HUNHAN: LOVE OVERDOSE/ Chapter 1

TITTLE: LOVE OVERDOSE

AUTHOR: PINKYGIRL

RATED: T

GENRE: ROMANCE

CAST: SEHUN-LUHAN, EXO, AND OTHER

WARNING: YAOI/ BOY x BOY/ SHOUNEN AI/OOC/GAJE/DLL

~Chapter 1~

"Ampuni aku Sehun, ampun..." mohon seorang namja yang sudah babak belur di tangan seorang namja tinggi dengan kulit pucat yang tak hentinya menghajar namja di bawahnya "ampun... aku tidak sengaja, mian, ampun..." "berani-beraninya kau menegurku saat sedang tidur! Kau pikir kau siapa huh? Mati kau!"

"SEHUN-AH! HENTIKAN!" seorang namja tinggi lain berlari ke arah mereka, Sehun menghentikan pukulannya dan menghempaskan namja itu begitu saja. "Wae?" tanya Sehun kesal "hhhhentikaan, hhhenti-kan" kata namja yang baru datang itu sambil masih mengatur nafasnya yang memburu. Lalu Sehun memberi aba-aba pada namja mengenaskan itu, menyuruhnya menyingkir sebelum Sehun benar-benar membunuhnya.

"Kau tidak boleh melakukan itu Oh Sehun!" "Tao, ada apa denganmu? Aku hanya bersenang-senang, lagipula dia sudah mengganggu tidur indahku, dia harus dapat hukuman" Tao mendengus kesal mendengarnya, dia tidak habis pikir dengan pikiran temannya ini, kenapa dia begitu sadis? padahal dia hanya siswa kelas satu senior high school.

"Kau yang kenapa! Kau hampir membunuhnya pabbo! Kau bisa masuk penjara" Sehun tersenyum meremehkan "penjara? Haha, appaku bisa menyogok mereka dengan uang jutaan won lalu aku akan bebas dengan mudahnya" Tao melotot mendengarnya "neo- oh okay, mungkin kau tidak takut dengan penjara, tapi tidakkah kau memikirkan sahabatmu? Aku dan Kai? Aku tidak mau kau jadi begini Sehun, kau benar-benar jahat sekarang"

"Nappeun saram?" tanya Sehun masih dengan kekehan meremehkannya, sekarang Tao menyerah, Sehun, entah apa isi otaknya sekarang "baiklah, kau memang tidak pernah memikirkan siapapun, jangankan kami, dirimu sendiri saja tidak, terserah kau saja Oh Sehun" Tao menggerakkan kakinya untuk menjauh dari Sehun, tapi sehun menahan lengannya.

"Ani! Aku memikirkanmu, Zi tao" Tao memutar bola matanya malas, ia tau Sehun akan mengatakan itu lagi kalau dia hendak pergi, selalu begini. "Hentikan!" "Tao, aku tidak akan memukulinya lagi kalau kau tidak suka"

"Tidak akan memukulinya lagi? Jadi kau masih akan memukuli yang lain begitu? Neo jinjja-" "jangan marah padaku lagi, ne?" kini Sehun memasang wajah seimut mungkin untuk meluluhkan Tao, tapi tidak begitupun sebenarnya juga Tao tidak akan marah pada sahabatnya yang tampan ini. "Gurrae, kalau begitu cepat kita ke kelas, kita sudah terlambat hampir setengah jam, palli" "kajja"

Seorang namja cantik terlihat berkutat dengan buku-buku tebalnya di perpustakaan, sesekali tangannya membolak-balik halaman lalu tangan lainnya mencatat di bukunya, matanyapun bergerak kesana-kemari dengan teliti. Beberapa yeoja yang datangpun tak hentinya memandangi namja itu penuh aura cinta, tapi Luhan, namja itu, tidak menyadarinya juga tidak peduli.

"Luhan-hyung..." tiba-tiba suara lemas seorang namja menghentikan pergerakan Luhan, lalu Luhan menoleh pada kursi di sebelahnya, terlihat Tao dengan mukanya yang di tekuk. "Tao kenapa heum? Kau akhir-akhir ini jadi seperti ini, kenapa? Cerita padaku" kemudian Tao mendongak, menatap mata rusa itu dengan mata pandanya yang terlihat lelah, apalagi kalau bukan karena Sehun, tapi Luhan tidak tau itu.

"Ani, gwaenchana hyung, Tao baik-baik saja" "ini sudah entah keberapa kalinya dalam seminggu ini ku tanya dan jawabnya 'aku baik-baik saja' tapi kenyataannya kau masih seperti ini, ayolah aku sepupumu, aku mungkin bisa membantumu Tao..."

"Ini memang bukan tentang aku hyung, ini sahabatku, sepertinya ada yang salah dengan otaknya, aku baru menyadarinya beberapa minggu lalu, aku tidak tau harus bagaimana lagi dengannya, dia sadis, sombong, seenaknya sendiri, lalu setelah ku tegur dia berubah lagi menjadi seekor anak kucing yang menggemaskan, intinya aku stres sekarang"

"Siapa dia?" tanya Luhan, sekarang dia benar-benar ingin tau "kau belum tau ya Hyung? Kalau begitu nanti ku kenalkan, kebetulan dia akan menginap di rumahku, jadi kita akan pulang bersama, mau kan hyung?" Luhan mengangguk semangat mendengarnya.

Pulang sekolah Tao dan Sehun sudah berada di tempat parkir "Siapa yang kita tunggu?" tanya Sehun kesal, dia tidak suka menunggu lama "Ayolah Sehun, ini baru sepuluh menit, kelas Luhan-hyung jauh dari tempat parkir, Kai juga sebentar lagi datang" sehun mengerutkan dahinya heran ketika mendengar nama baru.

"Luhan-hyung? Nugu?" "Sepupuku, kita selalu pulang bersama,kau tidak tau? dia kelas tiga sekarang dan dia murid teladan"jawab Tao, "Ya! Kenapa kau mengatakan murid teladan sambil menoleh sinis padaku? Menjadi murid teladan itu mudah" kata Sehun enteng, sementara Tao masih tetap pada wajah sinisnya, manamungkin Sehun bisa jadi murid teladan?

"Coba jadilah murid teladan, kau mau apa akan ku turuti" kata Tao meremehkan, dia pikir Sehun bukannya tidak bisa, tapi dia tidak akan mau. "Geurrae, kalau aku bisa kau harus mau ku cium sampai aku puas"

BUK

Tao memukulkan ranselnya pada Sehun "Ya! Tao! Appo..." "rasakan! Dasar mesum! Kau mau ku wushu sampai kehilangan kepala huh?" Sehun tersenyum remeh "mana mungkin kau akan melakukannya? Kau kan sangat menyayangiku, ya kan? Mengaku saja" kini Tao yang diam seribu bahasa, apa yang Sehun katakan memang benar, dia menyayangi Sehun, walau Sehun menjadi nappeun namja seperti sekarang.

"Tao? Kau diam? Kau memang menyayangiku kan? Peluk aku sekarang!" Sehun sudah merentangkan tangannya hendak memeluk Tao, tapi Tao menjauh selangkah dari Sehun "shireo! Aku hanya mau di peluk murid teladan" "Ya!"

DRAP

DRAP

DRAP

Luhan berlari menuju Tao dan Sehun kemudian berdiri di depan mereka dengan nafasnya yang memburu "hahh haaahh mian, aku lama ya? mianhamnida" "gwaenchana hyung, oh iya, ini sahabatku Sehun,Sehun ini Luhan-hyung, dia murid teladan lho" Tao mengatakan 'dia murid teladan' dengan berbisik di telinga Sehun, membuat Sehun melotot seakan mengatakan 'diam atau ku bunuh kau' yang di balas Tao dengan cengiran lebarnya.

"Oh, anyeong Sehun-ssi, Xi Luhan imnida, bangapseumnida" "kau terlalu formal Luhan bias-" Tao segera menginjak kaki Sehun "awwh... apa sih?" "sopanlah pada Luhan-hyung! Panggil hyung atau sunbae! Kalau tidak..." "mwo?" tantang Sehun,Tao malas meneruskan kata-katanya.

"kalau tidak apa? Huh? Apa?" "eumm, aku- aku tidak akan pernah memelukmu" jawab Tao, seketika Sehun membulatkan matanya "andwae! Tidak ada sahabat yang tidak pernah saling peluk! Baiklah, Luhan-hyung, cwesonghamnida" sesal Sehun sambil membungkukkan badannya, sekarang ia malah terlalu sopan, Tao tersenyum senang melihatnya.

"Nah, sekarang peluk aku Tao" Sehun merentangkan tangannya lagi "Shireo! Ayo masuk Luhan-hyung, kita tunggu Kai di dalam mobil saja, di luar panas" Tao menarik lengan Luhan untuk memasuki mobilnya tanpa mempedulikan Sehun yang kini cemberut.

Walaupun Sehun anak nakal, dia tidak pernah datang terlambat, seperti sekarang ini, tigapuluh menit sebelum jam pelajaran di mulai Sehun sudah berjalan dengan Santainya di koridor sekolah. Juga seperti hari-hari sebelumnya, saat Sehun berjalan siswa-siswi yang ada di sekitarnya akan menjauh, atau paling parah mereka akan langsung berlari tunggang langgang seperti kelinci bertemu srigala.

Sehun akan tersenyum sinis melihat kelakuan mereka, Sehun pikir mereka bodoh, untuk apa juga mereka berlari?

Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Sehun lalu merangkulnya, Kai. "Gwaenchana?" tanya Kai dengan nada khawatir, Sehun mengerutkan keningnya heran "kau bisa lihat sendiri, kau pikir aku sedang kesakitan apa?" "bukannya begitu Sehun-ah, kau tidak baca berita di koran? Atau melihat acara di televisi?"

"Kau sejak kapan menjadi sahabatku huh? Kau tau sendiri aku tidak suka hal-hal seperti itu, katakan saja ada apa" mereka sudah sampai di tujuan, kelas, Sehun duduk di kursinya dengan santai, sementara Kai duduk di kursi sebelahnya.

"Sehun, ini gawat, tentang perusahaan appamu, HoonKang" Sehun mengerutkan dahinya tanda sama sekali tak mengerti, Kai mendesah kesal. "Sehun, kabarnya perusahaan appamu dalam keadaan kritis, cepat atau lambat kalian akan bangkrut dan jatuh miskin"

Sehun bukan namja bodoh, sekarang ia sangat mengerti maksud Kai, kini wajahnya berubah kesal "sehun-ah? Gwaenchana?" tanya Kai yang mulai khawatir dengan perubahan raut wajah Sehun, seperti ingin menelan orang hidup-hidup.

Tanpa bicara sedikitpun Sehun menyambar ranselnya lalu berjalan dengan cepat meninggalkan Kai, sekarang tujuannya adalah gedung HoonKang, tidak peduli dengan teriakan Kai yang menyuruhnya untuk kembali, Sehun malah mempercepat langkahnya.

Di kantin sekolah Luhan duduk santai dengan segelas susu vanila di meja di depannya, sesekali bibir mungilnya akan tersenyum geli, Xiumin yang baru datang geleng-geleng kepala melihat kelakuan deer yang tidak biasa ini, ada apa dengan Luhan?

"Anyeong? Luhan-ah? Hey! YA!" Luhan terlonjak kaget ketika Xiumin meninggikan suaranya di akhir perkataannya "Xiumin? Ya! Kau mengagetkanku!" Xiumin tertawa senang melihat Luhan terkejut "kau yang kenapa! Senyum- senyum sendiri seperti orang gila di pagi hari, lihat! Susumu sudah hampir dingin" Luhan segera menyambar susunya lalu meminumnya sampai kandas setelah ia ingat sudah pesan susu vanilla tadi.

Xiumin mengerutkan keningnya heran "Kau kenapa sih? Aneh sekali, kau tidak pernah seperti ini sebelumnya, aha! Kau kena epilepsi lalu sekarang otakmu error?" kini Luhan yang mengerutkan dahinya bingung, epilepsi? Yang benar saja!

"Ya! Aku tidak kenapa-napa, kau tenang saja, otakku masih cemerlang seperti biasa" "cih, tidak mungkin! Pasti ada sesuatu yang terjadi, kalau bukan otakmu pasti hatimu, kau sedang senang?" Luhan hanya mengangguk mengiyakan, Xiumin berpikir lagi.

"Aha! Biasanya ya, kalau di drama yang sering eommaku tonton, seseorang yang terlihat 'gila' seperti ini pasti sedang jatuh cinta, mengaku sajalah Xi Luhan, haha" Luhan membulatkan mata rusanya, jatuh cinta? Benarkah?

"Ya! Kenapa kau malah terkejut begitu? Benarkan kau jatuh cinta? Kalau bukan memang apa? Apa yang ada di otakmu sekarang?" lanjut Xiumin, Luhan menggigit bibir bawahnya, ia tidak yakin dengan gagasan 'jatuh cinta' itu "molla, aku entah kenapa jadi seperti ini sejak dua hari yang lalu"

"Apa yang terjadi dua hari yang lalu?" Luhan terlihat berpikir, "eumm... aku hanya melakukan kegiatan yang biasanya, belajar di kelas lalu ke perpustakaan saat istirahat, pulang sekolah aku pulang dengan Tao... ah, mungkinkah?" "mungkinkah? Apanya Lu?"

TBC

FF ini pernah aku kirim di Fanpage FB ada yang belum baca? Ada yang mau di lanjut ^^ ?

Review ya :D