriksanya ia tahu cairan lengket di dalam mulutnya, dan beberapa sudah mengering di sekitar bibirnya adalah cairan milik pria dewasa.

Cairan itu pastinya bukan miliknya, ini pasti milik orang lain.

"Uuuuh." Ketika ia mendengar suara laki-laki, ia sadar tidak sendiri di atas ranjang, seseorang berambut pirang menggeliat perlahan kemudian memeluk kaki Gaara.

Gaara memang lelaki dengan ekspresi nol persen, namun dihadapkan pada kejadian pagi ini membuatnya kaget setengah mati. Orang itu Gaara tahu siapa dia, seseorang yang pernah ingin di bunuhnya. Seseorang yang mengajar arti teman dan cinta padanya, orang yang menariknya dari lubang hitam bernama kesepian dan kesendirian.

Namanya Naruto Uzumaki teman satu-satunya yang pernah di anggap oleh dirinya.

"Sasuke." Si pirang berguman lagi sambil mencium kakinya, Gaara sekarang ingat bagaimana lelaki itu berakhir di kamar dan di ranjangnya.

Semua berawal saat tim dari Konoha datang, melakukan misi pemulihan nama baik, karena bagaimanapun Sasuke berubah, banyak orang yang meragukan Uchiha. Karena itu Naruto, Sasuke dan seseorang yang Gaara tidak kenal bergigi runcing ada di desanya.

Saat itu pria bertato ai di kening begitu senang karena Naruto datang ke tempatnya, sebagai teman ada banyak yang ingin di lakukan Gaara dengan lelaki itu. Tapi pernyataan Naruto mengejutkannya, ketika ia bilang ia sekarang pacaran dengan Sasuke. Entah karena apa ia tidak suka.

Dan malam itu ia mengajak mereka untuk minum sake di kedai favoritnya, dan entah sadar atau tidak saat dengan sengaja ia mengoda Naruto yang mabuk, dan akhirnya mereka berada di atas ranjang yang sama.

Ia menangkup mukanya sekarang ia tahu, ia pria jahat. Mengambil kesempatan dan merayu kekasih orang. Naruto membuka matanya perlahan ketika ia di hadapkan dengan sepasang kaki putih berbulu halus khas seorang lelaki.

Ia tersenyum dan mencium kaki indah milik yang ia kira kekasihnya, perlahan ia bangun ingin memberikan ciuman selamat pagi pada orang yang sangat ia kasihi.

"Suke-chan…" Namun ia begitu terkejut, saat ia melihat di depannya bukanlah Sasuke yang selama ini jadi kekasihnya. "Gaara." Ucapnya ragu-ragu, kemudian ia berubah panik. Apalagi ia sekarang menyadari mereka sama-sama naked dan berada di ranjang yang sama.

Itu artinya ia telah menghianati pacarnya, wajahnya berubah horor 'bagaimana ini?' Pikiranya kacau.

"Naruto." Panggil Gaara saat melihat pria itu panik sendiri, Naruto kemudian memandang lekat-lekat pada Gaara membuat pria itu tersentak lalu merona sendiri.

"Gaara, dengar. Jangan katakan apapun pada Sasuke. Ini tidak nyata, kita berdua hanya sedang mabuk" Tiba-tiba hatinya sakit, ia masih diam di ranjang, matanya memandang nanar pada Naruto yang buru-buru berpakaian. Bagi Naruto memang bukan apa-apa, tapi baginya ini adalah hal terindah dalam hidupnya.

Mungkin hanya ia akan menyimpan kenangan ini sendiri, sampai ia mati.

Setelah mandi dan memakai jubahnya kembali, Gaara berniat pergi ke kantor seperti biasanya, namun perjalanannya terhenti ketika melihat Naruto bersama Sasuke. Sepertinya ia dimarahi karena semalaman tidak pulang, sedangkan Naruto hanya tertawa tidak jelas membuat Sasuke memukul pria itu.

Gaara iri, ia juga ingin di posisi lelaki itu. Memarahi pria itu bila ceroboh, mengingatkannya bila ia melupakan sesuatu, menjaga kondisi pria itu dan banyak hal lain yang ingin ia lakukan.

Tapi semua itu adalah angan bodohnya, semuanya tidak nyata. Bagi Naruto Sasuke adalah segalanya, sedangkan dirinya hanya teman jauh yang mungkin tidak akan ia ingat walaupun semalam mereka memadu kasih.

Ia menyentuh dadanya, sakit. Padahal cuma Naruto yang boleh berteman dengannya, cuma Naruto yang ia ingat ketika sekarat, Cuma pria itu yang diperbolehkan menyentuh tubuhnya.

"Kazekage-sama." Sasuke menyapa lelaki itu, membuat Naruto dan Gaara kaget. Naruto memandang Gaara lama, sepertinya pria itu takut Gaara akan memberitahu perihal semalam bersama Sasuke.

"Jadi misi kita bertiga sudah siap?" Pria berambut merah itu mengangguk "Terimakasih semalam, kau yang mengurus Naruto, kan?" Gaara ingin menjawab, tapi si pirang mendahuluinya. "Suke-chan, aku semalam tidak bersama Gaara." Ada nada kepanikan disitu, Gaara tidak mengerti kenapa Naruto harus berbohong.

"Kata Suigetsu, Gaara yang membawamu pulang waktu mabuk semalam." Kali ini Naruto semakin panik ia mengerakkan kedua tangannya dengan cepat. "Tidak…! Tidak…! Saat bangun tadi pagi aku terkapar di jalan."

Gaara memandang pria itu sendu, sebegitukah ia tidak ingin Sasuke tahu. Ia bahkan tidak ingin mengakui bahwa bersamanya semalam walau hanya sebatas sahabat.

Bukh…!

"Baka! Makanya kalau belum kuat minum, jangan coba-coba." Naruto cengengesan sambil mengelus kepalanya yang di pukul. Gaara kembali mencengkeram dadanya, rasa sakit ini sama ketika ia masih kecil dan di pandang benci penuh ketakutan oleh orang-orang desa.

Kata Yashamaru hanya ada satu obat untuk bisa menyembuhkan luka hati, ia juga bilang kalau itu adalah obat yang merepotkan karena hanya bisa di dapatkan dari orang lain.

Katanya obat luka hati adalah… rasa cinta, tapi ketika ia mendapatkannya kenapa luka hati itu tetap ada.

Gaara duduk termenung, beberapa berkas laporan ia biarkan terbengkalai di atas meja kerjanya. Pikirannya kacau memikirkan lelaki pirang yang masih jelas ia ingat ketika mengukir kenangan di tubuhnya.

Ia mengusap leher, di sini ada bekas bibir dan gigi laki-laki itu. Tapi mungkin Naruto tidak ingat. Tadi ketika lelaki itu berdiri di hadapannya memandangnya pun tidak, Naruto malah menggenggam tangan Uchiha itu, seakan ia sedang mempertegas bahwa ia hanya mencintai Sasuke saja, dan dirinya bukan apa-apa bagi pria itu.

Hatinya kembali terluka.

"Gaara." Ia tersentak mendengar panggilan itu, "Oh… Kankuro, ada apa?" Ia kembali membuka laporan dengan tidak berminat.

"Apa kau sakit? Kau kelihatan pucat." Gaara memandang kakaknya yang memandang dirinya cemas. Ia bahkan membuat orang lain cemas. "Aku baik-baik saja." Jawabnya kalem.

"Jangan terlalu di paksa, istirahatlah kalau memang membutuhkannya." Gaara berdiri, kemudian keluar dari ruangan, Kankuro memandang khawatir adik satu-satunya. Tidak biasanya lelaki jarang ekspresi itu bersikap seperti hari ini.

.

Gaara berjalan pelan kadang-kadang ia menutupi mukanya dari pasir yang di terbangkan angin, siang hari angin sedikit kencang di negeri berpasir ini. Tubuhnya entah kenapa terasa sangat lemah.

"Lho Gaara! kau di sini?" Lelaki berambut merah itu langsung mengirim tatapan tajam pada seseorang yang secara kurang ajar memanggil namanya. Namun lelaki yang ada di hadapannya sama sekali tidak terpengaruh.

Ia mendekat dan melingkarkan tangannya di bahu Gaara, tanpa sopan santun. Gaara tentu tidak suka dengan kelakuan lelaki ini, ia tidak pernah tahu kalau Sasuke punya teman sekurang ajar seperti pria ini.

"Misi yang kau berikan terlalu mudah, hanya membantu seorang nenek buta mengambil kayu," ia mendekat tanpa tahu malu, membuat Gaara memundurkan kepalanya karena Suigetsu terlalu dekat. "Itu sama saja kau menjatuhkan harga diriku."

Gaara mendorong pria ini kemudian, "Kalau memang ingin lebih dekat dengan warga desa, misi ini sangat cocok."

"Well… well!" Ia terkekeh sendiri, Gaara semakin tidak suka. "Kau terlalu serius kawan, sangat membosankan."

"Kau bukan temanku." Katanya kejam, namun Suigetsu sama sekali tidak tersinggung. Mungkin karena terbiasa dengan sifat Sasuke, ia kembali merangkul Gaara. "Kau temannya Naruto, kan? kalau begitu temanku juga. Bagaimana kalau kita minum dan bersenang-senang seperti semalam?" katanya menawarkan.

Gaara tidak mengindahkannya, ia kembali melanjutkan perjalanan . lelaki itu hanya ingin menenangkan pikiran dan tidur di kamarnya.

"Ayolah kawan. Jangan sombong begitu." Rayu Suigetsu lagi dengan senyum yang memuakkan. Namun Gaara tiba-tiba merasakan pening yang luar biasa, membuatnya oleng hampir jatuh dengan sigap Sui menompangnya.

"Kau sakit ya?" Gaara tidak menjawab, tidak biasanya ia lemah seperti ini.

"Apa yang kau lakukan Suigetsu?" Gaara yang masih berada dalam pelukan Suigetsu berusaha melihat ke arah suara yang sedikit ia kenal. Naruto dan Sasuke, apa misi mereka selesai juga?

"Hei, Gaara kenapa?" bolehkah pria itu berharap kalau si pirang khawatir padanya. "Sepertinya ia sakit." Naruto kemudian buru-buru mengambil alih tubuh Gaara, pria bertato di kening itu merasa bahagia karena Naruto ternyata peduli padanya, perhatian.

"Kalau begitu biar ku bawa ia pulang." Gaara hampir melingkarkan tangannya di leher pria itu, tapi…

"Naruto, misi kita belum selesai." Sasuke memandang tajam kekasihnya yang memeluk tubuh orang lain. Naruto menghela nafas, benar hampir ia lupakan misinya. Karena terlalu khawatir keadaan Gaara.

"Tak pa, biar aku yang mengantarnya pulang lagian misiku sudah selesai." Naruto pasrah dan menyerahkan Gaara kembali pada Suigetsu. Gaara kecewa, wajahnya benar-benar menunjukan hal itu. Tanpa ia sadari Suigetsu memperhatikan raut wajahnya, kemudian ia menyadari sesuatu.

Ketika sudah sampai di kediaman Gaara. Suigetsu memaksa untuk terus membopongnya ke kamar, namun ditolak secara tegas oleh Gaara.

"Kau suka Naruto, ya?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Gaara kaget, namun tentu saja ia tidak akan menjawabnya.

"Khe…khe… apa menariknya sih si pirang itu?" Sui terkekeh meremehkan, Gaara kembali tidak menjawab. Ia berharap lelaki ini segera pergi dari rumahnya, dan ia bisa istirahat. Namun Suigetsu bukan lah lelaki peka.

"Tapi kau kasihan… bertepuk sebelah tangan" Lelaki itu berbisik di kupingnya, membuat Gaara ingin menghancurkan wajah brengseknya yang terkekeh semakin keras.

"Kau sangat manis, Gaara." Gaara mengeram, ingin rasanya menggunakan pasirnya dan membungkam mulut pria itu. "Panggil aku Kazekage, berengsek!"

Suigetsu terkekeh lebih keras. " Tapi aku suka memanggilmu… Gaara."

SABAKUKYU!

Ia sudah terlalu lama untuk menahan amarahnya, lelaki itu kembali terkekeh setelah sebelumnya terkejut karena pasir itu meremukkan tubuhnya. Untungnya ia adalah ninja berelemen air sehingga tubuhnya tidak hancur karena berubah menjadi air.

"Wow! Kau benar-benar menarik… Gaara-chan!" Kemudian ia menghilang sebelum benar-benar remuk karena lelaki itu sudah murka.

Di tengah dera pusing yang tidak pernah dialami seumur hidupnya, kepalanya kembali pecah. Apalagi mengetahui orang yang berada di depan kediamannya.

"Kau tak apa-apa?" Suara pria itu bergema di kepalanya, kalau diibaratkan kehausan maka suara itu bagai air yang mengalir di mulutnya yang kering. Gaara tahu mungkin ini berlebihan, tapi kehadiran orang itu benar-benar ia harapkan.

"Pusing." Entah kenapa pria itu merasa kalau suaranya seperti di sengaja di buat lemah, agar Naruto lebih memperhatikannya. Ia sadar ia kembali memanfaatkan keadaan, tapi bolehkah ia bermanja sedetik saja bersama pria ini. Naruto mendekat, memegang bahu Gaara.

"Parah? Kau pucat, Gaara." Cemas, Gaara suka nada cemas keluar dari mulut Naruto, tapi kesenangan itu hanya bertahan sesaat. Ia berubah tidak suka dengan seseorang muncul di balik punggung Naruto.

Sasuke memandang Gaara dalam diam, wajahnya menampakkan ketidak sukaan. "Kalau memang Kazekage sakit, kita jangan menganggunya. Biarkan ia istirahat." Naruto tersentak sendiri, lalu ia menggaruk tengkuknya.

"Maaf, Gaara. Aku malah menganggumu…" Naruto merasa bersalah. "Kalau begitu, istirahatlah. Kami akan pulang." Pria berambut merah itu ingin menahan Naruto, dan menyuruh Sasuke pergi. Tapi mulutnya hanya diam melihat mereka hilang dari hadapannya.

Ia terhuyung, dadanya kembali sakit. Ia memukul bagian itu, sakit ini benar-benar sama ketika ia masih bocah.

"Naruto." Panggilnya lirih merasa lemah sendiri. Pandangannya buram sebelum semuanya menghilang samar-samar ia mendengar suara Naruto mencemaskannya.

Ia tidak pernah sesakit ini, hati dan tubuhnya benar-benar sakit… sakit sekali.

Entah berapa lama ia tertidur, Gaara tidak ingat. Tapi saat ia bangun Temari baru saja menganti kompresnya, mungkin ia benar-benar sakit. Perempuan itu mendekat lalu menaruh telapak tangan di kening adiknya.

"Syukurlah, demammu sudah turun." Gaara diam, kakaknya menghela nafas. "Hari ini tidak usah kerja, sudah kusuruh Kankuro untuk menggantikanmu."

Gaara kembali diam, ia memang tidak berniat ke kantor. Untunglah Kankuro bisa diandalkan. Ia memejamkan kembali matanya.

"Kalau sakit kenapa tidak bilang sama nee-san. Untung ada Naruto kemarin malam, kalau tidak mungkin selamanya aku akan merasa bersalah." Mendengar nama pria itu disebut, Gaara buru-buru membuka matanya.

"Naruto?" Tanya Gaara. "Ya, dia menjagamu sepanjang malam." Pelan senyum si pemilik tato di kening itu samar-samar terlihat, jadi semalam ia tidak mimpi, Narutolah yang ada disampingnya. Menjaganya.

"Oya, ada Sasuke juga lho." Senyumnya menghilang, digantikan raut wajah datar seperti biasa. Kenapa harus ada lelaki itu? Kenapa tidak naruto saja. Ia benci harus mengetahui itu, kenapa nee-sannya memberitahu hal itu, padahal ia sudah sangat gembira untuk sesaat tadi.

"Kalau sudah tidak perlu! Keluar sana." Kata-katanya dingin, membuat Temari heran, bukan kah sudah lama adiknya tidak mengucapkan kata-kata sedingin ini lagi. Apa yang terjadi? Apakah ada sesuatu? Namun Temari tidak berniat bertanya, kemudian ia permisi dan keluar.

Lelaki itu menulis lagi, ini adalah misi yang 13 kali untuk tiga orang didepannya. Bukan misi tingkat C atau A untuk mereka, ini hanya misi D untuk mengakrabkan Sasuke dengan orang-orang desa.

Naruto dan Sasuke tidak protes banyak, mungkin mereka mengerti situasinya, berbeda dengan mahluk satu lagi yang mengomel tidak jelas di samping mereka. Membuat Gaara ingin membungkam mulut lelaki itu.

Apalagi sekali-kali pria itu menggodanya, benar-benar membuat ia murka.

"Wajahmu jadi mengemaskan, Gaa-Chan!" Ia semakin kurang ajar.

"Hentikan tingkahmu Suigetsu! Sopanlah sedikit." Hardik si pirang yang sudah jengah.

"Lo, masalah buatmu? Kau cemburu?" Sasuke yang ada di samping Naruto melirik tajam pada kekasihnya.

"Hentikan!" Kata Gaara berwibawa, menghentikan pertengkaran yang membuat ia bisa jadi pembunuh sekali lagi. "Baiklah, misi kalian selanjutnya."

"Oei! Tunggu… tunggu Gaara. Kita kan baru pulang misi." Ucap Naruto panik, setidaknya temannya yang berambut merah itu bisa kasih waktu buat mereka istirahat. "Tidak apa Naru, semakin cepat kita menyelesaikan misi. Semakin cepat kita pulang."

Gaara jengah memandang pasangan di depannya, apalagi melihat si pirang itu pasti mengalah dan mendengarkan Sasuke dengan pasrah.

Mungkin ia licik, mungkin juga ia memanfaatkan kedudukannya. Sekali lagi ia merasa dirinya jahat ketika dengan sengaja memisahkan Naruto dan Sasuke tidak dalam satu misi.

Ia menugaskan Sasuke dan Suigetsu membantu tim pembasmi pemberontak di timur Sunagakure, yang akhir-akhir ini menyusahkan rakyat. Sedangkan untuk Naruto, Gaara berbohong dengan bilang membantu para Anbu, nyatanya Gaara hanya memberi misi yang biasa.

Ia berharap Sasuke mati saja!

Ini seperti cerita dalam injil yang sering ia baca, raja daud yang memisahkan pasangan suami istri untuk mendapatkan istrinya. Ia tidak pernah tahu akan mengalami kisah seperti itu.

Naruto memandang tajam ke arah temannya tersebut, ia marah tentu saja. Ia tidak mengerti kenapa Gaara bertingkah seperti itu.

"Kenapa kau lakukan ini Gaara?" Tanyanya murka, tidak tahukah kalau ia mencemaskan Sasuke, biarpun ia tahu kekasihnya sangat kuat. Tapi ia tetap mengkhawatirkan pria itu karena tidak melihat dengan matanya sendiri.

"Kita makan dulu Naruto." Gaara berdiri dari bangkunya dan menarik tangan Naruto, namun pria bermata biru itu menepis tangannya.

"Aku akan pergi membantu Sasuke!"

Gaara mengatup giginya. "CUKUP!" ia berteriak.

"Bisakah kau tidak membicarakannya, aku benci! Muak!" Ucapnya dengan wajah menampilkan kemarahan. Naruto terhenyak menyadari sesuatu. "Kau berusaha memisahkan aku dan Sasuke?" tanyanya tidak percaya, lalu ia menjadi marah dengan sikap Gaara yang tidak bersalah.

"Asal kau tahu Gaara. Aku tidak punya perasaan apapun padamu. Aku mencintai sasuke!" Perkataan tajam itu membuat Gaara tersentak, menghilangkan topeng stoic yang selalu ia pasang. Wajahnya sendu melihat Naruto menghilang dari hadapannya.

.

Gaara memijat kepalanya, ia rasa penyakit demamnya kembali kambuh, untuk sesaat ia mampir di kedai the hangat hanya untuk menenangkan pikirannya.

"Lo ada Gaara." Kepalanya semakin mumet saat ia mengenali suara menyebal itu. Kenapa ia harus bertemu dengan pria ini. Tanpa permisi Suigetsu langsung duduk disampingnya, memesan secangkir teh hangat.

Gaara segera beranjak, malas ia mendengar lelaki itu. Namun Sui segera menariknya.

"Apa misimu sudah selesai?" Tanya sang Kazekage sambil mengirim hawa yang mencengkam.

"Hanya pemberontak. Itu kecil" Ucapnya meremehkan, ia menarik kuat tubuh pemimpin desa Suna itu hingga jatuh dalam pangkuannya. Gaara mendelik kesal, ia berusaha untuk bangun namun Suigetsu menyeringai jahil ia mendekap kepala Gaara erat.

Untung kedai itu belum banyak penghuni, hanya pemilik kedai yang terkejut. Suigetsu terkekeh ketika Gaara berontak.

Di luar Naruto sedang berjalan, niatnya ingin membeli secangkir teh dan beberapa makanan untuk Sasuke yang kelelahan selepas misi. Mengerjakan misi berturut-turut tentu saja menguras tenaga, ia kasihan dengan kekasihnya.

Namun wajahnya berubah tidak suka dengan pemandangan di depan, lagian kenapa pria bergigi runcing itu bertindak tidak sesuai dengan kelasnya? Bisa-bisanya ia bercanda dengan seorang Kazekage.

Sebenarnya Naruto bukanlah orang yang peduli dengan kelas dan stratas, tapi ia tidak mau mengakui bahwa ia merasa tidak nyaman melihat Gaara bersama pria lain.

"Sebagai seorang Kazekage kau punya waktu santai-santai, Gaara?" Lelaki berambut merah segera berpaling melihat pemuda pirang itu. Namun Sui dengan cepat menyela.

"Kenapa tidak boleh, Gaara-chan orang yang paling berhak bersantai." Naruto mengirim tatapan tajam pada pria bergigi runcing itu, namun Suigetsu hanya santai saja.

"Jaga ucapanmu! Gaara bukan teman sejawatmu yang boleh kau panggil semaumu." Kata Naruto lagi, mukanya menampilkan ketidaksukaan. Sedangkan Gaara memandang pria pirang itu lama, boleh ia menyebut kalau Naruto sekarang sedang cemburu.

"Wow…! Sejak kapan kau jadi menakutkan begitu kawan?" Suigetsu terkekeh melihat kemarahan dari raut wajah pria itu.

"Kau benar-benar ingin melihatnya!" Ucapnya serius, Suigetsu memasang wajah biasa lagi. Tahu kalau Naruto tidak main-main, lucu padahal ia mempunyai kekasih tetapi masih cemburu pada lelaki lain. Memang sejak tahu Sasuke menjalin hubungan dengan lelaki ini, Sui menjadi tidak suka. Padahal ia yang lebih dahulu menyukai laki-laki berambut hitam itu, tapi si pirang itu merebut Sasuke darinya.

Sekarang… saat ia tertarik pada orang lain, Naruto juga ingin merebutnya! Menyebalkan.

Pria berambut merah yang masih di dekapan Suigetsu menyeringai sedikit, ia jadi ingin membuktikan sesuatu.

Ia menyamankan dirinya di samping Suigetsu. "Tidak masalah, Sui boleh memanggil aku apapun." Ia memancing, Suigetsu tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Naruto menggeram lalu ia dengan cepat menarik Gaara dan menyeret paksa keluar.

"Lepas!" Ucap Gaara ketika mereka sudah sampai di wilayah sepi.

"Ada apa denganmu?" Tanya Gaara sambil mengelus pergelangan tangannya.

"Aku tidak suka kau bersamanya." Ucapnya cepat, Gaara diam.

"Kenapa? Bukankah aku tidak berarti bagimu?" Suara Gaara berubah sendu, ia mungkin senang Naruto cemburu padanya, ingin pria itu mengakuinya. Tapi bukankah ada Sasuke yang mendapat porsi yang banyak di hati pria itu.

Naruto tidak menjawab, tidak biasanya ia seperti ini. Semuanya karena melihat Gaara dengan pria lain ia jadi marah. Sekarang ia tahu ia terlalu serakah. Ia mencintai Sasuke, tapi ia juga menyayangi Gaara.

"Maaf." Ucapnya kemudian, setelah itu Naruto melihat Gaara sesaat lalu pergi dari hadapan pria itu.

Yuuut!

Gaara kembali mencengkeram dadanya, ia tahu jawaban Naruto. Naruto lebih memilih Sasuke, dan memberi luka padanya.

Gaara memang sengaja datang ke penginapan tempat tinggal Naruto selama ia di desanya, karena ia tahu besok lelaki itu akan pulang. Ia beruntung karena Sasuke dan temannya yang bergigi runcing tidak ada.

"Gaara!" Jelas sekali Naruto terkejut dengan kedatangannya, Gaara tahu dengan datang tidak akan merubah apapun, ia hanya akan memperparah rasa sakit di hatinya tapi mau bagaimana lagi. Ia kangen dan mungkin ini terakhir kali ia akan bertemu laki-laki itu.

"Hai." Ucapnya agak gugup.

"Oh…hai." Naruto juga tidak kalah gugup, kemudian suasana di antara mereka menjadi sangat sepi. Gaara mungkin terbiasa karena begitulah dirinya yang tidak banyak bicara, beda dengan si pirang suasana ini membuat ia canggung dan gugup.

"Ada apa gaara?" Ia berusaha tersenyum, walaupun agak kaku. Kemudian ia ingat ia membiarkan laki-laki itu di depa pintunya dan menyuruhnya untuk masuk. "Maaf, ayo masuk."

Gaara mengangguk dan kemudian masuk dan duduk di atas lantai, naruto menyusul dan duduk di sampingnya.

"Kau besok akan pulang." Ucap Gaara tidak bertanya, karena tanpa bertanya pun ia sudah tahu.

"I-iya."

"Naruto." Gaara mendekat, matanya berair. Membuat Naruto merasa bersalah. Gaara mengulurkan telapak tangannya menyentuh pipi Naruto.

"Aku tahu kita tidak bisa bersama, tapi maukah kau menciumku untuk terakhir kalinya." Setelah mengatakan itu, Gaara perlahan menarik tengkuk Naruto secara perlahan. Naruto diam namun tubuhnya menuruti permintaan lelaki itu.

Gaara memejamkan mata ketika ia merasakan dirinya sedang menempelkan bibir ke bibir seorang pria yang telah menguasai hatinya, hatinya miris saat tidak ada sambutan dari pria itu. Ia tahu ia menginginkan ini, sedangkan Naruto tidak menghendakinya.

Ia ingin mencium lelaki ini, sekali dan untuk terakhir kalinya. Menyalurkan segala bentuk emosi cintanya, berharap semua perasaannya tersampaikan walaupun cintanya tidak berbalas.

Setelahnya, Gaara pun menjauhkan wajahnya dari Naruto.

Matanya menatap iris biru milik Naruto yang balas menatapnya, ia berusaha tersenyum yang kelihatan aneh di wajahnya. Tidak terbiasa.

Sebenarnya Gaara sedang berjuang keras untuk tidak meneteskan air mata, akan kelihatan menyedihkan seorang lelaki menangis. Lagian ia seorang Kazekage yang harga dirinya sangat tinggi. Karena di saat inilah ia harus melepaskan pria itu.

Naruto adalah milik orang lain.

"Kalian… bahagia, ya." Gaara mundur, dengan sebelah tangannya ia menutupi mulutnya yang bergetar. "Selamat tinggal…"

Namun sebelum sempat ia melarikan diri, Naruto menangkap tangannya.

"Maaf." Ujar lelaki itu, lemah. Gaara mengerti karena itu ia mengangguk.

"Maaf Gaara, aku terlalu serakah. Aku mencintai Sasuke, tapi… aku juga tidak mau kau bersama pria lain." Gaara kembali melihat iris mata biru itu, yang membuatnya selalu suka, yang selalu menenggelamkan dirinya. Jatuh sedalam-dalamnya.

Ia tidak bisa menahan dirinya, lalu ia memeluk tubuh pria itu erat dan kembali mereka bercumbu.

"Naruto!" Namun semua itu terhenti karena suara Sasuke, laki-laki berambut hitam itu memandang terluka ke arah mereka, Naruto cepat-cepat melepaskan diri ia kaget. Takut Sasuke salah paham ia mendekat untuk menjelaskan semuanya. Namun pria itu memandangnya nyalang.

"BERHENTI!" Sasuke membentak. Gaara diam ia bingun harus berbuat apa, bukan begini yang ia inginkan. Ia tidak berharap menghancurkan hubungan mereka.

"Sasuke…"

"AKU TIDAK MAU DENGAR!" Setelah itu Sasuke segera pergi, Naruto dengan cepat mengejar lelaki itu.

"Wow drama yang hebat." Suigetsu muncul entah dari mana terkekeh sambil bertepuk tangan, Gaara diam merasa bersalah.

Ia kemudian melangkah keluar tanpa peduli pada Suigetsu, yang di tinggalkan berdecak. Kemudian ia mengambil beberapa barang yang di tinggalkan oleh duo idiot itu. Ia yakin sekarang Sasuke sudah pulang ke Konoha begitu saja.

Sudah setahun berlalu sejak Naruto, Sasuke pulang ke Konoha. Ia juga tidak tahu sekarang bagaimana keadaan mereka, mungkin sekarang Naruto sudah menikah dengan Sasuke. Ia menggelengkan kepalanya, ia tidak mau memikirkan mereka. Ia sudah melupakan—berusaha melupakan—Naruto.

Namun hari ini Gaara pusing, pasalnya ia harus ke Konoha desa tetangganya itu. Ia belum sekalipun datang ke desa itu setelah pengangkatan Hokage baru—Hatake Kakahsi—tidak baik bagi desanya bila ia tidak menghargai pemimpin desa lain.

Oleh karena itu, ia dengan berat hati meninggalkan desanya bersama dua saudaranya. Alasan sebenarnya ia takut bertemu dengan Naruto, takut sakit hati atau malah ia takut jatuh cinta lagi pada pria itu. Mungkin yang lebih ia takuti adalah saat ia harus menghadapi kenyataan bahwa Naruto bukan miliknya.

"Selamat datang, Kazekage-sama" Sapa Hokage baru itu, begitu ia menginjak kantor pemimpin tertinggi di desa itu. Gaara beserta kedua saudaranya menunduk hormat.

"Selamat atas pengangkatannya, Hokage sama." Pria yang selalu bermasker itu terkekeh.

"Aku sama sekali tidak senang dengan jabatan ini." Jelas sekali nadanya terdengar malas, membuat Temari dan Kankuro tertawa pada akhirnya.

Namun mendadak muncul lelaki berambut pirang yang selalu berteriak.

"Ku bilang apa! Kau tidak pantas menjadi Hokage! Berikan saja padaku!" Lelaki dengan sifat yang tidak pernah berubah. Sedangkan Gaara berubah kaku ia tidak siap bertemu dengan pria itu sekarang.

"Hei bodoh! Jangan berisik ada tamu." Kata Kakashi mengirim tatapan malasnya. Naruto segera melihat ke sampingnya, ia berubah kaget melihat pria berambut merah yang juga melihatnya.

Raut wajahnya langsung berubah, ia membuang mukanya ke arah lain. Lagi-lagi membuat Gaara terluka.

"Kalau begitu, aku pergi." Suaranya terkesan tidak suka, jangan-jangan Naruto tidak menyukai kehadirannya. Gaara lagi-lagi harus merasakan sakit, mungkin pria itu takut Sasuke akan salah paham seperti dulu. Bagi Naruto lebih baik dirinya yang sakit daripada melukai hati Sasuke.

Pikiran ini membuat mood Gaara turun dratis. Ia menghalangi kepergian Naruto, berdiri di depannya. Namun lagi-lagi Naruto membuang mukanya.

"Kenapa? Kau tidak suka kedatanganku?" Entah kenapa pertanyaan ini yang ia lontarkan, Naruto diam. Membuat Gaara geram. Tiga orang lagi yang ada di ruangan itu memandang tidak mengerti pada dua orang di depan mereka, yang sepertinya punya dunia sendiri.

"Kalau memang tidak suka! Aku akan pergi!" Kata Gaara lagi, Naruto memandang si rambut merah tepat di matanya. Membuat Gaara terpaku dengan sorot mata itu. Lalu ia mendorong bahu Gaara dan berlalu.

Kakashi menggaruk rambutnya, sebenarnya ia bingung. "Tidak usah di pikirkan Kazekage-sama, emosinya tidak labil sejak Sasuke pergi setahun yang lalu bersama Suigetsu." Kata-kata yang di ucapkan lelaki itu membuat Gaara tersentak.

"Pergi?" Tanyanya tidak percaya. "Iya, padahal aku sudah menyuruh Naruto untuk mengejarnya, tapi anak itu bilang ia tidak akan mengejarnya lagi..." Setelah itu ia tidak mendengar perkataan lelaki itu, Gaara sudah menghilang mengejar lelaki yang tidak perna ia bisa lupakan.

Ia menemukan lelaki itu berdiri di jembatan, memandangi kantor Hokage. Dengan wajah yang Gaara tidak bisa baca.

"Naruto." Panggilnya, membuat Naruto kaget lagi. Ia membuang muka kembali. "Ngapain ke sini." Katanya tajam.

"Kalau memang kau membiarkan Sasuke pergi, kenapa tidak datang padaku?! Kenapa tak kembali padaku?!" Kata Gaara sendu ia mendekat mencengkeram baju Naruto erat, Naruto berusaha mendorong tubuh Gaara. Tapi Gaara terlalu erat memeluknya.

Naruto menyerah, ia membiarkan Gaara memeluknya. Naruto akhirnya hanya bisa mengelus tubuh ramping pria itu.

"Aku tidak pantas untuk kalian berdua." Gaara menggeleng dalam pelukannya.

"Benar kau tidak pantas!" Gaara akhirnya tidak bisa membendung air matanya. "A-aku… terlalu… baik." Katanya memuji diri sendiri tersendat-sendat. "A-a-aku—juga—terlalu tampan untukmu." Ia terus menangis, membuat Naruto tersenyum

"Aku terlalu sayang padamu! Aku cinta kamu." Dan ia semakin menenggelamkan dirinya pada tubuh kekar Naruto. Ada rasa yang begitu ingin meledak keluar dari dadanya, ia mungkin jahat karena telah senang mengetahui Sasuke meninggalkan Naruto. Senang dengan kesedihan orang lain.

Ia memang bahagia mengetahui lelaki itu bukan milik siapa-siapa.

"Aku juga menyukaimu gaara." Dan ciuman di bibir itu mengakhiri segala bentuk penderitaannya.

Tamad.

Wohoo… apa ini! Sorry ya jadi aneh… fic Narugaa sepi akhir-akhir ini, jadi sedih.

Dan untuk Sasuke #lirik Sasuke maaf ya, pinjam Naruto mu sebentar ^^

Sasuke : (deathglare)

Author : (cengengesan)

Gaara : Alah pinjam aja sebentar (girim hawa membunuh)

Sasuke : (balas ngirim)

Naruto : Aku sih terserah, siapa saja boleh! Asal adegan ranjangnya banyak. He…he… #tersenyum mesum.

Saske, gaa-chan : raikiri! Sabakukyu!

Author : (ketakutan, dan masuk lemari… tapi kemudian nonggol lagi di balik pintu.) RNR ya ^^