Ada yang inget besok hari apa? 20 Februari, SasuSaku FanDay. Yeay!

Fanfik ini akan menjadi tong sampah untuk drabble SasuSaku yang ada di catetan kuliahku, dari pada dibuang kan haha. But still, hope you like it. Disclaimer: Naruto dan seluruh karakternya adalah milik Masashi Kishimoto. Saya tidak mengambil keuntungan materil apapun dalam fanfiksi ini.

.

.

— 暖かさ

.

.

subtlepieces.

oleh LuthCi

Pemuda itu meragukan keputusannya untuk pulang.

Saat ia berpikir dendam adalah segalanya, ia tahu ia tidak akan hidup bahagia selamanya. Saat ia merasa dendam bukan lagi yang ia inginkan—ia merasa ia tidak pantas untuk bahagia. Karena semua luka yang pernah ia sebabkan itu begitu menyakitkan untuk orang lain yang menerima. Ia sendiri, saat ia mencoba untuk membayangkan rasa sakit dari luka yang ia torehkan di mana-mana, Sasuke tidak bisa menghentikan mulutnya untuk tidak mengerang—atau tangannya untuk tidak menyembunyikan wajahnya sendiri karena dimakan rasa malu.

Bisa-bisanya manusia seperti itu berharap bahagia. Sasuke bisa merasakan itu adalah ucapan dari dedaunan pohon yang melambai padanya secara perlahan, juga tiupan angina yang berbisik di telinganya dalam setiap hembusan.

Tapi saat ia pulang, begitu banyak tangan yang terbuka untuk menyambutnya—dan terdapat sepasang tangan yang terbuka sejak awal, tidak pernah tertutup sekali pun. Dengan sabar menunggunya untuk kembali, tanpa henti.

Dan saat Sasuke sadari, ia sudah didekap hangat oleh sepasang tangan milik Sakura Haruno.

Ia tidak melepaskan tangan yang melingkarinya itu, tidak melawan, karena ia tahu segala yang gadis itu inginkan tidak melebihi apa yang ia butuhkan. Dan di atas segalanya, Sasuke membutuhkan kehangatan yang persis gadis itu berikan.

"Aku pulang." Adalah ucapannya setelah satu tahun tidak bertemu, usai perjalanan yang ia habiskan untuk melihat apa saja yang ia tinggalkan.

Pelukan itu merenggang, gadis itu mundur satu langkah untuk dapat melihat wajahnya yang utuh, yang terlihat begitu ringan dan menyejukkan—wajah yang gadis itu harapkan sejak dulu untuk terpasang di wajah Sasuke. Karena ia selalu meyakini kalau pemuda itu adalah pemuda yang paling pantas bahagia dari segala derita yang sudah menyeretnya hidup-hidup.

Ia tertawa, Sakura Haruno tertawa dengan mata hijaunya yang seperti pepohonan dan hutan, bola mata yang terlihat begitu senang dalam kilatnya. Ia menangis juga, Sasuke mencatat, karena pada sepasang bola mata sewarna hutan itu ia seperti melihat hujan. Hujan yang binarnya terlihat cerah, yang seolah basuhan lukanya yang dalam, yang ia putuskan ia sukai.

"Terima kasih," ujar gadis itu dengan kekehan dari mata yang basah.

Sasuke tidak mengerti kenapa ia berterima kasih. Tapi bibirnya tertarik memberikan senyuman seraya tangannya ia letakkan di puncak kepala sang gadis, ibu jarinya bergerak untuk mengusap keningnya yang masih menangis dalam kekehan.

Dan seolah kebodohan itu menular, Sasuke membuka mulutnya, "terima kasih."

.

.

karena telah mengizinkan aku untuk bahagia.

.

CHAPTER ONE: "暖かさ" (warmth)