Lost Kitten.
Rated: M
Pair: Kaihun
Warning: Yaoi, BL
Disclaimer: Cerita sepenuhnya punya myunsoo di vvolves di livejournal, saya cuma berniat ngetranslate dengan perbaikkan sana sini supaya lebih mudah dimengerti.
Summary: Tanpa tahu siapa dan apa dirinya selain nama yang ia miliki, Sehun pada akhirnya berkelana ke kantor Dokter Kim. "Halo, um, Dokter Kim ?" "Tolong, panggil aku Jongin" "Kau benar-benar seperti anak kucing, menggemaskan" neko!Sehun. Kaihun. Yaoi.
….
Sehun rasanya ingin menghilang dan bersembunyi selamanya ketika tangan Jongin menggenggam kedua lenganya, mengarahkan tubuh Sehun untuk menghadapnya. "Ku kira aku sedang bermimpi, kau tahu..." Suara Jongin khas akan serak bangun tidur, perlahan ia membuka matanya untuk menatap mata Sehun dengan seringaian kecil. Rambutnya berantakan menambah kesan bangun tidur yang begitu seksi. "Kau benar-benar tidak setenang yang kau kira ngomong-ngomong"
Merasa seperti kucing yang tertamgkap basah mencuri, Sehun memelan ludah gugup sebelum bertanya dengan sangat pelan. "Kapan kau bangun ?" Jongin berdehem lembut, seolah tak bisa menghilangkan kantuk dari sistem tubuhnya, sebelum ia berkata, "Saat kau berbaring di lenganku"
Ada jeda yang lama sebelum Jongin kembali bertanya. "Kenapa memperhatikanku seperti tadi ?"
"Tidak kok, aku hanya..." Sehun tampak kesusahan dengan kata-kata yang ingin ia sampaikan dan mengalihkan pandangan supaya ia tak harus melihat bagaimana Jongin menatapnya. "Ingin lebih dekat. Hanya itu saja"
Sehun penasaran jika memejamkan matanya erat-erat dan berharap agar bumi -atau kasur dalam hal ini- dapat menelannya, karena saat ini ia merasa sangat malu. Ketika Jongin melepaskan tangannya, Sehun mulai mempertimbangkan untuk langsung pergi dan pura-pura tidak ada.
"Untuk kucing rumahan biasa, hanya bagian tengah ekor saja yang menjadi bagian paling sensitif," Ucap Jongin selagi ia menyelipkan tangan di antara rambut Sehun, yang masih sangat kebingungan dan tak dapat bergerak.
"Tapi untukmu, sepertinya seluruh bagian ekor sangatlah sensitif, bisa karena struktur ekormu memang berbeda atau kau hanya belum bisa terbiasa. Apa kau tahu mengelus belakang telingamu juga bisa menimbulkan reaksi yang sama ?"
"Tidak, aku tidak- ah." Kalimat terakhir yang ingin diucapkannya berubah menjadi lenguhan lembut selagi ia mencair di bawah sentuhan Jongin, jemari panjang Jongin menekan-nekan bagian sensitif di bagian telinganya. Sensasi tersebut membuat Sehun merasa menginginkan lebih serta sensasi menggelikan sekaligus menyenangkan, tangannya secara otomatis bergerak menyentuh dada Jongin. Telapak tangan Sehun yang bersentuhan dengan dada telanjang Jongin, membuat ia serta merta dapat merasakan hangat menjalar ke arah pipinya, Sehun menggigit bibirnya kuat agar dapat menahan desahan keluar.
Pada saat itu juga Jongin berhenti, secara tiba-tiba, mata Sehun terbuka lebar saat yang dapat ia lihat hanya bola mata coklat serta bulu mata Jongin, ketika ia dapat merasakan bibirnya yang terperangkap oleh bibir Jongin. Entah mengapa, hal ini terasa tak asing, seolah Sehun sudah pernah melakukannya sebelum ini, sehingga membuat ia tak ragu untuk membalas ciuman nyaris menuntut dari Jongin. Sentuhan lembut dari lidah Jongin pada lidahnya membawa rasa yang sangat nyata yang membuat Sehun hanya bisa mengisi fikirannya dengan Jongin dan hanya Jongin.
Seluruh inderanya menajam, membuat kepalanya terasa pusing sehingga ia harus melepas ciumannya untuk mengambil nafas. Jongin terlihat bingung akan reaksi Sehun, namun Sehun dengan cepat memberinya jawaban jelas saat ia duduk, mendorong seluruh selimut sebelum ia naik ke atas tubuh Jongin. Ekornya naik searah dengan bentuk tubuh Sehun, menyentuh pundaknya beberapa kali dan ia dapat melihat bayangan ekor tersebut di antara bibir Jongin.
Bibir tebal itu membentuk sebuah seringaian, Jongin mengangkat sebelah tangannya ke leher Sehun, menariknya ke bawah untuk kembali mempertemukan bibir mereka. Sehun menjadi sangat sensitif atas semua hal yang ada di sekitarnya, mulai dari kehangatan tubuh Jongin sampai bagaimana bibir mereka sangat pas untuk satu sama lain, Sehun merasa gairah mulai mengusasai tubuhnya, membuat ia serasa terbakar akan nafsu. Ia bernafas melewati hidung, tak mau jika harus melepaskan bibirnya terlebih dahulu, dan ia bisa mencium bau sampo yang tadi ia gunakan bercampur dengan bau maskulin milik Jongim. Semuanya tentang Jongin, Jongin, Jongin dan Sehun bahkan tanpa berfikir tahu bahwa ini adalah insting kucingnya. Memang apalagi yang membuatnya begitu menginginkan Jongin ?
Tangannya bergerak ke bawah ke arah pinggang Jongin dan menyentuh sesuatu dari balik depan boxernya, tapi tidak terlalu lama karena kuku Sehun yang menajam sehingga sedikit menancap di kain boxer Jongin. Hal itu membuat Jongin melepaskan bibir Sehun di antara bibirnya, mengambil alih tugas untuk membuka satu-satunya pakaian yang melekat di tubuhnya, dan Sehun dengan cepat mengikuti aksi tersebut. Ekornya bergerak-gerak kesenangan saat Jongin melepas celananya, menyapu bibirnya dengan lidah saat melihat milik Jongin yang menegang.
"Besar sekali," ucapnya setengah berbisik, menggenggam dengan jari-jarinya di bagian pangkal dan memberi beberapa remasan. Desahan yang keluar dari bibir Jongin terasa seperti musik bagi Sehun, memberi getaran yang mengalir ke bagian ekornya. Sehun memiringkan kepala penasaran layaknya anak kucing, menggerakkan lidahnya perlahan di ujung penis Jongin. "Bagaimana aku bisa muat dengan yang sebeasar ini di dalam ku ?"
Nada yang begitu gentle terdengar jelas dari cara Jongin perlahan berbisik, "aku akan pelan-pelan jika kau mau" kata terakhirnya berakhir dengan erangan rendah saat bibir Sehun membungkus penisnya serta memberikan isapan kuat. "Ah sialan," ia menghembuskan nafas selagi tangannya bermain dengan rambut Sehun, beberapa kali bersentuhan dengan bagian lembut di belakang telinga Sehun. Setiap kali melakukannya, ia dihadiahi dengan dengkuran lembut dari Sehun yang sangat jelas sedang menikmati semuanya.
"Berhenti," Jongin menggenggam lembut rambut Sehun sampai pria manis itu menjauhkan wajahnya, menjilat bibirnya yang masih terdapat sisa-sisa saliva. Ia menatap ke arah Jongin seolah menunggu, yang lalu duduk dan mencari sesuatu di laci mejanya sebelum mengambil sebuah botol kecil. Sehun kembali naik ke pangkuan Jongin dan mengeluarkan lenguhan rendah saat menduduki penis Jongin, menjadi semakin sensitif dari biasanya sehingga membuat ujung ekornya melengkung nyaris menyakitkan.
Saking tak sabarnya Sehun, ia merasa bahwa Jongin sangat lama hanya untuk melumuri jarinya dengan cairan lube, dan memasukkan jarinya ke dalam Sehun, yang dengan semangat menaikkan tubuhnya agar memudahkan akses masuknya jari Jongin. Ia menekan wajahnya di leher Jongin saat satu jari sudah mulai masuk, mengeluarkan dengkuran lembut dari bibirnya yang tampak membengkak dengan warna kemerahan. Melupakan bahwa giginya tajam, ia menggigit bagian di leher Jongin dan menyebabkan dirinya mendapatkan pukulan ringan di bokong, namun setelahnya Jongin tak lagi menyuarakan protes saat Sehun kembali menggigit lehernya.
Ketika tangan Jongin berkelana menyusuri ekornya, Sehun harus menahan erangan pada pundak Jongin. "Sssh," ia berdesis saat Jongin mengelus ujung ekornya. "Fuck, Jongin-," Sehun merintih pada kulit Jongin, berusaha keras untuk tak mencakar bisepnya. "Aku mengiginkannya, aku butuh, aku membutuhkanmu"
Mata Jongin gelap, pupilnya dipenuhi dengan kabut nafsu, Sehun jadi penasaran apakah ia terlihat sama jika saja tak sedang fokus pada bagaimana Jongin melumuri penisnya dengan cairan lube dan menarik pinggang Sehun perlahan ke bawah ke arah penisnya. Sehun tidak ingin mengulur waktu terlebih dahulu walau ia masih tidak yakin pernah melakukan ini sebelumnya, ia membiarkan Jongin yang perlahan-lahan mengisinya, ekor tegak nyaris menyakitkan saat dindingnya menjepit penis Jongin. Sebuah erangan rendah menjadi satu-satunya suara yang dikeluarkan Sehun dan ia mengalungkan lengannya di leher Jongin, kening mereka bertemu satu sama lain. Saat Sehun menyempatkan diri menatap mata Jongin, ia teringat ketika pertama kali melakukan kontak mata dengan sang Dokter di lobi rumah sakit hewan.
Memori-memori itu sirna ketika Jongin mulai mendorong penisnya keluar masuk, dan Sehun tak dapat berfikir rasional lagi setelah itu. Semua yang dapat ia lakukan hanyalah menyuarakan kenikmatan bertubi-tubi yang dirasakannya, dengan suara rintihan dan desahan pelan, manaik turunkan pinggangnya seimbang dengan gerakan Jongin . Bibir mereka bertemu brberapa kali, tidak lebih dari hanya sentuhan-sentuhan kecil, namun ketika Jongin ingin lebih intens ia bahkan akan menggigit-gigit bibir Sehun.
Desahan-desahan terhenti digantikan dengan ciuman, tapi bagi Sehun sangat tak mungkin untuk menghentikan desahannya saat penis Jongin terus-menerus menyentuh bagian paling sensitifnya.
Sehun berusaha menhan dirinya untuk keluar terlalu cepat, namun ia sudah terlalu merasa sensitif hanya akan tangan Jongin di sekujur tubuhnya dan bahkan kecupan kecil di dagu mengirim getaran ke bagian bawahnya. Desahannya kini tergantikan oleh rintihan ringan ketika ia akhirnya keluar dengan sperma yang membanjiri pinggang Jongin, menjatuhkan cairan berwarna putih yang lembut itu di atas kulit kecoklatan Jongin. Ia belum bisa bergerak atas sensasi yang baru di rasakannya, yang setelah ia pikir-pikur baru pertama kali ini ia rasakan, dan ia tak begitu sadar ketika Jongin kembali mengelus ekornya, hingga Jongin mengelus rambutnya barulah Sehun mendapatkan kesadaran penuh.
Sehun memejamkan mata menerima perlakuan lembut Jongin, tetap begitu hingga ia mendapati Jongin mencium bibirnya. Ia merasakan gigi yang menggigit bibir bawahnya sebelum merasakan kehangatan bibir Jongin yang mulai menjauh. Tapi segera setelah itu ia dipenuhi dengan kehangatan yang berbeda, telinga berkedut mendengar lenguhan rendah Jongin saat ia akhirnya keluar. Sehun mendengkur manja saat ia semakin menempelkan tubuhnya pada Jongin, meninggalkan ciuman-ciuman kecil di sekitar leher Jongin selagi ekornya mulai tenang dan perlahan turun.
Mereka tetap seperti itu untuk beberapa saat, sampai Jongin perlahan mulai berbaring dan Sehun mau tak mau mengikuti gerakannya, berbaring telungkup di atas tubuh Jongin. "Sepertinya kau sudah bisa tidur sekarang ?" Bisiknya di bibir Sehun yang sedikit terbuka. Sehun hanya mengangguk sebagai respon dan mengkerahkan sisa energinya untuk menarik selimut, dan tertidur lelap setelah menutup matanya.
.
.
.
.
Bunyi nyaring alarm mengagetkan Sehun dari tidurnya, ia menggapai sumber suara bising tersebut malas-malasan dan berusaha keras mematikannya. Setelah berhasil ia menarik selimut dan kembali bergulung di bawah selimut, menikmati kehangatan lembut yang di dapatkannya. Hari ini hanya akan menjadi salah satu pagi Sehun untuk bermalas-malasan dimana ia akan mengabaikan dunia nyata dan berusaha kembali memasuki mimpi indah. "Aku tidak mau bangun..." Rengek Sehun saat meraskan selimut yang menutupi tubuhnya ditarik, dan cahaya terang matahari mengenai wajahnya.
"Sayang sekali. Aku membuat omelet, aku kira kau mau"
Sehun segera membuka matanya dan dihadiahi dengan wajah close-up Jongin yang berada di atas tububnya dengan senyuman mengangumkan. Ini 50 kalinya dalam minggu ini ia terbagun disini -kenyataannya Sehun tak pernah pergi- tapi sensasi yang ia rasakan tetaplah perasaan gugup. Namun itu tak mebuat Jongin kehilangan ciuman paginya, bahkan Sehun dengan sengaja menarik kemeja rapi Jongin sehingga membuatnya kembali bergelung dengan si kucing manis di kasur.
Mereka hanya memisahkan diri ketika ponsel Jongin berdering, dan ia melihat nama yang tertera di layar tersebut. "Chanyeol membutuhkanku untuk menyelesaikan pekerjaannya, dia sedang pergi untuk konferensi entah dimana. Seharusnya aku di bayar lebih untuk ini." Sehun mendengarkan dengan kerutan kecil di bibir, yang dengan cepat Jongin menciumnya. "Aku telfon saat makan siang, oke ? Jangan nakal selagi aku pergi"
"Aku akan rindu," guman Sehun pelan saat pintu kamar tertutup.
Tengah hari, Sehun berjalan-jalan di apartemen hanya dengan memggunakan sweatpants kebesaran Jongin yang menggantung sedikit ke bawah dari pinggangnya. Ia mrlirik ke dalam isi kulkas, memgerutkan hidungnya saat mencium bau sayuran sebelum meraih sekotak susu stroberi.
"Jangan coba-coba," Suara Jongin terdengar setelahnya dari receiver yang Sehun harus pasang di telinganya. "Aku tidak akan meminumnya kok," Sehun mengelak namun gagal.
"Sudah berapa kali ku katakan kucing dan manusia sama-sama inteloran terhadap laktosa ?"
"Itukan hanya kebanyakan dari mereka"
"Siapa yang Dokter hewan disini, hm?"
Sehun menghela nafas pasrah dan mengambil beberapa makanan jadi, sebungkus odeng dan beberapa roti. "Baiklah, aku makan ham dan sandwich odeng sekarang, Dokter Kim, apa itu cukup sehat ?" Jongin berdehem sebagai persetujuan, dan Sehun membuat sandwichnya dengan cepat.
Ia meletakkan sandwichnya di atas meja ketika selesai, ekornya bergerak-gerak pada lantai kotak-kotak di bawah. Sehun mulai membungkus isi sandwichnya dengan roti, terus mendengar Jongin berbicara selagi ia menggigit sandwichnya dan mengerutkan kening akan rasa yang begitu tawar. Selagi Jongin terus berbicara, ia diam-diam menambahkan beberapa mustar, "Aku penasaran, bagaiamana bisa kau dokter hewan, tapi tidak punya hewan peliharaan ?"
Jongin tertawa di ujung telfon. "Aku punya. Well, pernah, tiga poodle. Manajer apartemen membuat peraturan baru beberapa bulan yang lalu, tidak mengizinkan siapa saja yang memelihara hewan"
"Jadi dimana mereka sekarang ?"
Hanya karena ia bermain-main dengan sandwich, Sehun kira ia bisa meredakannya dengan segelas air.
"Aku meninggalkan mereka di rumah orang tuaku di desa. Mereka memang jarang pulang kesana, tapi penjaga rumah kami senang dengan anjing-anjingku. Aku sering berkunjung untuk memastikan mereka baik-baik saja. Kita bisa kesana minggu depan jika mau. Ajak Baekhyun juga, kau bilang dia sudah menolongmu, kan ?"
"Kedengarannya asik," Ucap Sehun, menaruh telapak tangan di telinga kucingnya agar tak berkedut-kedut kesenangan atas kemungkinan dapat keluar kota. "Aku akan memberitahunya. Memangnya kau tidak rindu punya hewan peliharan ? peraturan apartemen ini pasti sangat ketat telah melarang mereka."
"Yah, tapi aku sudah punya cara untuk menanganinya"
Sehun berhenti untuk menenangkan telinganya. "Benarkah ?"
"Iya benar." Sebuah tawa ringan mengisi receiver Sehun, membuat suara yang sangat mengenakkan untuk di dengar.
"Aku kan sudah memilikimu."
.
.
.
.
.
FIN!
A/N: yeep finally selesai, maaf lama karena part ini agak ribet, maaf juga feelnya kurang :(, nah setelah ini janji cuma akan fokus sama ff yang belum selesai. Lagi-lagi mau ngebahas masalah izin nih ya, nggak tersinggung sayang bagus kok mau negur btw beberapa hari yang lalu udah dapat izin penuh dari authornya seneng buanget lah brooo :D yaudah sekian selamat membaca smut yang sudah beberapa orang tunggu tapi gak keluar seperti yang diharapin :(. Terimakasih loh sayangsayang ku yang sudah review, follw, fav yaampun loveyusomach :*