Story By: Rue Arclight Sawatari
Disclaimer: Kazuki Takahashi & Naohito Miyoshi
Rate: T
Genre: Romance/Drama.
Pair: Prey.
Warning: AU, Sho-Ai, typo, some mistakes EYD.
A/N: Fic lama ini~
xXx
Choco Pocky
xXx
.
.
.
"Hoi~ kerja melulu, tidak capek?"
Shun menoleh, kedua permata keemasannya mengerling, dilihatnya anak berambut biru dikuncir tengah berbaring di sofa empuk. Tangannya memegang sebatang coklat, sedikit demi sedikit digigitnya coklat itu. Di sekelilingnya berserakan sampah bekas bungkus berbagai macam snack, berantakan sekali.
"Bersihkan."
Sora mengernyit, pipinya menggembung, "Tidak mau, kau saja."
"Apa alasanmu?"
"Kau, tuan rumah di sini. Ingat? Tamu adalah Raja," sahut Sora cuek, ia memutar posisinya, membelakangi Shun.
Shun menghembuskan napas panjang, ia menaruh duel disk-nya di meja, untung pembicaraannya dengan Reiji Akaba sudah selesai. Tentang apa? Berhubungan dengan tersebarnya foto mesra Hostage di seluruh Maiami hanya karena bungsu Akaba dan bungsu Arclight kesal karena Reiji dan Shun lebih sering menghabiskan waktu untuk bekerja dibandingkan memberikan fanservice. Dasar bocah-bocah, bahkan mereka tak segan-segan menyeret Yuuya ke kamar CEO muda, hal yang sama terjadi pada Sora di apartemen Shun.
Shun tak habis pikir, bagaimana cara mereka dididik, sih? Perasaan anak-anak di XYZ Dimension saja tak sampai seperti itu.
Jadilah sekarang ia terkurung di kamar apartemennya sendiri dengan Sora di kamarnya. Shun yakin, sudah ada CCTV di beberapa sudut, sulit ia temukan. Pria jangkung itu berdiri, beralih mendekati meja, lelah juga mengurusi hal gila ini.
"Hoo~ akhirnya berhenti juga, sudah menyerah?" sindir Sora.
Shun tak menyahut, justru memilih untuk duduk di bagian sofa lain, menyamankan diri. Sora cemberut, enak saja tidak mengacuhkannya!
"Hei! Jangan hiraukan ak—"
"Apa yang kau makan itu?" potong Shun seraya menunjuk bungkus pocky di tangan Sora.
Sora mengerjap pelan sebelum melirik pocky tangannya, "Ini? Ini pocky, kau belum pernah makan, ya?" tanya Sora balik.
Shun menggeleng, hei, ia bukan orang yang suka memakan makanan seperti itu, apalagi manisan. Jika boleh memilih, Shun lebih suka meminum kilimanjaro atau sekedar macchiato biasa. Tetapi ..., tampaknya tak ada salahnya mencoba, 'kan?
"Huh, pantas mukamu sangar dan tua begitu," cibir Sora, kembali memakan pocky di tangannya.
Twitch!
Bagus, Sora, kau membuat perempatan muncul di kening Shun.
"Coba saja makan, biar awet muda." Sora bangun, beralih duduk di sofa, anak itu menyodorkan sebatang pocky pada Shun. Bukannya menerima, Shun malah menepis tangan Sora.
Terlanjur kesal, Sora langsung memasukkan salah satu ujung pocky tersebut ke dalam mulutnya, menggigit batangan pocky dengan kasar. Kesal sekali sepertinya.
"Hei, aku tak bilang tak mau," sela Shun, beringsut menghampiri Sora.
Sora mengangkat sebelah alisnya, lha? Kalau mau, untuk apa menepis tangannya? Belum sempat Sora merespon, ia sudah didorong Shun hingga kembali berbaring di sofa.
Kresh!
Ng? Bunyi apa itu?
Sora terdiam melihat adanya permata keemasan kembar tepat di hadapannya, terlebih saat ia menyadari ujung lain pocky mulai menghilang sedikit demi sedikit. Lebih tepatnya, dimakan.
Hell no! Pria jangkung ini gila! Dia ini musuhny—
Cup!
... Oke, siapapun tolong katakan bahwa INI HANYA MIMPI!
"Mph!" Sora menjerit tertahan saat merasakan adanya sesuatu yang hangat dan basah mencoba memasuki panggung di balik bibirnya. Ingin memberontak, tapi pergerakannya dikunci oleh orang yang menindihnya. Keadaan itu berlangsung beberapa saat. Menyadari pasokan udara menipis, Shun menyudahi kegiatannya dan menjauh dari Sora. Sementara Sora sendiri, mematung terbaring shock di sofa.
"Manis~"
Mungkin dengan hal ini, Sora akan menghapus pocky dari daftar cemilan sehari-harinya. Sedangkan Shun mendaftarkannya sebagai salah satu makanan kata pepatah lama, untuk menghasilkan sesuatu, dibutuhkan pengorbanan. Pengorbanan yang manis.
xXx
The End
xXx
.
.
.
A/N: Done~