A/N: DILANJUTKAN BACA ULANG DARI CHAPTER 1 WKWKWK

Korean National Reserve atau yang lebih dikenal dengan nama kecil KNR, merupakan sebuah badan swasta yang menangani fiskal, percetakan mata uang won, serta perbankan Korea. KNR mengontrol hampir mencakup semua yang berkaitan dengan keuangan dan ekonomi Korea Selatan, serta beberapa Negara aliansi dagang di kawasan Asia.

Sebuah lembaga raksasa vital yang dimiliki oleh orang-orang bukan dari kalangan pemerintah. Tentu saja hal ini mempengaruhi pembagian kekuasaan politik Korea Selatan. Selama keuangan masih ditangani badan swasta. Maka Negara tidak memiliki kekuasaan penuh atas dirinya. Yang artinya, hidup matinya Korea Selatan berada ditangan The Rulling Elite, yakni orang-orang yang duduk dengan jari dan pena dibalik kursi kepemimpinan KNR.

Karena tentu saja siapa yang memiliki uang, dialah yang berkuasa.

Jung Yunho, seorang presiden yang mencintai rakyatnya berniat menyudahi kekuasaan KNR yang telah memonopoli Korea Selatan selama hampir lebih dari setengah abad.

Meski artinya, ia harus berhadapan dengan monster terkejam yang pernah ada.

National Anthem

Chapter 5

Semua alat elektronik dimatikan, ruangan pertemuan rahasia yang dibangun oleh presiden terdahulu tidak memungkinkan gelombang komunikasi menembus dinding-dinding ruang yang terletak tepat dibawah kantor pribadi presiden. Sebuah ruangan rapat rahasia bawah tanah.

Mereka menggunakan alat tradisional, pena dengan berbagai macam warna dan setumpuk kertas putih yang bertanda "Classified" tercap di sudut paling atas. Ruangan itu hanya memuat tidak lebih dari sepuluh orang. Penerangan yang digunakan hanyalah cahaya yang bersumber dari puluhan lilin tegak berdiri diatas Chandelier, tersebar di sudut ruangan dan di tengah langit-langit ruang rapat.

Sebisa mungkin menggunakan alat yang tidak bisa di modifikasi untuk dijadikan alat sadap. Karena topik yang akan di diskusikan adalah sebuah isu yang menyangkut rahasia Negara.

Tidak ada yang tahu keberadaan ruangan ini. Tidak staff Blue House bahkan tidak juga relative terdekat Presiden. Sekalipun itu adalah pasangan atau anak sang Presiden, ruangan itu tidak diperbolehkan untuk diketahui. Hanya Presiden dan orang-orang penting berkaitan dengan rahasia Negara yang diperbolehkan masuk.

Ruangan itu tersembunyi, ada jalan rahasia yang menghubungkannya dengan ruang pribadi Presiden. Dan hanya presiden yang mampu membuka jalan serta kombinasi kuncinya. Tidak hanya berfungsi untuk digunakan sebagai ruang rapat, tetapi juga sebagai brangkas penyimpanan seluruh arsip penting rahasia Negara, diari pribadi bahkan diari kerja presiden diletakan di dalam sebuah rak kaca tebal dengan kunci yang didisain dan bekerja seperti cryptex.

Jung Yunho Presiden Korea Selatan duduk sambil membaca tumpukan Report dari National Intellegence Service (NIS). Sebuah cerutu bertengger di bibir hatinya dengan asap yang mengepul memekakkan ruangan.

Bahkan ruangan ini tidak difasilitasi dengan penghisap asap. Hanya tangki oksigen yang terinstal langsung melalui cerobong ventilasi.

"Presiden Jung, apakah anda benar-benar ingin mengadakan proyek 5yang ini?"

Son Ho Joon, kepala badan intelejen nasional Korea Selatan. Ia adalah teman masa kecil dan orang kepercayaan Yuno. Pria itu duduk bersebrangan dengan sang presiden. Keningnya bertaut, ketidak yakinan tercetak jelas dari paras tampan yang sudah mulai menua. Jemarinya mengetuk halus meja yang terbuat dari kayu eboni dihadapannya.

Yunho dengan yakin mengangguk, merestrukturisasi dinasti kepemimpinan yang telah ada selama bertahun-tahun untuk revolusi kearah yang lebih baik adalah tujuannya sebagai presiden.

"Anda paham resikonya kan?".

Pria itu kembali menghisap cerutunya dalam-dalam. Sejenak berfikir kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

"Ketidak stabilan fiskal dan depresiasi?".

"Bukan hanya itu Presiden Jung, penarikan investasi asing, pengangguran, penurunan pendapatan nasional. Lebih buruk krisis moneter dan ekonomi."

"Jangan lupakan Bank Nasional Korea memiliki pakar moneter dan ekonomi yang handal. Aku yakin sedikit goncangan ekonomi tentu akan terjadi, tapi sampai krisis moneter?. Itu tidak mungkin."

"Bukan itu maksudku Yunho". Kata-kata Ho Joon terhenti, sorot matanya menajam seolah menembaki pria di hadapannya dengan laser yang keluar dari kedua bola matanya. Yunho menyadari gerak-gerik pria itu, jika Ho Joon sudah memanggilnya dengan nama depan, maka hal ini lebih serius dari pada yang ia bayangkan.

"Aku tidak mengerti, apa kau berpura-pura bodoh atau kau sesungguhnya tidak mengetahui orang-orang di balik KNR lebih dari mampu untuk menghancurkan Negara ini dengan sekali petikan jari. Aku yakin paman Jung telah mengajarimu tentang 'mereka'. Dan sekarang kau ingin bermain-main dengan jungkat-jungkitnya?. Aku tidak perduli IQ mu 220 atau prestasi Cumlaud di Oxford. Semua itu tidak berguna untuk menghadapi mereka".

"Aku tidak tahu kau tertarik dengan teori konspirasi Ho Joon".

Ho Joon mendesah, Jung Yunho adalah pria tersulit dan ter-keras kepala yang pernah ia temui.

"Ini bukan teori konspirasi Yunho, semua orang di kalangan elit mengetahui hal ini. Sudah bagaikan rahasia umum tentang siapa di balik KNR dan dari organisasi mana mereka. Bahkan kemenangan mu melawan Korea Utara juga hasil keputusan mereka".

Yunho menyesap sedikit Bourbon dan menggoyang-goyangkan gelas di tangannya, ia mengamati bongkahan es batu yang bergoyang bersama cairan kecoklatan itu. Minuman ini hadiah dari Jaejoong setelah wanita itu pulang dari Photoshoot-nya di Amerika.

"Itulah gunanya ada kau".

"Apa?".

"Aku, tentusaja tidak ingin gegabah dalam proyek "5yang" ini. Untuk menghancurkan sebuah monster raksasa, bukan diperlukan monster raksasa juga, tapi otak yang melampaui mereka. Aku optimis proyek ini berhasil, dengan perhitungan akurat".

"Demi tuhan Yunho, kau bermain-main dengan tuhan!".

"Mereka hanya bermain Tuhan di dunia ini, mereka bukan Tuhan sebenarnya Ho Joon. Lagi pula aku hanya ingin yang terbaik bagi rakyat ku".

Mata Ho Joon terpejam, pria itu mencoba mengontrol seluruh emosi, dan rasa takut dalam benaknya. Yunho ada benarnya, sudah waktunya Negara ini terlepas dari belenggu 'mereka'.

"Baiklah apa yang harus aku lakukan?".

Pria itu tersenyum, ia mematikan cerutunya dan memberikan sebuah map berisi berkas-berkas. Ho Joon membaca dengan seksama, rencana ini tidak sepenuhnya brilian. Prosedur yang sama seperti proyek intel lainya. Mengetahui kelemahan KNR untuk menyelidiki apakah benar organisasi itu yang selama ini ada di belakang KNR. Sepertinya memang tidak sulit, selama mata-mata KNR tidak mencium gerak-gerik mereka.

"Aku ingin menerima laporan progressnya minggu depan".

"Baiklah, ada lagi?".

"Bagaimana dengan kabar hubungan ku dan Jaejoong?".

"Sejauh ini baik-baik saja, meski lain kali kau harus hati-hati. Seseorang melihat mu masuk ke kamar hotelnya setelah Showcase di RitzCarlton dua hari yang lalu. Tampaknya ia tidak berbahaya dan bukan ancaman serius".

"Begitukah?".

"Ya".

"Kalau begitu buat dia menghilang".

"Terlalu beresiko. Aku akan membunuhnya dengan membuatnya seolah-olah menjadi sebuah kecelakaan".

"Lakukan apa yang terbaik Ho Joon-ah".

Ho Joon merapikan kembali berkas-berkas dan pakaiannya ia hendak meninggalkan ruang rahasia itu. Namun langkahnya terhenti.

"Jika kau sudah selesai bermain, apa kau akan melenyapkan Kim Jaejoong seperti yang sebelumnya?".

Selama hidupnya, Ho Joon sangat mengetahui dan memahami sifat persisten Yunho. Pria itu selalu yakin dengan apa yang akan ia lakukan. Tidak peduli seburuk apa dampak yang mungkin akan terjadi dari keputsan yang ia ambil. Lagipula kenekatan Yunho yang membuat pria itu berada di posisinya sekarang.

Tapi malam ini untuk pertama kalinya, ia melihat gurat keraguan dalam sorot kedua mata musang Jung Yunho.

.

.

.

Dentuman musik keras membahana keseluruh ruangan , sinar kelap kelip lampu disco menyorot puluhan orang yang bergoyang berlenggok memenuhi lantai dansa.

Pesta, minuman, sex, uang, obat-obatan terlarang.

Jaejoong menikmati surga yang mampu dunia tawarkan untuknya.

Memabukkan.

Bagaikan segelas cairan martini yang ada dalam genggaman jemari lentik perempuan berambut pirang itu. Ia mendesah, mengamati setusuk buah zaitun didalam gelasnya. Buah itu membuatnya teringat malam panas, meski dalam hati ia ingin mengingat malam itu sebagai malam romantis.

Martini mengingatkannya pada seseorang yang pernah memuji kehebatannya dalam meracik minuman. Terimakasih pada pengalamannya menjadi seorang bartender saat usianya masih belasan tahun. Ia ingat, Pria itu menyukai lebih banyak takaran Gin dibandingkan Vermouth dalam gelas Martininya.

Lebih banyak Gin artinya pria itu lebih maskulin. Lebih banyak testosteron berkobar dalam tubuh pria itu. Tidak heran mengingat ia adalah seorang pemimpin, seorang presiden lebih tepatnya. Sudah menjadi sifat alamiah pria itu untuk memimpin, untuk menyerang. Entah kenapa membayangkan kobaran testosteron membuat Jaejoong merasa seksi. Apalagi mengingat bahwa ia adalah salah satu perempuan yang berhasil membuat pria itu tergila-gila.

Senyum simpul terkembang, jemarinya bermain-main dengan tusukan buah zaitun yang mengundangnya untuk digigit. Terkadang ia lupa, buah zaitun tidak sama rasanya dengan cherry. Remangnya cahaya ruangan ini selalu membuatnya lupa jika martini yang selalu ia pesan, memiliki buah zaitun sebagai penambah rasa, bukan cherry.

"Kau menunggu lama?."

Suara maskulin lainnya mengganggu khayalan indah tentang pria yang berhasil menyita otaknya akhir-akhir ini. Benar, ia sedang menangani klien lain. Seharusnya ia tidak boleh memikirkan pria lain dalam pekerjaannya. Itu sama sekali tidak professional.

"Hm, begitulah. Tidak baik membuat seorang perempuan menunggu lama kau tahu?."

"Aigo maafkan aku sayang tadi ada sedikit masalah di kantor."

Jaejoong mengerucutkan bibirnya, membuatnya terlihat seimut mungkin. Jurus ini selalu mampu menjerat laki-laki dalam pesonanya. Pertama pancing mereka dengan keseksian mu, dan kedua ikat mereka dengan ke-luguan. Biasanya laki-laki akan terjatuh, menekuk lutut. Selanjutnya tinggal menunggu rekeningmu terisi penuh.

"Jadi aku tidak lebih penting dibandingkan kantor?."

Perempuan itu mendekatkan tubuhnya ke tubuh pria dihadapannya. Tangannya dengan manja mengelus dada sang pria.

"Tentu saja."

Oh snap. Pria lain dengan testosteron.

Jaejoong menatap pria itu dalam, selama hidupnya ia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Ia sangat terbiasa dengan laki-laki yang rela membuang apapun yang ia miliki untuk dapat mencicipi dirinya.

"Jika tidak ada kantor bagaimana aku bisa memiliki mu my honey?."

"You got a point."

Jaejoong tersenyum, pria ini sangat pintar bermain kata-kata. Yah walaupun sedikit agak dingin dia tidak buruk juga. Seorang pewaris keluarga konglomerat Choi, keluarga pendiri salah satu institusi keuangan terbesar di Korea Selatan. Berada dalam jajaran teratasdireksi Korean National Reserve (KNR). Masuk dalam 10 besar Most Wanted Korean Bachelor. Choi Siwon.

Choi Siwon memanggil bartender yang tengah asik meracik minuman. "Mojito please." Bartender itu terlihat sedikit funky dengan rambut yang dicat hijau. Meskipun wajahnya terlihat tidak gay namun aura itu terasa sangat kental memancar dari wajahnya. Pria itu mengangguk dan mulai meracik.

"Tarif mu pasti mahal sekali setelah Presiden China memakai servis mu."

"Itu hanya rumor."

"Jadi kau affordable?."

Bartender berambut hijau neon itu memberikan gelas Mojito di hadapan Siwon. Dan bertanya apa lagi yang hendak pria tampan itu pesan. Sepertinya hanya sebuah excuse agar dia bisa berlama-lama berbicara dengan Siwon.

Tanpa melihat, pria itu menunjukan telapak tangannya. Sebuah isyarat bahwa tidak butuh servis apapun lagi.

"Bukankah berbahaya membicarakan hal itu disini?. Aku agak sedikit was-was."

"Kukira kau ingin berpesta."

"Ya."

"Tenang saja, tempat ini aman."

Sifat carefree pria tampan dihadapannya membuat Jaejoong mendesah. "Harganya tergantung servis apa yang kau minta. Semakin intim servisnya maka harganya pun akan semakin mahal, dan lagi aku tidak suka kalau kau pelit dan perhitungan. aku akan mengirimkan surat tentang detil rate tarifnya ke rumah mu."

Siwon tersenyum dan mengunyah daun mint dari gelas mojito dan meneguk cocktail itu.

"Baiklah, bagaimana kalau sekarang kita menikmati pesta ini?."

Jaejoong tersenyum dan meraih tangan Siwon yang terulur untuknya. Benar, ia ingin bersenang-senang seminggu ini ia terlalu banyak tersita dengan pikirannya mengenai seseorang. Dengan ini, bersama Siwon. Mungkin ia dapat kembali kepada dirinya yang dulu.

.

.

.

Festival perdamaian internasional. Diadakan setiap tahun oleh perserikatan bangsa-bangsabiasanya termasuk rapat tahunan Negara-negara yang termasuk kedalam Security Council. Membicarakan tentang perjanjian multilateral mengenai keamanan dan pertahanan di bawah naungan PBB.

Tahun ini Korea Selatan diberikan kesempatan untuk menjadi tuan rumah dalam festival perdamaian. Hal ini menjadi posisi penentu tentang bagaimana posisi kekuatan militer Korea Selatan di mata dunia. Apalagi secara geografis, Korea Selatan merupakan rival terbesar Negara musuh bersama yaitu Korea Utara.

Rambut pirang seorang gadis yang tengah berlari menyusuri deburan ombak, berayun berlari bertautan satu sama lain. Sengatan sinar matahari seakan terpantul dari kulit putih bagaikan sebuah cermin yang terbungkus bikini berwarna merah. Bikini yang menggoda.

Jaejoong melompat-lompat saat kakinya menginjak pasir putih yang bagaikan taburan beludru menggelitik seluruh titik saraf pada telapak kakinya. Angin laut berhembus mengelus pipi halus yang tak henti menyunggingkan senyum. Liburan yang indah, akan lebih sempurna jika saja ada seorang yang bisa memberikan tubuhnya kehangatan.

Seorang kekasih

Memang, kekasih wanita itu sedang menghirup udara yang sama dan menginjak tanah yang sama dengannya. Tapi bukan dia yang ada disamping Yunho. Melainkan wanita yang sudah mencuri start terlebih dahulu bahkan sebelum kompetisi mendapatkan hati Jung Yunho dimulai.

Go Ara.

Mata bulat Jaejoong mengamati senyum merekah di wajah laki-laki itu. Tangan kekarnya terbentang menyambut dua malaikat kecil yang berlari menghambur kedalam pelukan hangat sang ayah, entah ia memang sangat ahli bersandiwara atau Jaejoong bukan seseorang yang penting baginya. Pria itu tidak sekalipun melirik gadis yang selama 1 bulan telah menjadi simpanannya, Yunho seperti tidak menganggap dirinya ada.

Kedua bola mata Jaejoong bertemu dengan kedua pasang mata hazel yang sama sekali tidak ia inginkan. Go Ara menatapnya, sebuah senyuman tersungging memperindah paras ayu wanita itu. Jaejoong tidak bisa menerka apakah senyuman itu seolah mengejek atau hanya sekedar senyuman sapaan.

Tidak masalah, Jaejoong mengangkat bahu. Sebentar lagi Yunho akan mampir ke kamarnya. Ia yang akan memuaskan Jung Yunho di ranjang, bukan Go Ara.

.

.

. "Apa yang sebenarnya wanita itu lakukan di sini?".

"Siapa?"

"Kim Jaejoong-Ssi".

"Huh?,d ia disini?".

"Ya, aku rasa dia benar-benar terobsesi denganmu Yunho-yah".

"Memangnya siapa yang tidak?".

Bibir Go Ara mengerucut, tangannya memukul suaminya yang kelewat narsis.

"Yah! Aku serius!".

Yunho terkikik, ia tahu Go Ara sedang cemburu. Istrinya itu terlihat sangat menggemaskan, jika di pikir-pikir ini pertama kali yunho melihat istrinya cemburu. Hubungannya dengan Go Ara selalu berjalan mulus.

Dulu, lelaki itu memang seorang playboy, ia tidak pernah menjalin komitmen serius dan selalu berhubungan dengan dua bahkan lebih dari dua wanita sekaligus. Tapi itu sebelum ia bertemu dengan gadis bermata hazel yang sekarang menjadi istrinya.

Mereka memang dijodohkan, Go Ara bukan wanita seksi pengumbar pesona seperti mantan-mantannya terdahulu. Wanita itu jauh dari kata sempurna. Tapi ketidak sempurnaan itulah yang membuat Yunho jatuh cinta setelah mereka beberapa kali berkencan. Setelah memahami satu sama lain, ia menginginkan Go Ara yang menjadi ibu dari calon anak-anaknya nanti.

Tangan kekar Yunho menarik istrinya kedalam pelukan. Kehangatan yang memancar dari tubuh suaminya itu meyakinkan Go Ara jika hati suaminya hanya miliknya seorang.

"Sudahlah Ahra-yah, aku ingin menikmati suasana ini sebelum menghadiri festival, tanpa kau merusaknya dengan guratan keningmu itu. Kau jadi seperti nenek-nenek tua. Aku tidak ingin punya istri seperti nenek-nenek".

Yunho memang sangat senang menggoda istrinya yang cantik itu, ia senang melihat bibir yang maju dan wajah istrinya yang berubah sebal. Sangat lucu menurutnya.

"Yah! Kau yang membuatk begini! Paboya!" Go Ara kesal dan sedikit memukul bahu suaminya. Wanita itu terkadang berfikir, kenapa ia bisa menikah dengan laki-laki yang selalu membulinya?.

Raut kesal wajah Go Ara selalu menjadi hiburan tersendiri bagi yunho, pria itu tersenyum, puas melihat ekspresi sang istri.

Pertengkaran keduanyapun ditertawakan oleh anak-anak mereka. Malaikat-malaikat kecil itu bahagia, mereka sangat bersyukur memiliki keluarga yang sempurna. Kaki-kaki mungil berlarian berhamburan kepangkuan orang tua mereka. Menghapuskan guratan kesal di wajah Go Ara. Senyum kembali terkembang di bibir manisnya.

Siapapun yang melihat akan ikut senang dan sekaligus iri melihat keharmonisan keluarga kecil nan semurna itu.

Terkecuali seorang berambut pirang yang memandangi mereka dengan tatapan sedih. Hatinya bergerutu, bertanya-tanya.

Mengapa, aku tidak dilahirkan sempurna?

Gadis berambut pirang kehilangan senyum yang sebelumnya terkembang menjadi perhiasan indah di wajahnya. Kepalanya tertunduk ia menghela napas, batin gadis itu terus merutuki nasib pekerjaannya. Yang membuatnya tidak memungkinkan untuk memiliki kebahagiaan.

Rasanya ingin mati saja.

.

.

.

TBC

A/N hayyyyy aku kembali... wkwkwk hampir setaun ya semenjak update terakhir. aku fikir sayang banget kalo gak aku lanjut.

tapi sumpah... aku udah lupa sama plot awal. Heug.. mungkin habis ini aku bakal mikir bikin plot yang beda dari plot awal. Oh ya.. januari kemaren aku ke korea loohhh... sebenernya aku mau ke performance changmin tapi perjuangan banget ngantri tiket di tengah cuaca yang dingin nya bikin ingus beku. dan lagi pula pas aku kesana tiketnya juga udah abis :/

anyway, aku sejujurnya udah ga pnya semangat buat lanjutin semua FF. jangankan yunjae/homin. TVXQ nya aja aku udah males ngikutin. jadi jangan berharap penuh aku bisa beresin FF ini ya!

kalo ada yang nyari aku cari aja ke

: / /

okayyy byeee..