By : MinGyuTae00

Pair : HunHan

Rate : K+

Warning : Typo!Maaf jika ide cerita kampungan.

Length :Chaptered

Genre : Boy x Boy , Hurt/Comfort,Romance

.

.

.

VALID LOVE

.

.

.

Terlihat seorang suster sedang berjalan mendekati rekannya yang sedang memandikan putra kebanggaan Sehun yang baru saja lahir tersebut.

"Suster Kim"

"Ne?"

"Ada seseorang yang mencarimu diloby "

"Oh benarkah baiklah , tolong katakan aku akan segera kesana setelah menyerahkan bayi ini kepada orang tuanya"

"Biar aku saja"

"Tapi.."

"Percayalah padaku"

"Arraseo" ia pun menyerahkan bayi yang berada digendonggannya kepada suster yang berada dihadapannya itu , entahlah ada sedikit perasaan tidak nyaman didalam hatinya. Baru saja ia akan memanggil suster tersebut namun suster tersebut sudah menghilang dibalik belokkan.

"Aneh sepertinya aku merasa asing dengannya, apa dia suster baru? Ah tapi apa dia tau keluarga bayi tersebut?"

"Suster Kim!" terlihat seorang yeoja berpakaian suster berjalan cepat menghampirinya.

"Oh, suster Bae"

"Apa yang kau lakukan disini , seharusnya saat ini kau sudah menghantarkan bayi tuan Oh bukan?"

"Ye? Tapi tadi ada seorang suster yang mengantarkan bayi itu kepada tuah Oh"

"Siapa?"

"Entahlah , a…aku tidak tahu , aku baru saja ingin memanggilnya tapi dia sudah menghilang dibalik belokan itu tepat beberapa detik setelah kau memanggilku suster Bae"ujar suster Kim rancu.

"Mwo? Yang benar saja kau!"erang suster Bae.

"Sungguh aku baru saja akan mengantarkan bayi itu tetapi suster itu mengatakan padaku bahwa ada seseorang yang mencariku di loby"bela suster Kim.

"Mwo? Aku baru saja dari loby dan menerima panggilan dari suster kepala untuk mencarimu dan tidak ada siapa pun yang mencarimu kecuali suster kepala"jelas suster Bae. Sedetik kemudian rona binar kemerahan pada paras suster Kim kian memudar dan kini menampilkan sosoknya yang berwajah pucat.

.

.

.

"Apa!" bentak Sehun dengan suaranya yang menggelegar. Didepannya terlihat suster Kim yang menangis terisak dan beberapa dokter maupun perawat yang menundukkan kepalanya resah. Disampingnya terlihat tuan besar Oh yang tak kalah berangnya dan nyonya besar Oh yang menangis terisak. Tak jauh dari sana terlihat seorang namja muda berjas putih , berambut ikal , berlari tergopoh-gopoh menghampiri kerumunan itu.

"Appa! Eomma!" ujar Kyuhyun dengan keras. Nafasnya kian menderu ditambah wajahnya yang sudah pucat terlihat semakin pucat ketika mendengar berita mengejutkan ini. Ia baru saja kembali dari ruangan Luhan untuk mengecek keadaannya pasca melahirkan namun ia mendapat kabar yang amat mengejutkan baginya.

Kyuhyun dengan gontai berjalan menghampiri keluarganya , tanpa aba-aba ia mendekap erat tubuh adik kecilnya yang kini ia yakini sangat terpukul.

"Gwenchana…semua akan baik-baik saja , hyung yakin keponakanku akan segera ditemukan. Kau harus menjernihkan pikiranmu , bila kau seperti ini lalu bagaimana dengan Luhan?"lirih Kyuhyun tepat ditelinga adikknya. Sehun tersentak ketika Kyuhyun menyebut nama Luhan.

"Luhan"lirih Sehun.

"Ne, sekarang lebih baik kau temui Luhan. Aku dan appa akan berusaha mengusut kasus ini"ujar Kyuhyun mencoba menyemangati adik semata wayangnya itu. Tuan besar Oh yang sedari tadi menahan amarahnya kini menghela nafas. Sesaat kemudian ia merogoh kantong celananya , ketika menemukan ponselnya, ia pun menghubungi orang-orang kepercayaannya.

"Beraninya kau"iner tuan besar Oh. Sedangkan nyonya besar Oh menatap sendu kedua putranya sebelum mengalihkan pandangannya kearah suaminya , memandangnya dengan sorot mata penuh arti.

.

.

.

Sehun memejamkan matanya penuh kesakitan saat mendegar jeritan pilu Luhan. Tak dipedulikannya tentang keadaannya saat ini , biarlah dirinya menjadi alat penyaluran kesakitan Luhan. Bertubi-tubi pukulan ia terima yang dilayangkan oleh Luhan padanya. Mengeratkan rengkuhannya pada tubuh ringkih Luhan. Kedua orang tua mereka hanya bisa diam membisu dibalik jendela. Baru saja mereka merengkuh kebahagiaan namun dengan kejam takdir membalikkan keadaan dan merenggut paksa kebahagian itu.

"Anakku…"lirih Luhan. Penampilannya sungguh menyedihkan dengan lelehan air mata yang menganak sungai menuruni pipinya yang chubby.

"…."Sehun terdiam tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun untuk menenangkan Luhan.

"Wae?...mengapa harus anakku? Mengapa disaat aku sangat mendambakan darah dagingku? Apa ini karmaku Sehuna?"lirih Luhan pada Sehun. Sehun menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Aniyo Lu, tenanglah aku akan menemukan anak kita"ujar Sehun sembari menatap Luhan intens. Perlahan dikecupnya penuh sayang kening sang istri. Sedetik kemudian ia bisa merasakan beban pada pundaknya, di liriknya Luhan yang tak sadarkan diri setelah lelah menangis dan meluapkan perasaannya. Dengan lembut Sehun membaringkan tubuh ringkih sang istri pada pembaringannya. Menyelimuti sang istri guna menjaga agar belahan jiwanya itu tetap hangat. Kemudian menggenggam lembut jari – jemari mungil Luhan, menatap paras istrinya intens sebelum raut ekspresinya menjadi tak terbaca.

Di lain tempat

"Oeek….oekkk"

"Arghhh bisakah kau sumpal bibir bocah lak**t itu?"pekik Jin nyaring sembari menatap tajam seorang bayi mungil dalam rengkuhan Irene.

"Ck, jika kau tidak tahan kemarilah dan tenangkan sendiri bayi ini idiot!"Irena memekik tak kalah keras kemudian mengalihkan atensinya kembali pada bayi mungil dalam gendongannya, berusaha menenangkan bayi itu , menggendongnya kesana kemari. Ia mungkin seorang wanita yang jahat namun naluri keibuan tetaplah mendarah daging dalam dirinya.

Jin yang memang tidak menyukai anak kecil kini semakin meradang. Mengacak surai kecoklatannya dengan kasar , kemudian diambilnya puntung rokok yang terdapat tak jauh dari jangkauannya , dihidupkannya lalu dihisapnya. Mencoba mengendalikan emosinya yang membara melalui hisapan demi hisapan dari benda berbahan tembakau tersebut.

Irene mengalihkan atensinya kepada Jin yang menurutnya sudah tenang , terbukti dengan pria itu yang kini berbaring nyaman pada sofa mewahnya. Setelah meletakkan bayi mungil dalam gendongannya itu pada sebuah box bayi yang terdapat disampingnya , ia pun kemudian menghampiri Jin.

"Jin-shi"Irene mendudukan tubuhnya pada sofa tunggal yang terletak diseberang Jin.

"Hm"Jin menyaut tanpa membuka kedua kelopak matanya.

"Setelah ini apa yang harus kita lakukan lagi"

"Bukan kita"

"Eh?Apa maksudmu?"

"Tunggulah , esok kau akan tahu apa maksudku"ujar Jin datar. Irene menatap Jin penuh keheranan sebelum memutuskan untuk pergi memasuki kamarnya. Tak lama kemudian , pria itu bangkit dan berjalan mendekati bayi mungil yang tengah tertidur itu. Dijulurkannya jari telunjuknya , menelusuri paras rupawan bayi itu."Jika bukan karna keluarga dan kakek bodohmu mungkin kini kau tengah berada dalam rengkuhan ibumu"lirihnya.

.

.

.

Kyuhyun menatap miris keadaan Luhan dan Sehun yang sama-sama kacau. Sampai saat ini , ia masih memendam rasa bersalah walau ia tau hilangnya keponakannya itu bukanlah kesalahannya. Sehun yang sedari tadi mengelus surai Luhan yang tengah tertidur kini mengalihkan fokusnya pada sosok yang amat dicintainya selain Luhan tentunya. Berjalan lunglai menuju Kyuhyun yang tengah melebarkan kedua lengannya. Memeluk tubuh mungil hyungnya dengan erat. Kyuhyun bisa merasakan bahunya basah. Tanpa kata ia hanya membalas rengkuhan adiknya dengan erat.

"Hyung.."lirih Sehun.

"Gwenchana , semua akan baik-baik saja. Appa dan orang tua Luhan sedang mengusahakan agar keponakanku segera ditemukan. Saat ini kau hanya perlu mendampingi ?" Sehun hanya mengangguk.

"Nghh" dengan reflek Sehun segera menghampiri Luhan dan kembali mengelus surainya lembut mencoba menenangkan istrinya yang ia yakini sangat gelisah dalam tidurnya. Dalam lubuk hatinya yang terdalam , ia bersumpah akan membalas perbuatan orang yang telah merencanakan hal ini.

Kyuhyun baru saja akan segera pergi meninggalkan kedua pasangan didepannya ini sebelum indra pengelihatannya menangkap sosok laki-laki berpakaian tertutup menatap kearahnya , tidak laki-laki tersebut sedang menatap adiknya dan adik iparnya. Mencoba meraih engsel pintu secepat yang ia bisa guna mengecek , namun tiba-tiba saja sosok itu menghilang. Menelisik seluruh penjuru koridor namun nihil sampai eksitensinya teralihkan pada sebuah liontin yang sangat ia kenali tergeletak tak jauh dari kakinya. Meraihnya.

"Sepertinya liontin ini tidak asing , bukankah ini miliknya? Seolma!"Kyuhyun mengalihkan pandangannya kedalam ruangan-ruang inap Luhan- lalu kearah liontin digenggamannya secara bergantian. Berbagai prasangka muncul dalam benaknya. Setelah termenung beberapa saat , Kyuhyun memutuskan untuk diam dan menyelidikinya sendiri.

.

.

.

Tuan Oh menghempaskan berkas-berkas digenggamannya dengan kasar. Raut wajahnya kian mengeras, nafasnya memburu, buku-buku tangannya memutih karna saking kerasnya ia menggepal.

"Kau! Temukan bajingan kecil itu. Hidup atau mati. Serahkan dia kepadaku secepatnya!" bentaknya keras.

"Baik tuan" dengan patuh kaki tangannya pergi dan menjalankan tugasnya.

Meraih segelas air mineral dihadapannya. Meminumnya rakus kemudian melempar gelas dalam genggamannya hingga pecah. Tuan Oh kembali menatap laporan yang tersisa diatas mejanya. Disana tertera keterangan bahwa beberapa investor menarik saham dan investasinya pada perusahaan yang ia emban selama ini karna adanya rumor sampah yang disebarkan oleh seseorang.

"Bajingan kau! Lihat saja sejauh mana kau akan memainkan peranmu, cih kau kira aku bodoh?Baik , aku akan memberikan kesempatan padamu untuk bersenang-senang. Kita lihat saja nanti" desisnya. Matanya menatap tajam pada sebuah foto yang menunjukkan seorang laki-laki dan perempuan yang dipenuhi coretan yang terletak disamping laporan tadi.

.

.

.

Irene kembali memoles bibirnya dengan gincu merah menyala digenggamannya. Merapikan tatanan rambutnya sesaat sebelum melangkahkan kakinya keluar namun naas ia ditabrak oleh seorang wanita paruh baya yang masih terlihat menawan bahkan ditengah usianya yang tak bisa dibilang muda lagi.

"Ah maafkan aku nona"walau bibirnya mengutarakan permohonan maaf lain pula dengan raut wajahnya yang datar-datar saja.

"Ne"Irene melenggang begitu saja menyisakan wanita paruh baya itu yang sedang menatap lekat sosoknya yang kian menghilang dari balik pintu toilet tempat Luhan dirawat.

Dret

Dret

Meraih ponselnya yang terletak ditas genggamnya. Melihatnya sejenak sebelum menjawab panggilan yang masuk.

"Ne adeul waegeurae? Jinjja? Oh geurae , eomma akan segera kesana"

.

.

.

Tok

Tok

Tok

Cklek

Semua pandangan beralih pada sosok gadis muda berparas ayu yang baru saja memasuki ruangan itu. Berbagai reaksi ditampilkan para penghuni ruangan tersebut. Bingung , heran, kaget, marah,dan sinis. Semua berbaur menjadi satu hanya saja beberapa dari mereka pandai menutupinya.

"Annyeonghaseyo choneun Irene imnida"

"Oh Irene-shi , bukankah kau adalah teman Luhan sewaktu di Beijing?"ujar Nyonya Xi.

"Ah ne majjayeo , ahjumma"balas Irene seraya memamerkan senyumnya.

"Kau pasti kemari ingin menjenguk Luhan bukan?"kali ini suara dari Tuan Oh.

"Ne ahjussi. Annyeong Luhan oppa, bagaimana kabarmu. Maafkan aku karena baru sempat menjengukmu"kali ini Irene menatap Luhan dengan lugu namun ketahuilah tatapan itu mengandung banyak arti yang tentu saja sangat diketahui Sehun.

"Oh aku baik-baik saja , terima kasih telah menjengukku"ujar Luhan pelan sedikit gugup. Hell bagaimana ia tak gugup , bagaimana pun ia pernah mempunyai hubungan dengan wanita didepannya ini yang sayangnya tak diketahui oleh kedua orang tuanya.

"Ne, terima kasih karena kau sudah mau repot-repot kemari untuk menjenguk istriku"Sehun menegaskan perkataanya dibagian istriku. Irene hanya bisa berdecih sinis didalam hatinya. Bahkan ia harus menahan mati-matian amarahnya dikala pengelihatannya menangkap gerakan Sehun yang mengecup mesra pucuk kepala Luhan yang tengah memandangnya dalam diam.

Cklek

Lagi, untuk yang kesekian kalinya mereka memfokuskan pandangan pada pintu yang terbuka yang menampilkan sosok Nyonya mengerenyit dikala pandangannya berlabuh pada sosok gadis muda didepannya. Menunduk ragu membalas salam hormat yang ditunjukkan Irene padanya.

"Anda pasti Nyonya Oh bukan?"ujar Irene.

"Ne,bukankah kau yang tadi?"

"Ne ahjumma, kita bertemu lagi"

"Ehem silahkan duduk Irene-shi"kali ini Tuan Oh mencoba memecah keheningan.

Irene mendudukkan tubuh mungilnya pada salah satu sofa yang terdapat disana. Luhan mengalihkan pandangannya pada Sehun yang masih setia merengkuhnya mesra. Entahlah ia merasa bingung. Saat melihat Irene ia biasa saja namun dengan Sehun. Ia justru merasa khawatir akan reaksinya saat kemunculan Irene.

"Chogiyo , kudengar Luhan oppa baru saja melahirkan,tapi sedari tadi aku tidak melihat bayi mereka. Apa bayi mereka sedang berada diruangannya?"

Luhan menunduk mendengar perkataan Irene. Hatinya kembali merasa gelisah. Anaknya. Darah dagingnya tak ada. Bahkan ia belum sempat merengkuhnya sedetikpun. Mengetahui gelagat aneh istrinya. Sehun kembali mengeratkan rengkuhannya.

"Jika aku boleh tahu, siapa kau?"ujar Nyonya Oh.

"Saya Irene. Saya adalah teman dekat dari Luhan oppa sekaligus mantan kekasihnya"

.

.

.

TBC


Aloha...

Annyeong...

Hai...

Wkwkwk miss me? maaf ya baru bisa update sekarang pendek pula muehehe. Sumpah mood buat nulis lagi hancur , udah berkali-kali nyoba buat nulis eh malah ngak jadi. Sempet lupa sama jalan ceritanya , so maklumin ya wkwk. Aku bahkan belum ngedit wkwk , lagi terserang penyakit males akut menuju kronis T_T. Aku harap masih ada yang mau baca ff ini. Kritik dan saran sangat ditunggu. Jangan lupa tinggalkan jejak yah...

Last...doaiin aku yang lagi uts uhuuuuu T_T

See You,

MinGyuTae00