Disclaimer: Masashi Kishimoto

.

And I will be the One
(chapter 5 - Complete)

.

Naruto fanfiction by Unya Puu

Pair: SasuFemNaru

Genre: Pedophile, Psycology, Lollicon, Sister Complex, Incest(?)

Rate : T+

Warning: Gaje plus Garing, Super Duper OOC, Bahasa Amburadul Tidak Sesuai Dengan Pelajaran Bahasa Di Sekolah, Alur Cerita Membingungkan, Cerita Pasaran ala Sinetron-Sinetronan, Bisa Menyebabkan Sakit Mata, Sakit Kepala, Mual-Mual. Dan Sebagainya- Dan Sebegitulah.

Uzumaki Naruto - 14 Tahun

Uchiha Sasuke - 28 Tahun

.

.

#TIDAK SUKA, JANGAN BACA

Happy reading ~

.

.

.

.

"Ready for Your punishment, lil girl?"

Wajah gadis kecil itu kian pucat seperti perut ikan. Kepalanya digelengkannya ke kanan dan kekiri dengan cepat, tanda tak setuju. Ia mengaku salah, tapi ia tidak ingin dihukum seperti ini.

"Kau bawa Aphrodisiac yang kuminta?" Tanya Sasuke pada Jugo yang sedang sibuk memegangi korbannya.

"Ada di dalam ransel yang tadi ku bawa."

"Great." Ucapnya sambl memeriksa keadaan handycam yang terpasang di tripod yang menghadap tempat tidur. Lalu mengambil handycam lainnya yang ada diatas tempat tidur.

"Sasuke, kau tidak merencanakan sesuatu yang lebih buruk kan?"

"I don't."

Jugo menelan ludah. Kekehan mengerikan yang keluar dari mulut Sasuke semakin menguatkan keyakinannya. Pemuda itu sudah tak terkontrol. Ia akan benar-benar melakukan hal tergila setelah ini.

"Pegang ini, gadis kecil."

Sasuke memberikan Handycam yang dibawanya pada siswi yang ketakutan itu setelah ia aktifkan mode merekamnya.

"Sekalipun ini milikmu, jangan pernah kau berani menjatuhkannya atau aku akan melempar tubuhmu ke tanah berbatu dibawah sana." Ancamnya lagi.

Menenteng tas plastik berisi obat perangsang cair yang diambilnya dari dalam ransel, Sasuke mendekati beberapa korban lainnya yang tetap terikat rantai.

Ia lalu mencekokkan Aphrodisiac ke mulut siswa-siswa yang sudah tak berdaya itu. Satu-persatu. Dengan sangat kasar, memaksa mereka menelan cairan itu hingga tetes terakhir.

Tak peduli mereka tersedak hingga tenggorokan mereka sakit.

Dan sama sekali tak peduli meski sebenarnya obat yang diminumkan paksa itu di luar takaran.

Sasuke benar-benar sudah tidak peduli.

Obat laknat itu bekerja dalam tubuh belia mereka beberapa detik kemudian. Mereka terlihat menggeliat tak nyaman dalam pelukan rantai.

Sasuke kembali mendekati gadis yang ditahan Jugo. Lagi-lagi berjongkok agar posisi mereka setara.

"Kau mau meminum obat ini juga?"

Gadis itu memejamkan matanya, butiran air mengalir di ujung matanya.

"Hei, aku bertanya padamu bocah. Jawab aku!"

Sasuke menjambak rambut belakang gadis itu agar ia membuka mata dan menatap Sasuke.

"Hiks, tidak mau. Sensei, maafkan saya. Saya mohon…"

"Ah tentu saja, aku memaafkanmu. Aku memaafkan kalian semua. Tapi setelah semua ini selesai, oke?"

Sang Uchiha lalu melepasnya.

"Kudengar, diantara kalian… Kau yang paling ingin melihat hasil rekaman rencana pemerkosaan itu. Benar begitu?"

Gadis itu kembali menggelengkan kepala.

"Oh, baiklah. Tak ada gunanya memaksamu berkata jujur."

Sasuke tersenyum. Hanya sebuah senyum biasa.

"Karena rencanamu gagal total. Aku akan membantumu mendapatkan apa yang ingin kau lihat…"

Dengan cepat ia mengarahkan tangan kecil yang menggenggam erat Handycam itu tepat di wajah sebelah kanan. Membenarkan posisinya agar dapat mengambil gambar dengan sempurna.

"Rekam dengan baik apa yang akan kulakukan setelah ini mengerti? Jika tidak, aku akan mencincang tubuh kecilmu itu untuk makan malam serigala di hutan."

Kali ini gadis kecil itu mengangguk lemah. "Sa..saya mengerti sensei.." ia menggenggam Handycamnya sendiri dengan erat.

"Good girl…."

Sasuke menghampiri Naruto yang masih terlelap dengan tangan terikat di tempat tidur. Tanpa melepas sepatu yang dikenakannya, Sasuke menaiki ranjang, perlahan. Agar Naruto tak terlalu cepat terbangun.

Memposisikan tubuhnya diatas tubuh Naruto, pemuda Uchiha itu mencium bibir gadis dibawahnya selembut mungkin.

Menahan berat tubuhnya dengan tangan kiri agar tak menindih Naruto, tangan lainnya bergerilya. Mengusap paha mulus itu, menyingkirkan kemeja yang tadi diselimutkannya. Lalu menyelipkan jemarinya ke dalam rok seragam. Menarik turun celana dalam berwarna peach dari tempatnya.

Melepasnya melalui kaki kanan, dan membiarkannya tergantung di kaki kiri Naruto.

"Sasuke, apa yang kau lakukan?!" Mata Jugo terbelalak. 'Ini bahkan lebih buruk dari yang kubayangkan!' Teriaknya dalam hati.

"Oh, aku hanya ingin memberikan pelajaran berharga pada mereka. Seperti yang sudah kubilang." Jawab Sasuke santai.

Sasuke duduk diantara kedua kaki sang adik, bertumpu pada lutut. Ia meletakkan paha kanan Naruto diatas paha kirinya dan paha kiri Naruto di atas paha kanannya.

"Dengan begini, mereka tidak akan lagi dapat tidur nyenyak." Pemuda 28 tahun itu melonggarkan sabuknya. Melepasnya tanpa kesusahan dan membuangnya begitu saja di lantai.

"Aku ingin mereka terbangun setiap malam. Dengan degup jantung tak teratur dan keringat dingin di sekujur tubuh."

Membuka resleting celananya dengan cepat, Sasuke membiarkan celana yang dikenakannya turun sampai paha. Hingga hanya celana dalamnya saja yang tetap melekat disana.

"Mereka akan mengingat ini, perasaan tersiksa karena rasa bersalah yang tak akan reda hingga akhir."

Nafasnya menjadi semakin berat. Badannya panas seperti terbakar api. Tapi pemuda itu masih menyempatkan diri untuk mengabadikan beberapa foto Naruto.

"Sasuke!" Tak digubrisnya panggilan Jugo, Sasuke meletakkan kembali kameranya dibelakangnya.

Mendengar suara bising di dekatnya membuat Naruto terbangun. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, pemandangan menyedihkan masuk kedalam matanya. Anak laki-laki yang tadi bersikap kurang ajar padanya dan gadis yang sudah menjebakkya. Keadaan mereka buruk.

'Apa yang terjadi saat aku tertidur?'

"Nii-sama? Ada apa ini?"

Sasuke menatapnya tajam, matanya merah.

"Naru, you do love me. Don't you?"

Sasuke menciumnya sekali lagi.

"Nii-sama?" Naruto keheranan, Sasuke tampak berbeda.

"You won't hate me, even if I do terrible thing. Do you?"

"Maksud Nii-sama apa?"

Sasuke hanya diam, kemudian menutup mata Naruto dengan dasi-nya. Mengikatnya tidak terlalu erat, agar kelopak mata gadisnya tak tersakiti. Ia tidak ingin Naruto melihat wajah menakutkannya saat horny seperti ini.

"Kenapa Nii-sama menutup mata Naru?"

Merasa perasaannya tidak enak, Naruto meggeliat dan mencoba berontak. Tapi karena tangannya masih terikat, tak banyak yang bisa dilakukannya selain menggerakkan tubuh. Walau itupun sedikit sulit karena kedua tangan Sasuke memegang erat pinggul kecilnya.

"Nii-sama, tolong lepaskan tali ini."

"Aku tidak bisa, Naru.."

"Sasuke! Hentikan!" Teriak Jugo.

"DIAM!" Sasuke berteriak tak kalah keras.

"Kau keterlaluan! Sadarlah! Kecerobohanmu ini akan menghancurkan masa depannya!" Jugo coba memperingatkannya sekali lagi.

"KAU-DIAM-SAJA-DISANA! LAKUKAN TUGASMU DENGAN BAIK DAN BIARKAN-AKU-MEMULAI-INI-DENGAN CEPAT!"

Sasuke menurunkan celana dalamnya sendiri. Mengangkat kedua kaki Naruto agak tinggi dan mengganjal pinggul belakangnya dengan bantal. Membuka paha kecil itu agak lebar lalu mendorong masuk bagian bawah tubuhnya ke dalam tubuh Naruto dengan satu hentakan keras.

Naruto menjerit. Jeritan kesakitan yang tak pernah di dengar Sasuke dari bibir kecil itu seumur hidupnya.

Tapi ia tetap tak meghentikan apa yang sudah dilakukannya. Sasuke harus melakukan ini, atau ia tak akan mendapat apa-apa nantinya.

Sasuke memejamkan matanya, menikmati sensasi asing yang telah lama diimpikannya. Berbanding terbalik dengan kesakitan yang didapat Naruto dibawah tubuhnya.

"You can watch me play but I won't allow you to join…." Ucap Sasuke sambil memandang ke sebelah kiri, dimana siswa-siswa yang terikat rantai itu mendesis kesakitan karena tak bisa menyalurkan hasrat.

"….. And I will be the One, who can enjoy her body like this."

Tak ada yang bisa bergerak dari sana. Selain suara mendesah dan suara merintih kesakitan, tak ada lagi yang terdengar dari tempat itu.

Bukan berarti Jugo lebih menyetujui terjadinya pemerkosaan yang lain, tapi sungguh ini lebih buruk untuk dilihat matanya.

Dalam mimpi pun, ia tak ingin melihat ini. Menonton video BDSM masih jauh lebih baik dari pada menonton secara langsung adegan pemerkosaan gila di hadapannya.

"Nii….sa..ma.. Hu..rt.."

"It's oke. You'll be fine..."

"N..n..oo.."

"I'm here.."

"Ple…ase.."

"I'm with You…"

"St..o..pph."

"Ngh.. I can't."

"Pull it… out…."

"Just bear with it… a little longer…"

Dialog mereka terdengar seperti album kompilasi, perpaduan antara kesedihan dan kesenangan dalam satu waktu. Lagu yang menyiksa pelantun satu. Dan memanjakan pelantun yang lainnya. Erangan dan rintihan itu memantul nyaring di dinding-dinding retak

Melodi yang amat sangat memilukan, bagi siapapun yang mendengarnya.

Jugo hanya tidak mengerti tindakan diluar batas sang Uchiha.

Permainan ini milik Sasuke. Yang sengaja diciptakannya untuk menindas lawan-lawannya.

Permainan ini milik pemuda itu. Yang dibuatnya sendiri untuk membalas sikap tidak sopan bocah-bocah tak stabil itu kepada gadis kecintaannya.

Permainan ini milik laki-laki gila itu. Yang nyatanya kini tengah melakukan hal yang jauh lebih kurang ajar dengan merenggut mahkota dan menguras habis stok air mata adiknya.

Jika akhirnya sang adik yang harus tersiksa, pertanyaan yang tepat adalah…

Sebenarnya permainan ini adalah hukuman dari Sasuke untuk siapa?

.

unyapuu unyapuu

.

Kepala Naruto mendongak dengan mata tertutup rapat. Kepalanya blank. Sesekali ia menggigit bibirnya untuk menyalurkan rasa sakit dan aneh yang menyergap tubuhnya.

Sasuke sendiri tidak berhenti bergerak. Ia sadar Naruto tak menikmati apa yang dilakukannya tapi Sasuke seperti tidak peduli. Ia tetap tak menghentikan gerakannya sedikitpun.

Badan kecil Naruto yang terhentak-hentak seirama dengan gerakan Sasuke membuat dasi yang semula menutup penglihatannya menjadi longgar. Ia bisa melihat wajah Sasuke dengan jelas. Wajah penuh keringat yang sangat menakutkan.

Naruto ingin menutup wajahnya namun tidak bisa. Selain rasa sakit dan aneh, entah kenapa rasa malu luar biasa juga menghampirinya. Walau tidak mengerti kenapa kakaknya melakukan ini kepadanya. Rasanya Naruto ingin segera menghilang dari pandangan siapapun.

Gadis berambut pendek itu menangis. Tangannya yang menggenggam handycam tampak gemetar, Seluruh tubuhnya bergetar. Wajah tersiksa Naruto yang basah karena keringat dan air mata membuat matanya tetap terbuka walau sebenarnya ia sangat ingin menutupnya. Membutakan penglihatannya sendiri dari adegan tak pantas yang sedang berlangsung di depannya.

Rasa penyesalan besar menghantam dadanya. Ia tidak tahu kenapa. Padahal beberapa saat yang lalu hatinya masih diselimuti kebencian besar.

Kini ia sungguh-sungguh merasa bersalah pada teman sekelasnya itu. Melihat sesamanya diperlakukan seperti itu didepan matanya, rasanya sedih sekali.

Ekspresi kesakitan semakin tergambar jelas di wajah Naruto. Dengan tingkat kesadaran yang kian menipis, ia masih berusaha melepaskan diri dari ketidak warasan sang kakak walau tidak menunjukkan hasil apapun.

Kepalanya bergerak lemah ke kiri dan ke kanan. Mengharapkan bantuan dari orang lain yang juga ada di sana untuk membebaskannya dari keganasan sang kakak.

Berharap ada yang mambantunya mengakhiri penderitaan yang dialami tubuh dan jiwanya.

Lain cerita dengan bocah-bocah malang yang on karena obat perangsang. Beberapa pria yang dipaksa menonton adegan itu juga sama. Walau enggan, bohong jika tidak ada yang mengaku terangsang melihat apa yang dilakukan Sasuke. Tapi rasa tidak nyaman yang lain mengerogoti hati mereka.

Anak-anak malang itu akhirnya pingsan setelah beberapa jam permainan berjalan. Tidak kuat menahan hasrat tak tersalurkan dan sakitnya saat 'bangun' tapi terbelit rantai.

Sasuke terengah-engah. Setelah klimaks terakhirnya, ia tidak merasa puas.

'Masih jauh dari kata cukup' Teriak batinnya.

Ia lalu melepaskan dirinya dari dalam tubuh Naruto. Mengambil ponsel di saku celananya, menekan tombol call di satu nama pada daftar kontaknya.

"Suigetsu. Bawa beberapa orang kemari. Bantu jugo membereskan sisa kekacauan ini. Dan bawa mereka yang terluka ke klinik Karin."

Pemuda itu merapikan celananya dan menutup bagian bawah tubuh Naruto dengan kemejanya lagi. Turun perlahan dari atas ranjang dan menyambar kalung Kristal biru milik Naruto yang terkulai dilantai.

"Kau benar-benar keterlaluan."

"Tidak juga." Sasuke memasang kembali kalung itu di leher Naruto.

"Apa sebenarnya tujuanmu melakukan semua ini?" Jugo mengamankan handycam yang tadi dipegang gadis kecil yang sekarang kehilangan kesadaran.

"Aku hanya ingin menunjukkan pada mereka bahwa hanya aku yang berhak melakukan itu pada Naru."

"Kau bodoh atau apa? Kau sudah menyakitinya. Dia akan membencimu seumur hidupnya."

"Itu tidak akan terjadi. Dia sangat mencintaiku."

Sasuke lalu melepaskan tali yang mengikat tangan Naruto. Ada luka lecet karena gesekan tali di pergelangan tangan kecil yang memerah. Sasuke mencium luka itu, kemudian mengangkat tubuh kecil itu dari atas tempat tidur. Menarik lepas sprei kusam yang menjadi alas. Membunkus kaki Naruto dengan itu dan menggendongnya.

"Mau kemana kau sekarang?!" Tanya Jugo sambil meletakkan beberapa benda ke dalam ransel.

"Apartement."

"Apalagi yang akan kau lakukan?"

"Menuntaskan hasratku."

"Kau memang bajingan."

"Heh, aku tersanjung."

Sasuke tertawa saat mendengar cemoohan Jugo.

"Terimakasih telah membantuku."

Jugo tak membalas ucapan terimakasih Sasuke. Sama sekali tidak merasa terhormat menerima ucapan yang langka keluar dari bibir dingin sang Uchiha. Sungguh. Jika tahu sejak awal harus melakukan hal seperti ini, diberi bongkahan berlian pun dia tak mau.

Sang Uchiha pun berlalu, pergi dengan menggendong sang adik yang tak sadarkan diri dalam pelukannya.

.

unyapuu unyapuu

.

Naruto terbangun. Mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah kamar luas dengan cahaya temaram. Ia tidak tahu sudah tertidur berapa lama.

'Mungkin di luar sudah pagi?' pikirnya.

Saat Naruto ingin bergerak, ia merasakan nyeri disekujur tubuhnya.

Dalam sekejap, ingatan akan kejadian semalam memenuhi kepalanya. Naruto ingin menangis mengingatnya.

Ia memutuskan untuk duduk dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Matanya lalu melihat sekeliling. Sebuah kamar yang asing. Dengan banyak fotonya menempel di tiap jengkal dinding hingga atap. Naruto yakin ruangan ini adalah salah satu kamar yang ada dalam apartement Sasuke.

"Sudah bangun, Naru?"

Tubuh Naruto langsung membeku mendengar suara berat kakaknya.

"Aku sudah membuatkan sarapan untuk kita. Mau makan sekarang?" Sasuke mendekat ke tempat tidur, Naruto beringsut ke pojok tempat tidur. Ia ketakutan.

"A..apa Naru sudah membuat Nii-sama marah?"

"Hm? Apa maksudmu?" Sasuke menaiki tempat tidur, mendekati sang adik.

"Apa Nii-sama… membenci Naru?"

"Tentu saja tidak."

"Jangan Mendekat!"

Sasuke berhenti saat melihat Naruto dengan jelas menolak kehadirannya.

"Naru mohon, jangan mendekat kemari…"

Sasuke menghela nafas, mengabaikan permintaan Naruto. Ia malah memeluk Naruto paksa.

"…Ini tidak seperti yang kau pikirkan."

"Lepaskan…."

"Tidak mau." Sasuke mencium daun telinga Naruto.

"Naru mohon… lepaskan.."

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu… kau dengar itu?" pemuda itu mempererat pelukannya.

"Kenapa Nii-sama melakukan hal itu? Kenapa Nii-sama menghukum Naru?" Naruto akhirnya menangis.

"Itu bukan hukuman, Naru.."

Sasuke mengusap lembut kepala Naruto

"Itu tanda cinta dariku, untukmu.."

Lanjutnya.

"Kau mencintaiku, bukan?"

Naruto tidak menjawab.

"Aku pun sama, aku mencintaimu sejak dahulu kala." kata Sasuke lagi.

Tubuh kecil itu masih bergetar dalam pelukan sang pemuda. Air mata masih mengalir dari ujung matanya.

"Kelak kita akan menjadi sebuah keluarga, dan itu adalah hal yang wajar dilakukan bagi orang yang saling mencintai…"

Pemuda itu membaringkan tubuh kecil Naruto. Mencium bibirnya beberapa kali.

"Aku mencintaimu…"

Selimut yang menutupi tubuh naruto ditariknya hingga lepas.

"…..Dan kita akan bersama selamanya…"

Naruto tidak mengerti. Jadi perhatian, perlindungan juga perasaan cinta yang selama ini diberikan kepadanya hanyalah kedok bagi Sasuke untuk mendapatkan tubuhnya seperti ini.

Pikirannya buntu. Hatinya sakit. Tubuhnya nyeri. Tapi tak ada lagi yang bisa dilakukannya kini. Juga saat Sasuke kembali melakukan seperti apa yang sudah dilakukan kepadanya kemarin.

.

unyapuu unyapuu

.

Konoha Private School, 10:29 AM

"Naruto tidak ada?"

Tanya Fugaku, Iruka mengangguk.

"Kemana dia?"

2 keluarga dari marga berbeda itu bertemu, tujuan mereka sama. Ingin bertemu dengan Naruto.

"Kemarin dia menghilang begitu saja setelah kegiatan belajar selesai." Jelas Tsunade.

"Apa terjadi sesuatu? Kenapa tidak menghubungi kami?" Mikoto menunjukkan raut wajah khawatir.

" Aku juga tidak mengetahui secara pasti. Tapi anda tidak perlu cemas. Dia bersama Uchiha sensei."

"Sasuke?"

"Ya, Iruka memberitahuku tentang kalian jadi aku merasa lega karena menyuruh orang yang tepat. Kemarin saat mengetahui Naruto tidak ada, aku langsung menghubungi Uchiha sensei untuk mencarinya. Uchiha sensei menghubungiku saat senja. Dia bilang, siang ini dia akan menjelaskan sesuatu pada kami. Tapi sampai sekarang belum ada kabar darinya. Sudah kucoba menghubungi ponselnya, tapi tidak diangkat."

"Tidak diangkat?"

"Ya. Mungkin masih ada pekerjaan yang tidak bisa diganggu. Itu pikirku" jawab Tsunade lagi.

"Baiklah, aku akan coba menghubunginya…"

.

Apartement Sasuke, 11:03 AM

.

Sasuke baru keluar dari kamar mandi saat ponselnya berdering keras. Dengan hanya melilitkan handuk di pinggang, ia menghampiri meja.

'Itachi-nii? Untuk apa dia menghubungiku?'

Sasuke menaikkan sebelah alisnya sebelum menjawab telpon.

"Hn. Ada perlu apa menelponku, Aniki?"

/"Sasuke, dimana Naruto?"/

"Naru bersamaku, ia sedang tidur sekarang."

/"Apa Naruto baik-baik saja?"/

"Hn."

/"Dimana kalian sekarang? Kami semua ingin bertemu Naruto."/

"Kami?"

/"Ya. Kami. Aku, Tou-sama dan Kaa-sama. Juga Iruka-san beserta keluarganya. "/

'Ah, aku lupa jika Iruka sudah menunggu Naruto dari kemarin.' Batin Sasuke.

/"Sasuke? Kau masih mendengarku?"/

"Hn."

/"Bisa kau antar Naruto kemari?"/

"Tidak bisa."

/"Kenapa kau ini? Ayolah, jangan memulai pertengkaran. Ini tidak lucu."/

"Apa maksudmu, Aniki? Kau pikir aku sedang melawak?"

/"Kau selalu kekanakan jika menyangkut Naruto. Ingat, dia bukan mainanmu."/

"Ah, terserahlah. Datanglah ke apartementku jika kalian ingin bertemu dengannya."

/"Apa Naruto sedang sakit?"/

"Datang saja kemari."

Sasuke memutus telpon Itachi. Tampak di layar ponselnya pemberitahuan beberapa panggilan tak terjawab.

7 dari Jugo. 9 dari Karin. 3 dari Suigetsu. 5 dari Tsunade dan 1dari Itachi

Oh, banyak hal yang ia lupa lakukan untuk hari ini.

Termasuk menjelaskan kejadian menghilangnya Naruto dan mempertemukannya dengan keluarga Iruka.

Ditambah keluarganya yang berkeinginan untuk bertemu dengan Naruto juga.

Kali ini, ia harus siap menghadapi akibat perbuatannya.

Sasuke tidak menyesal.

Ia berjanji tidak akan bersikap lemah seperti waktu itu.

.

Keluarga Uchiha itu datang bersama keluarga Iruka 30 menit kemudian.

"Dimana Naruto?" Tanya Itachi begitu menginjakkan kaki di apartement Sasuke.

"Ada di dalam kamar." Jawab Sasuke.

Dan mereka semua segera masuk ke dalam kamar bernuansa putih itu.

Naruto tampak sedang tertidur di atas king bed size milik Sasuke. Badannya tertutup selimut hingga leher. Rambutnya agak basah terurai, diatas bantal.

Mikoto segera menghampiri putrinya itu.

"Senju-san bilang kemarin Naruto menghilang saat Iruka ingin bertemu dengannya. Kenapa sekarang Naruto bisa berada di tempatmu?"

"Ceritanya panjang."

Wanita paruh baya itu mengecek suhu tubuh Naruto di dahi dengan punggung tangannya.

"Syukurlah, ia tidak demam."

Sang ibu kemudian menyadari ada yang aneh di wajah putrinya. Bagian bawah matanya agak bengkak, seperti habis menangis.

Ia lalu membuka selimut yang dipakai putrinya hingga dada. Betapa terkejutnya sang ibu ketika sepasang matanya melihat beberapa tanda keunguan menghiasi leher hingga pundak Naruto.

Diturunkannya lagi selimut biru itu hingga pinggang, matanya terbelalak mengetahui ada bekas ikatan di pergelangan tangan Naruto.

Mikoto seperti terlempar ke masa itu, kejadian 3 tahun lalu. Mendapati kondisi berantakan Naruto, ia yakin ini bahkan lebih parah dari waktu itu. Dengan panik, Mikoto bertanya pada putranya.

"A..apa yang sebenarnya terjadi pada Naruto?" Sekarang ia tidak berani untuk mengetahui apa yang terjadi pada beberapa bagian tubuh Naruto yang masih tertutup selimut.

Fugaku dan Itachi mendekat ke tempat Naruto berbaring. Sama-sama terkejut dengan kondisi Naruto yang sebenarnya.

"Apa yang sudah kau lakukan padanya?!"

Semua mata tertuju pada Sasuke yang hanya berdiam diri di depan pintu.

"Seperti yang kalian lihat…"

Sauke tesenyum bangga.

"…. Aku menidurinya….."

.

unyapuu unyapuu

.

Sasuke mengusap darah yang mengalir dari ujung bibirnya yang sobek. Sepanjang hidupnya, ini adalah kali kedua pipinya terkena bogem mentah dari sang ayah. Ah, ralat. Ini yang ketiga, karena Sasuke mendapat dua bogeman sekaligus. Dari sang ayah, dan satu dari sang kakak. Sayangnya tak ada sedikitpun penyesalan dalam hati pemuda itu.

Berbeda dengan kejadian tiga tahun lalu dimana ia juga mendapat hadiah yang sama di atas wajah tampannya. Jika saat itu rasa bersalah menghinggapi jiwanya, tidak dengan apa yang sudah dilakukannya kini.

Sasuke masih terdiam. Wajahnya cerah, ia tampak lebih hidup dari sebelum-sebelumnya.

"Jangan tersenyum! Ini bukan waktunya untuk itu Uchiha Sasuke!"

"Ah? Lalu aku harus menangis?" jawaban tanpa beban Sasuke memancing amarah mereka kembali.

"Kau gila!"

Tiba-tiba ponsel Sasuke berbunyi.

"Hn. Ada apa?"

/"Mereka sudah sadar. Apa lagi yang akan kau lakukan pada mereka?"/ Suara Jugo terdengar diseberang.

"Tidak ada. Antar mereka pulang."

/"Kau serius? Bagaimana jika mereka melaporkanmu pada pihak berwajib?"/

"Tidak akan terjadi, kau tenang saja. Aku yang akan bertanggung jawab jika masalah ini memanjang."

/"Baiklah, aku tidak akan ikut campur."/

"Hn. Sampaikan saja salamku pada bocah-bocah nakal itu. Aku mengawasi mereka."

/"….oke."/

Telpon terputus.

"Masalah apa lagi yang kau buat diluar sana, anak muda?!"

"Tidak ada, hanya sedikit peringatan untuk mereka yang berani bersikap kurang ajar pada Naru."

"Kau berpikir seperti itu? Lalu bagaimana denganmu sendiri?"

"Mereka pantas mendapatkannya."

"Brengsek sekali kau! Uchiha tidak pernah bersikap memalukan!"

"Oh, aku sudah mendengar pujian itu puluhan kali entah dimana."

"Tidak bisakah kau bersikap lebih baik?! Kita sedang membicarakan masalah serius!"

"Mereka hampir memperkosa Naru jika kalian ingin tahu!" Bentak Sasuke kesal.

"Tapi kau lah yang pada akhirnya melakukan itu padanya! Kau melakukan hal yang lebih buruk dari mereka! Kau sadar itu?!"

"Bukankah itu lebih baik?"

"Kau benar-benar tidak waras!"

"Tidakkah kalian berpikir bahwa lebih baik aku yang melakukannya dari pada orang lain?"

"Dimana otakmu?! Katakan!"

Suara Itachi meninggi.

"HENTIKANN!"

Seluruh penghuni kamar itu terdiam. Mereka terkejut untuk yang kesekian kali. Untuk pertama kalinya seorang ibu kalem sekelas Mikoto berteriak lantang.

"Tidak bisakah kalian membicarakan ini diluar? Naruto butuh istirahat." Tangis sang ibu pecah.

Iruka hanya bisa terdiam mengetahui kebobrokan yang ada dalam rumah tangga mantan majikannya. Ia hanya bisa merasakan sedih teramat sangat dalam tanpa bisa mencampuri urusan keluarga itu.

'Kasihan sekali kau, nak…'

Penilaiannya akan ketulusan Sasuke pun beubah 180 Derajat. Ternyata pemuda itu hanya terobsesi pada putri angkatnya.

"Setelah ini, aku tidak akan mengijinkanmu bertemu dengan Naruto lagi! Camkan itu baik-baik dikepalamu!"

"Oh, apalagi ini? Tou-sama masih berpikir akan memisahkan kami lagi?"

Fugaku terdiam. "Jika itu yang harus kulakukan. Akan kulakukan. Kau sudah merusak hidup Naruto. Berjauhan darimu adalah yang terbaik baginya."

"Baiklah, lakukan apapun yang Tou-sama suka. Tapi jangan salahkan aku jika kita hancur bersama."

"Kau mengancamku?" Tanya sang ayah sengit.

"Ya, memang benar. Ini tidak akan sama seperti waktu itu. Jika kalian masih berpikir untuk memisahkan Naru dariku lakukan saja…"

Sasuke masuk ke dalam kamar utama, tak lama ia kembali dengan beberapa lembar foto ditangannya. Dengan kasar dilemparnya lembaran foto itu diatas meja.

"Jauhkan saja Naru dariku, dan aku akan lebih menghancurkannya. Menghancurkan kalian juga….."

Entah untuk keberapakalinya dalam sehari, mata mereka terbelalak. Melihat beberapa lembar foto tidak pantas itu berserakan dihadapan mereka.

Demi nama keluarga besarnya yang secara turun temurun tak pernah berbuat masalah, mereka bertekuk lutut.

Entah apa yang harus mereka katakan pada gadis yang tidak tahu apa-apa itu. Lagi-lagi mereka dipaksa bungkam dibawah kaki Sasuke dan mengorbankan gadis tak berdosa itu padanya.

.

unyapuu unyapuu

.

Naruto berhenti dari sekolah. Konoha Private School heboh. Tidak ada keterangan jelas mengenai hal ini. Teman-temannya yang merasa amat sangat kehilangan berusaha mencari informasi. Tapi tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Tsunade selaku kepala juga tidak tahu menahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya diberitahu bahwa Naruto akan melanjutkan sekolah di tempat jauh.

Sedangkan gadis berambut pendek yang terlibat dalam kejadian malam itu memilih untuk bungkam saat kedua sahabatnya memaksanya untuk membeberkan kejadian sebenarnya. Diantara korban lainnya, memang hanya dia yang tak mengalami siksaan fisik. Tapi jiwanya terguncang.

Dan benar saja. Bagai kutukan setan, semua orang yang terlibat malam itu -selain Sasuke- mengalami beberapa gangguan psikologi. Mereka terjangkit depresi hebat. Terbangun dimalam hari dengan keringat dingin membanjiri wajah dan tubuh mereka, dan degup jantung tak teratur seperti dikejar kematian.

Permainan yang dikatakan Sasuke sore itu menyiksa semua orang yang ada disana. Entah apa yang dipikirkan pemuda itu.

Yang jelas, ia sudah berhasil membuat hidup orang lain tidak tenang.

Kasus menyedihkan itu tertutup rapat dari kepolisian dan media media tak bertanggung jawab. Semua orang yang terlibat malam itu dan juga para korban, memilih untuk tutup mulut.

Kengerian yang diberikan sang Uchiha lebih dari cukup untuk membuat mereka jera. Mereka bersumpah tidak akan melibatkan diri lagi dengan keluarga itu dari pada menanggung rasa tidak nyaman karena rasa bersalah berlebihan yang tetap menghantui hidup mereka entah sampai kapan.

.

unyapuu unyapuu

.

3 minggu setelah peristiwa tidak mengenakkan itu, Naruto dinyatakan hamil. Sasuke senang. Naruto Shock, keluarga Uchiha bingung. Dilemma menimpa mereka, antara sedih dan bahagia. Bahagia karena akan ada Uchiha kecil lain penerus keluarga dan sedih karena putri mereka harus melepas masa remajanya begitu saja.

Naruto sendiri yang masih mengalami trauma akibat kebejatan kakaknya harus menelan kenyataan pahit bahwa ia sudah harus bertanggung jawab atas kehidupan baru yang tumbuh di rahimnya.

Ia masih merasakan ketakutan yang besar pada Sasuke. Tapi pemuda itu tidak patah semangat dan tetap berada dijarak yang dekat dengan calon ibu dari jabang bayinya itu.

Dengan penuh tanggung jawab, Sasuke yang sedang berbahagia karena merasa memiliki hak penuh atas Naruto dan juga tahun depan akan menjadi seorang ayah berusaha penuh untuk mengembalikan Naruto seperti sedia kala.

Tak hanya itu, untuk kebaikan Naruto dan perkembangan janin dalam rahimnya, Sasuke membawanya ke ahli Hypnotherapy untuk memulihkan kondisi Naruto yang juga tak luput dari depresi karena shock hebat yang menjangkitinya pasca kejadian saat itu. Berkat penangan yang baik dan rutin serta dukungan keluarga yang mencintainya dengan sangat, kondisi kejiwaan Naruto yang sempat terguncang berangsur membaik. Akhirnya Naruto bisa menjalani hidupnya dengan lebih normal meski kadang efek trauma itu tetap ada. Dan mulai menikmati peran barunya sebagai calon ibu bagi sang jabang bayi yang dikandungnya.

Atas permintaan Sasuke, Naruto kemudian tinggal bersama dengannya. Disebuah perumahan asri impian setiap keluarga bahagia. Hidup berdua, memulai segalanya dari awal. Memang merupakan awal kehamilan yang berat bagi Naruto yang masih 14 tahun. Tapi semuanya berjalan dengan baik sebagai mana mestinya. Cekcok yang sering melanda kehidupan rumah tangga pengantin baru juga mampir dalam hidup mereka walau mereka belum resmi menjadi sepasang suami istri.

Perbedaan umur yang mencolok dan ketidakstabilan kondisi jiwa muda Naruto sering jadi penyebabnya. Ditambah mood swing yang dideritanya akibat hamil, lengkaplah sudah. Salahkan saja Sasuke yang sudah merampas masa mudanya *digampar

Sembilan bulan kemudian, Naruto melahirkan putra pertamanya dengan selamat walau diagnosa awal sang dokter mengatakan kelahiran bayinya beresiko karena usia sang ibu yang terlalu muda. Dan Naruto harus melakukan serangkaian operasi Caesar karena ukuran pinggul Naruto yang terlalu kecil sehingga tidak memungkinkan baginya untuk melakukan persalinan normal.

Bayi bersurai hitam khas Uchiha dengan tinggi 17 inci dan bobot tubuh 4,1 kg itu lahir dengan selamat dan sehat. Kelahiran cucu kedua dalam keluarga itu disambut dengan penuh suka cita. Mereka semua tampak bahagia, mengetahui bahwa keduanya selamat. Terutama ayah si bayi.

Dua tahun kemudian, saat usia Naruto 16 tahun ia menikah dengan mantan kakaknya. Berubah gelar dari Nona Muda Uchiha menjadi Nyonya Muda Uchiha. Pernikahan dua Uchiha itu dilakukan di sebuah kuil keluarga. Acara berlangsung dengan khidmat.

Disusul dengan resepsi pernikahan mereka yang di gelar beberapa hari kemudian. Sangat meriah seperti saat perayaan pernikahan Itachi dulu.

Walau tak sedikit perkataan miring yang ditujukan pada mereka kerena tindakan yang sedikit menyimpang sebagai orang terpandang. Mereka sudah tidak peduli. Keluarga Uchiha tidak ambil pusing.

Mereka hanya berpikir sederhana. Setidaknya, dengan membiarkan Sasuke dan Naruto tetap bersama dan berbahagia bukanlah pilihan yang salah.

.

End

.

.

.

.

.

\(^v^)/

Omake~

"Papa?"

"Hn"

"Boleh aku bertanya pada Papa?"

"Katakan saja."

"Apakah benar Mama Naru adalah Mama kandungku?"

Pria yang tengah menimang nimang putra ke duanya yang baru berusia 7 bulan itu menoleh, menatap putra sulungnya yang sedang membolak balik sebuah album foto berisi potret mereka berempat.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Karena teman-temanku bilang, Mama terlalu muda untuk jadi ibuku. Mereka juga bilang, Mama lebih pantas jadi Kakakku. Ibu teman-temanku tidak ada yang seperti Mama"

Sasuke terdiam, bingung harus menjawab apa pada putranya yang tahun ini berusia 6 itu. Sudah terlalu banyak yang melontarkan komentar serupa.

Ia jadi ingat hari ini adalah Jugyou sankanbi pertama Naruto semenjak Menma masuk Sekolah Dasar. Kunjungan wali murid ke sekolah sebelumnya Sasuke datang sendirian karena Naruto yang tengah hamil tak bisa pergi menemaninya.

Masih diingatnya dengan jelas pula kejadian tadi pagi saat mereka sampai di sekolah Menma. Kegaduhan dan kehebohan yang luar biasa mengganggu acara tahunan itu. Naruto jadi merasa tidak enak karenannya.

Bisa dibilang itu adalah kali pertama mereka melihat Naruto. Pantaslah jika teman-teman Menma juga berpendapat sama, Naruto memang masih terlalu muda untuk menjadi ibu dari 2 jagoan laki-lakinya.

"Naru memang Mama-mu, Menma…."

"Sungguh?"

Sasuke tersenyum misterius. Akhirnya ada kesempatan menjauhkan anak-anaknya dari ibunya malam ini.

"Mau kuberitahu sesuatu?"

Menma mendongakkan kepala, menatap sang ayah.

"Apa itu?"

Dengan masih menggendong putra keduanya yang sudah tertidur, Sasuke berjalan meninggalkan ruang utama "Ikut denganku…"

Ayah 2 anak itu hendak menunjukkan koleksi fotonya pada Menma. Yang ingin ditunjukkan pria itu adalah kumpulan foto saat Naruto hamil pertama 6 tahun yang lalu. Agar putranya percaya bahwa Naruto benar-benar ibunya.

Kasihan sekali Uchiha kecil itu termakan perkataan teman-temannya. Yah, salahnya sendiri sih sebenarnya. Kan Sasuke sendiri yang sudah 'memaksa' Naruto untuk melahirkan Menma di usianya yang masih sangat belia.

Beberapa menit kemudian Naruto datang membawa semangkuk besar kue kering.

"Eh? Kenapa tidak ada siapa-siapa disini?"

Naruto meletakkan mangkuk berisi kue kering di atas meja.

"Mereka kemana ya? Padahal kuenya sudah matang."

Ibu muda 2 anak itu mengerutkan keningnya dalam. Seingatnya tadi putranya, Menma dan suaminya memintanya untuk segera bergabung dengan mereka di ruang utama.

"Aku disini…" Pria itu memeluk Naruto dari belakang. Mencium pundaknya mesra.

"Eh?" Naruto menoleh ke samping.

"Kita berdua saja malam ini…"

"Tu..tunggu.. Kue keringnya bagaimana?"

"Biarkan saja.."

"Ta..tapi…."

Pintu rahasia itu tertutup begitu saja. Tanpa suara.

"Papa?"

Menma kembali muncul di ruang utama. Tapi hanya sepi yang ditemuinya dan semangkuk kue kering kesukaannya diatas meja.

"Mama?"

Bocah itu menatap benda lain yang ditemukannya di ruang pribadi sang ayah.

"Ini Handycam siapa?"

Tangan kecil itu lalu menekan tombol power di bagian atasnya…..

.

.

.

.

Fin ~

.

.

.

.

Pojok Review~

SNlop : oke xD

Aiko Michishige : biar bisa jadi 2 chapter, hehe xD

Hanazawa kay : terimakasih, yang panjang ada disini xD

Efiastuti1 : iya, end. Soalnya di binder Cuma ketulis segitu xD

Aliyah649 : iya dong, saya kan pecinta mereka, jadi ntar endingnya pasti g jauh2 dari sana.

Sip, nanti saya buat sequelnya. Sudah ada ide untuk itu.

Nanti sequelnya sama anak2 mereka juga xD *promo, taboked

Dewi15 : ini sudah lanjut xD

Hyull : okeeee xD

Witeraries : ini sudah update meski g kilat xD

Guest : hahahah xD

Riringo : iyap, tinggal chap ini aja.

Khekekekeke, iya. Semuanya sudah jera xD

Viraoctvn : oke xD

Kimjaejoong309 : dipanggil adik juga g papa. Biar saya jadi muda kembali. Wkwkwkwk xD

Haha, dia cinta pertama saya sih. Saya juga g nyangka kalo bakal sesakit itu saat jatuh x')

Gothiclolita89 : wah, g suka incest ya?

Iya, si Sasu Psyco xD

Kim Seo Ji : sebenarnya hukumannya gaje banget ini xD

Terimakasih, hehe xD

HiNa devilujoshi : secara fisik, selamat kok hehe~

Saya juga suka xD

Ini sudah lanjut ~

Ale Genoveva : hihihih, iya. Terimakasih xD

Megumi ichikawa : ini sudah update hehehe….

Iya, di chap ini ada tapi nyempil2, detilnya ada di sequelnya…

Terimakasih, saya usahakan. Saya maniak orang posesif. Jadi rata2 ceritanya seragam xD

*ikutan tos xD

Party kim : ini sudah lanjut xD

Jasmine DaisynoYuki : bukan siapa2. Gadis itu Cuma figuran tanpa nama xD

Oke, ini sudah lanjut xD

Sivanya Anggarada : hehehe, maaf xD

Zo : hihihi. Iya xD

Loro : sayangnya Sasuke g punya rasa kasihan xD

Kuku : iya xD

Daruo : iya, wajib itu xD

Opko : harus itu xD

Konan : iya, jangan jahat dong xD

Guest : oke xD

Wd : g di gangbang kok xD

Good day : they get married xD

Blue sapphire : setuju xD

Look : sayangnya dia bahkan g bisa nolong dirinya sendiri xD

Smm : saya juga, yang lemah begitu kan lebih mudah dikendalikan xD

Dxxxi : terimakasih D

Alay : terimaksih xD

Ea : hahah xD

Bora bora : iya, kena batunya deh xD

Hina : terimakasih xD

Koi : saya juga xD

Flo : hihihi xD

Molen : iya xD

Dijelasin di chap ini, hehe

Blosoom : hihihihi, memang dasar si Sasu xD *ikutan

Dora : oke xD

Shinsakura11 : iya, anak2 yg malang xD

Ana : haha, iya Sasu memang gila xD

Oke, terimakasih xD

choikim1310: hehehe, tapi dia g setua itu kok. Hahaha masa Sasu jadi aki2? oke. Ini sudah update xD

.

.

.

Author Curcol-curcol Room~

Yeeeeeeeeeeey~

Akhirnya kelar juga fanfic yang ini, huahahaha..

Terimakasih banyak buat yang bersedia review sampai chapter 4 kemarin. Buat yang baca dan lain-lain pun terimakasih. Saya senang xD

Maaf kalo endingnya g sesuai dengan yang dibayangkan xD xD xD

Untuk hukuman buat bocah-bocah nakalnya, saya sensor karena rasanya terlalu kejam kalau diketik disini. Hahahaha. Ditambah lagi ini bukan cerita dengan rate M, jadi beneran harus disensor :D

Saya tergoda bikin sequelnya neh, hahaha.

Nanti disana bakal diceritain lebih rinci tentang pemulihan kejiwaannya yang terguncang. Tentang masa kehamilan Naruto juga tentang pernikahan mereka berdua.

Terus cerita tentang anak-anak mereka. Mungkin bakal lebih focus ke putra pertama mereka sih.

Nanti anak mereka 3. Anak pertama cowo, Anak kedua cowo juga. Anak ketiga cewe.

Baru nemu nama Menma aja, yang 2 belum punya nama xD

Kalau ada yang minat baca, mampir yaa~

Ehehe, segitu aja…

Salam Damai~

-Unyapuu, 12 April 2015 4:06 PM-