Kaki kecil bocah laki-laki berumur 11 tahun berlari mengejar matahari yang hendak beranjak kebelahan dunia lain dan meninggalkannya bersama kegelapan. Untung saja teknologi telah sangat canggih berkembang hingga bocah lelaki itu tidak perlu lagi berlari menggenggam obor seperti kakek pendahulunya di abad ke 18. Ya, jika Thomas Alva Edison masih hidup, ia akan segera terbang ke Amerika mengungkapkan rasa terimakasihnya atas penemuan pria tuna rungu yang berhasil menerangi kehidupan seluruh umat manusia di dunia ini.

Bocah lelaki itu bertekad, seperti apa yang ayahnya ajarkan. Ia harus menjadi seseorang yang berhasil memberikan pengaruh, manfaat baik, bahkan perubahan di seluruh belahan dunia. Untuk tujuan mulya itu ia selalu belajar dengan giat. Ayahnya pernah berkata, jika ingin menjadi seseorang yang berpengaruh ia harus pintar, cerdas, dan bijaksana. Karena itu ia sudah sangat tekun mempelajari kalkulus, dan ilmu sosial.

Hari ini merupakan hari yang membahagiakan baginya. Guru kalkulusnya memberikan pujian atas keberhasilannya memecahkan rumus matematika kompleks. Yang bahkan anak sekolah menengah atas pun tidak mampu mengerjakannya. Ia ingin segera pulang menunjukan pada Abeoji keberhasilan pertamanya dalam hidup.

Terkadang tidak semua yang ia harapkan menjadi kenyataan. Pronoia* tidak selalu berlaku padanya, bocah itu mendecak sebal ketika ada sebuah papan pemberitahuan bahwa jalan yang biasa ia gunakan di tutup karena perbaikan berdiri tegak menghalangi langkahnya. Bocah itu tidak tahu ia harus melewati jalan mana lagi. Menjadi seorang introvert menyebabkannya kurang bergaul dengan bocah sebayanya. Ia hanya berteman dengan buku dan menghabiskan waktunya dirumah.

Bocah itu tidak kehabisan akal, ia memutar langkahnya dan memilih masuk ke jalan sempit. Ia ingat Abeoji pernah membawanya kejalan ini ketika jalan utama sedang digunakan untuk kampanye walikota. Namun, ia selalu dilarang untuk melewati jalan ini karena menurut Abeoji lingkungan jalan ini terlampau berbahaya.

Jalan tikus ini memang gelap dan kotor tapi tidak sepi. Justru banyak laki-laki yang tengah berbincang dengan perempuan berpakaian minim. Mengingat larangan Abeoji, bocah itu berlari sekencang mungkin. Berharap agar ia cepat sampai ke rumah. Atau minimal ketempat yang ia kenal dan membuatnya merasa aman.

Sebuah sosok kecil membuat kakinya yang berlari terhenti. Bocah itu menatap seseorang, sesosok anak perempuan sebayanya. Tidak, sepertinya lebih muda. Sedang duduk termenung dipinggir trotoar. Rambut hitam panjang yang indah. Dua bongkah mata bambi dengan pupil hitam legam dan garis halus berwarna merah menyala menatapbocah itu. Tatapannya berair, seolah berkata "Tolong".

Bocah laki-laki itu terdiam, keduanya saling mengunci tatapan. Seolah benang merah takdir mengikat sepasang mata musang dengan sipemilik mata bambi itu.

"Siapa namamu?"

Gadis kecil itu terdiam, bibirnya bergetar.

"Carmen".

NATIONAL ANTHEM

CHAPTER 4

"Hey.. itu ibu Negara kan?"

"ah ya kau benar"

"Omo dia cantik sekali"

Go Ara tersenyum, tangan lentiknya melambai kearah kerumunan yang tengah berbisik membicarakannya. Hari ini ia menyempatkan diri untuk berbelanja keperluan rumah tangga. Memang sebagai ibu Negara ia bisa meminta pasukan pengawal presiden atau staff rumah tangga Blue House untuk membeli berbagai keperluan. Tapi, menurutnya ia harus bisa memilah mana yang seharusnya menjadi tanggung jawab yang wajib ia penuhi dan mana yang bisa ditangani oleh staff Blue House. Meski ia adalah ibu Negara, ia juga ibu rumah tangga.

Pusat perbelanjaan Lotte begitu ramai setiap harinya. Padahal ia sudah memilih hari kerja untuk berbelanja disini. Namun sepertinya pengaturan waktu belanja itu percuma saja jika ia memilih untuk berbelanja di Lotte. Wanita cantik itu memilih-milih produk kebersihan dengan seorang pelayan membantunya mendorong troli belanjaan yang sudah setengah penuh.

"tidak sangka bertemu dengan ibu Negara disini, kupikir sebagai ibu Negara semua kebutuhan sudah secara otomatis terpenuhi. Ternyata tidak juga".

Suara asing yang lembut mengganggu konsentrasinya. Ia menoleh dan mendapati seorang wanita barambut pirang datang menghampirinya sambil mendorong sebuah troli. Dia Shim Changmin penyanyi yang entah kenapa membuatnya sebal setiap kali melihat wanita jadi-jadian itu di layar televisi.

Wanita jadi-jadian, Go Ara lebih senang memanggilnya seperti itu. Ia memang sudah tahu rahasia besar mengenai Changmin yang seorang transgender. Berada di puncak teratas pemerintahan membuatnya lebih mudah mendapatkan informasi.

Changmin, wanita jadi-jadian itu memang menggunakan pakaian biasa, image penyanyi seksi dan bom sex, seolah menghilang dengan penampilannya yang seperti ini. Changmin hanya mengenakan celana denim dan kaus berwarna pink. Meski terlihat biasa, namun ukuran dadanya yang oversize tetap mampu mengundang seluruh tatapan lelaki hidung belang.

Seraya tersenyum wanita itu menjawab "begitulah, meskipun aku ibu Negara, aku juga tetap bertanggung jawab pada keluargaku bukan?".

"kau benar". Changmin mengangguk, pandangannya beralih pada deretan sabun cair dengan berbagai aroma di rak.

"kau Shim Changmin penyanyi itu kan?"

"haha iya, kalau dipikir-pikir kita baru bertegur sapa sekarang ya?, perkenalkan saya Changmin". Go Ara menyambut tangan Changmin dan menggenggamnya.

"perlukah aku memperkenalkan diri?."

Changmin tertawa kecil "tidak perlu, saya sudah tahu banyak tentang anda". Bahkan Changmin sudah terlalu banyak tahu. Yunho memang tidak pernah memberi tahu apapun. Tapi ia mencari informasi tentang Go Ara karena penasaran dengan rival utamanya.

"kau tahu, aku sangat ingin menjadi seorang ibu Negara".

Tiba-tiba Changmin melontarkan hal tidak terduga dan diiringi dengan sebuah senyuman. Senyuman Changmin sangat mengganggunya. Ia tidak suka dengan senyuman wanita jadi-jadian itu. Senyumannya seolah menandakan jika Changmin akan merebut posisinya sekarang.

Changmin tersenyum melihat air muka Go Ara yang berubah ia terlihat tidak nyaman dengan ucapannya barusan. Wanita itu mengalihkan pandangannya ke rak berisi krim cukur. Tubunya sedikit berjinjit ketika ia mengambil sebotol kaleng krim cukur.

"anda tidak memilih merk yang mahal? Saya pikir anda akan memberikan yang terbaik bagi keluarga anda?".

Go Ara kembali tersenyum "suamiku alergi dengan bahan krim cukur yang itu."

"begitu kah?".

"hmm" sebagai seorang ibu Negara ia sudah dilatih untuk tetap tersenyum seberapa kontraspun suasana hatinya. Atau sebenci apapun ia terhadap lawan bicaranya. Seperti semacam kode etik kenegaraan. Untuk menjaga nama baik Negara, dan tentunya suaminya.

"kalau begitu sayaakan membeli krim yang sama". Go Ara tercekat. "saya pamit duluan ya".

Changmin menunduk hormat, bibir seksinya membentuk sebuah seringaian tipis melihat Go Ara yang membatu. Changmin sangat puas melihat ekspresi wanita itu. Ia mengibaskan rambutnya dan menyingkapnya kesamping sembari berjalan meninggalkan Go Ara.

meninggalkan perasaan khawatir dan terancam dalam benak sang ibu Negara.

.

.

.

Yunho membuka pintu mansion tempat kediaman Changmin dan dirinya selama sebulan belakangan ini. Tidak disangka jadwal dinasnya di provinsi jeolla-do tentang proyek intelejen berjalan lancar dan begitu cepat. Proyek inti selesai lebih cepat daripada waktu yang di perhitungkan sebelumnya. Ia ingin memanfaatkan waktu yang tersisa dengan menghabiskannya bersama Changmin

Minggu lalu kekasihnya merengek untuk berkencan di akhir pekan. Ia sudah tidak ada jadwal apapun, masa comebacknya berakhir hari senin lalu. Tapi Changmin harus menelan kekecewaan karena Yunho sedang sibuk dengan proyek intelejen di akhir pekan. Sekarang ia disini untuk memberikan kejutan kepada kesasihnya yang menggemaskan itu. Dan tentunya menghabiskan malam, karena ia sudah bilang pada istrinya jika ia tidak akan pulang hingga hari senin.

Pria itu melepaskan jas hitam, dasi, dan membuka kancing lengan kemejanya. Yunho menggulung kedua lengan bajunya hingga ke siku sembari melangkahkan kakinya ke dapur ketika menghirup aroma sedap babi panggang. Makanan favoritnya.

Bibir hati pria itu tersenyum mendapati Changmin yang tengah memanggang daging dengan kuping yang tersumpal earphone warna pink. Wanita itu tengah bernyanyi lagu Pussycat dolls dengan. Yunho mengamati kekasihnya dari jauh, alisnya terangkat mengamati pinggang Changmin berlenggok seirama dengan dentuman music di earphonnya.

Ia melangkah mengendap-endap mendekati Changmin. Tangannya mengambil sesuatu dibalik celana satin kali ini buatan perancang lokal.

Changmin berjengit ketika sepasang lengan kekar memeluk tubuhnya. Hampir saja ia memukul orang asing itu dengan panic jika saja Yunho tidak segera mencium bahu dan membuat Changmin menyadari jika pria asing itu adalah kekasihnya.

Wanita itu segera berbalik, jemari lentiknya meraba wajah tampan Yunho dan menyambar bibir hati pria yang berstatus sebagai presiden Korea. Seminggu tidak bertemu dengan kekasihnya karena kesibukan keduanya membuat Changmin sangat merindukan sentuhan Yunho.

"kau membohongiku". Changmin mengerucutkan bibir kenyalnya. Tindakan imut seperti ini selalu membuat Yunho tidak tahan.

"kau menggemaskan". Yunho mencubit bibir Changmin yang kemudian dihadiahi pukulan ringan oleh kekasih seksinya.

"aku sebal denganmu! Jangan menggodaku".

"haha baiklah-baiklah".

Matabambi Changmin terbelalak ketika yunho mengalungkan sebuah untaian berlian dilehernya. Ini.. kalung berlian Swarovski yang baru di launching minggu lalu di London.

Mulutnya menganga, ia dan Yunho sedang menghabiskan waktu dengan berpelukan di ruang TV. Sebuah berita tentang pameran berlian desain baru Swarovski di UK menarik hanya mengagumi desainnya, ia tidak meminta Yunho membelikan kalung itu. tidak disangka ternyata Yunho benar-benar membelikannya.

"sebagai tanda permintaan maaf"

Changmin kembali melayangkan pukulan ringan ke dada Yunho. Kali ini sangat ringan.

"dasar kau bodoh!. Kau memang paling bisa meluluhkan hati ku".

Senyuman indah menghiasi paras Changmin yang menawan. Tanpa Yunho sadari, hatinya bertekad jika ia mampu, ia akan membelikan dunia demi bisa melihat keindahan senyum yang menyihir itu selamanya.

.

.

.

Suara desahan memenuhi ruangan kamar tidur utama di mansion Changmin. Waktu telah menunjukan lewat tengah malam. Mereka benar-benar menghabiskan waktu dengan bergoyang diatas kasur. Tubuh telanjang Changmin penuh dengan peluh dan kissmark. Laki-laki diatasnya tidak berhenti menghantam seluruh lubang yang ada di dalam tubuh Changmin. Selama hampir satu jam, dua jam? Entahlah yang jelas keduanya seakan tidak mau berhenti.

Yunho menggeram, ia membalik tubuh Changmin dan membiarkan wanita itu mengendarainya. Sejujurnya Changmin sudah sangat kelelahan. Yunho sudah berkali-kali membuatnya orgasme, bahkan sebelum masuk ke bagian inti. Tapi tentusaja memuaskan Jung Yunho merupakan servis terbaiknya.

Tubuh yang tengah bergoyang diatasnya merupakan sebuah pemandangan yang membangkitkan hasrat Yunho. Changmin begitu indah, dengan rambut yang acak-acakan. Kalung Swarovski memancarkan sinar dari belahan payudara yang berayun naik turun. Begitu besar, kenyal dan menggemaskan. Yunho meraih payudara Changmin sementara tangan satunya mengocok kejantanan wanita transgender itu.

Changmin kembali berteriak, pijatan Yunho berkontraksi mengalirkan kenikmatan kepada tubuhnya. Membuat lubang anal Changmin semakin kuat meremas kejantanan Yunho. Wanita itu mempercepat goyangan pinggang dan menaik turunkan bokong seksinya. Hingga tubuhnya mengejang dan lubangnya semakin kencang mengapit penis pria dibawahnya.

"Ah .. Ah… Yunho-yah".

Yunho menggeram, lubang Changmin sangat hangat, ketat dan oh…

Lelaki itu memegang pinggang Changmin yang terdiam dan menyodokkan pinggangnya lebih kuat lebih dalam. Menyirami tubuh Changmin dengan cairan cintanya yang seakan tidak pernah habis untuk wanita itu. Changmin menggigit bibir seksinya merasakan semburan hangat Yunho kedalam tubuhnya. Kedua mata bambi Changmin mengatup, meresapi sisa-sisa kenikmatan yang tertinggal. Sebelum akhirnya tubuh wanita itu ambruk.

Tangan kekar Yunho merengkuh tubuh Changmin kedalam pelukannya. Mereka berdua saling berbagi kehangatan. Jemari Changmin menulis-nulis namanya diatas dada bidang sang kekasih. Ia sangat menikmati setiap kali Yunho merengkuh tubuhnya sehabis bercinta. Sebuah rasa nyaman yang asing, belum pernah ia rasakan sebelumnya

Perasaan itu semakin nyata ketika jemari Yunho mengelus pipinya. Ia mendongak, menghadap Yunho. Mempermudah jemari pianis Yunho untuk menjelajahi wajahnya. Ada sebuah sensasi menyenangkan di dadanya. Seperti berdenyut ketika seseorang menyakitimu. Tapi rasa denyut ini sungguh berbeda. Memang sakit, hanya saja rasa denyutan ini membuat ia ketagihan untuk terus merasakannya.

Changmin sedikit memejam ketika wajah Yunho mendekatinya. Bibirnya tersenyum ketika ia kembali merasakan denyutan itu saat bibir hati Yunho mengecup bibirnya. Sebuah kecupan yang menorehkan rona merah di pipi wanita itu. Kecupan yang membuat jemarinya mengeriting, kecupan yang mengirim ratusan bahkan ribuan kupu-kupu menari di perutnya.

Lelaki bermata musang itu melepaskan kecupannya. Dan entah kenapa hal itu membuat Changmin malu, wajahnya memerah. Ia memilih menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Yunho, dari pada pria itu menyaksikan tindakannya yang memalukan seperti ini.

Gadis itu sebal, Yunho malah justru menggodanya dengan menertawai tindakan konyol yang ia buat. Yunho mengaduh ketika Changmin dengan tidak sangat lembut menggigit lehernya seperti vampire.

"aish kau ini seperti barbar!"

"itu karna kau menertawaiku!"

Changmin meringis, jemarinya kembali mengeriting ketika Yunho menyambar bibirnya yang tengah mengerucut. Sebuah kebiasaan bodoh Changmin jika sedang sebal. Namun hal itu justru selalu membuat sang presiden muda gemas.

"kau tahu Minnie-yah? Kau itu menggemaskan".

Diluar dugaan, Changmin yang tampak liar dan seksi diluar. Jangan lupa sangat ahli menggoda, juga memiliki sisi manja dan menggemaskan. Ucapan yunho seharusnya menjadi pujian. Namun entah kenapa ia tidak senang disebut menggemaskan. Jika menggemaskan artinya ia lemah, padahal selama ini ia selalu menunjukan sisi kepribadiannya yang kuat.

"aku tidak.."

"tidak apa-apa tetaplah menggemaskan dihadapanku. Tapi kau jangan berani-berani mengerucutkan bibir seksimu itu dihadapan pria lain!"

Changmin tersenyum menatap Yunho. Bolehkah ia lepas kendali dihadapan pria itu. Bolehkah ia mempercayainya?.

Yunho sedikit mendorong tubuh Changmin untuk setengah berbaring, sebelum akhirnya bibir hati Yunho menyambar puting payudara Changmin yang dari tadi mengundangnya untuk di hisap. Erangan kecil keluar. Yunho menghisapnya seperti bayi yang menuntut susunya keluar.

"kau ini seperti bayi saja" Changmin terkekeh. Jemarinya bermain di rambut yang lembut bagaikan sutra.

Bertemu dengan Yunho membuatnya merasakan kebahagian yang lain. Rasanya berbeda dari mendapatkan uang, atau Porsche baru. Relung hatinya yang hancur seperti terbentuk kembali. Pria itu seakan membuat Changmin terlahir lagi.

Entah apa yang harus ia lakukan, Jung Yunho benar-benar telah menyeretnya jauh kedalam hubungan ini. Terlalu jauh hingga sepertinya ia tidak bisa kembali kepada dirinya sebelum Yunho muncul. Perasaan yang tidak seharusnya ada, mengingat Yunho tidak mungkin akan memilih dirinya ketika semuanya akan berakhir. Tinggal menghitung mundur kapan perasaan ini akan membuangnya kedasar Jurang. Menghancurkannya sampai berkeping-keping. Ia tidak siap, mungkin tidak akan pernah.

.

.

.

"Yunho!". Suara istrinya menghentikan langkah Yunho. Sudah 3 hari tidak bertemu dengan istrinya dengan alasan dinas. Mungkin wanita itu merindukan suaminya, atau mungkin mengkhawatirkannya. Namun gurat kecemasan yang wanita itu tunjukan terlalu berlebihan.

"kau baru pulang? Apa proyek di Jeolla-do berjalan lancar?".

Yunho mengamati Go Ara, ia memakai sebuah apron dan sebelah tangannya sedang menggenggam gunting khusus memotong bunga. Wanita itu menghabiskan waktunya dengan merangkai bunga. Seorang keturunan bangsawan tentu saja memiliki hobi yang elegan.

"kurang lebih begitulah, bagaimana anak-anak".

"sekolah mereka sedang mengadakan study tour ke Bhutan. Guru-guru ingin anak memahami pengaruh kaum fundamentalistik kepada konstruksi sosial. Bhutan memang lokasi yang bagus untuk menjadi objek pengamatan".

Pria tampan itu mengangguk, hal seperti ini sudah tidak aneh diajarkan kepada anak SD di sekolah internasional. Apalagi mereka adalah anak-anak orang terpandang, tentusaja mereka memiliki otak yang sangat cerdas untuk memahami hal yang kompleks sekalipun.

"baiklah, aku harus kembali ke ruanganku".

Yunho hendak beranjak meninggalkan istrinya. Sampai langkahnya kembali terhenti ketika Go Ara menyebutkan sebuah nama yang seharusnya tidak pernah ia sebut.

"Yunho-yah, kemarin.. a-aku bertemu dengan Shim Changmin".

Melihat gerak-gerik Yunho, Go Ara menggigit bibirnya. Lelaki itu terdiam, seakan kaget dengan apa yang istrinya ucapkan

"hmm lalu?". pertanyaan Yunho membuat wanita itu bingung. Ia yakin sekali Yunho baru saja terlihat kaget. Tapi sekarang ekspresinya seakan acuh tak acuh.

"ia sangat cantik". Yunho tersenyum, tangannya mengelus rambut istrinya dan menepuk kepalanya dengan lembut.

Sedikit terkekeh ia menjawab. "aku tahu, waktu itukan ia juga pernah bernyanyi untuk hari ulang tahunku di Blue house dia memang cantik dan seksi. Tapi tenang saja, istriku lebih cantik".

Seperti seorang perayu ulung, Yunho merayu istrinya dengan kata-kata manis. Ia memberi sebuah kecupan di kening Go Ara untuk menghilangkan ke khawatiran wanita yang sudah 6 tahun jadi istrinya.

"aku harus pergi keruanganku, seseorang perwakilan dari pemerintah Amerika sudah menunggu. Kau jaga dirimu baik-baik".

Jung Yunho tersenyum dan mengelus pipinya sebelum meninggalkan Go Ara terpaku ditempatnya. Wanita itu terus menenangkan hatinya, berfikir mungkin ia sudah terlalu banyak berburuk sangka kepada suaminya. Yunho tidak mungkin bermain hati, ia yakin Yunho sangat mencintainya.

.

.

.

TBC

A/N sebenernya entah kenapa aku tidak bahagia dengan bagian ini. please bagaimana menurut kalian. apa bagian ini membosankan? menurutku sih memang sangat membosankan : aku masih menunggu kritikan kalian lho..

oiya trimakasih sebelumnya yang memberikan saran dan komen. sangat membantu :)