Sudah menjadi fakta bahwa, banyak laki-laki yang iri dengan Uchiha Sasuke. Bagaimana tidak? Terlahir dari keluarga terpandang nan kaya, berpenampilan keren yang selalu dielu-elukan kaum hawa, plus berotak cerdas yang diidam-idamkan oleh seluruh manusia. Namun bagi Sasuke, ada satu hal yang patut untuk disyukuri oleh kaum adam yang iri dengannya, yaitu sahabat. Orang yang sangat peduli, pengertian, satu rasa, seru atau pendeskripsian lainnya yang membenarkan bahwa seorang Sahabat memang seperti itu.
Kenapa Sahabat? Apa Sasuke tidak memilikinya?
Oh, tentu saja bukan seperti itu. Ia juga memiliki sahabat – walaupun, hanya satu – yang sudah sangat dekat dengannya dari bangku Taman Kanak-kanak, namanya Uzumaki Naruto. Bahkan, mereka tidak pernah pisah sekolah sejak saat itu, atau bisa dibilang tidak terpisahkan dari masih menyandang status 'bocah ingusan' sampai 'bocah berandalan' – oh, tidak. Bukan seperti itu. Status terakhir hanya karena identik dengan mereka yang kini duduk dibangku SMA.
Namun, bukannya merasa senang dengan keberadaan Naruto yang selalu dekat, Sasuke justru merasa telah tertimpa musibah. Ia kadang merutuk 'Kenapa sahabatku hanya Dia?' atau 'Kenapa yang mengerti aku hanya Dia?' dan/atau 'Kenapa Tuhan memberikan sahabat kepadaku seperti Dia?!'.
Hah.. Menyebalkan memang – bagi Sasuke –, dan berikut adalah beberapa kejadian yang menunjukkan betapa malangnya Sasuke. Karena memiliki sahabat yang bodoh dan konyol seperti Naruto.
What the..? © Random98
My First (little) BL and Humor fanfiction. Jadi, maaf ya kalo feel-nya kurang kerasaa~ *author mesam-mesem gaje*
NARUTO © Masashi Kshimoto
Genre : Frendship, Humor, Little Sho-ai?
Warning :
AU, Little BL, OOC luar binasa, Typo everywhere, bahasa amburadul, berdasarkan imajinasi antar sekumpulan fujoshi, humor garing kreskres, author muncul seenak udel dalam cerita, acak-acak, icik-icik, lalalala~ (?)
Rated : T
DON'T LIKE DON'T READ!
.
.
Happy Readiing~~
.
.
.
Chapter 1 : Isotonik.
Saat itu hari sangat panas, perjalanan pulang pun menjadi sangat extrem bagi murid sekolah. Seperti Sasuke – yang sedang tidak beruntung –, karena mobil yang seharusnya menjemputnya sedang masuk bengkel dan ia harus berjalan kaki sejauh 3 km bersama Naruto.
"Sasuke, aku haus."
Pemuda dengan tampang tembok alias datar itu tidak menggubris perkataan Naruto, ia hanya terus berjalan sedangkan, innernya sibuk memotivasi, menahan diri untuk tidak pingsan di jalan karena dehidrasi.
"Sasuke! Sasuke!", ujar Naruto menepuk-nepuk lengan sahabatnya itu dengan semangat.
Dengan lemas Sasuke menoleh ke arah pemuda rubah itu, "Hn?"
"Harta karun! Harta karun!"
Sasuke hanya mengangkat sebelah alisnya. Apa hawa panas di Mesir sedang berpindah ke Jepang sehingga, temannya itu berhalusinasi?
"Ada mesin penjual minum! Ayo beli minum, Teme!"
Sasuke langsung menoleh kesana-kemari begitu mendengar kata 'minum', tubuhnya sangat membutuhkan cairan. "Dimana? Dimana mesin itu?", tanyanya.
"Di sana!", jawab Naruto dengan tangan yang menunjuk ke arah mesin yang dimaksud, "Ayo kita kesanaa!", lanjutnya riang seraya menarik Sasuke berlari.
Sesampainya mereka di depan mesin, Sasuke langsung dengan sigap memasukkan uang ke dalam mesin dan memilih minuman isotonik sebagai penolongnya. Pilihan cerdas ditengah kondisi tubuh yang dehidrasi.
"Haah, uangku kutaruh dimana ya?"
Sasuke tidak menggubris, ia hanya menatap pemuda itu seraya menengguk minumannya.
"Oiya, aku sudah belikan ramen.", ucap Naruto lesu yang diikuti helaan nafas.
Sasuke adalah pemuda yang baik dan cerdas. Ia merogoh kantongnya dan menjejalkan sedikit uangnya kepada Naruto, "Pakailah uangku, aku tidak mau menggotongmu sampai rumah karena pingsan di jalan.", ucapnya beralasan.
"Sungguh?"
"Hn.", sahut Sasuke singkat, dan ia kembali menengguk minumannya.
"Terima kasiih, Sasukee~!"
GLUK!
Dan yang diberi ucapan nyaris tersedak jika saja reflek tubuhnya kalah cepat.
Tunggu, wajah macam apa yang dilihatnya tadi? Mata berbinar? Semburat merah? Pipi menggebung? Senyuman manis? – ekh?! Darimana kata 'manis' tadi?! Oh, tidak, tidak. Sasuke harus melupakannya. Harus.
"Sasuke! Sasukee!"
Sasuke menoleh, wajahnya terlihat pucat dan Naruto tidak menyadarinya.
"Uangnya aku belikan minuman semua ya?"
Uchiha bungsu itu hanya mampu mengangguk.
"Hmm, dia pasti senang aku belikan minuman. Apalagi, dibelikan olehmu. Dia kan' menyukaimu, Sasuke."
'Siapa?', ingin sekali ia bertanya seperti itu. Namun apalahdaya, tenggorokannya belum berfungsi dengan normal ditambah gengsi seorang Uchiha setinggi langit. Apalagi, untuk menanyakan sesuatu yang tabu seperti itu. Hell, No!
Err lalu, bagaimana jika seorang Uchiha sedang – sangat – membutuhkan kamar kecil di tempat asing? Apa gengsi masih berlaku? Ah, lupakan saja.
Setelah Naruto selesai membeli minuman, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan pulang.
Karena Sasuke masih terlalu penasaran dengan Dia yang disebut-sebut oleh Naruto. Ia akhirnya memutuskan untuk membuntuti sahabat semata wayangnya itu ke suatu taman, untuk bertemu dengan Dia.
Naruto memainkan minuman kaleng isotonik yang ia sisakan untuk Dia, "Miicaaa~ Sasuke membelikanmu sesuatu untukmuu~!", ujarnya seraya mengedarkan pandangannya.
'Jadi namanya Miica?'
Sasuke pun ikut mengedarkan mata onyxnya, mencari Miica.
Namun, beberapa saat kemudian ia merasa tidak nyaman pada kakinya. Sasuke pun menunduk, dan mendapati sekor kucing berlorek oranye sedang memainkan ujung celananya.
"Miica! Kau rupanya sudah membuntuti Sasuke daritadi?!", ujar Naruto. Kemudian pemuda blonde itu meraup kucing di dekat kaki Sasuke dan mengelus lehernya.
'Eh? Itu..?'
"Kau masih ingat kan kucing yang membututimu saat musim dingin itu? Ini dia! Sudah besar bukan? Berhubung dia berjenis kelamin perempuan, jadi kuberi nama saja Miica.", jelas Naruto seraya menunjukkan Miica lebih dekat pada Sasuke.
Oh. Jadi, Dia yang menyukaimu atau lebih tepatnya Sasuke adalah seekor KUCING BETINA?
"Mweong~!"
Sasuke merasa sangat bodoh dan konyol sesaat.
Naruto menurunkan Miica dari gendongannya, "Ini, aku dan Sasuke membelikan minuman untukmu, Miica~", ucapnya seraya membuka minuman dalam kaleng itu.
"Tunggu, Naruto.."
"Ya?"
"Jadi, minuman itu untuk.. kucing ini?"
Pemuda Uzumaki itu mengangguk polos.
Sasuke sedikit mengambil nafas sebelum berbicara, "Asal kau tau – dan seharusnya kau tahu, kucing tidak minum isotonik, dobe.", jelasnya masih berusaha sabar. Menjaga emosi plus menjaga imej cool-nya.
Naruto mengedipkan matanya, "Eh? Jadi, ini minuman isotonik? Bukan air putih?"
Dan akhirnya Uchiha Sasuke memukul dahinya keras.
Mimpi apa kau, nak, mempunyai sahabat yang tidak bisa membedakan mana isotonik mana air putih?
AN : Gimana? Garing banget kan?! Iya kaaan?! Aaaaaakkh! *jerit frustasi* maklum ya, Author masih sangat amatir di genre humor T_T. Oh ya, niatnya fanfic ini mau dibikin oneshoot, tapi berhubung jadinya banyak banget, jadi aku berniat baru untuk memotong ff ini sekitar 1k deeh~. Sehingga, mungkin (?) ff ini terbagi menjadi 5 chapter atau kurang atau lebih~ *curcolan gak penting*
Oke, cukup sekian dari saya. Terima kasih sudah sudi membaca fic gaje ini. Jika ada, Saran, Komentar dan Kritik, silahkan diletakkan di kotak review yaa? *ngedip-ngedip ngerayu* (reader muntah darah)
See you on next chapter~? (^^,)/
Sign, Random98.