Sehun merenggangkan tubuhnya—sangat pegal jika sembilan puluh persen kerjaannya adalah bercumbu panas dengan tumpukan dokumen yang terus beranak pinak—sambil menguap heboh. Berdecak, lantas menatap puas meskipun sorot matanya masih menunjukkan tidak tertarik pada tumpukan yang kini seluruhnya telah ia selesaikan. Langit telah mengganti pakaian kebesarannya, tidak lagi berwarna oranye keunguan khas warna senja, melainkan menjadi hitam legam dengan ratu malam yang duduk cantik di tahtanya. Tak lupa dengan sekumpulan dayang kelap-kelip yang senantiasa setia mengelilingi sang primadona malam, bercengkrama akrab dengan angin malam yang berlari-larian.

Bising kendaraan masih terdengar merambat menembus penghalang, dan bersamaan dengan suara tubrukan angin dengan penghalang yang sama, terciptalah melodi orchestra yang spontan mengugah indera pendengaran—meskipun tidak sehalus yang aslinya.

Tapi bagi Sehun yang cukup penat di teror oleh tanggung jawab besar, itu cukup membuat tubuhnya rileks—hal lain selain bermain di klub malam langganannya. Dan bicara soal klub malam langganan, ia baru ingat jika sudah dua minggu penuh lamanya tidak mampir untuk bertingkah hebat bersama para penjaja kenikmatan dunia. Bertambahlah kegalauannya akan hal itu, ketika ia teringat dengan undangan Chanyeol yang merupakan sahabat sepupu modelnya itu, untuk hadir dalam perayaan kebahagiaan akan hadirnya malaikat kecil diantara keluarga kecil milik pria bermarga Park.

"sudahlah.., mungkin minggu nanti juga bisa. Aku tidak ingin menambah kekecewaan mereka lagi." pria berkulit pucat itu beranjak, hanya untuk mengemas barang bawaan untul ia bawa pulang—sebelum ia pergi ke apartemen lama Chanyeol. Ia melihat jam bergaya klasik yang melingkar indah di pergelangan tangannya, dan keping mata pria Oh itu menunjukan pukul setengah tujuh waktu setempat. "biar sajalah aku terlambat beberapa menit, toh mereka mengerti posisiku ini. Ya, ya, ya.. ayo pulang dan rilekskan tubuh dengan berendam di air hangat, Oh Sehun."

Trururururu! Trururururu! Trururururu!

"yeah, tenang saja, aku akan datang, Yifan hyung. Tapi mungkin aku akan terlambat."

/"terlambat..? memangnya ada apa..? apa ada jadwal yang terbentur, Sehun..?"/

"bukan, bukan itu. Kau tahu, 'kan, aku cukup lelah dengan menyelesaikan sekaligus tumpukan dokumen yang kuperlihatkan tadi hari ini, jadi aku ingin menghabiskan waktu senikmat mungkin untuk berendam."

/"baiklah, akan kusampaikan. Tapi, kau hanya berendam di rumah, 'kan..? tidak main ke mana-mana, 'kan..?"/

"inginnya, tapi kurasa tidak. Oh ya, kau tidak memberikan nomor ponselku yang baru ke mereka, 'kan..? kau tahu, aku tak ingin diteror oleh si cerewet Baekhyun karena datang paling telat diantara undangan lainnya."

/"tenang saja, sepupu tersayang, aku tidak memberitahukan apapun pada mereka. ha ha ha! sudah dulu ya, anakku ngambek karena sibuk bertelepon denganmu daripada menjemputnya di tempat les."/

"oke. Salam untuk Tao dan Zifan, kapan-kapan aku akan mengunjungi mereka."

/"yeah.. dan kau harus menyiapkan persediaan uang di dompetmu, Sehun, karena aku yakin mereka pasti akan memalakmu sampai puas. Oke, sampai jumpa."/

Lorong kantor yang sepi, bahkan lampu yang biasa menyala sombong kini meredup—mengesankan keremangan yang cukup membuat bulu kuduk seseorang merinding. Selain itu udara dingin telah lebih dulu datang bertamu dan menghuni sepanjang lorong terbentuk. Nada cumbuan antara sepatu pantofel dengan permukaan lantai yang mengkilat-kilat nakal digoda bias lampu remang tidak menyurutkan Sehun untuk bertahan lebih lama—tubuhnya terlampau lelah dengan segala kepenatan yang menggelayut jahat di otaknya. Bahkan ditambah dengan geraman rakus yang dilantunkan oleh perut tercinta, membuat pria Oh itu mempercepat langkah ayunan kaki-kakinya yang jenjang.

Namun ada yang menarik perhatian pandangan lurus sang pria tampan ini, tatkala tak jauh dari jaraknya, ia melihat seorang pria tinggi berwajah oriental khas negara tirai bambu sedang berdiri dengan tubuh yang sedikit dibungkukkan. Semakin heranlah Sehun begitu kancing mukanya yang masih berfungsi dengan baik itu menangkap sorot mata aneh pada kelereng mata pria itu—kembar mata pria tersebut melotot hebat, dengan jakunnya yang menonjol sesekali bergerak naik turun, bahkan bibir pria yang ternyata adalah salah satu karyawan OB tersebut mengulum penuh hasrat; dan Sehun pun mengetahui satu hal yang pasti, bahwa pria jangkung itu sedang mengintip sesuatu dari pantry yang merupakan basisnya para OB berkumpul. Maka, tak ingin mengulur lebih lama lagi, Sehun melangkah diam menghampiri pria tersebut, mengikuti permintaan batinnya yang mengamuk hebat saking penasaran dengan tingkah sang OB.

Tak lama begitu jarak mereka cukup dekat, Sehun menepuk tegas pundak pria itu—yang tubuhnya berjengit hebat dan naris saja berteriak jika pria itu tidak cepat-cepat mendaratkan telapak tangan untuk membungkam sang bibir.

"apa yang kau lakukan tadi, Lau..?" Sehun mengernyit tipis dengan wajah datar yang masih sama. Kedatangan Sehun cukup membuat pria tersebut—Lau—pria yang merupakan rekan kerja saat membersihkan peralatan dan gudang bersama Luhan, namun dalam hati Lau bernafas lega ketika sang bos bertanya dengan nada rendah, tidak terlalu keras untuk mudah di dengar oleh sosok yang ia intip beberapa menit lalu. "kau bertingkah seperti tukang intip, tahu."

Tawa gugup mengalun mengelilingi sepanjang lorong. "oh, tidak—saya tidak melakukan apapun, Tuan Oh."

"lalu, kenapa kau bertingkah seperti tukang intip..? kalau kau mau masuk, kau tinggal masuk saja seperti biasanya."

"em.., begini, saya hanya ingin memastikan jika Luhan tidak kenapa-kenapa ditinggal sendirian di pantry." Sehun menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar nama Office boy yang dinilainya linglung dan tidak cekatan. Tapi Sehun tidak semudah itu dikelabuhi dan didustai oleh bawahannya, sebab apa yang ia dapatkan sebelum menyapa Lau tadi, Lau benar-benar tampak seperti seorang tukang intip, bahkan raut wajahnya tidak mencerminkan kekhawatiran sama sekali. Tapi Sehun lebih memilih percaya, sebab dia yang akan mencari tahu lebih rinci dan luwes tanpa harus bertanya lebih banyak lagi pada Lau—pria muda itu yakin bahwa nantinya bukan jawaban jujur yang mengalir deras dari bibir Lau.

"memang Luhan tidak cepat-cepat pulang..? ada apa..?"

"itu, tadi saya dan Luhan dimintai bantuan sama office boy lain untuk membersihkan peralatan dan gudang—office boy yang mendapatkan jadwal harus pulang terburu-buru karena ada masalah keluarga." untuk yang ini, Sehun mendapatkan sorot mata yang jujur. "jadi, mungkin karena lelah, Luhan memutuskan untuk beristirahat sejenak di sini."

"begitu..? lalu bagaimana keadaan Luhan sekarang..?"

"dia," kini sorot mata itu menampilkan sirat kebohongan. "dia baik-baik saja, tadi saya lihat dia sudah tidur lelap di sofa." Sehun mengangguk sambil tersenyum tipis—terlampau tipis sampai-sampai lawan bicaranya tidak menyadari pahatan langka tersebut. "baguslah, berarti sekarang kau tidak perlu khawatir lagi untuk segera pulang, Lau. Jadi pulanglah dan beristirahatlah yang nyaman di rumah."

Lau bergerak gelisah, ia ingin menunda untuk segera pulang, namun sorot tak ingin dibantah yang dilayangkan Sehun membuatnya diam tak berkutik. Maka dari itu, ia menyerah dan sedikit membungkuk hormat pada sang bos, untuk kemudian pergi menjauhi pantry ditemani keheningan yang temaram. Sehun melihatnya dengan pandangan puas, sinis, dan tidak suka—pria itu tahu bahwa Lau sedang menyembunyikan sesuatu; sesuatu yang sangat rahasia, seperti sebuah harta karun yang berharga bagi pria itu, hingga ia tampak seperti tidak ingin membagi lihat dengan orang lain. Hal itu yang membuat jiwa penasaran Sehun menggebu-gebu. Apalagi jika memikirkan dugaan-dugaan yang baru saja hingga di benaknya, maka mau tak mau ia menunda untuk segera pulang, memilih untuk mencari harta karun yang teramat sangat dijaga oleh Lau.

Itu sebabnya, kini posisi Lau digantikan oleh Sehun—yang membedakan adalah Sehun masih tetap berdiri tegap, mengintip dengan diam layaknya seorang ninja professional ke dalam ruang pantry...

...hanya untuk menemukan sebuah pemandangan—dan sebuah fakta mengejutkan tentang sosok yang kini sedang menghuni pantry. Sosok yang sedang menungging untuk melepas celana seragamnya, memperlihatkan tali khas panty model g-string berwarna merah menggoda, melingkar cantik dari pinggul dan turun menelusup belahan bokong putih indah; dan yang membuat Oh Sehun terkejut sekejut-kejutnya adalah ketika pria berpaha mulus nan seksi itu sedang memakai sebuah alas kaki berhak tinggi—alas kaki yang diketahuinya sebagai Red Stiletto...

... alas kaki yang sama persis dengan alas kaki yang selalu dipamerkan oleh pemilik blog Bambi-Lu345 langganannya.

Sehun menggeleng pelan, jantungnya berderap cepat seperti kuda yang dipacu, dan suhu tubuhnya memanas seiring melihat gerak-gerik pria bertubuh mungil itu—pria yang ia ketahui pemilik dari nama Xi Luhan, office boy linglung yang tidak cekatan—sedang menaikkan kaki kanannya di meja yang berdiri manis di depan—menungging hebat, dengan jari jemari pria manis itu bergerilya mengikuti garis tali g-string yang melekat mesra dari pinggul hingga menelusup pada sepasang bongkahan mengiurkan tersebut.

Dan tak lama, sebuah desahan mengalun lirih tatkala jari jemari itu menyelinap masuk ke dalam belahan bokong dan menyentuh sebuah lubang sempit di dalamnya. Membuat Sehun mendelik lucu dengan jakunnya yang naik-turun gelisah.

"nngghh... oohh~"

"Ya Tuhan..."

.

.

.

.

.

.

Red Stiletto

.

Screenplays!HunHan

.

M

.

Akai Momo

.

All about character is not mine, just fic and idea

.

Yaoi/ BL/ Be eL/ Boys Love/ Alternative Universe with much baby typos

.

Must-warning!Vintage-classic language

.

No like, don't read!

.

Summary! ::

Sehun kalap, kacau balau, panik—benar-benar menjadi buruk emosinya—ketika blog dewasa langganan yang ia ikuti beritanya ternyata hilang tak berbekas—blog tempat puluhan foto kaki-kaki mulus bin seksi yang sedang memakai Red Stiletto dari berbagai sudut pandang menggiurkan. Semakin parahlah stabilitas emosi Sehun tatkala Office Boy yang baru direkrut sebulan lalu membuat ulah dalam pekerjaannya.

Namun ketika Sehun tanpa sengaja menangkap basah sang Office Boy yang sedang bertelanjang kaki dengan memakai Red Stiletto yang ia kenal, pria yang aslinya introvert berkarakter dingin itu mulai sadar akan sebuah harta karun yang ditutup-tutupi oleh sang karyawan.

.

.

.

.

.

.

Special big thanks buat yang merespon ff ini~ *cium*

By the way, tambahan terima kasih buat lulu-shi, yang mengingatkan sekelompok tipo yang berulah di ff ini. (Well, aku cukup kaget waktu baca ulang setelah sudah di posting ke ffnet, dan dengan ide licikku yang jenius*huehehehehe*, aku re-update ff ini, dan berhasil!). Juga buat blueacacias, yang bilang kalau kosakata inggrisnya masih harus dibenerin. (gara-gara itu, aku ngamuk sama diriku sendiri yang ngeyel pakai bahasa inggris, padahal nyatanya nilai inggrisku saja diujung tanduk. *malu*)

Dan buat distysandra, serius demi apa ada orang yang salah ngasih garam dengan deterjen...?! gimana rasanya tuh..?! *syok* Buat ChikasikiHunHan947, makasih~ aku merasa tersanjang kalau kamu bisa jatuh cinta dengan karyaku yang amburegul(?) ini. *big hug* Juga... aku nggak nyangka, aku syok, aku pingsan *ehem*, begitu tahu ada author luar biasa seperti Odult Maniac yang sudi mampir ke sini... *lap ingus* *terharu*

Buat nadila. dinda85, ini hanya hipotesaku saja, sih.. tapi mungkin begini, chap 1 sebelumnya itu terlalu banyak tipo yang membuat pembacanya tidak nyaman, karena itu aku mengedit plot ff ini yang masih di simpan di lappy. Nah, setelah itu, aku posting hasil editan cerita ini ke ffnet, dan dengan ide licikku yang jenius *ufufufufu*, aku bisa memasukan chap 1 ff yang sudah diedit sekaligus menghapus chap 1 ff yang banyak tiponya tanpa harus re-update/ kehilangan review dan follow-fave para pembaca sebelumnya~ *muter-muter* Nah, mungkin yang chap 2 itu adalah chap 1 hasil editan. Karena dimasukan ke dalam pilihan post new chapter, jadi sistemnya malah masuk ke chap 2, padahal aslinya cuma memindah tempatkan chap 1 yang sudah diedit—cuma diposting ulang. *senyum*

itu sebabnya nggak bisa dibuka. Nadila mengerti nggak..? kalo ada author yang pernah ngalamin hal ini, pasti dia tahu trik dan tipsnya. *senyum*

Buat Oh Lu-Yan, oh—aku amat sangat minta maaf, aku tidak bisa membuat ff seperti yang kau harapkan—well, karena aku terlampau menyukai couple yaoi hingga tidak terpikirkan untuk berurusan dengan couple genderswitch. Tapi aku cukup tersanjung jika kau tetap menyukai ff ini. Dan masalah g-string yang kau tanyakan, aku akan menjelaskannya di cerita, jadi kau akan mengerti~ *dorong Oh Lu-Yan buat cepet baca ceritanya*

Terakhir dari aku buat luxxnnie, oh iya! ahahahahaha...! maaf, aku tidak tahu, kalau solo-play buat cewek dan cowok itu berbeda—karena kupikir sama. *malu* maklum, aku masih awam soal begituan.. *alah!* makasih udah ngasih tahu, dan semoga di sini nggak ada yang keliru lagi~ *cium*

Ehem... dan buat semuanya juga, tentu saja! oke, tidak berlama lagi, mari kita santap nikmat-nikmat ff ini, dan jangan lupa untuk mengisi kolom review, ya~ XD

.

.

.

.

.

.

"Buka kakimu yang-sangat-sialan-seksinya itu, dan biarkan aku menikmatinya dengan Red Stiletto yang menghiasi telapak kakimu, Bambi-Lu." (Oh Sehun)

.

.

.

.

.

.

Chapter 2A of 2

.

.

Luhan membuka lokernya dengan gerakan teramat perlahan—sama pelannya dengan saat ia jalan menghampiri sang loker yang berdiri gagah perkasa.

Bibir bawahnya ia gigit-gigit dan ia kulum, sementara pandangan matanya yang nakal dan seolah berhasrat akan sesuatu mengawasi lekat-lekat tangannya yang sedang membuka resleting ranselnya—hanya untuk kemudian ia mengambil tas jinjing berwarna putih, tas jinjing yang diberatkan oleh sebuah kotak kardus berukuran sedang—hingga muat ke dalam tas ransel totol-totol Luhan. hanya membutuhkan beberapa puluh detik untuk Luhan menghampiri meja berbentuk persegi yang berdiri di ruang pantry, dan sambil berdiri membelakangi pintu, Luhan membuka penuh kehati-hatian kotak kardus dari dalam tas jinjing putih tersebut, dan sepasang matanya berbinar-binar jatuh cinta saat sepasang sepatu berwarna merah—yang diketahui oleh orang awam bahwa itu adalah sebuah Red Stiletto—muncul dan menyapa Luhan, selaku pemilik sah salah satu sepatu wanita tersebut.

Pria cantik itu menjerit tertahan, mengecup-ngecup ujung moncong sepatu merah menggoda itu, dan mendekatnya erat-erat dengan gemas yang tak terkira. Luhan tertawa senang, dan rasa lelah juga penat beban pikiran yang semula menghajar bertubi-tubi tubuh mungilnya pun sirna—hilang tak tersisa hanya karena sebuah Red Stiletto. Terlampau senang hingga ia tidak mengetahui bahwa di luar sana—di depan pintu pantry yang sedikit terbuka, sedang ada perseteruan tersirat antara sang bos dan rekan kerjanya yang ia anggap sebagai kakak setanah air.

"oh my baby," lirih Luhan dengan pandangan memuja.

Pria cantik itu tersenyum penuh hasrat dengan sepasang sepatu yang di dapatkannya setelah merengek-rengek pada sang ayah satu tahun yang lalu—yah, ibunya tidak akan berkoar-koar melarang dirinya yang ingin sekali membeli salah satu model sepatu wanita, sebab sang ibu sendiri selalu merengek kepada ayahnya untuk membelikan hot lingerie; padahal sang ibu sendiri pun seorang pria. "aku rindu sekali padamu..., aku rindu kau bercumbu dengan telapak kakiku yang mulus ini~ aku rindu berfoto-foto denganmu..! uuhh~"

Tak dinyana, Luhan melepaskan sepatu ketsnya, melepaskan kaus kaki yang menyelimuti telapak kakinya pula, dan dia kumpulkan di satu tempat di salah satu kaki meja di bawah sana. Sambil bercuap-cuap bahwa ia merindukan sang Red Stiletto sekaligus berkeluh kesah akan harinya seperti yang biasa ia lakukan, Luhan mulai mengenakan sepatu hak tinggi tersebut.

"perfect as always! hmph!" Mendengus puas. "oh ya ampun, aku jadi rindu berfoto-foto dengan my baby dan g-string merahku juga. Bagaimana ini..?" Luhan mendesah, berkacak pinggang dan saling silih berganti memandang antara Red Stiletto yang telah ia kenakan dengan selangkangannya yang masih terbungkus celana seragam office boy.

Tatap Red Stiletto, tatap selangkangan, tatap Red Stiletto, tatap selangkangan, lagi-lagi-lagi dan terus begitu hampir dua menit lamanya. Tak lama, Luhan mengedikkan bahunya dengan senyum penuh arti, dan bersamaan dengan itu, jari-jari lentiknya menari tepat di kedua pinggul Luhan hanya untuk ia lepaskan kemudian.

Ia biarkan bertelanjang kaki, hanya ada sebuah g-string merah yang senada dengan Red Stiletto pria mungil tersebut.

Akhirnya, hasrat dan gairah akan ingin berfoto pun menang telak daripada takut akan ketahuan dengan hobi yang akan ia lakukan di tempat yang bukanlah tempat privasi.

"ya sudah, aku akan berfoto-foto dengan mereka, sebentar saja, kok sebentar. Lagipula para karyawan dan office boy/ office girl lain sudah pulang beberapa jam lalu, jadi pasti kantor sedang sepi sekarang! uhuuuu~~~"

Tapi pada akhirnya tidak sesuai dengan yang diungkapkan Luhan. Niat awal yang hanya ingin berfoto dengan pose menantang seperti kebiasaan sebelum-sebelumnya, mendadak buyar dan tergoda tatkala ia melihat penisnya yang cukup menyeplak di kain g-string merahnya. Itu, sukses membuat hasrat seksnya meningkat drastis—karena itu tanpa sadar Luhan menungging dengan lutut salah satu kaki mendarat di permukaan meja dan kelima jemarinya berdansa dibalik belahan bokong untuk setelahnya masuk ke lubang analnya yang mengerut sempit.

Itulah, bagaimana Sehun—yang berhasil mengusir Lau dengan baik-baik dan sedikit paksaan—bisa melihat Luhan telah bertelanjang kaki, dengan jari jemari tangan kanannya bergerilya di belahan bokong kenyal yang putih menggoda birahi bagi siapapun yang melihatnya, sambil menungging di depan meja dengan desahan lirih seksi yang mengalun menguar-nguar ruang pantry. Sehun bingung sekaligus terkejut, terutama dengan Luhan yang memakai g-string merah dan Red Stiletto yang teramat sangat ia kenal persis dengan yang ada di foto blog Bambi-Lu345—tapi rasa terkejut dan bingungnya itu kalah telak ketika indera pendengarnya dibuai hebat oleh desah-desahan Luhan yang berhasil meningkatkan hasrat seksnya. Bahkan penisnya telah menegang, menusuk-nusuk tubuh sang pintu yang kenopnya digenggam erat dengan tangan berkeringat oleh Sehun.

"owh~ ah.. ah.."

"hhhnngghh.. angh~ ah.. ah.."

Dilihatnya bokong Luhan bergerak gelisah, bahkan tubuhnya berjengit kecil berkali-kali, dan mengetahui hal itu, Sehun yakin jika jemari lentik Luhan telah masuk membobol lubang anal pria tersebut—mencari titik sensitif yang untuk menjemput rasa nikmat yang tak terhingga. Jakun Sehun bergerak naik turun dan deru nafasnya mulai memberat—ingin sekali tubuhnya mendobrak pintu, menguncinya, dan menyerang Luhan bertubi-tubi diatas meja karena terlampau tergoda, namun otaknya masih bisa merantai hasrat birahinya yang perlahan merangkak menuju puncak.

"ngghh~~ aahhhaaahhhh—aakkh!"

Lamunan Sehun lenyap ketika mendengar jeritan Luhan, dan begitu kelereng matanya yang berkilat-kilat penuh arti mengetahui Luhan tertelungkup lemas di atas meja, dengan kondisi selangkangan pria itu basah dan ada beberapa tetesan meluncur nakal di paha putih itu. Sehun pun menyadari jika Luhan telah dijemput klimaks. Pria itu tertelungkup, dengan lutut kedua kaki yang kini telah mendarat cantik di permukaan meja, mengangkang lebar—pemandangan penuh godaan sensual bagi siapapun yang menikmatinya. Dan karena otak berhasil merantai erat-erat hawa nafsu sang Oh Sehun, akhirnya pria itu berniat pergi, melanjutkan perjalanan pulangnya, ketika sebuah pengakuan tak sadar di utarakan oleh Luhan yang nafasnya masih tersengal-sengal dibuai kenikmatan beronani.

"oh, aku jadi merindukan blog Bambi-Lu345-ku." kancing mata Sehun membulat hebat, molotot dan berkaca-kaca. Sekejap, sebelah telinganya menempel lengket-lengket pada permukaan pintu. "seandainya mama tidak mengancamku dengan membuang Red Stiletto ini jika aku tidak menonaktifkan blogku itu, aku pasti masih bermain-main di Bambi-Lu345, melanjutkan virtual diary-ku, bercerita soal hal ini—aku yang masturbasi di tempat kerjaku. ha ha ha.."

'a—apa..?! ja—jadi.. jadi Luhan pemilik akun blog Bambi-Lu345..?!' jerit Sehun dalam hati—kegalauan pun muncul seiring rasa tidak percayanya akan pengakuan itu, sebab Sehun memang tidak percaya sama sekali.

Namun ketika ia melihat kembali sepasang Red Stiletto di kaki kanan yang masih mendarat di permukaan meja, dan menangkap sebuah ukiran klasik yang cantik di permukaan sol sepatu sang Red Stiletto, Sehun pun mulai tidak meragukan lagi pernyataan tak sengaja Luhan. 'itu—i, itu ukiran yang sama dengan ukiran sepatu pada foto di galeri blog Bambi-Lu345..! jadi, Luhan benar-benar pemilik akun blog itu..?!'

Fakta itu membuat Sehun tidak tahan lagi—tidak tahan untuk menghajar Luhan dengan pertanyaan bertubi-tubi akan kepastian pernyataan itu, sekaligus menghajar Luhan dengan penisnya yang masih menegang dan mencuat membentuk tenda di selangkangannya. Maka dari itu, Sehun menyelinap masuk, tak lupa dengan tangannya yang mengunci pintu ruang dan mengantunginya di kantung celana. Berjalan perlahan kedap suara, kelereng matanya yang berkilau-kilau indah masih mengunci pandangan pada tubuh Luhan yang setengah telanjang masih tertelungkup setengah menungging di meja—sekejap, Sehun telah berada di belakang (atau atas) tubuh Luhan, kedua tangannya mengukung pria mungil yang tampak digoda kantuk dengan wajah memerah juga berpeluh, dan cukup melahap lima detik, bibir Sehun yang mengulas seringai lebar berbisik pada telinga Luhan yang bersembunyi di helai coklat madunya.

"jadi, kau adalah pemilik akun dari blog Bambi-Lu345 itu, hem, Xi Luhan..?"

Luhan melotot hebat—tubuhnya mengejang kaku manakala hidungnya mencium bau maskulin yang ia kenal dan telinganya menangkap suara baritone yang ia puja-puja. Sekejap mata, Luhan bangun dari telungkupnya sambil menoleh ke belakang, ia hendak memekik terkejut begitu benar bahwa atasannya—Oh Sehun, berada diatas tubuhnya; namun yang mengucur deras bukanlah teriakan kekagetan, melainkan desahan nyaring bertubi-tubi karena tangan Sehun lebih dulu berdansa mesra dengan penisnya yang mencuat dari balik g-string melalui kedua kakinya yang mengangkang.

Itu, membuat Sehun semakin menyeringai lebar dengan wajah puas, dan dengan menambah kecepatan permainannya pada penis Luhan yang menegang seiring waktu, Sehun kembali bertanya sambil mengigit-gigit kecil ceruk leher sang pria cantik Xi.

"hei, jawab pertanyaan atasanmu ini, Bambi-Lu."

"eengghhkkhh.. aahh.. ah.. hhhaa.."

"sayang~ aku tanya sekali lagi, apa kau pemilik blog Bambi-Lu345 yang telah nonaktif itu, hem...? jawab yang jujur."

"hhhaaa.. oohh.. oh.. i—iyaaahh.. itu benar, tuan.. hh.. ah.. angh~"

"dan soal kau menutup blog itu dengan alasan ancaman mamamu, apa itu benar juga...?—oh Luhan, kau berkedut-kedut, kau basah."

"ah.. ah.. oh.. ohh..hhhuuhhh~"

Luhan menggerakkan kedua tangannya untuk melingkari leher Sehun, meremas sensual helai rambut di tengkuk pria yang merupakan bos tempat ya bekerja tersebut, tak lupa Luhan menunduk untuk mengangguk mengiyakan—dan tak lama ia menjerit-jerit hebat saat Sehun menggoda lubang analnya yang berkedut panas dengan penis menegang sang bos yang masih terlindungi kain, bersamaan dengan itu, Luhan memohon-mohon pada Sehun untuk mencium mesra dirinya, yang tanpa kata Sehun melakukan apa yang pria cantik itu minta.

Ciuman panas itu berlangsung hebat, dengan lidah yang mulai bermain lincah di dalam mulut pria bermarga Xi, membuat saliva menyeruak berbondong-bondong dari balik bibir merah membengkak Xi Luhan. Dengung tertahan berusaha keras untuk keluar bebas, namun Sehun tetap tidak akan membiarkannya berkeliaran tanpa ia izinkan.

"Tu—Tuanhh.. khhph! hmph.. mmhh~ sess—sessaakhh..!"

"ngomong-ngomong, seharusnya aku memecatmu hari ini, Bambi-Lu sayang," bisik Sehun lagi, tangannya yang lain ia perintahkan untuk bergerilya di dada Luhan dan mencumbui mesra puting merah mudanya yang menegang penuh gairah. "hasil pekerjaanmu—jika kau melakukannya sendiri seperti membuatkan kopi, amat sangat tidak memuaskan. Kau bahkan tidak cekatan seperti para office boy atau office girl lainnya—dan kesalahanmu bertambah dengan aku sendiri yang memergokimu sedang beronani di kantor."

Luhan menguncup-ngucupkan doa dalam hati—mulai mengingat jika dirinya dibayang-bayang oleh pemecatan, meskipun diganggu oleh kenikmatan yang terus menujam-nujam diri. "belum lagi dengan hobimu yang memakai g-string dan Red Stiletto—kau fetish sekali dengan dua benda ini, ya...?"

"ah.. hhaaaaahh... owh! ah..! j—jangan—Tuannhh.. tolong biarkan saya.. k—klimaksshh! ah! ngahh.. sakiiitt... mhh.. ngaahhhh~~"

"baiklah—baiklah, sayang. Aku akan membukanya," jari telunjuk Sehun bergerak-gerak tepat diatas lubang penis Luhan, entah itu menekan-nekannya, atau mengesek-gesekannya hingga menimbulkan friksi getaran yang membuat pinggul Luhan semakin mengilu karena klimaksnya tertahan. "tapi kau harus menuruti apa pun perintahku—perintah bos adalah mutlak, kau paham..?"

"ah.. ah.. baiklah, Tuan—AAACCCKKKHHH...! AAHHH~~"

Cairan yang lengket, membasahi jari-jari Sehun yang masih diam manis untuk merasakan sensasi semburan hangat itu. Membairkan cairan kental itu menetes, menelusuri paha, dan terjun bebas ke lantai untuk yang kedua kalinya Luhan diraih klimaks nikmat. Kepala Luhan yang semula mengadah dan menegang kaku, hingga urat-urat lehernya sedikit mencuat lucu, kini terkulai di pundak kanan Sehun—membiarkan pria yang lebih muda darinya itu mencumbu lembut penuh kemesraan pada wajahnya yang berkeringat hebat. Kedua tangan Luhan yanh semula mencengkram kemeja sang atasan di bagian bahu, kini melemas dan ia biarkan menggantung mesra di sana.

Sesekali, Luhan melirik sayu ke wajah sang atasan, lalu bersemu hebat tatkala senyum yang sangat jarang itu terulas hanya untuknya.

Luhan terlampau terbuai dan dibuai oleh kehangatan tubuh tegap Sehun, oleh kecupan-kecupan seringan bulu malaikat pada wajah hingga bahu telanjangnya yang berkilat karena bulir keringat, oleh usapan selembut kapas yang ditujukan untuk perut, punggung, atau paha dalamnya yang basah kuyup, hingga sebuah bisikan rendah sarat nafsu besar membuat Luhan terhenyak dan tidak bisa untuk berkata tidak padanya.

.

.

.

.

.

.

To be continued

.

.

.

Chapter 2-nya terlalu panjang, akhirnya aku membaginya menjadi 2 bagian. Tidak apa-apa, 'kan..? *melas*

.

.