My Mission Is Protect You

Pair : Sasuke U X Sakura H, Naruto U X Hinata H

Rate T

Genre : Romance, Drama.

Disclaimer : Naruto Belong Masashi Kishimoto

Republish.

.

.

Enjoy

Chapter 1 :The Necklace

Putri keluarga Haruno yang masih bergelung dengan selimut, menggeliat perlahan, karena cahaya yang memasuki kamarnya membuat matanya membuka perlahan lahan. "Huft.. sudah pagi." gumamnya disertai dengusan nampak masih melindur. "Ugh,kepalaku pusing."Sakura –gadis itu mengeluh. "Untung hari ini minggu setidaknya aku tak perlu bangun pagi."Tok tok tok, suara ketukan pintu terdengar dari luar "Masuk!" seru Sakura, "Sakura -sama di panggil oleh Tuan untuk sarapan bersama," ucap Nana, salah satu maid di rumah ini. "Baiklah aku akan ke bawah."

Bangkit perlahan dari kasurnya sambil meregangkan badan, Haruno Sakura melangkahkan kakinya ke kamar mandi, mengisi bath up dengan air hangat. Bersiap untuk mandi, walau ini hari minggu, Sakura adalah orang yang menjaga kebersihan. tidak ada kata tidak mandi pagi dihari minggu dalam kamusnya.

Keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar, tetesan air dari rambutnya menetes ke lantai, bersiap memilih baju untuk dipakai sambil mengeringkan rambut. Memakai bedak, melakukan kegiatan lalayeye ala gadis pada umumnya. Menatap pantulan dirinya yang ada di cermin sambil tersenyum. "Sempurna." Melangkahkan kakinya menuju tempat keluarganya yang sedang sarapan pagi.

"Ohayou." "Ohayou Sakura," di meja makan yang terletak dekat dapur ini, sudah ada Haruno Gaara, Tuan Haruno, Dan tentu saja Nyonya Haruno. "Ohayou imoutoku, tumben bangun pagi biasanya juga kayak kelelawar kalo minggu," ledek Gaara jahil pada adiknya ini, walau sebenarnya dia tahu adiknya bukanlah seorang pemalas. Sakura memutar bola mata "Ugh.. urus saja urusanmu sendiri nii- san," balas Sakura sambil menarik kursi yang ada di hadapan Gaara, di diantara ayah dan ibunya. "ayo makan."ujar ibu dan keluarga itupun mulai melakukan ritual sarapan bersama dengan tenang,

"Sakura,"suara ayah Sakura memecah keheningan diantara mereka, Sakura menoleh saat sedang mengoleskan selai strawberry di atas rotinya, "Ada apa Tousan?" Tanya Sakura "Ada yang mau ayah dan ibu berikan padamu, sebagai permintaan maaf kami karena telat memberi hadiah ulang tahun untukmu." Ayah Sakura menyodorkan kotak beludru berwarna biru kearah Sakura yang ada disampingnya. " ini," sambungnya, "Ini.. kalung?" heran Sakura, "Tou –san, ini sangat berlebihan. Pasti sangat mahal."

Walau berkata begitu, ekspresi Sakura berbanding terbalik dengan wajahnya yang berbinar. Tidak biasanya ayahnya memberikan kalung apalagi seindah ini. Kalung emas putih itu memang tampak sederhana namun elegan. Dengan bandul berbentuk seperti tetes air yang bening, bermanik emerald disekelilingnya, ditengahnya terdapat batu onyx yang menawan berbentuk seperti kubus, sangat indah. Ibu Sakura tersenyum "Bagaimana indah kan? Kalung itu didesign oleh salah satu anak kolega ayahmu."

"Simpanlah sebaik baiknya, jangan pernah berikan pada orang lain termasuk teman temanmu sendiri," sambung ayahnya, Sakura memandang heran ayahnya, namun melihat tatapan serius ayahnya, akhirnya dia mengangguk. "Baiklah, Terimakasih Tou –san, kaa -san." Ucapnya gembira, Gaara yang menyimak daritadi hanya tersenyum memandang adiknya yang terlihat sangat gembira. Ibu Sakura mengelus kepala putri bungsunya itu, "Sama – sama sayang, sekarang ayo makan." Pekik Ibunya.

Acara sarapan pagi ini dilewati dengan canda tawa serta kejahilan Gaara pada Sakura, saat ini Sakura sedang memandangi atap kamarnya sambil memperhatikan kalung yang diberikan Jiraiya tadi pagi. Memandangnya sambil tertawa girang, Sakura sangat senang. Ini adalah hadiah terbaik yang pernah diterimanya. Terus memandangi kalung itu, Sakura merasa ada sesuatu yang aneh pada kalung itu, seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Sakura menggelengkan kepalanya, mencoba menepis pemikiran anehnya. "Perasaanku saja."

000000000000000000

Di dalam sebuah mobil di basement apartemen elite tampak seorang pemuda bermata onyx yang tajam, berambut Raven membuatnya nampak kelam, sedang berbicara dengan seseorang melalui smartphonenya. Terdapat beberapa barang miliknya di dashboard mobil itu. Ada kamera SLR dan sejumlah senjata seperti pistol berukir. Di sebelahnya ada nametag dengan symbol FBI, Uchiha Sasuke. "Ada apa?" ucapnya santai, sambil membereskan beberapa barangnya yang ada di dalam mobil.

"Aku baru saja menyelesaikan misiku, dan kau seenaknya menyuruhku untuk menerima misi baru? Jangan bercanda." Ucap pemuda itu sambil mendengus lelah. Penat dirasanya. Melangkahkan kakinya keluar dari mobil, menuju apartemen miliknya. Suara berat terdengar samar diseberang telepon. "Oh ayolah, dalam misi ini kau dipasangkan denganku, Teme! Sangat jarang kan kita bisa berpartner dalam misi!"

Menghela napas sejenak, Uchiha Sasuke merasa pening mendengar suara cempreng sahabatnya itu. "Ck, kirimkan saja filenya. Kalau tidak menarik, aku tidak mau." Clik, Sasuke memutuskan telepon itu sepihak, sambil membayangkan sahabatnya yang sedang mengumpat karena kelakuannya. Turun dari lift, Sasuke membuka pintu kamar apartemennya. Setelah meletakkan barang barang miliknya diatas meja, Pemuda raven itu memandang ke penjuru apartemennya, 'Belum pulang.' Melanjutkan langkahnya ke kamar miliknya, disebelah kamar kakaknya –yang sebenarnya kamar tamu yang dipakai sementara oleh kakaknya –berjalan kearah walk in closet miliknya, menuju kamar mandi.

Sasuke keluar beberapa menit setelahnya, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, pemuda itu duduk dikursi kerjanya, menyalakan laptop miliknya. Membuka email dari sahabatnya, berisi rincian misi kali ini. Membacanya dengan cermat. "Cih, aku disuruh menjaga seorang gadis? Seperti babysitter saja." Ujarnya setelah membaca rincian misi itu, tiba tiba ponselnya bordering.

"Teme! Bagaimana? Kau pasti tertarik?" suara sahabatnya langsung menyeruak digendang telinganya begitu dia mengangkat telpon itu, "Hn, Tidak." Balasnya singkat, "Aap- APA? Hey harusnya kau senang dapat misi yang mudah, bersama denganku pula kau-" lagi, Sasuke memutuskan sambungan telpon itu. Mematikan laptop, bersiap untuk beristirahat.

0000000000000000

Tokk, tokk, "Sasuke ayo makan." Suara seseorang dari luar kamarnya membuatnya terbangun. Mengerjapkan mata berkali – kali, Uchiha Sasuke memandang jam dinding dikamar itu. Sudah malam, artinya kakaknya sudah pulang. Turun dari ranjang, mengusap kasar wajahnya.

Sasuke memutuskan untuk ke ruang makan. Sesampainya disana, dia melihat ada kakaknnya yang sedang menyiapkan makan malam, serta sahabatnya plus cengiran lebar diwajahnya. "Yo teme!" sedang Sasuke hanya mendengus melihatnya.

"Mau apa kau." Bungsu Uchiha itu melangkahka kakinya kearah kulkas, mengambil segelas jus jeruk dari sana, kemudian meneguknya perlahan. "Aku mau meyakinkanmu untuk ikut misi itu." Sasuke mendudukan dirinya disebelah Naruto. "Kau menyuruhku menjaga seorang gadis?" Itachi –kakak Sasuke –yang mendengar kata 'gadis' langsung berkata.

"Menjaga seorang gadis? Wow, kau harus mengambil misi itu Sasuke." Itachi hanya tersenyum mengejek kearah adiknya yang sekarang sedang menyantap makan malamnya, hal yang juga dilakukannya. "Iya Teme, sebenarnya aku mau mengatakan sesuatu tentang misi ini, tidak enak jika berbicara ditelpon, jadi aku kemari. Wow, Itachi –nii masakanmu enak sekali ttebayo!" Naruto berbinar merasakan makanan didepannya, sedang Itachi hanya tersenyum menanggapinya. Sasuke? Lagi lagi hanya mendengus.

"Jadi apa yang mau kau bicarakan?" Tanya Sasuke, saat ini mereka sedang duduk diruang tengah, bersantai sambil menonton Tv. "Kau harus mengambil misi ini." "Hn, aku tida-" "Ini menyangkut orangtuamu." "Kau serius?" Naruto mengangguk, mulai serius. Itachi yang dari tadi menyimak, tersentak "Maksud mu apa?" Uchiha Itachi adalah kakak Sasuke. Sulung Uchiha itu adalah anggota Akatsuki yang sebenarnya adalah mata mata FBI untuk anggota Akatsuki. Dalam misi kali ini Sasuke bekerja sama dengan kakaknya untuk menumpas kejahatan yang dibuat Akatsuki. Tak ada yang tahu kalau Itachi adalah mata mata, hanya keluarga dan para agent FBI lainnya.

Itachi bisa menjadi sosok yang dingin jika berada dalam kelompok criminal itu. Bahkan tak jarang Sasuke dan Itachi sering bersandirawa memiliki dendam satu sama lain, pura pura saling membunuh dan mengobarkan api kebencian. Aslinya Itachi adalah orang yan supel dan ramah. Lebih hangat daripada adiknya. Pria berumur 29 tahun itu sangat menyayangi adiknya itu.

Menghela napas sejenak, Naruto mulai menceritakan semua mengenai misi itu. Sasuke dan Itachi hanya mendengarkan, sesekali mengangguk, merespon perkataan Naruto. "Jadi kau akan ambil misi ini kan, Teme?" Sasuke memandang kakaknya sekejap, melihat tatapan Sasuke, Itachi kemudian mengangguk, seolah memberi izin padanya. "Kuambil."

0000000000000000000

Hari Senin, hari yang paling membosankan bagi Sakura. Bagaimana tidak bosan? Sensei yang mengajar - Kakashi sensei- tidak hadir hari ini. Well, dosen itu memang jarang masuk, sekali masuk selalu telat dengan alasan tersesat di jalan bernama kehidupan, jadi jangan heran melihat mata kuliah hari ini kosong.

Sebenarnya, Sakura hari ini tidak ingin datang ke kampusnya, hanya saja ayahnya memaksa dia untuk kuliah. Lihat, keadaan kelas begitu kacau. Ada Ino dan Sai yang sedang bermesraan. Lee dan Kiba yang sedang bermain kartu, dan beberapa lainnya berteriak tak jelas. Hanya dia dan Hinata saja yang sejak tadi diam memperhatikan.

"Heh, forehead! Melamun saja." Ino menghampiri sahabat pink nya itu. " Tidak, aku hanya sedang tidak bersemangat. Membosankan!" seru Sakura sambil mendengus." Ck, kau terdengar seperti Shikamaru, Sakura." Ucap Ino meledek. " Aku mau keluar. Aku titip absen oke." Sakura meninggalkan kelas setelah memasukkan barang barangnya ke dalam tas. "Kau mau kemana?" Ino memegang tangannya, menghentikan langkahnya menuju pintu kelas. "Aku mau konsultasi saja dengan Shizune –sensei, sambil menunggu mata kuliah selanjutnya." "Oh, oke." Melanjutkan kembali langkahnya, menuju ruangan dosennya.

Setelah konsul, Sakura hanya diam duduk di bangku taman kampusnya. Menunggu mata kuliah selanjutnya. Jam menunjukkan angka setengah 1, itu artinya ada waktu 20 menit sebelum mata kuliah selanjutnya. "Apa yang aku lakukan setelah ini? Bagaimana dengan Mall, sudah lama aku tak berbelanja." Gumamnya.

Sakura membuka tas lalu mengambil smarthphonenya. Dengan segara dia menelpon Ino untuk mengajaknya ke Mall bersama. Mungkin dengan Hinata.

Ah.. Ino, kau sedang bersama Hinata kan?" balas Sakura cepat. " Ya, dia di sampingku. Ada apa? Kau kemana? Sebentar lagi jadwal mata kuliahmu yang lain kan?" Tanya Ino "Ya, masih 20 menit lagi. Kau mau ke mall tidak. Ada sesuatu yang ingin kubeli, aku bosan. Ajak Hinata oke! Uhm, jam 4 di cafe bias." seru Sakura. "Boleh juga idemu forehead, baiklah tunggu aku dan Hinata di café biasa, oke. Jaa ne!" klik sambungan di putuskan oleh Ino. " huft.. Ino Pig!" Sakura mulai berjalan meninggalkan bangku taman yang sedari tadi didudukinya.

Brukk. "Aw.. sakit." Ucap Sakura sambil memegang lututnya yang luka. ada yang menabraknya dari di depan, membuat dia dan orang yang menabraknya jatuh bersama. "Maaf aku buru buru! Kau tidak apa apa?" ucap orang yang ternyata pemuda itu sambil mengulurkan tangannya. Deg deg deg, jantung Sakura seperti habis lari marathon, pemuda didepannya ini begitu tampan. Mata onyx seolah mampu menusuk siapapun yang melihatnya, rambut helai raven dengan tatanan rambut yang khas, tinggi, rahang yang tegas dan tirus terkesan dewasa, serta kulit yang putih bersih. Ya ampun siapa yang tak tergoda dengan pemandangan ini!

"Hey, kau tak apa apa kan." Panggilnya, membuat Sakura kembali ke dunia nyata. "Um.. ak..aku tak apa apa. Ini salahku karena melamun." Ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke tangan pemuda itu, dengan wajah merona tentunya, mencoba tersenyum. "Maaf Nona aku sedang buru buru." Kini tatapannya beralih pada Sakura, lalu pergi dengan berlari lari kecil, meninggalkan Sakura yang membeku. 'Tampan.'

Tanpa tahu bahwa, pemuda itu sedang menyeringai kearahnya. "Haruno Sakura." gumamnya sambil memandang gadis itu.

To be continued