Fandom: Naruto
Pairing: Sasuke Uchiha/Sakura Haruno
Disclaimer: Naruto dan karakter-karakternya © Masashi Kishimoto. Judul fanfiksi ini secara umum diambil dari Love and Some Verses © Iron and Wine. 'i am still painting flowers for you' dari Painting Flowers © All Time Low. Publikasi fanfiksi ini tidak dimaksudkan untuk kepentingan material apapun.
Notes: [2/?]. Canon compliant.
Summary: Jam berdetak, dan bunga-bunga tidak berhenti dibawa masuk ke rumah sakit.
i am still painting flowers for you
© evey charen
Ino menyambutnya pagi itu dengan mengatakan dia kelihatan mengerikan.
"Astaga, kantung matamu." Gadis Yamanaka itu mengernyit menatap Sakura, seolah Sakura adalah seorang mutan yang baru saja berkata dia ingin beli bunga untuk kekasihnya; sesuatu yang tidak akan diambilkan apapun oleh Ino dari koleksinya karena berpenampilan mengerikan. "Dan kulitmu! Ke mana warna di wajahmu, Sakura? Kamu kelihatan lebih parah dibanding Tsunade-shishou saat dia kebanyakan minum sake."
Sakura mengerang, bergumam 'jangan ingatkan aku soal bagaimana Shishou tampak setiap kali dia kena hangover', dan mendudukkan diri di sebuah kursi tinggi; di depan konter. Di balik meja panjang dengan sebuah mesin kasir itu, Ino mengernyit dan semakin awas memperhatikan Sakura. Tetapi yang diperhatikan tidak tampak menyadarinya, atau memedulikannya. Sakura melipat tangannya di meja, lalu menunduk dan menumpukan wajahnya di atas lipatan tangan itu. "Biarkan aku tidur di sini."
Ino mendengus. "Dan membuat para pelangganku kabur karena ada dekorasi jelek di dekat kasir? Cobalah seribu tahun lagi, Jidat."
Sakura mengangkat wajah. Dia menggertakkan giginya untuk menyembunyikan serangkaian kata-kata yang tidak akan terdengar manis, dan sebagai gantinya sebuah pertanyaan meluncur dari bibirnya dalam sebuah bisikan. "Siapa yang membeli bunga di saat-saat seperti ini, Ino?"
Di luar toko bunga Yamanaka, langit masih berwarna biru pucat dengan awan-awan tipis. Tetapi, setiap senja menjelang, orang-orang akan berpikir langit berwarna seperti darah para shinobi yang pergi ke medan perang dan tidak pernah kembali lagi. Satu-dua orang akan menatap langit itu dengan perasaan khawatir waktu akan berhenti sewaktu-waktu, dan mereka akan terbekukan tanpa bisa berbuat apa-apa. Para orangtua berpesan supaya anak-anak mereka tidak bermain di luar terlalu lama, karena risikonya bukan hanya mengenai batu kerikil yang bisa membuat tersandung. Beberapa dari orangtua itu akan berbisik, 'Di rumah sakit, Sasuke Uchiha dirawat'. Setelah apa yang terjadi selama beberapa tahun belakangan, nama Sasuke menjadi semacam pengingat mengenai hal-hal buruk yang bisa terjadi; seolah-olah dia-lah dewa kematian itu sendiri. Anak-anak itu menurut, tapi beberapa dari mereka yang bermulut cepat akan membuat cerita-cerita mengenai Sasuke Uchiha lebih dulu dan baru tutup mulut saat paman pemilik kedai tempat mereka berkumpul berkata mereka sebaiknya diam dan jadi anak manis saja. Tetapi, paman pemilik kedai itu pun bukannya tidak punya memori yang tidak menyenangkan mengenai Konoha belakangan,
Di luar toko bunga Yamanaka, ada luka di mana-mana.
Sakura menghabiskan 24/7 waktunya belakangan ini menjadi saksi pertama atas luka-luka itu. Dia berpikir, cepat atau lambat dia akan merasa kebas juga. Itulah yang terjadi pada dirinya beberapa saat lalu, sebelum wacana akan lengan buatan oleh Tsuande-shishou menyeruak ke permukaan dan dia masih terlibat dalam pengejaran-pengejaran: Sakura berakhir merasa kebas setelah terlalu lama berdiri di sebelah seseorang yang terluka.
Tetapi, tidak dengan sekarang.
Rasa sakit itu tidak berhenti berdenyut dalam dirinya, biarpun bukan dia yang tulang rusuknya patah atau ingatannya rusak. Sebagai gantinya, gadis itu kehilangan apresiasi akan hal-hal lain: Sakura makan bento yang dijual di kantin rumah sakit tanpa banyak berpikir ada lauk apa di dalam kotak nasi itu; Sakura tidak pernah melupakan dosis kafeinnya setiap pukul enam pada pagi hari; Sakura bertanya-tanya bagaimana toko bunga Ino masih bisa beroperasi saat Ino sendiri sibuk dengan urusan interogasi, saat 'bunga' terdengar remeh dan rapuh di Konoha yang nyaris rusak ini.
"Wah," Ino menyilangkan tangannya dan memandang Sakura lekat-lekat, "kamu beritahu aku soal itu. Bukankah ada banyak bunga di rumah sakit?"
Sakura menyentuh kalung di lehernya dan berpikir mengenai nakas-nakas dengan ayame dan hinagiku di atasnya; mengenai setangkai benibara dari seorang kunoichi muda untuk kekasihnya; mengenai asagao yang dibawakan oleh seorang shinobi hanya untuk mendapati istrinya tidak bisa tertolong. "Kamu akan terkejut saat tahu bunga-bunga menjadi berbeda di rumah sakit," ujar Sakura. Dulu, kamu dan aku membawa benibara dan suisen ke rumah sakit, pikirnya. Dulu kita juga membuat bunga-bunga menjadi berbeda artinya. Sakura tidak tahu persis bagaimana perasaan Ino dulu saat membawa mawar untuk Sasuke; yang dia tahu, dia mengharapkan sejuta hal lain di samping kesembuhan anak lelaki itu.
Sekarang, Sakura tidak punya waktu untuk melakukannya—untuk membawakan sekuntum suisen bagi Sasuke. Mereka yang bertahan di medan perang pada akhirnya dijemput Kematian di lorong rumah sakit. Ketika Sakura tidak menyaksikan hidup meninggalkan berpasang-pasang mata itu, dia berada di dekat Tsunade-shishou untuk urusan lain. Sasuke memang berada di bawah pengawasan Sakura, tapi dia bukan satu-satunya pegawai medis yang keluar-masuk kamar lelaki itu; Sakura lebih banyak berada di bangsal di mana ranjang-ranjang berjajar dan Kematian mengalungkan sabitnya sewaktu-waktu. Bunga menjadi hal terakhir yang dipikirkan gadis itu pasca dua orang terkasih dalam hidupnya sama-sama kehilangan sebuah lengan… hingga pagi ini. Hingga Sakura merasa dia akan muntah bila terlalu lama membaui antiseptik dan darah, dan berakhir duduk di dalam toko Ino.
Tapi, lalu kenapa? pikir Sakura. Dia hanya tersenyum singkat—terlampau lelah dan tidak tahu lagi harus berbuat apa—saat Ino mengomelinya dan berkata dia juga tahu itu, karena Ino juga pernah menghabiskan waktunya bertugas di rumah sakit, dan bahwa Sakura seharusnya tidak boleh berubah menyedihkan seperti ini. "Tsunade-shishou tidak mengajarimu untuk lari, Jidat," ujar Ino, yang mana Sakura hanya bisa berpikir, 'lalu kenapa?' lagi di dalam kepalanya. Di dalam toko ini, bunga-bunga tampak secantik biasanya. Tetapi tidak semua manusia lahir dengan hanakotoba dan nasib yang baik di pundak mereka. Di luar sana, orang-orang sakit, bersedih, kehilangan kaki mereka, kehilangan hati mereka, sekarat, dan mati. Naruto tidak banyak bercanda saat Sakura mengunjunginya. Terakhir kali Sakura bertemu dengan Kakashi-sensei, pria itu sedang bersama Tsunade-shishou dan yang didapatkan Sakura adalah pandangan meminta maaf, seolah hal yang lebih buruk masih akan dan masih bisa datang. Dan Sasuke adalah Sasuke: Konoha tidak akan memaafkannya dengan mudah sekalipun Naruto bisa, sekalipun Kakashi-sensei bisa, sekalipun Sakura mencoba. Sakura tidak tahu apa rencana Langit atas lelaki itu.
Sakura membenamkan kepalanya lagi di lipatan tangannya. Dia tidak bisa—dan tidak boleh, juga tidak pantas—menangis sekarang, ketika usianya sudah tujuh belas; ketika dia telah tahu bagaimana caranya membelah sebuah ngarai dan menghantam seorang dewi bila diperlukan. Tapi gadis itu merasa lelah. Mungkin dia sebenarnya tidak lebih baik dibanding orang-orang yang pandangan terakhirnya terarah kepada langit-langit rumah sakit. Mungkin dia sebenarnya lebih buruk dibanding itu. Mungkin dia sebenarnya telah mati—
"Sakura." Pelukan Ino terasa menenangkan. Ino membenahi masalahnya dulu, dengan sebuah pita. Sakura berpikir dirinya mungkin tanpa sadar memilih kemari alih-alih pulang ke rumah orangtuanya karena siapa tahu Ino bisa membenahi semuanya dengan seutas pita, atau setangkai bunga. Siapa tahu shinobi-shinobi akan berhenti mati; tawa Naruto kembali terdengar sama keras; Tsunade-shishou tidak tampak selelah itu. Siapa tahu Sasuke-kun akan baik-baik saja. Tetapi Sakura menyadari, sekarang, selagi dia membalas pelukan Ino, bahwa sahabatnya sama seperti dirinya. Ada kehilangan-kehilangan yang dirasakan Ino dan seharusnya dia tidak bertingkah egois dengan berpikir Ino mungkin bisa membuatnya merasa lebih baik dengan masalahnya sendiri.
"Kembalilah ke rumah sakit," bisik Ino. Lalu, "Aku akan memilihkan suisen yang paling cantik."
Sakura menggigit bagian dalam pipinya sampai dia bisa merasakan darah di lidahnya.
Sakura meletakkan bunga berwarna putih itu saat Sasuke sedang tidur. Lelaki itu baru saja mendapatkan kontrol rutin pada pukul sepuluh, dan bila semuanya berjalan seperti biasa, Sasuke baru akan terbangun sebelum makan siang. Sakura tidak punya niatan untuk merusak siklus pengobatan Sasuke, dan dia juga tidak punya niatan untuk dilihat bersama setangkai suisen.
Ketika Sasuke membuka matanya di hari yang sama, tujuh menit sebelum makan siangnya dibawa masuk, seorang perawat berwajah bundar-lah yang dilihatnya berada di dalam kamar. Perawat itu bukan Sakura, biarpun biasanya Sakura-lah yang ada di jam ini; yang akan bercerita sedikit-sedikit sementara Sasuke makan dan meminum obatnya. Dan ketika Sasuke bertanya di mana Sakura, dia mengetahui bahwa untuk sementara waktu, gadis itu tidak akan datang ke kamar ini dalam rangka penyembuhan.
Sasuke menerima berita itu dengan rasa tidak nyaman, tapi kerutan di keningnya perlahan menghilang dan Sasuke tidak berkata apa-apa. Sakura punya segala hal untuk melakukan itu—untuk tidak mau melihatnya.
Kemudian Sasuke mendapati setangkai suisen di atas nakasnya. Bunga yang sama dengan bunga beberapa tahun yang lalu. Tidak banyak bunga hadir dalam hidup Sasuke; dia tidak akan lupa saat melihat sekuntum berada amat dekat dengan dirinya, dan dimaksudkan untuk dirinya. Diperhatikannya suisen itu sampai nampan makan siangnya diantarkan, dan lelaki itu membiarkan dirinya bernapas.
('Aku tahu apa yang sudah kamu lewati dan aku percaya padamu, Sasuke-kun. Aku menghargaimu untuk kebaikan yang muncul dari hal-hal itu. Dan, aku memaafkanmu.
Tetapi, aku butuh waktu. Sampai orang-orang berhenti pergi. Sampai aku berhenti merasa terlalu kecil untuk segala kekacauan ini.
Sampai aku bisa benar-benar kembali.')
Lalu, Sasuke membiarkan jam berdetak.
tsuzuku.
Notes 2: ayame: iris. hinagiku: daisy. benibara: mawar merah. asagao: morning glory. suisen: daffodil.