SANG PENCULIK

.

.

.

.

CHAPTER 1

.

.

.

CAST

KIM JONGIN

OH SEHUN

LUHAN

KYUNGSOO

CHANYEOL

RATED T ( T dulu ntar ke M kok )

REMAKE dari karya Johanna Lindsey

.

.

.

.

.

.

.

HAPPY READING

.

.

.

.

.

.

.

Chapter 1

Hujan musim semi akan turun sebentar lagi tetapi Oh Sehun tidak menghiraukan langit mendung yang menggelantung di atas kepalanya. Ia berjalan sambil melamun di kebun kecilnya,

" Pagi, Hun. Mau sarapan denganku? Ayolah. "

Sehun mendongak melihat adiknya Luhan mencondongkan tubuh dengan berbahaya dari jendela kamar yang menghadap kebun.

" Aku sudah sarapan beberapa jam yang lalu. " Seru Sehun dengan suara cukup keras.

" Kopi, kalau begitu? Ayolah, aku perlu bicara denganmu. " Pinta Luhan.

Sehun tersenyum, sebenarnya ia sudah bersabar menunggu adiknya bangun supaya mereka bisa sarapan dan ngobrol bersama sama. Sudah pasti mereka berdua memikirkan topik yang sama karena mereka berdua di panggil ke ruang kerja Ayah mereka kemarin sore, secara terpisah, tapi untuk alasan yang sama – Zhang Yixing.

Yixing adalah pemuda yang mempesona dengan wajah yang tampan, yang sudah membuat dunia Luhan yang muda dan polos jungkir balik. Mereka bertemu pada awal musim semi dan sejak itu gadis malang itu tidak pernah melirik pemuda lain. Mereka jatuh cinta, emosi universal yang mengubah orang orang paling bijak sekalipun menjadi bodoh. Tetapi Sehun tidak berhak mencela hanya karena menurutnya emosi itu tolol dan cuma membuang buang tenaga yang bisa di pakai untuk hal hal lain yang lebih berguna. Ia merasa gembira untuk adiknya, setidaknya itulah yang ia rasakan sampai kemarin malam.

Ayah mereka tidak setuju Luhan berhubungan dengan Yixing. Dan Ayah mereka sudah memberitahukan ini ke Luhan. Semalam Luhan tertidur sambil menangis. Sehun sedih memikirkan adiknya. Ia merasa ikut bertanggung jawab karena dia adalah pendamping adiknya. Luhan harus bisa di buat mengerti dan menerima bahwa dia tidak bisa menikah dengan Yixing.

Sehun hanya mengetuk satu kali sebelum memasuki kamar tidur Luhan. Penampilan adiknya itu masih berantakan. Luhan duduk di depan meja rias, pelayan menyisir rambutnya yang indah terurai.

Saat melihat Sehun memasuki kamarnya, Luhan mengibaskan tangan menyuruh pelayannya pergi dan menatap mata Sehun dari cermin di meja riasnya.

" Hun, apakah Ayah sudah memberitahumu apa yang sudah dilakukannya? " Tanya Luhan.

Ekspresi Luhan benar benar sedih. Sehun merasa bersimpati, tetapi hanya karena adiknya begitu menderita. Semua emosi yang dikeluarkan untuk sesuatu setolol cinta benar benar tidak di pahaminya.

" Aku tahu apa yang dilakukannya dan aku yakin kau sudah menangis karenanya, jadi sekarang tegarlah. Kumohon jangan ada air mata lagi. " Ucap Sehun.

Sehun tidak bermaksud bersikap begitu dingin. Ia benar benar berharap dirinya bisa mengerti.

Luhan berputar di atas bangku beludru kecilnya dan dua tetes air mata mengalir di pipinya yang mulus.

" Mudah bagimu mengatakannya, Hun. Bukan tunanganmu yang ditolak dan di usir Ayahmu. " Tangis Luhan.

" Tunangan? " Sehun bingung dengan perkataan adiknya.

" Well, tentu saja. Yixing melamarku sebelum dia datang meminta restu Ayah dan aku menjawab ya. " Jawab Luhan.

" Aku mengerti. " Ucap Sehun dengan nada datar.

"Oh, tolong jangan berbicara dengan nada seperti itu kepadaku ! Jangan perlakukan aku seperti salah satu pelayan yang membuatmu kesal ! " Pekik Luhan.

Sehun terkejut mendengar kemarahan adiknya.

Demi Tuhan, apakah sikapku benar benar terkesan begitu merendahkan ? Pikir Sehun.

" Maafkan aku, Luhan. Aku tahu aku belum pernah berada dalam situasi seperti ini jadi tidak mudah bagiku untuk mengerti. " Sehun mengucapkannya dengan tulus.

" Apakah kau tidak pernah jatuh cinta sedikit saja atau sekalipun? Tanya Luhan penuh harap. Sehun satu satunya orang yang bisa membujuk Ayah mereka untuk berubah pikiran.

" Yang benar saja, kau tahu aku tidak percaya pada... maksudku... " Ekspresi memohon di wajah Luhan yang masih muda membuat Sehun serba salah.

Pelayan yang datang membawa nampan sarapan mencegah Sehun mengatakan yang sebenarnya, bagaimana ia merasa beruntung karena menjadi seorang pria. Pria biasanya memandang cinta dengan sikap praktis. Cinta adalah emosi tolol dan tidak berguna. Emosi itu menimbulkan perasaan senang dan sedih yang tidak diperlukan dalam kehidupan seseorang.

Lihat apa yang dilakukan emosi itu terhadap Luhan yang manis. Tetapi Luhan tidak ingin mendengar bahwa apa yang di rasakannya saat ini konyol. Luhan membutuhkan simpati, bukan hinaan.

Sehun mengambil cangkir kopi yang di serahkan pelayan kepadanya dan berjalan ke jendela. Ia menunggu sampai mendengar pintu ditutup pelayan sebelum berbalik menghadap adiknya.

" Dulu ada seorang pria yang kusukai, " Kata Sehun dengan lirih. Dia sudah dari dulu tahu bahwa orientasi seksualnya menyimpang.

" Apakah dia mencintaimu? " Luhan sangat antusias mendengarkan cerita kakaknya.

" Dia bahkan tidak tahu aku ada. Kami bertemu sepanjang musim panas tapi tiap kali kami bicara, dia sepertinya selalu memandang melewatiku seolah aku tidak ada di sana. Dia lebih suka menghadapi gadis gadis berdada besar daripada seorang pria yang mempunyai dada datar seperti ku. " Sehun berkata sambil tersenyum pada Luhan.

" Kalau begitu kau pernah terluka? " Tanya Luhan.

" Tidak. Aku sudah bersikap realistis saat itu. Pria yang kuincar itu terlalu tampan untuk tertarik padaku jadi walaupun dia tidak terlalu kaya dan aku sebenarnya adalah tangkapan yang bagus secara finansial. Maksudku, aku tahu aku tidak punya kesempatan mendapatkannya jadi aku tidak terpengaruh ketika aku tidak berhasil. " Kata Sehun dengan datar.

" Kalau begitu kau tidak benar benar mencintainya. " Luhan mendesah.

Sehun ragu, tetapi akhirnya ia menggeleng. " Cinta adalah emosi yang ditakdirkan datang dan pergi secara berkala. Lihat temanmu Baekhyun. Sudah berapa kali dia jatuh cinta sejak kau mengenalnya? Setidaknya enam kali. "

" Itu bukan cinta tapi suka. Baekhyun tidak cukup dewasa untuk mengalami cinta sejati. " Protes Luhan.

" Dan kau sudah cukup dewasa, pada usia delapan belas tahun? " Tanya Sehun.

" Ya ! Oh, Hun, kenapa kau tidak bisa mengerti? Aku mencintai Yixing ! " Tegas Luhan.

Sekarang waktunya menjejalkan kebenaran pada Luhan. Sudah jelas adiknya tidak mendengarkan nasihat panjang lebar Ayahnya.

" Zhang Yixing adalah pemburu harta. Dia menghabiskan warisannya dengan berjudi dan sekarang dia harus menikah demi uang dan KAU , Luhan adalah uang. " Sehun menekankan kata kau untuk memberitahukan adiknya.

" Aku tidak percaya ! Aku tidak akan pernah percaya ! " Tegas Luhan.

" Ayah tidak akan berbohong tentang sesuatu seperti ini dan kalau Yixing mengatakan hal lain dialah yang berbohong. " Sehun melembutkan suaranya.

" Aku tidak peduli. Aku akan tetap menikah dengannya. " Luhan masih saja keras kepala.

" Aku tidak bisa membiarkanmu melakukannya, Luhan. Ayah bersungguh sungguh dengan ucapannya. Dia tidak akan memberimu sepeserpun uang. Kau dan Yixing akan menjadi pengemis. Aku tidak mau melihatmu menghancurkan hidupmu gara gara bajingan itu. " Kata Sehun tegas.

" Oh, kenapa kupikir kau mau membantuku? " Seru Luhan.

" Kau tidak mengerti. Bagaimana bisa kau mengerti? Kau adalah seorang pria yang tidak lebih daripada buah prem tua yang sudah kering ! " Mereka berdua sama sama terkesiap.

" Oh, Tuhan, Hun. Aku tidak bermaksud mengatakan itu ! " Ucap Luhan takut membuat kakaknya marah.

" Aku tahu, Luhan. " Sehun mencoba memaksakan senyum. Tuduhan itu menyakitkan hatinya.

Seorang pelayan lain tiba membawakan dua vas berisi air. Sehun menyuruh si pelayan pergi ke ruang duduknya sendiri dan bergerak meninggalkan ruangan.

Sehun berhenti sebentar di pintu. " Kurasa kita tidak perlu membicarakan masalah ini untuk sementara. Aku hanya menginginkan yang terbaik untukmu tapi kau tidak bisa melihatnya saat ini. " Kata Sehun dengan lelah.

Luhan meremas remas tangannya selama lima detik sebelum melompat berdiri dan mengikuti Sehun melintasi koridor. Ia tidak pernah melihat wajah kakaknya begitu terguncang. Saat itu Yixing terlupakan. Ia harus menebus kesalahannya pada Sehun.

Luhan mengusir pelayan dari ruangan besar yang di penuhi perabot mewah. Luhan kemudian mulai berjalan melintasi karpet tebal. Sehun mengabaikannya sementara ia mulai menyusun mawar.

" Kau tidak kering ! Dan kau jelas tidak tua ! " Seru Luhan.

Sehun mendongak tetapi ia masih tidak bisa tersenyum. " Tapi kadang kadang aku seperti buah prem? "

" Tidak, bukan buah prem, hanya – hanya rapi dan sopan, yang memang seharusnya begitu. " Jelas Luhan.

Sekarang Sehun tersenyum. " Aku mendapat sikap itu karena harus menjamu tamu Ayah, diplomat tua dari Jerman dan Spanyol. "

" Membosankan sekali, " Luhan bersimpati.

" Jangan berkata begitu. Rasanya menakjubkan, belajar tentang negara negara lain secara langsung, nyarsi sebaik bepergian, yang tidak pernah dijinkan Ayah. " Ucap Sehun.

" Apakah kau tidak pernah menjamu pria pria Prancis yang tampan? Kau bisa berbicara bahasa Prancis seperti orang Prancis asli. " Luhan benar benar antusias kalau sedang membicarakan pria pria tampan.

" Semua orang bisa berbicara bahasa Prancis, Luhan. " Jawab Sehun.

" Aku tidak bisa. " Luhan mengerucutkan bibirnya membuat Sehun tersenyum.

Luhan mondar mandir. Ini tidak cukup. Sehun memang tersenyum tapi ada luka di matanya. Eughh.. Kenapa aku mengucapkan kata kata mengerikan itu ! Batin Luhan.

Luhan berjalan mendekati jendela yang menghadap ke jalan. Mobil yang berhenti di bawah sana tidak terlihat asing.

" Apakah Ayah menunggu kedatangan Tuan Choi Kyunhyun? " Tanya Luhan.

" Ya. Apakah dia sudah tiba? " Sehun balik bertanya.

Luhan berbalik dari jendela dan mengangguk. " Aku tidak pernah suka dia. Dia terlalu sombong. Ingatkah kau saat kita masih anak anak dan aku menuang seember air dari jendela ke kepalanya? Aku tertawa begitu keras _ "

Luhan berhenti, melihat tatapan nakal di mata Sehun. " Kau tidak akan melakukannya. " Ucap Luhan.

Sehun mengambil vas yang berisi air dan berjalan pelan ke jendela. Choi Kyunhyun sedang di bantu keluar dari mobilnya oleh pelayan.

" Hun, kau tidak boleh melakukannya. Ayah pasti marah marah. " Luhan memperingatkan tapi ia tersenyum lebar.

Sehun tidak berkata apa apa. Ia menunggu sampai Kyunhyun yang tidak mencurigai apapun tiba di pintu tepat di bawah jendela lalu membalikkan vas. Sehun mundur, menunggu sedetik lalu terkikik.

" Ya, Tuhan, apakah kau melihat wajahnya? Dia terlihat seperti ikan mati. " Kata Sehun di sela sela tawanya.

Awalnya Luhan tidak bisa menjawab, ia merangkul Sehun dan sibuk tertawa terbahak bahak.

" Apa yang kau katakan pada Ayah. Dia pasti marah besar. " Luhan mencoba menghentikan tawanya.

" Ya, sudah pasti Ayah akan marah. Aku akan berkata bahwa aku akan memecat pelayan kikuk yang bertanggung jawab atas perbuatan itu. " Sehun menyeka air mata di matanya.

" Dia tidak akan percaya padamu. " Luhan terkekeh.

" Tentu saja dia akan percaya. Sekarang aku harus menemui Tuan Choi. Berdoalah untukku, Luhan, supaya aku bisa menemuinya dengan wajah datar. " Sehun berjalan keluar.

Oh Sehun keluar dari ruangan untuk melakukan apa yang bisa dilakukannya dengan baik. Menenangkan dan mengurus segalanya. Sehun juga berhasil meredakan ketegangan di antara dirinya dan adiknya.

.

.

.

.

Sehun mengikuti Luhan. Dia menyamar memakai pakaian pelayan di rumahnya agar Luhan tidak mengenalinya. Betapa terkejutnya Sehun saat membaca surat dari Luhan yang berisi bahwa dia akan melarikan diri dengan Yixing.

Luhan berhenti di depan sebuah toko mengamati pajangan di salah satu etalase. Sehun tidak berani mendekat , jadi ia berdiri di tempat dengan tidak sabar mengetuk ngetukkan kakinya, mengabaikan orang orang yang berjalan melewatinya.

" Halo sayang. "

Sehun tidak mendengarnya, tidak pernah mengira ada yang mau berbicara dengannya.

" Wah, wah, jangan sombong. " Pria itu mencengkeram lengan Sehun untuk mendapatkan perhatiannya.

" Apa? " Sehun menatapnya dengan dagu terangkat.

" Kau sombong sekali, ya? Tapi aku suka itu. " Pria itu mengencangkan cengkeramannya.

" Pergilah, Tuan ! Aku tidak ingin di ganggu. " Ucap Sehun.

" Ayolah, jangan berlagak sombong, sayang. Kau hanya berdiri di sini tanpa melakukan apapun. Tidak ada ruginya mengisi waktumu. " Pria itu tersenyum lebar pada Sehun.

Sehun mengayunkan tangannya untuk memukul pria tersebut. Pria itu melepaskan Sehun dan melompat mundur.

" Dasar jalang. Kau hanya perlu berkata tidak. " Pria itu membelalakan matanya pada Sehun.

Lubang hidung Sehun mengembang marah. Seharusnya dia yang marah. Tetapi tata krama melarangnya untuk mencela pria di hadapannya. Sehun memunggungi pria itu, lalu mengerang ketika mendapati Luhan sudah melanjutkan perjalanan selama gangguan tadi dan sekarang sudah hampir berada setengah blok dari tempatnya berdiri.

.

.

.

.

.

Kyungsoo menggerutu karena mereka terjebak dalam kemacetan. Rumah pamannya hanya berjarak beberapa blok saja dari jalan ini. Kyungsoo bisa sampai di sana lebih cepat kalau berjalan kaki.

" Aku benci kota ini, jalan jalannya selalu ramai dibandingkan kota kita. " Keluh Kyungsoo.

Jongin tidak berkata apa apa, Jongin hanya duduk memandang keluar jendela.

" Jongin, tidak bisakah kau menyuruh anak buahmu untuk membukakan jalan bagi kita. " Tanya Kyungsoo.

" Tidak perlu buru buru. Kita tidak akan berlayar sampai besok dan kita tidak akan meninggalkan rumah sore ini. " Jongin tidak memandang Kyungsoo saat menjawab.

" Tapi, Jongin, kita sudah duduk di sini _ "

" Belum sampai lima menit. Berhentilah mengeluh. " Jongin memotong kata kata Kyungsoo dengan ketus.

Kyungsoo menatap tajam ke arah kakaknya, lalu heran mendengar Jongin terkekeh. Tetapi kakaknya itu masih menatap sesuatu di luar jendela, jadi Kyungsoo tidak tersinggung, hanya marah.

" Aku senang melihatmu menikmati perjalanan membosankan ini. " Cetus Kyungsoo dengan sinis. Tetapi ketika tidak mendapat jawaban, ia membentak, " Well, apa yang begitu lucu? "

" Pria ini menyingkirkan seorang pengganggu. Dia Pria manis yang galak. " Jawab Jongin masih menatap keluar jendela.

Jongin tertarik, tetapi tidak tahu kenapa. Pria itu memiliki kulit putih yang indah, memiliki pinggang kecil, pinggul yang ramping, semuanya terbungkus celana hitam yang tidak menarik. Jongin hanya melihat wajah pria itu sekilas, itu pun dari jarak jauh. Tapi Jongin tahu kalau pria itu memiliki wajah yang manis.

Naluri mendorong Jongin untuk memanggil Chanyeol yang duduk di depan. Sebagai tangan kanan kepercayaan, Chanyeol memastikan kenyamanan Jongin dalam segala hal. Dia tidak bertanya ataupun menilai. Dia mematuhi semua perintah sampai ke titik komanya.

Jongin mengucapkan beberapa patah kata pada Chanyeol, setelah itu Chanyeol lalu pergi. Beberapa saat kemudian mobil yang mereka tumpangi bergerak jalan.

" Aku tidak percaya, sekarang kau mengambil pelacur dari jalanan? " Kata Kyungsoo sangat menyadari apa yang baru saja dilakukan oleh kakaknya.

Jongin mengabaikan nada sinis Kyungsoo. " Tidak juga. Anggap saja harga diriku tergugah. Aku ingin berhasil ketika orang lain gagal. " Kata Jongin.

" Tapi dari jalanan, Jongin? Pria itu bisa saja mengidap penyakit. " Kyungsoo mengingatkan Jongin.

" Kau pasti suka kalau itu terjadi, bukan begitu, Adikku tersayang? " Sahut Jongin datar.

" Saat ini, ya. " Jawab Kyungsoo. Kebenciannya hanya di balas Jongin dengan senyum datar.

Di seberang jalan, Chanyeol mengalami mendapatkan taksi dan kesulitan mengawasi sosok dalam pakaian gelap yang berjalan mantap menyusuri jalan. Tetapi uang menyelesaikan sebagian besar masalah, termasuk yang ini. Setelah mencoba beberapa kali ia berhasil membujuk seorang sopir taksi yang sudah di booking oleh pelanggannya. Jumlah uang yang hampir mendekati gaji setahun sudah cukup untuk mempertaruhkan pekerjaannya.

Sekarang mengejar Pria itu. Sudah jelas mobil tidak bisa mengejarnya di jalan macet. Si sopir di suruh mengikuti di belakang Chanyeol secepat mungkin. Si sopir hanya menggeleng melihat tingkah eksentrik orang orang kaya, begitulah anggapannya tentang Chanyeol, memanggil taksi tapi tidak menaikinya.

Chanyeol berhasil menyusul pria itu yang hampir sampai di ujung jalan. Pria itu tiba tiba berhenti, menatap lurus ke depan.

" Halo? "

" Ya? " Kata pria itu tanpa benar benar memperhatikan, hampir tidak mendongak melirik Chanyeol.

" Ikutlah denganku, Tuan. Majikanku, Pangeran Kim Jongin, ingin menyewa jasamu malam ini. " kata Chanyeol.

Biasanya hanya menyebutkan gelar Jongin sudah bisa menyelesaikan transaksi seperti ini. Karena itu Chanyeol kaget ketika yang di dapatnya adalah tatapan kesal dari pria itu. Dan setelah melihat wajah pria itu dengan lebih jelas, Chanyeol lebih terkejut lagi. Pria ini memang manis tapi wajahnya menampakan seorang pembangkang.

Apa Pangeran yakin menginginkan pria ini? Aku yakin pria ini akan menyulitkan Pangeran. Batin Chanyeol.

Sehun kesal karena diganggu lagi. Kali ini untuk di sewa, pesta atau pertemuan, yang pastinya membutuhkan pelayan tambahan.

Tetapi menyewa pelayan langsung dari jalanan? Aku belum pernah mendengar hal semacam ini. Pikir Sehun.

Sehun tidak langsung menyingkirkan Chanyeol, seperti yang dilakukannya dengan pria tadi. Sehun menyadari kesalahannya di sini. Ia menyamar sebagai pelayan. Setidaknya ia harus bersikap sebagai pelayan. Ia menyesal melakukan keributan dengan meyerang pria tadi. Menimbulkan keributan ditempat ia mungkin di kenali salah seorang kenalannya jelas tidak bisa di terima, tetapi ia dengan bodohnya melakukan keributan.

Chanyeol sedang menunggu jawaban Sehun.

Pria ini pasti pelayan bergaji tinggi, karena jas dan celana panjangnya berkualitas bagus. Sehun menilai penampilan pria di hadapannya.

" Aku minta maaf, Tuan. Tapi aku tidak butuh pekerjaan tambahan. " Jawab Sehun sambil terus menatap Luhan yang sudah menyeberang jalan tetapi tidak bergerak lebih jauh.

" Kalau ini masalah uang, Pangeran sangat dermawan. " Bujuk Chanyeol.

" Aku tidak butuh uang. " Sehun memberikan jawaban dengan tegas.

Chnayeol mulai cemas. Pria ini tidak terkesan dengan gelar sang Pangeran. Ia juga sepertinya sama sekali tidak tertarik dengan kehormatan yang diberikan kepadanya.

Kalau pria ini benar benar menolak – tidak, tidak mungkin. Chanyeol bingung harus bagaimana membujuk pria ini.

" Sepuluh pound, " Tawar Chanyeol.

Kalau Chanyeol mengira hal itu sudah bisa menyelesaikan urusan tawar menawar ini, ia salah. Sehun menatapnya tidak percaya.

Apa pria ini sudah gila, menawarkan upah sebesar itu? Batin Sehun.

Sehun tidak bisa menerima bayaran itu. Pria itu pasti berpikir Sehun lah yang sudah gila.

" Aku minta maaf _ "

" Dua puluh pound. " Tawar Chanyeol lagi.

" Keterlaluan ! " Bentak Sehun, semakin was was dengan pria ini sekarang. Pria ini memang sudah gila.

" Anda bisa menyewa sekelompok pelayan dengan harga kurang dari itu. Permisi. " Sehun berbalik, berharap pria itu akan pergi.

Chanyeol mendesah. Semua tawar menawar konyol ini ternyata dimulai dari kesalahpahaman.

Pelayan? Pria ini jelas salah paham. Pikir Chanyeol.

" Maafkan aku karena tidak menjelaskan sejak awal. Majikanku tidak membutuhkan jasa pelayan. Pangeran melihatmu dan berharap kau menemaninya malam ini dan sebagai gantinya kau akan mendapat imbalan dalam jumlah besar. Kalau aku perlu mejelaskan lebih jauh lagi _ "

" Tidak ! " Sehun berbalik menghadap pria itu, pipinya panas. " Aku... ah, sekarang aku mengerti. " Ya, Tuhan bagaimana ia bisa terjebak dalam situasi seperti ini? .

" Aku merasa tersanjung, tentu saja., tapi aku tidak tertarik. " Naluri Sehun menyuruh menampar pria ini tapi dia tidak akan melakukannya di tempat seramai ini.

" Tiga puluh pound. " Chanyeol masih bersikeras membujuk.

" Tidak ! " Bentak Sehun. " Dengan harga berapapun. Sekarang, pergilah _ "

Suara seorang pria menyela. " Saya sudah datang, Tuan, kalau anda siap naik sekarang. "

Chanyeol menoleh ke belakang dan melihat taksi itu hanya berjarak beberapa langkah dari mereka berdiri.

" Bagus kau akan membawa kami berkeliling blok ini. Akan kuberi tahu kapan saatnya berhenti. " Dan setelah berkata begitu, Chanyeol membekap mulut Sehun dan menyeretnay masuk ke dalam taksi.

" Pelayan yang melarikan diri, " Chanyeol menjelaskan kepada sopir yang terkejut.

" Melarikan diri? Dengar, Tuan, kalau dia tidak mau bekerja untuk anda, itu urusannya, bukan? Anda tidak bisa memaksa _ " Beberapa lembar uang kertas yang dijejalkan ke tangannya mengubah nada suara si sopir. " Terserah apa kata anda. "

Jeritan Sehun tertahan di tenggorokan. Chanyeol bergerak begitu cepat, hanya perlu beberapa detik untuk mendorong Sehun ke dalam taksi. Sapu tangan di jejalkan ke mulut Sehun. Siku keras di punggung Sehun mencegah Sehun untuk melawan lalu lengannya ditarik ke belakang dan ditahan di tengah tengah punggung dengan tekanan yang cukup untuk menjaga Sehun tetap tertelungkup di kursi. Dalam keadaan miring seperti ini, Sehun hanya bisa menggerakkan kakinya, tetapi kaki pria itu menindih kakinya untuk menjaganya tetap diam.

Tiba tiba taksi berhenti. Sehun harus melepaskan diri dari kegilaan ini. Pria itu tidak memberinya kesempatan. Jasnya membungkus Sehun seperti karung, dengan efektif menahan lengan Sehun di sisi tubuhnya. Chanyeol menggendong Sehun.

Chanyeol menaiki tangga menuju kamar Jongin. Pintu terbuka lalu Sehun diturunkan dari gendongan. Jas itu disingkirkan. Sehun langsung melepaskan penyumbat mulutnya. Naluri pertamanya adalah melampiaskan amarahnya pada pria itu, yang hanya berdiri menatap Sehun dengan aneh.

" Kendalikan dirimu, Sehun. Dia hanya orang barbar dengan mental barbar. Dia bahkan mungkin tidak tahu apa yang dilakukannya adalah kejahatan. " Gumam Sehun.

" Kami bukan orang barbar, " Kata Chanyeol.

" Lupakan. Aku berbicara sendiri, bukan kepadamu. Ini salah satu kebiasaanku. " Kata Sehun.

" Kau akan terlihat lebih manis, kalau kau tersenyum. Pangeran akan senang. " Kata Chanyeol.

" Pujian tidak akan menghasilkan apa apa, Tuan. " Sehun menggerutu.

" Maaf. Namaku Park Chanyeol. Aku memberitahumu tentang ini karena kita harus bicara _ "

" Tidak, aku tidak mau lagi berurusan denganmu, Tuan Park. Tolong sampaikan kepada majikanmu bahwa aku sudah ada di sini. Aku akan bicara dengannya. " Sehun mengucapkannya dengan nada ketus.

" Pangeran baru akan datang malam ini. "

" Panggil dia ! Kau sudah menghinaku, meyakitiku, tapi aku masih bisa tenang seperti yang kau lihat. Aku bukan orang tolol yang hancur berkeping keping hanya karena sedikit masalah. Tapi aku sudah mencapai batas kesabaranku. Aku tidak dijual dengan harga berapapun. Jadi sebaiknya kau melepaskanku sekarang. " Sehun memperingatkan dengan nada yang bijak dalam situasi seperti ini.

" Kau keras kepala, tapi itu tidak akan mengubah apa apa. Kau harus tinggal – jangan. " Chanyeol mengangkat sebelah tangan saat Sehun membuka mulut.

" Aku tidak menganjurkanmu untuk menjerit. Ada dua pengawal di luar pintu ini yang akan segera masuk untuk membuatmu diam. Hal itu pasti tidak akan menyenangkan dan jelas tidak perlu. Aku akan memberimu waktu beberapa jam untuk berpikir. " Kata Chanyeol.

Sehun tidak percaya sedikitpun tentang pengawal sampai Chanyeol membuka pintu untuk pergi dan Sehun melihat mereka.

Sehun menghela napas. " Satu satunya harapanku adalah sang Pangeran. "

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC / END ?

Hallooo aku bawa FF baru nich. Kali ini aku Remake Novel punyanya Johanna Lindsey. Ada yang kuubah sich gak kuambil semua dari novel itu. Judul FF nya gak ngefeel banget dahhh...

Ini juga udah pernah ku post di Grup dan di Grup juga masih Ongoing lum complete.

Aku males ngubah kotanya. Jadi ceritanya di FF ini berlatar belakang kota Inggris sama Rusia . Jongin di FF ini jadi Pangeran Rusia. Biarin aza yaaa Jongin jadi Pangeran Rusia walopun nama dia Korea banget, aku males nyari latar belakang kota buat FF ini hehehee...

Kalau ada yang minat bakalan kulanjutin tapi kalau gak ada yaa gak pa2. Discontinue mpe Chapter 1 ini aza.

Mohon Reviewnya